SKRIPSI
Oleh:
NOVITA RAHAYU
1701012125
SKRIPSI
Oleh:
NOVITA RAHAYU
1701012125
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
(Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si., Apt) (Yettrie Bess C. Simarmata, S.Farm., M.Si., Apt)
Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
Materai Rp.
6000
Novita Rahayu
1701012125
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
Nama : Novita Rahayu
Tempat Tanggal Lahir : Pantan Sile 26 November 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara
Nama Ayah : Ismail
Nama Ibu : Irawati
NOVITA RAHAYU
1701012125
Program Studi S1 Farmasi
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke Hadirat Allah SWT yang melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Seiring shalawat dan salam penulis sampaikan keharibaan junjungan besar Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau semoga kelak mendapat limpahan
safaat beliau.
Adapun judul Skripsi adalah :”Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Pagoda (Clerodendrum paniculatum L.) Terhadap Pertumbuhan Bateri
Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tak terhingga terutama kepada kedua orang tua Ayahanda dan Ibunda yang telah
tulus ikhlas memberikan kasih sayang, cinta, do’a, perhatian, dan dukungan moril
maupun materil yang telah diberikan selama ini. Dan penulis juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan serta fasilitas sehingga skripsi ini dapat disusun, antara
lain penulis sampaikan kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., M.M., M.Kes., selaku ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi.
6. Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Pembimbing I yang senantiasa
menyediakan waktu dan tenaga dalam memberikan pengarahan, bimbingan
serta memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
7. Yettrie Bess C. Simarmata, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing
penulis selama penyusunan Skripsi ini.
8. Mandike Ginting, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji III yang telah
memberikan saran dan masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
9. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama pendidikan.
10. Rekan-rekan mahasiswa program Studi S1 Farmasi yang telah memberikan
motivasi dalam membantu penyelesaian skripsi ini.
iii
Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini kiranya Allah SWT dapat
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi
sempurnanya skripsi ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih
pemikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga
mengharapkan skripsi ini menjadi sesuatu yang berarti bagi ilmu pengetahuan.
Novita Rahayu
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACK .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL.................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 5
1.3. Hipotesis Penelitian .................................................................. 5
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
1.6. Kerangka Pikir Penelitian ......................................................... 7
v
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ..................................................................... 24
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 24
3.2.1. Tempat penelitian ......................................................... 24
3.2.2. Waktu penelitian ........................................................... 24
3.3. Sampel ...................................................................................... 24
3.4. Alat, Bahan dan Media ............................................................. 24
3.4.1. Alat................................................................................ 24
3.4.2. Bahan dan media........................................................... 25
3.5. Prosedur Kerja .......................................................................... 25
3.5.1. Pengumpulan sampel .................................................... 25
3.5.2. Pembuatan ekstrak etanol daun pagoda ........................ 25
3.5.3. Sterilisasi alat ................................................................ 26
3.5.4. Pembuatan media MHA................................................ 26
3.5.5. Pembuatan standar kekeruhan larutan
(Larutan Mc. Farland) ................................................... 26
3.5.6. Pembuatan suspensi bakteri .......................................... 27
3.5.6.1. Suspensi bakteri Propionibacterium acnes .... 27
3.5.6.2. Suspensi bakteri Staphylococcus aureus ........ 27
3.5.6.3. Suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis 27
3.5.7. Pengenceran ekstrak etanol daun pagoda ..................... 27
3.5.8. Uji daya hambat ekstrak etanol daun pagoda ............... 28
3.5.9. Pengolahan data ............................................................ 28
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ...................... 40
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian ..................................... 41
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................. 42
Lampiran 4. Lembar Bimbingan Proposal ............................................. 43
Lampiran 5. Lembar Bimbingan Skripsi ................................................ 45
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ..................................................... 47
Lampiran 7. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Propionibakterium acnes ...................................... 51
Lampiran 8. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus......................................... 52
Lampiran 9. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus epidermidis.................................. 53
Lampiran 10. Hasil Pengukuran Zona Hambat ........................................ 54
Lampiran 11. Perhitungan ........................................................................ 55
Lampiran 12. Hasil Uji Statistika Aktivitas Antibakteri terhadap
bakteri Propionibacterium acnes ...................................... 57
Lampiran 13. Hasil Uji Statistika Aktivitas Antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus aureus .......................................... 59
Lampiran 14. Hasil Uji Statistika Aktivitas Antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis .................................. 61
ix
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat yang sulit diatasi secara tuntas. Penyakit ini paling banyak diderita
inang. Penyakit timbul bila infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal
tubuh. Penyakit karena infeksi dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau
dari hewan ke manusia (1). Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri.
Penyakit yang timbul karena adanya infeksi oleh bakteri salah satunya
adalah jerawat. Jerawat biasanya muncul pada permukaan kulit wajah, leher, dada
dan punggung pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif sehingga pori-
pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan. Jika timbunan itu
bercampur dengan keringat, debu dan kotoran lain, maka akan menyebabkan
timbunan lemak dan bintik hitam diatasnya yang disebut komedo. Pada komedo
terdapat bakteri, maka terjadilah peradangan yang dikenal dengan jerawat yang
ukurannya bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar serta berwarna
1
2
yang dapat menyebabkan inflamasi pada kulit. Bakteri ini merupakan organisme
mulut, alat kelamin, dan rectum. Namun, ketika kulit kita mengalami luka atau
tusukan, bakteri ini akan masuk melalui luka dan menyebabkan infeksi (5).
berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti anggur
dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini tidak patogen pada kondisi normal,
tetapi bila terjadi perubahan kondisi kulit, maka bakteri tersebut berubah menjadi
acnes menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit yang
pada kelenjar sebaceous dan tersumbat, akan menghasilkan zat-zat yang akan
sintetik seperti eritromisin dan klindamisin, namun tidak sedikit yang memberikan
3
terjadinya resistensi pada bakteri (7). Oleh karena itu, diperlukan pencarian
manusia, yaitu dengan memanfaatkan zat aktif pembunuh bakteri yang terkandung
antara 580 spesies yang berbeda dan tersebar luas di Asia, Afrika, Amerika, dan
Australia. Beberapa spesies dari genus ini telah digunakan dalam pengobatan
tradisional di Asia dan Afrika. India, Cina, Korea, Thailand dan Jepang adalah
Negara yang telah menggunakan beberapa spesies dari genus ini dalam praktek
medis (9). Bagian terpenting dari tanaman bunga pagoda yang digunakan sebagai
bahan obat yaitu daun, bunga dan akar. Akar rasanya pahit, sifatnya dingin, daun
rasanya asam, agak kelat, sifatnya netral, bunga rasanya manis, sifatnya hangat
(10).
Pada penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah daun dari tanaman
ekstrak etanol daun pagoda mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain:
senyawa polifenol yang terdapat pada tumbuhan yang memiliki aktivitas biologis
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Joseph J., dkk. ekstrak daun
alkohol memiliki aktivitas antibakteri yang baik terhadap Salmonella newport dan
ekstrak air memiliki aktivitas antibakteri yang baik terhadap Escherichia coli serta
melakukan penelitian tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun pagoda
epidermidis.
epidermidis?
epidermidis.
memperkuat kegunaan dan manfaat dari daun pagoda. Serta dapat menjadi
TINJAUAN PUSTAKA
Serratum (11).
2.1.1. Nama
c. Nama asing : Pagoda flower (Inggris), Bai jek hong (Cina) (16) .
2.1.2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Magnoliophyta
Ordo : Lamiales
Family : Verbenaceae
Genus : Clerodendrum
8
9
Helaian daun berbentuk bulat telur melebar, pangkal daun berbentuk jantung,
panjangnya dapat mencapai 30 cm. Bunga majemuk berwarna merah, terdiri atas
tangkai. Buahnya bulat. Biji berbentuk bulat telur, permukaan beralur jala, dan
berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna putih kotor (17) . Bunga pagoda
pada rematik, tuberkulosis paru yang disertai batuk berdarah, wasir berdarah,
berak darah, susah tidur, dan bengkak akibat terbentur benda keras.
10
fenol, fitosterol, kuinin, protein, saponin, steroid dan terpenoid. Pada larutan
2.2. Bakteri
Ukuran bakteri berkisar anatara panjang 0,5 sampai 10 µ dan lebar 0,5 sampai 2,5
(klasifikasi ini dilakukan oleh ahli histology Hans Christian gram) dan struktur
dinding bakteri, bakteri diklasifikasikan menjadi bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif.
tebal serta diikuti pula dengan adanya ikatan benang-benang teichoic acid
pewarnaan gram bakteri ini berikatan dengan zat warna utama yaitu
Gentian Violet dan tidak luntur bila dicelupkan ke dalam larutan alkohol
jenis ini tidak mampu berikatan dengan zat warna utama yaitu Gentian
Violet dan luntur bila dicelupkan ke dalam larutan alkohol dan dibawah
mikroskop tampak berwarna merah apabila di beri zat warna safranin (21).
a. Klasifikasi
Domain : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
yang mengubah asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh yang
Propionibacterium acnes juga akan bertambah banyak yang keluar dari kelenjar
a. Klasifikasi
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Streptococccaceae
Genus : Staphylococcus
merupakan flora normal pada tubuh manusia yang terdapat pada kulit,
konjungtiva, hidung, faring, mulut, usus bagian bawah, uretra anterior dan vagina.
pada banyak infeksi kulit misalnya acne dan impetigo (24). Bakteri
a. Klasifikasi
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
bola, berdiameter 0,5-1,5 µm, terdapat dalam tunggal dan berpasangan dan secara
khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombolan
yang tak teratur. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam
2.3. Antibakteri
pH, suhu stabilitas senyawa tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi
sebagai berikut:
dan asam-asam nukleat yang dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki
kembali.
matinya sel.
diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Terdapat dua
metode pokok uji antibakteri terhadap penentuan kepekaan bakteri patogen yaitu
berikut:
17
Metode ini untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi
mikroorganisme yang akan berdifusi pada media Agar tersebut. Area jernih
b. E-test
c. Ditch-plate technique
Sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat
dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah
d. Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media
Agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut
e. Gradient-plate technique
Konsentrasi agen antimikroba pada media Agar secara teoritis bervariasi dari
Campuran kemudian dituang kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi
atau KBM (kadar bunuh minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan
ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar
terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan
kultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen
antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang ditetapkan
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media
antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji
(28).
2.4. Antibiotik
bakteri yang dapat menentang atau mematikan cendawan atau bakteri lain (29).
antibiotik dengan indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaian tidak
sesuai, cara pemakaian yang kurang tepat status obat yang tidak jelas, serta
2.4.1. Bakterisidal
2.4.2. Bakteriostatik
2.5. Klindamisin
terhadap penisilin. Obat ini memiliki aktivitas yang lemah terhadap organisme
2.6. Simplisia
simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mangalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
21
ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan
cara tertentu dikeluarkan isi selnya, atau senyawa tumbuhannya belum berupa
2.7. Ekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (33).
2.8. Ekstraksi
cairan penarik atau pelarut. Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau
a. Maserasi
(kamar).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
c. Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruang (kamar), yaitu secara umum
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air
(bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C)
e. Dekok
Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama (≥30°C) dan temperatur
METODE PENELITIAN
mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya
3.3. Sampel
pengenceran konsentrasi 5%, 10% dan 20% dan bakteri Propionibacterium acnes,
3.4.1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah beaker glass (pyrex),
kawat ose, erlenmeyer (pyrex), lampu bunsen, kaki tiga penyangga, cawan
petridist (pyrex), autoclave, kertas label, korek api, cooton buds steril, oven
(Memmert UP400), pipet tetes (pyrex), pisau, kain lap, kertas padi, pinset, batang
24
25
tabung reaksi (pyrex), rak tabung reaksi, inkubator, kertas saring, tissu, asbes,
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol daun
pagoda, etanol 70%, Natrium alginat, metil paraben, gliserin, dan aquadest, MHA
(Muller Hinton Agar), NaCl 0,9%, H2SO4 0,36 N, BaCl22H2O 1,175%, antibiotik
membandingkan tumbuhan dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah daun
pagoda yang diambil dari tanaman yang tumbuh di halaman warga yang ada
dirajang, dijemur di bawah sinar matahari secara tidak langsung dan kemudian
hari, yang mana sebanyak 500 g simplisia dimasukkan ke dalam toples kaca
dengan aluminium foil selama 3 hari (sesekali diaduk) lalu disaring menggunakan
26
kertas saring dan diperoleh filtrat 1 dan ampas. Ampas direndam ulang dengan
diaduk) kemudian disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh filtrat 2 dan
menit pada suhu 121°C. Sedangkan alat-alat gelas disterilisasi dengan oven suhu
160-170°C selama 2 jam. Kawat ose disterilkan dengan cara flambir di nyala
bunsen (35).
sebanyak 250 ml dan dipanaskan diatas penangas air, ditutup dengan kapas.
sampai terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar
cara biakan Propionibacterium acnes diambil dengan kawat ose steril, kemudian
cara biakan Staphylococcus aureus diambil dengan kawat ose steril, kemudian
dengan cara biakan Staphylococcus epidermidis diambil dengan kawat ose steril,
hingga diperoleh kekeruhan sama dengan standar kekeruhan larutan Mc. Farland.
20% dan di ad kan dalam 2 ml DMSO dan untuk konsentrasi 5% dilarutkan 0,5 ml
Uji daya hambat menggunakan metode difusi agar yaitu kertas cakram.
Disiapkan cawan petri yang telah disterilkan dengan autoclave. Masukkan 0,1 ml
dan diamkan hingga agar mengeras. Kemudian diambil 5 buah kertas cakram
konsentrasi yaitu 5 %, 10%, 20%, DMSO sebagai kontrol negatif dan klindamisin
sebagai kontrol positif selama 15 menit. Setelah itu diletakkan diatas permukaan
media agar secara hati-hati menggunakan pinset dan ditandai setiap letak
37 °C selama 24 jam. Setelah itu diukur zona hambat yang terbentuk disekitar
cakram.
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel yang merupakan hasil
dari pengukuran zona hambat. Selanjutnya data yang diperileh dari hasil
Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol 70% dan untuk ekstraksi
serbuk yang ditimbang untuk maserasi yaitu 500 g, rendemen simplisia diperoleh
Hasil rata-rata zona hambat uji antibakteri pada sampel ekstrak etanol daun
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Ekstrak Etanol Daun Pagoda Terhadap Bakteri
Diameter Zona Hambat (mm) Kategori
Kelompok Propionibacterium Staphylococcus Staphylococcus Zona
acnes aureus epidermidis Hambat
Kontrol (-) 0 0 0
Sangat
Kontrol (+) 34,10 ± 0,00* 32,00 ± 0,00* 28,80 ± 0,00*
Kuat
Ekstrak 5% 12,07 ± 1,32* 14,30 ± 2,83* 13,23 ± 1,59* Kuat
Ekstrak
12,33 ± 0,49* 12,43 ± 0,49* 13,03 ± 0,37* Kuat
10%
Ekstrak
10,73 ± 0,63* 11,30 ± 0,69* 11,50 ± 1,09* Kuat
20%
Keterangan: * (Berbeda secara signifikan terhadap kontrol negatif p ≤ 0,05)
29
30
Zona Hambat
Konsentrasi
cakram. Dasar pemilihan metode ini adalah karena cepat, mudah dan sederhana
dalam pengerjaannya.
Kontrol negatif yang digunakan ialah larutan DMSO, karena DMSO tidak
adalah senyawa organosulfur, yang dapat melarutkan baik senyawa polar dan
31
nonpolar dan larut dalam berbagai pelarut organik maupun air, selain itu DMSO
(32). Untuk menilai kekuatan zona hambat bakteri dikategorikan menurut Davis
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pagoda dengan
konsentrasi 5%, 10% dan 20% masing-masing memiliki zona hambat terhadap
10% (12,33 mm) dan 20% (10,73 mm). Masing-masing konsentrasi yaitu 5%,
10% dan 20% memiliki respon hambatan yang dikategorikan Kuat. Zona hambat
terbesar dihasilkan pada ekstrak dengan konsentrasi 10% lalu kembali menurun
dihasilkan pada ekstrak dengan konsentrasi 5%. Diameter zona bening rata-rata
(14,30 mm), 10% (12,43 mm) dan 20% (11,30 mm) masing-masing konsentrasi
memiliki respon yang dikatergorikan Kuat. Dari tabel dapat dilihat hasil dari rata-
rata zona hambat ekstrak semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat yang
terbentuk pada konsentrasi 5%. Diameter zona bening rata-rata yang terbentuk
disekitar kertas cakram adalah 5% (13,23 mm), 10% (13,03 mm) dan 20% (11,50
Dari ketiga bakteri zona hambat tidak lebih besar dari kontrol positif pada
bakteri Propionibacterium acnes zona bening yang terbentuk yaitu 34,10 mm,
pada bakteri Staphylococcus aureus zona bening yang terbentuk disekitar cakram
yaitu 32,00 mm dan pada bakteri Staphylococcus epidermidis zona bening yang
pada ekstrak etanol kulit batang Angsana (Pterocarpus indicus Willd) daya
hambat tertinggi berada di titik tengah yaitu pada konsentrasi 50%, lalu kembali
menurun daya hambatnya pada konsentrasi 75% tetapi tetap lebih besar dibanding
dengan konsentrasi 25%. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan kecepatan difusi
senyawa antibakteri pada media agar. Jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri
Fenomena yang sama juga terjadi pada hasil uji zona hambat yang
dilakukan oleh Rahman (2012) pada ekstrak etil asetat meniran (Phyllanthus
80% zona hambat yang terbentuk lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi
40%. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kepekatan stok konsentrasi 80% yang
lebih pekat sehingga mengurangi daya difusi pada media Muller Hinton Agar.
yang dapat berdifusi kedalam medium lebih sedikit, sehingga pengaruhnya pada
Sinarsih (2016) bahwa adanya kinerja antibakteri yang tidak stabil pada
memberikan peningkatan respon yang signifikan atau tidak berbeda nyata. Hal ini
juga kemungkinan berkaitan dengan pelarut etanol yang digunakan dalam ekstrak.
Pelarut etanol merupakan pelarut yang memiliki spektrum luas untuk melarutkan
nonpolar yang tidak memiliki aktivitas antibakteri ikut terekstraksi. Pada saat
daya hambat pada metode difusi cakram, antara lain: kepekatan inokulum, waktu
pemasangan cakram, suhu inkubasi, ukuran lempeng, ketebalan media agar, dan
media (41).
dan diduga mempunyai daya hambat antibakteri antara lain seperti flavonoid,
mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, menthanol, butanol, dan aseton.
flavanoid dan turunanya memilki dua fungsi fisiologi tertentu, yaitu sebagai bahan
kimia untuk mengatasi serangan penyakit (sebagai antibakteri) dan anti virus bagi
tanaman (41). Mekanisme kerja Flavonoid dengan cara merusak membran sel
terbentuk ikatan hidrogen antara tanin dengan protein maka protein akan
dengan mengikat protein, lipid dan karbohidrat yang terdapat pada membran sel.
atau dinding sel terbentuk tidak sempurna bahkan dapat tidak terbentuk (43).
BAB V
5.1. Kesimpulan
Staphylococcus epidermidis.
b. Masing-masing konsentrasi (5%, 10% dan 20%) ekstrak etanol daun pagoda
5.2. Saran
lanjut terhadap ekstrak etanol daun pagoda sebagai antibakteri yang diperoleh dari
metode lain contohnya metode dilusi agar dapat mengukur KHM (Kadar Hambat
Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) dari ekstrak etanol daun pagoda.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
38
Lampiran 4. (Lanjutan)
45
Lampiran 5. (Lanjutan)
47
Lampiran 6. (Lanjutan)
Media MHA
49
Lampiran 6. (Lanjutan)
Pengenceran Ekstrak
Suspensi Bakteri
50
Lampiran 6. (Lanjutan)
Alat inkubator
51
Tabel hasil pengukuran zona hambat pada pengujian ekstrak etanol daun pagoda
Tabel hasil pengukuran zona hambat pada pengujian ekstrak etanol daun pagoda
Tabel hasil pengukuran zona hambat pada pengujian ekstrak etanol daun pagoda
= x 100%
= 16,67%
= x 100%
= 30,74%
Jadi pembuatan larutan stok 20% ekstrak etanol daun pagoda dibuat dengan
Volume (V2) = 2 ml
Jawab : C1 . V1 = C2 . V2
20% . V1 = 10% . 2 ml
V1 = 1 ml
5. Pembuatan Ekstrak 5%
Konsentrasi (C2) = 5%
Volume (V2) = 2 ml
Jawab : C1 . V1 = C2 . V2
20% . V1 = 5% . 2 ml
V1 = 0,5 ml
Jadi untuk membuat konsentrasi ekstrak 5%, dipipet 0,5 ml larutan ekstrak
Propionibacterium acnes
ANOVA
Propionibacterium acnes
Total 1865.697 14
Propionibacterium
a
Tukey HSD
Kelompok N 1 2 3
20% 3 10.7333
5% 3 12.0667
10% 3 12.3333
Propionibacterium
Tukey HSD
Descriptives
Staphylococcus_aureus
ANOVA
Staphylococcus_aureus
Total 1641.909 14
Staphylococcus_aureus
a
Tukey HSD
Kelompok N 1 2 3
20% 3 11.3000
10% 3 12.4333
5% 3 14.3000
Staphylococcus_aureus
Tukey HSD
Descriptives
Staphylococcus_epidermidis
ANOVA
Staphylococcus_epidermidis
Total 1283.637 14
Staphylococcus_epidermidis
a
Tukey HSD
Kelompok N 1 2 3
20% 3 11.5000
10% 3 13.0333
5% 3 13.2333
Staphylococcus_epidermidis
Tukey HSD