Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, Juli 2020 Vol. 3 No.

1
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI SERBUK


KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King)

Harjono1*, Iis Naeni Putri Wahyuni1, Akhmad Darmawan2, Dante Alighiri1


1
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Semarang
2
Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
*email: harjono_hanis@mail.unnes.ac.id

ABSTRAK
Produk-produk alami telah banyak berkontribusi pada pengembangan obat obatan
baru. Oleh karena itu, sangat penting untuk meneliti tanaman obat dan herbal untuk
mengetahui kandungan senyawa bioaktifnya. Kayu mahoni (Swietenia macrophylla King),
selain dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture, juga telah diketahui khasiatnya
sebagai antimikroba, antioksidan, antidiabetes, anti inflamasi, analgesik, serta antijamur.
Dalam penelitian ini, telah dilakukan ekstraksi serbuk kayu mahoni dan skrining fitokimia dari
ekstrak metanolnya, yang menunjukkan kandungan senyawa flavonoid, saponin, alkaloid,
dan tanin. Ekstrak metanol kemudian dipisahkan untuk mengisolasi senyawa tunggal dan
karakterisasi senyawa. Isolasi senyawa dengan berbagai metode kromatografi dan
karakterisasi senyawa dengan NMR menghasilkan senyawa β-sitosteron yang termasuk ke
dalam senyawa golongan steroid.

Kata kunci: kayu mahoni, ekstrak, skrining fitokimia, β-sitosteron

PENDAHULUAN sesuai dengan kondisi dan situasi sehingga


Keanekaragaman hayati adalah resistensi obat terhadap penyakit dapat
istilah yang dapat menerangkan keragaman terjadi. Hal ini adalah suatu tantangan dan
ekosistem dan berbagai bentuk tumbuhan, sekaligus peluang bagi para peneliti kimia
hewan, serta mikroorganisme. Saat ini bahan alam pada masa-masa yang akan
terdapat sedikitnya 250.000 spesies dating.
tumbuhan tingkat tinggi, jutaan spesies Produk-produk alami telah banyak
jamur dan serangga yang bersama-sama berkontribusi pada pengembangan obat
dalam berbagai ekosistem dan saling obatan baru (Rumzhum et al., 2012).
berinteraksi. Semua organisme ini Penelitian kimiawi tumbuhan sebagai
menghasilkan beranekaragam senyawa sumber metabolit sekunder baru adalah
kimia yang berguna dalam interaksi salah satu alternatif yang dapat menjawab
tersebut. Penelitian yang telah dilaporkan dan memecahkan permasalahan kesehatan
menunjukkan bahwa organisme tersebut (Ersam, 2004). Oleh karena itu,
memproduksi dua jenis senyawa, yaitu sangat penting untuk meneliti tanaman obat
metabolit primer dan metabolit sekunder. dan herbal untuk mengetahui kandungan
Sekarang ini tercatat lebih dari 100.000 senyawa bioaktifnya.
metabolit sekunder yang berasal dari Kayu mahoni (Swietenia macrophylla
sejumlah spesies organisme yang telah King) selama ini dimanfaatkan sebagai
dipelajari (Achmad, 2007). bahan pembuatan furniture dan sebagai
Metabolit sekunder merupakan peneduh. Kayu Mahoni diketahui
senyawa organik yang dapat mempunyai khasiatnya sebagai
mempengaruhi aktivitas fisiologis organ, antimikroba, antioksidan, antidiabetes, anti
jaringan, atau sel tertentu sehingga inflamasi, analgesik, serta anti jamur juga
dijadikan bahan dasar obat. Lebih dari 30% telah diteliti (Syahwiranto dan Karim, 2018).
bahan obat yang beredar di perdagangan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
adalah berasal dari bahan alam (Atun, lebih lanjut tentang kandungan senyawa
2005). Pengobatan dipandang sebagai bioaktif kayu Mahoni dan mengkarakterisasi
suatu proses interaksi molekular antara metabolit sekundernya.
obat dengan molekul biologis dari sumber
penyakit. Interaksi tersebut bersifat dinamis

45
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, Juli 2020 Vol. 3 No. 1
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

METODE PENELITIAN pemisahan ekstrak digunakan pula silica


Preparasi Ekstrak Kayu Mahoni gel untuk KCV dan lempeng silica untuk
Serbuk kayu Mahoni dimaserasi KLT preparatif.
menggunakan n-heksan selama 24 jam, Alat yang digunakan dalam
kemudian dipisahkan antara residu dengan penelitian ini adalah seperangkat alat gelas
filtratnya. Proses maserasi dilakukan dengan berbagai ukuran, pengaduk kaca,
sebanyak 3 kali ulangan. Residu yang tabung reaksi, pipet tetes, seperangkat alat
dihasilkan dimaserasi kembali maserasi, belender, kertas saring, neraca
menggunakan metanol teknis. Sebanyak 1 analitik, rotary vacuum evaporator, plat
kg sampel diekstrak menggunakan metanol KLT, seperangkat alat KCV, plat KLT
sebanyak 3 kali ulangan. Selanjutnya filtrat preparatif, chamber KLT, spektrofotometer
yang diperoleh dari hasil penyaringan ultraviolet-visibel (UV-Vis) merk Cary 60,
dipekatkan menggunakan rotary evaporator FTIR merk Bruker, LCMS Xevo G2-XS
hingga menjadi ekstrak yang kental. QTof, dan NMR merk Jeol Resonance
Kemudian dari ekstrak metanol yang ECZ500R.
diperoleh, dilakukan skrining fitokimia untuk
mengetahui kandungan kimianya. HASIL PENELITIAN
Ekstraksi Serbuk Kayu Mahoni
Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Pada penelitian ini, proses ekstraksi
Skrining fitokimia dilakukan dengan kayu mahoni dilakukan dengan metode
pengujian terhadap adanya flavonoid, maserasi. Proses maserasi dilakukan
terpenoid, tanin, saponin, alkaloid. secara bertingkat dengan menggunakan
Kandungan tannin diperiksa dengan larutan dua pelarut organik yaitu n-heksan sebagai
FeCl3. Uji saponin dilakukan dengan pelarut senyawa non polar dan metanol
menambahkan akuades panas, dikocok, sebagai pelarut untuk senyawa yang
lalu diperiksa adanya buih atau busa yang bersifat polar. Proses maserasi dilakukan
tidak hilang selama 10 menit. Ada tidaknya secara berulangkali bertujuan agar semua
kandungan flavonoid diperiksa dengan senyawa yang dapat larut dalam pelarut
menambahkan logam Mg dan larutan HCl dapat terlarut. Ekstrak hasil maserasi
ke dalam sampel. Sementara itu, reagen kemudian dievaporasi hingga terbentuk
Dragendorff dan Mater digunakan untuk ekstrak yang kental. Dari hasil maserasi
meneliti kandungan alkaloid. didapat dua ekstrak yaitu ekstrak n-heksan
yang berisi senyawa-senyawa non polar
Pemisahan Senyawa Bioaktif dari sebanyak 3,5038 gram dan ekstrak metanol
Ekstrak Metanol yang berisi senyawa-senyawa yang bersifat
Ekstrak metanol difraksinasi dengan polar sebanyak 54,7038 gram.
metode KCV (Kromatografi Cair Vakum)
menggunakan n-heksan, etil asetat, aseton
dan metanol dengan sistem gradien.
Selanjutnya dilakukan pemisahan kembali
menggunakan KLT preparatif eluen n-
heksan:kloroform (1:4) dan menghasilkan
senyawa kristal berwarna putih keruh yang
dimurnikan dengan cara rekristalisasi.
Kristal tersebut dikarakterisasi strukturnya
dengan 1H dan 13C NMR dengan pelarut
Gambar 1. Ekstrak Hasil Maserasi (kiri: ekstrak
CDCl3. metanol, kanan: ekstrak n-heksan)

ALAT DAN BAHAN Hasil Skrining Fitokimia


Bahan-bahan yang digunakan Ekstrak metanol yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah kayu Mahoni kemudian dilakukan skrining fitokimia untuk
(Swietenia macrophylla King), n-heksan, etil mengetahui kandungan kimia yang terdapat
asetat, aseton, metanol, dan kloroform. dalam suatu sampel. Dari hasil skrining
Larutan FeCl3, logam Mg dan larutan HCl fitokimia menunjukkan adanya tanin,
digunakan untuk skrining fitokimia. Untuk

46
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, Juli 2020 Vol. 3 No. 1
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

saponin, flavonoid dan alkaloid. Adanya adalah n-heksan:etil asetat:metanol secara


tanin pada sampel ditandai dengan gradien dari 5%-100%. Dari hasil KCV
terbentuknya warna hijau ketika sampel diperoleh fraksi sebanyak 41. Kemudian
ditambahkan dengan beberapa tetes fraksi yang dihasilkan di TLC dengan eluen
larutan FeCl3. Warna hijau ini terbentuk heksan:etil asetat secara gradien.
karena terbentuknta senyawa kompleks Pada fraksi 5 (heksan 80%:etil asetat
antara logam Fe dengan tanin. Senyawa 20%) dipisahkan dengan KLT preparatif
kompleks ini terbentuk karena adanya untuk mengambil satu senyawa. KLT
ikatan kovalen koordinasi antara ion atau preparatif dapat dilakukan apabila spot atau
atom logam dengan atom non logam noda yang terbentuk memiliki jarak Rf yang
(Effendy, 2007). cukup jauh, sehingga senyawanya dapat
Pada uji saponin dapat dikatakan dipisahkan. KLT preparatif dilakukan
positif apabila sampel ditambahkan dengan dengan eluen n-heksan:kloroform (1:4).
akuades panas akan terbentuk buih atau Spot yang dihasilkan kemudian ditandai
busa yang tidak hilang selama 10 menit. dan dipotong untuk selanjutnya dilarutkan
Adanya busa menunjukan bahwa terdapat dalam kloroform. Setelah kering, terbentuk
glikosida pada sampel, dimana glikosida ini kristal berwarna putih keruh. Selanjutnya
mempunyai kemampuan membentuk buih kristal putih direkristalisasi dengan larutan
atau busa dalam air yang terhidrolisis Metanol:kloroform (1:1).
menjadi glukosa dan senyawa lainnya Selanjutnya kristal putih diambil dan
(Marliana, 2005). dipisahkan untuk kemudian dikarakterisasi
Pada skrining fitokimia suatu sampel dengan 1H dan 13C NMR. Hasil
dikatakan positif mengandung flavonoid spektofotometer NMR ditunjukan pada
apabila terbentuk warna merah atau jingga Gambar 2.
ketika sampel ditambahkan dengan logam
Mg dan larutan HCl. Warna merah atau
jingga yang terbentuk merupakan garam
flavilium. Penambahan HCl pada uji
flavonoid berfunsi untuk menghidrolisis
flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan
tergantikan oleh H+ dari asam karena
sifatnya yang elektrofilik glikosida berupa
gula yang biasa ditemuai yaitu glukosa,
galaktosa, serta ramnosa. Reduksi dengan
Mg dan HCl akan menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna merah atau jingga
pada flavonol, flavanon, flavanonol, dan
xanton (Marliana, 2005).
Sampel uji dinyatakan positif terdapat
alkaloid karena terbentuknya endapan
jingga dengan reagen Dragendorff dan Gambar 2. Hasil Spektrum 1H NMR
membentuk endapan putih dengan reagen
Mayer. Endapat tersebut terbentuk karena Pada spektrum 1H NMR (Gambar 2)
adanya pembentukan senyawa kompleks menunjukan adanya 48 atom hidrogen: 6
antara ion logam yang berasal dari reagen metil proton (CH3), 11 proton metilen (CH2),
dengan senyawa alkaloid. dan 8 proton metin (CH). Proton CH3
terletak pada pergeseran 0,83 ppm, 0,70
Pemisahan Senyawa Bioaktif ppm, 0,81 ppm, 0,85 ppm, 0,91 ppm, dan
Selanjutnya dilakukan pemisahan 1,17 ppm. Untuk proton CH2 terletak pada
senyawa pada ekstrak metanol dengan pergeseran 0,92 ppm, 0,93 ppm, 1,15 ppm,
menggunakan kolom cepat vakum (KCV). 1,52 ppm, 1,46 ppm, 1,56 ppm, 1,58 ppm,
Sebanyak 20 gram sampel ekstrak metanol 1,85 ppm. Sedangkan proton CH terletak
dicampur dengan 15 gram silica gel. pada pergeseran 1,38 ppm, 1,45 ppm, 1,50
Pelarut yang digunakan dalam metode ini ppm, 1,69 ppm, 1,88 ppm. Berdasarkan

47
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, Juli 2020 Vol. 3 No. 1
p-ISSN 2621-9360 e-ISSN 2686-3529 journal.stifera.ac.id

data 1H dan 13C NMR, dan dengan Atun, S. 2014. Metode Isolasi dan
perbandingan literatur, senyawa tersebut Identifikasi Struktural Senyawa
dikarakterisasi sebagai β-sitosteron. Pada Organik Bahan Alam’, Jurnal
literatur, β-sitosteron mempunyai spektra: 1 Konservasi Cagar Budaya, 8(2), pp.
H NMR (400 MHz, CDCl3): δ 5.71 (1H, s, 53–61.
H-4), 1.17 (3H, s, H3-19), 0.91 (3H, d, J = Effendy. 2007. Kimia Koordinasi.
6.4 Hz, H3-21), 0.85 (3H, t, J = 7.2 Hz, H3- Bayumedia Publishing: Malang.
29), 0.83 (3H, d, J = 6.8 Hz, H3-26), 0.81 Ersam, T. 2004. Keunggulan Biodiversitas
(3H, d, J = 6.8 Hz, H3-27), 0.70 (3H, s, H3- Hutan Tropika Indonesia dalam
18) (Rumzhum et al., 2012). Merekayasa Model Molekul Alami.
Hasil spektra 13C NMR (Gambar 3) Makalah disajikan dalam Seminar
memperkuat hasil di atas. Data 13C NMR Nasional Kimia VI, Jurusan Kimia
menunjukkan keberadaan 29 karbon. FMIPA ITS.
Karbon dapat diklasifikasikan sebagai Marliana, S. D., Suryanti, V., Suryono.
mewakili CH3, CH2, CH atau karbon 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
kuaterner (QC). Pada spektrum terbentuk Kromatografi Lapis Tipis Komponen
29 puncak yang menunjukan adanya 29 Kimis Buah Labu Siam (Sechium
karbon: 6 puncak muncul karena gugus edule Jacq.Swartz.) dalam Ekstrak
CH3 , 11 puncak untuk gugus CH2, dan 8 Etanol, Biofarmasi, vol. 3, no. 1, pp.
puncak menunjukan gugus CH . Terdapat 26-31.
satu gugus C=O pada pergeseran Rumzhum, N., Rahman, M., & Kazal, M.
157,138ppm. 2012. Antioxidant and cytotoxic
potential of methanol extract of
Tabernaemontana divaricata leaves.
International Current Pharmaceutical
Journal, 1(2), 27-31.
Syahwiranto, G. and Theresih, K. 2018.
Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder
Dari Biji Mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.) Metode Ekstraksi Soklet
Pelarut Etanol, Jurnal Kimia Dasar,
7(4), pp. 184–190.

Gambar 3. Hasil Spektrum 13C NMR

KESIMPULAN
Kayu mahoni (Swietenia macrophylla King)
mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, dan
saponin, yang diketahui melalui hasil
skrining fitokimia. Pada penelitian ini,
senyawa β-sitosteron dengan rumus kimia
C29H48O merupakan salah satu senyawa
metabolit sekunder yang berhasil diisolasi
dan dikarakterisasi dari kayu mahoni.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. 2009. Perguruan Tinggi
Berbasis Riset Dalam Pembangunan
Nasional Berbasis Ilmu Pengetahuan,
Senatama Wikarya: Bandung.

48

Anda mungkin juga menyukai