DISUSUN OLEH :
201605020
2019
UJI EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI
DISUSUN OLEH :
201605020
PRODI D3 FARMASI
2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing dan
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing II Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Farmasi
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Tugas Akhir (Karya Tulis Ilmiah)
Dewan Penguji
Dewan Penguji
Penguji 1
Penguji 2
Mengesahkan,
Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun proposal karya tulis ilmiah
yang berjudul “Uji Efektivitas Antiinflamasi Kombinasi Ekstrak Herba Seledri
(Apium graveolens L.) Dan Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
Pada Tikus Putih” sehingga dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan besar
v
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 201605020
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam
memperoleh gelar ahli madya di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah
maupun belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan
daftar pustaka.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Email : karinawulan17@gmail.com
Riwayat Pekerjaan :-
vii
UJI EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI KOMBINASI EKSTRAK HERBA SELEDRI
(Apium graveolens L.) DAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) PADA
TIKUS PUTIH
Program Studi Diploma III Farmasi, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Email : karinawulan17@gmail.com
ABSTRAK
Inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab
awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.
Tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai antiinflamasi adalah Herba Seledri (Apium
graveolens L.) yang termasuk famili Apiaceae dan Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) yang termasuk dalam famili Basellaceae. Yang berperan sebagai antiinflamasi pada herba
seledri dan daun binahong adalah flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
efek antiinflamasi kombinasi ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens L.) dan Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap tikus jantan putih .
Ekstrak herba seledri dan daun binahong di ekstrak dengan menggunakan etanol 96%
dengan metode maserasi . Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan putih sebanyak 25 ekor
dengan berat badan 100-300 gram. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol
negatif (CMC 1%), kelompok kontrol positif (Natrium Diklofenak 50 mg), kelompok kombinasi
ekstrak herba seledri dan daun binahong dengan dosis 200 mg/kgBB : 200 mg/kgBB, 100
mg/kgBB : 300 mg/kgBB, 300 mg,kgBB : 100 mg/kgBB. Perlakuan 1 jam sebelum kaki tikus
diinduksi dengan karagenin secara subplantar pada kaki kiri belakang tikus jantan putih.
Pengukuran volume udem pada telapak kaki tikus diamati setiap 1 jam sekali selama 5 jam.
Hasil penelitian menunjukkan kombinasi ekstrak herba seledri dan daun binahong
menunjukkan hasil yang tidak stabil, dimana pada jam ke-3 terjadi peningkatan volume
dilanjutkan pada jam ke-4 dan ke-5. Hasil persen udema pada kombinasi ekstrak herba seledri dan
daun binahong yaitu 49,13%, 44,66%, dan 45,92%. Rata-rata volume udem digunakan untuk
menghitung persen radang, hasil persen radang yang diperoleh untuk menghitung persen inhibisi.
Kata Kunci: Antiinflamasi, Apium graveolens L., Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
viii
TEST THE EFFECTIVENESS OF COMBINED EXTRACT antiinflammatory Herbs
CELERY (Apium graveolens L.) AND LEAVES binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) IN RAT WHITE
ABSTRACT
Inflammation is a protective response that is intended to eliminate the initial cause cell
injury and cell discard and necrotic tissue caused by cell damage. Plants suspected of having anti-
inflammatory properties as is Herba Celery (Apium graveolens L.) which included family
Apiaceae and leaves Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) are included in the family
basellaceae. Which act as antiinflammatory herbs binahong celery and leaves are flavonoids. This
study aims to determine the effect of anti-inflammatory herb extract combination Celery (Apium
graveolens L.) and leaves Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) against a white male rats.
Herbal extract and leaf celery binahong extracted using 96% ethanol by maceration
method. Animal test used was a white male rats as much as 25 animals with body weight of 100-
300 grams. The test animals were divided into 5 groups: negative control group (CMC 1%), the
positive control group (Diclofenac Sodium 50 mg), group combination herbal extracts celery and
leaves binahong with a dose of 200 mg / kg: 200 mg / kg, 100 mg / kg: 300 mg / kg, 300 mg, kg:
100 mg / kg. Treatment 1 hour before the feet of mice induced by subplantar karagenin on the rear
left foot white male rats. Edema volume measurements on the soles of mice were observed every 1
hour for 5 hours.
The results showed a combination of herbal extracts and leaf celery binahong show stable
results, where the hour-3 increased volumes continued in the hours 4th and 5th. Results per cent
udema on a combination of herbal extracts and leaf celery binahong ie 49.13%, 44.66% and
45.92%. The average volume is used to calculate the percent edema inflammation, inflammation
percent results obtained to calculate the percent inhibition.
ix
DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan.............................................................................................. vi
Abstract ................................................................................................................. ix
Daftar Isi................................................................................................................ x
Daftar Tabel……………………………………………………………………..xiv
Daftar Lampiran………………………………………………………………....xvi
BAB I PENDAHULUAN
x
2.2 Herba Seledri (Apium graveolens L.) ........................................................ 7
2.3.1 Spesifikasi...................................................................................... 10
xi
4.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 20
xii
4.7.8 Pembuatan Karagenin 1% ............................................................. 25
BAB VI PENUTUP
LAMPIRAN .......................................................................................................... 49
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.2 Persentase Udema Telapak Kaki Tikus Selama Lima Jam ................... 35
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Seledri................................................................................................... 8
xv
DFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Inflamasi adalah respon normal terhadap cedera. Ketika terjadi cedera, zat
keluar dari pembuluh darah kapiler (sel). Aliran darah ke tempat cedera
meningkat, sel fagosit (leukosit) migrasi ke tempat cedera untuk merusak zat-zat
inflamasi yang ditandai dengan kemerahan, bengkak, panas, nyeri dan hilangnya
menginduksi ulser lambung atau usus yang terkadang disertai dengan anemia
akibat kehilangan darah (Roberts dan Marrow, 2001). Sehingga perlu dicari
yang dapat digunakan sebagai bahan obat. Penggunaan obat-obat yang berbahan
1
2
dasar herbal mudah didapat dan mempunyai harga yang terjangkau, juga
mempunyai efek samping yang lebih rendah disbanding dengan obat kimia
(Setiawan, 2010).
secara tradisional diantaranya adalah seledri (Apium graveolens L.). Seluruh herba
pada seledri yang termasuk ke dalam golongan flavon. senyawa ini dikatakan
dengan dosis 400 mg/kg BB memiliki daya hambat radang lebih baik
dibandingkan pada dosis 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB (Desi et al, 2016)
sering kita jumpai disekitar kita juga memiliki khasiat sebagai anttiinflamasi.
(Buhler, 2003). Quercetin, salah satu jenis flavonoid, dapat menghambat jalur
lakukan uji Quercetin dengan KLT untuk mengetahi adanya senyawa tersebut di
dalam daun binahong. Ekstrak daun binahong dosis 400 mg/kg BB memiliki efek
3
antiinflamasi paling tinggi dibandingkan dengan dosis 100 mg/kg BB dan 200
pelarut 96% karena bersifat polar. Pada penelitian ini, metode yang digunakan
yaitu dengan pembutan edema buatan secara subplantar pada telapak kaki tikus
norvegicus), karena banyak gen tikus wistar yang relatif mirip dengan manusia
natrium diklofenak karena efek antiinflamasi natrium diklofenak sangat kuat dan
memiliki efek samping yang lebih rendah. Kontrol negatif yang digunakan adalah
(Apium graveolens L.) dan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
efektivitas antiinflamasinya.
4
memiliki efek paling baik pada hewan uji tikus putih jantan?
1.3.2 Mengetahui konsentrasi paling baik dari kombinasi ekstrak herba seledri
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inflamasi
yang memiliki vaskularisasi akibat stimulus eksogen maupun endogen. Dalam arti
yang paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan
untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan
elemen darah, sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera
jaringan atau infeksi berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi
(Setyarini, 2009).
atau fungus oleh trauma. Kerusakan sel yang menyertai peradangan menyebabkan
pelepasan enzim lisosom dari leukosit melalui kerja atas membrane sel, kemudian
asam arakidonat akan bebas dan diaktifkan oleh beberapa enzim yaitu
6
7
karna infeksi bakteri atau konjungtivitas akut. Warna kemerahan ini akibat
kerusakan.
2. Panas (kalor), peningkatan suhu banyak tampak pada bagian perifer (tepi),
dilatasi dan mengalirkan darah yang hangat pada daerah tersebut. Demam
sistemik sebagai hasil dari beberapa mediator kimiawi, proses radang juga
merupakan bagian dari cairan eksudat dan dalam jumlah sedikit kelompok
4. Nyeri (dolor), pada radang akut rasa sakit merupakan salah satu gambaran
yang dikenal bai oleh penderita rasa sakit sebagian disebabkan oleh
8
regangan atau distori jaringan akibat udema dan terutama karena adanya
rasa sakit.
radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik dilakukan secara
(Setyarini, 2009).
fagosit ke daerah ini, terjadi lisis membran lisozim dan lepasnya enzim pemecah.
2.2.1 Klasifikasi
tanaman setahun atau dua tahun yang berbentuk rumput atau semak. Tanaman
seledri tidak bercabang. Susunannya terdiri dari daun, tangkai daun, batang dan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan yang banyak di tanam orang untuk
diambill daun, akar, dan buahnya. Batang tidak berkayu, beralus, beruas,
bercabang, tegak, dan berwarna hijau pucat. Daunnya tipis majemuk, daun muda
melebar atau meluas dari dasar, hijau mengilat, segmen dengan hijau pucat,
tangkai disemua atau kebanyakan daun. Daun bunga berwarna putih kehijauan
atau putih kekuningan, panjangnya sekitar ½-¼ mm. Bunganya tunggal dengan
tangkai jelas, sisi kelopak tersembunyi, daun bunga putih kehijauan dengan ujung
yang bengkok. Bunga betina majemuk tidak bertangkai atau bertangkai pendek,
sering mempunyai daun berhadapan atau berbatas dengan tirai bunga. Tangkai
bunga tidak lebih dari 2 cm panjangnya. Panjang buahnya sekitar 3 mm, batang
manit, zat pati, lender, minyak atsiri, pentosan, glutamine, dan tirosin. Sedangkan
pada biji mengandung apiin, minyak menguap, apigenin dan alkaloid (Dalimartha,
2005).
11
farmakologi herba seledri baik terhadap buah dan biji atau seluruh bagian
dan antiseptik pada saluran kemih. Juga telah digunakan untuk radang sendi,
saponin, dan polifenol. Senyawa flavonoid yang siap diisolasi pula mengandung
senyawa aktif apigenin dan apiin. Kedua-dua senyawa ini dikatakan bermanfaat
sejumlah besar bioflavonoid apigenin yaitu inhibitor COX-2 yang kuat, dimana ia
2.3.1 Spesifikasi
Seperti herba lainnya, binahong memiliki berbagai sinonim dan sebutan nama
madeira vine (Inggris), dheng san chi (Cina), gondola (Indonesia). Panjang
atau Madeira vine, sedangkan di Tiongkok tanaman ini disebut Teng san chi. Di
12
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Basellaceae
Genus : Anredera
dari 6 m. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam
ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal,
panjang 5 - 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing,
pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin dan bisa dimakan. Bunga majemuk
mahkota 0,5 - 1 cm, berbau harum. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak
A. Flavonoid
B. Asam Oleanolik
C. Saponin
immune potentiating dan antioksidan (Blumert dan Liu, 2003). Selain itu,
D. Alkaloid
E. Asam Ursolat
2.4.1 Ekstraksi
menggunakan pelarut yang sesuai. Pada umumnya yang perlu dilakukan dalam
oksidasi atau hidrolisis oleh enzim. Di samping itu, metode ekstraksi berguna
2.4.2 Maserasi
adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang
akan diekstraksi. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi bahan alam
karena dalam perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik
dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang
yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan bahan alam dalam pelarut tersebut
(Guenther, 2011).
16
meredakan nyeri yang seringkali merupakan gejala yang membuat pasien berobat
dan keluhan utama yang berkelanjutan dari penderita, dan perlambatan atau
dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan steroid dan golongan non-steroid
(Katzung, 2010).
Golongan obat ini digunakan terutama untuk menekan reaksi imunitas pada
secara kimiawi tidak sama yang berbeda aktifitas antipiretik, analgesik, dan
jug mencegah sensitasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan
kimiawi. Efek obat AINS mempunyai tiga efek terapi utama, yaitu mengurangi
(Mycek, 2001).
2.6 CMC
minuman yakni berperan sebagai zat pengental. Struktur CMC (Carboxyl Methyl
Cellulose) merupakan rantai polimer yang terdiri dari unit molekul sellulosa.
Setiap unit anhidroglukosa memiliki tiga gugus hidroksil dan bebrapa atom
hydrogen dari gugus hidroksil dan beberapa atom hydrogen dari gugus hidroksil
tersebut disubtitusi oleh carboxylmethyl. CMC memiliki sifat mudah larut dalam
air dingin maupun air panas, stabil terhadap lemak dan tidak larut dalam pelarut
organic, baik sebagai bahan penebal, sebagai zat inert, sebagai pengikat CMC
yang sering digunakan adalah yang memiliki nilai degree of substitution sebesar
memiliki sifat sebagai zat pengental cukup baik. CMC merupakan molekul primer
berantai panjang dan karakteristiknya bergantung pada panjang rantai atau derajat
kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim
Asam lemak poli-tak jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah oleh enzim
jarinagn, antara lain dipelat-pelat darah, ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam
anti radang dari obat NSAID. NSAID yang ideal hanya menghambat COX-2
Rahardja, 2002).
pemberian oral, konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 3 jam.
2.8 Karagenan
sebagai penginduksi radang yang memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak
inflamasi. Udem yang disebabkan oleh injeksi karagenan diperkuat oleh mediator
plasma akan dapat menuju ke jaringan yang terjadi luka sehingga terjadi udem.
Udem yang terjadi dapat bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang
Lebih dari 90% dari semua hewan uji yang digunakan di dalam berbagai
penelitian adalah binatang pengerat, terutama mencit (Mus musculus L.) dan tikus
(Rattus norvegicus L.). Hal ini disebabkan karena secara genetik, manusia dan
kedua hewan uji tersebut mempunyai banyak sekali kemiripan. Jenis mencit dan
tikus yang paling umum digunakan adalah jenis albino galur Sprague Dawley dan
galur Wistar. Kedua jenis hewan tersebut sering digunakan sebagai hewan uji
digunakan sebab tikus jantan menunjukkan periode pertumbuhan yang lebih lama.
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
besar dari mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino,
kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibanding badannya, pertumbuhannya
21
cepat dan cukup tahan terhadap perlakuan. Berat dewasa rata-rata tikus adalah
Uji kombinasi ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) dan daun
Analisis Data
22
23
3.2.1 Kombinasi ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) dan daun binahong
3.2.1 Kombinasi ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) dan daun binahong
METODE PENELITIAN
seledri dan daun binahong adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut
udema yang sebelumnya lima kelompok hewan uji telah diberikan perlakuan per
oral. Dimana dua kelompok sebagai kontrol yaitu CMC Na dan Natrium
Diklofenak, dan tiga kelompok sebagai uji ekstrak kombinasi herba seledri
(Apium graveolens L.) dan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).
4.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba seledri (Apium
graveolens L.) dan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dari
wilayah magetan.
4.2.2 Sampel
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah herba seledri (Apium
24
25
peluang yang sama untuk tiap unsur pada populai untuk dapat dipilih menjadi
anggota sampel penelitian. Pemilihan sampel teknik ini tidak bersifat subjektif
peneliti sehingga setiap unsur dalam populasi memiliki hak yang sama untuk
dosis 200 mg/kg BB : 200 mg/kg BB, 100 mg/kg BB : 300 mg/kg BB, 300 mg/kg
ukur (IWAKI), erlenmeyer (IWAKI), corong, jarum oral (sonde), kain flanel, dan
injection spuit.
Simplisia herba seledri, simplisia daun binahong, etanol 96%, tikus jantan,
ciri-ciri morfologi yang ada pada tanaman herba seledri (Apium graveolens L.)
yang dibuktikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
sebanyak 3 kg. Kemudian dicuci menggunakan air mengalir sebanyak tiga kali
untuk menghilangkan sisa kotoran yang menempel. Setelah dicuci, herba seledri
terpisah ditempatkan diatas tampah atau nampan secara merata. Digunakan teknik
pengeringan secara langsung dibawah sinar matahari yang diatasnya dilapisi kain
memerlukan waktu selama enam hari sampai kering sedangkan untuk daun
tertinggi dihasilkan dari lama pengeringan suhu oven selama 1 hari. Setelah
28
kering ditimbang, untuk herba seledri diperoleh sebanyak 320 gr sedangkan untuk
96%. Secara terpisah, sebanyak 300 gr seledri dan 300 gr daun binahong yang
sudah kering direndam dengan pelarut etanol 96% (1:10) sebanyak 3 liter atau
sampai simplisia terendam semua, selama 5 hari sambil berulang kali diaduk.
Setelah 5 hari, sampel disaring menggunakan kain flanel. Selanjutnya ekstrak cair
hingga diperoleh ekstrak kental yang kemudian dipanaskan pada waterbath untuk
menguapkan pelarut yang masih terkandung dalam ekstrak pada suhu 40˚C .
Uji flavonoid dilakukan pada ekstrak herba seledri. Terdapat tiga metode
Kedua, beberapa tetes larutan asam asetat 10% ditambahkan kedalam beberapa
pekat dari sisi tabung. Terbentuknya warna jingga adanya flavonoid (Rajendra,
2011).
29
Kombinasi ekstrak herba seledri dan daun binahong dibuat dengan tiga
kental, kemudian dimasukkan dalam beker glass. Volume pemberian per oral
yaitu 2 ml.
30
Kontrol positif yang digunakan yaitu natrium diklofenak dengan dosis 4,5
sebanyak 0,1ml secara subplantar (di bawah kulit telapak kaki tikus).
1. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan
berat dewasa rata-rata tikus adalah 200 - 250 gram sebanyak 25 ekor,
2007)
3. Setiap tikus ditandai dengan spidol pada sendi kaki belakang kiri agar
pemasukan kaki ke dalam pletismometer air raksa setiap kali selalu sama.
31
(kontrol negatif)
6. Pada menit ke-60 disuntikkan sediaan karagen 1% pada telapak kaki kiri
7. Kemudian setiap selang 1 jam diukur volume udem kaki tikus setelah
penyuntikan karagen selama 5 jam, volume kaki kiri belakang tikus diukur
kaki kiri belakang tikus ke dalam alat tersebut sampai tanda yang telah
32
kali.
Ket :
karagenan)
Ket :
Herba seledri dan daun binahong merupakan tumbuhan yang dengan mudah
ditemukan di lingkungan sekitar. Herba seledri dan daun binahong diperoleh dari
daerah Tawangmangu dengan nama species (Apium graveolens L.) dan (Anredera
dikeringkan dibawah sinar matahari pada bagian atas ditutupi menggunakan kain
hitam, lama pengeringan untuk herba seledri adalah selama 6 hari sedangkan
diperoleh sebanyak 320 gram untuk herba seledri dan 250 gram untuk daun
maserasi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 3,2 liter untuk serbuk herba seledri
dan 2,5 liter untuk serbuk daun binahong, kemudian hasil maserasi dipisahkan
dari pelarutnya dengan rotary evaporator pada suhu 70˚C. Ekstrak kental herba
33
34
seledri sebanyak 32,9 gram dan hasil rendemen sebanyak 10,96% dan ekstrak
kental daun binahong diperoleh sebanyak 22,7 gram dan hasil rendemen sebanyak
9,08%.
Identifikasi pada ekstrak herba seledri dan daun binahong untuk mengetahui
flavonoid pada ekstrak herba seledri dan daun binahong yaitu beberapa tetes
herba seledri dan daun binahong belum efektiv dalam menurunkan volume udem
pada telapak kaki tikus pada jam-jam terakhir. Uji ini dilakukan dengan membuat
ekstrak kental herba seledri dan daun binahong dengan dosis yaitu 200 mg/kgBB :
200 mg/kgBB, 100 mg/kgBB : 300 mg/kgBB, dan 300 mg/kgBB : 100 mg/kgBB.
Volume udem pada telapak kaki kiri tikus diukur dengan alat plestimometer setiap
60 menit selama 5 jam, dari data volume udema dapat dihitung nilai persentase
telapak kaki tikus, setelah diinduksi karagenan dapat dilihat pada tabel berikut :
35
Tabel 5.2 Persentase udema telapak kaki tikus selama lima jam
Rata-rata udem jam ke- (%)
Perlakuan
1 2 3 4 5
Kelompok I
CMC 1%
Kelompok II
Kontrol Positif
18,75 28,33 24,69 21,37 21,84
Natrium
Diklofenak
Kelompok III
Kombinasi Ekstrak
24,16 38,24 36,06 33,39 33,83
Dosis 200 mg :
200 mg
Kelompok IV
Kombinasi Ekstrak
26,89 29,82 37,64 42,75 39,38
Dosis 100 mg :
300 mg
Kelompok V
Kombinasi Ekstrak
33,01 37,63 34,42 39,45 32,82
Dosis 300 mg :
100 mg
persentase udema terbesar dibandingkan dengan kelompok uji lainnya. Hal ini
disebabkan karena kelompok kontrol negative tidak mengandung zat aktif yang
seluruh kelompok uji dilihat dari jam ke-1 hingga jam ke-5. Pada kontrol negatif
udema terbentuk maksimal pada jam ke-4 dan ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa
90
80 Kontrol Negatif
70
Kontrol Positif
60
Persentase (%)
50
Kombinasi Ekstrak Herba
40 Seledri dan Daun
Binahong Dosis 200 mg :
200 mg
30
Kombinasi Ekstrak Herba
Seledri dan Daun
20 Binahong Dosis 100 mg :
300 mg
10 Kombinasi Ekstrak Herba
Seledri dan Daun
0 Binahong Dosis 300 mg :
100 mg
1 2 3 4 5
Waktu (Jam)
disebut dengan persen inhibisi udema (radang) dapat dilihat pada tabel berikut :
Kelompok I
CMC 1%
Kelompok II
Natrium Diklofenak
Kelompok III
200 mg : 200 mg
Kelompok IV
100 mg : 300 mg
Kelompok V
300 mg : 100 mg
yang memiliki persen inhibisi terbesar adalah dosis kombinasi ekstrak herba
seledri dan daun binahong 200 mg/kgBB : 200 mg/kgBB yakni sebesar 54,19%
pada jam ke-4 dan 52,19% pada jam ke-5. Penghambatan udema dosis kombinasi
ekstrak 200 mg/kgBB : 200 mg/kgBB dimulai pada jam ke-2. Dibandingkan dosis
38
kombinasi ekstrak 200 mg/kgBB : 200 mg/kgBB dosis uji 100 mg/kgBB : 300
mg/kgBB memiliki persentase inhibisi radang paling kecil yakni 41,72% pada jam
ke-4 dan 48,42% pada jam ke-5. Selanjutnya dosis uji 300 mg/kgBB : 100
mg/kgBB mampu menghambat udema sebesar 45,49% di jam ke-4 dan 51,20%
80
70 Kontrol Negatif
60
Kontrol Positif
50
Persentase (%)
Dari gambar 5.2 dapat dilihat penghambatan udema pada kontrol positif
pada jam ke-2 dan mulai mengalami peningkatan pada jam ke-3 sampai jam ke-5
daun binahong dosis 200 mg/kgBB : 200 mg/kgBB terjadi peningkatan pada jam
ke-3 sampai jam ke-4 dan mengalami penurunan pada jam ke 5. Pada kombinasi
ekstrak herba seledri dan daun binahong dosis 100 mg/kgBB : 300 mg/kgBB
mengalami peningkatan pada jam ke-2, jam ke-3 dan jam ke-4 mengalami
penurunan tapi pada jam ke-5 terjadi peningkatan nilai persentase inhibisi. Lalu,
pada dosisi 300 mg/kgBB : 100 mg/kgBB mulai mengalami peningkatan pada jam
5.2 Pembahasan
herba seledri (Apium graveolens L.) dan daun binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis), kedua tanaman tersebut diperoleh dari daerah Magetan. Sebelum
dilakukan pengujian, herba seledri dan daun binahong terlebih dahulu dilakukan
graveolens L.) dan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dilakukan
dengan metode maserasi menggunakan pelarut 96% yang disimpan ditempat gelap
belum terlalu kental maka ekstrak dipanaskan diatas waterbath untuk menguapkan
etanol yang masih terdapat didalam padatan ekstrak.Dari hasil ekstraksi diperoleh
40
rendemen herba seledri dan daun binahong sebanyak 10,96% dan 9,08%.
udema buatan pada telapak kaki kiri belakang tikus putih jantan dengan induksi
karagenan. Metode ini dipilih karena merupakan metode paling umum yang
serta hasil yang diperoleh valid. Karegenan dipilih karena merupakan induktor
udema yang paling peka dibandingkan dengan induktor lain pada metode
penelitian ini menggunakan 0,1 ml suspensi karagenan 1% pada telapak kaki tikus
secara subplantar.
hal yang harus diperhatikan saat menggunakan alat ini adalah volume air raksa
harus sama pada setiap kali pengukuran, tanda pada pergelangan kaki hewan uji
harus jelas dan dipastikan pada saat mencelupkan telapak kaki hewan uji harus
tercelup sempurna sampai tanda batas yang telah ditentukan, serta ketelitian pada
saat pengukuran volume kaki hewan uji. Hal ini bertujuan untuk mendapat data
yang konstan pada tiap waktu dan dalam kondisi yang sama.
Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan galur
Wistar dengan berat badan 100-300 gram. Pemilihan jenis kelamin jantan lebih
estrogen, kalupun ada hanya dalam jumlah relatif sedikit serta kondisi hormonal
pada jantan relatif stabil jika dibandingkan dengan betina karena pada tikus betina
mengalami perubahan hormonal pada masa-masa tertentu seperti pada masa siklus
mempengaruhi kondisi psikologis hewan uji tersebut. Selain itu tingkat stress
tikus betina lebih tinggi dibandingkan dengan tikus jantan yang mungkin dapat
ekor terhadap lingkungan sekitar, setelah itu hewan uji dipuaskan selama (12-18)
jam sebelum perlakuan, dengan pemberian air minum (Parveen et al., 2007;
kelompok terdiri dari 5 ekor hewan uji, pada pergelangan kaki kiri belakang
ditandai menggunakan spidol agar setiap kali saat memasukkan kaki hewan uji ke
perlakuan berbeda untuk melihat pengaruh volume udema yang terbentuk pada
kaki hewan uji, tapi sebelum diberi perlakuan hewan uji ditimbang dan diukur
volume kaki dan dicatat sebagai volume awal. Selanjutnya hewan uji diinjeksi
secara per oral dengan kombinasi ekstrak herba seledri dan daun binahong satu
jam sebelum diinduksi karagenan 1%. Dosis yang digunakan adalah 200
mg/kgBB : 200 mg/kgBB, 100 mg/kgBB : 300 mg/kgBB, 300 mg/kgBB : 100
mg/kgBB. Kontrol negatif yang digunakan adalah CMC sedangkan untuk kontrol
Dari penelitian ini diperoleh hasil pada kelompok kontrol negatif memiliki
volume udema yang terbesar, hal ini disebabkan karena kontrol negatif tidak
kontrol positif persentase inhibisi udema terjadi penurunan pada jam ke 2 yaitu,
sebesar 52,48% dan terjadi peningkatan dari jam ke-3 sampai jam ke-5. Perlakuan
kombinasi ekstrak herba seledri dan daun binahong dosis 200 mg/kgBB : 200
mg/kgBB menunjukkan penurunan persen inhibisi pada jam ke-2 yaitu, sebesar
37,28% setelah itu meningkat pada jam ke-3 dan pada jam ke-5 mengalami
peningkatan pada jam ke-2 sebesar 51,39% kemudian pada jam ke-3 terjadi
penurunan tapi pada jam ke- 4 dan ke-5 terjadi peningkatan. Kombinasi dosis 300
mg/kgBB : 100 mg/kgBB terjadi peningkatan dari jam ke-2 yaitu, sebesar 39,18%
kombinasi ekstrak herba seledri dan daun binahong yang digunakan menunjukan
nilai persentase inhibisi udema yang tidak stabil seperti yang sudah dijelaskan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuziani (2015) dimana efek
mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB yang diberikan secara oral dapat
mengurangi volume udema pada tikus putih galur Wistar. Berbeda juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Desi, et al., (2016) menunjukkan ekstrak etanol
herba seledri (Apium graveolens L.) terhadap tikus Wistar jantan memiliki
aktivitas inflamasi dengan dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, dan 400 mg/kgBB.
43
Dalam penelitian ini nilai persentase inhibisi udema yang naik turun dapat
volume udema pada alat plestimometer, selain itu dapat juga disebabkan oleh
adanya hewan uji yang pada waktu penelitian sulit ditenangkan sehingga saat
pengukuran volume udem tidak tepat. Menurut Darwis, et al., (2012) pada
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
seledri (Apium graveolens L.) dan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
1. Uji efektivitas dalam menghambat udema pada telapak kaki kiri tikus
putih jantan tidak dapat diambil kesimpulan karena tidak stabilnya hasil
persentase inhibisi udema jam ke-1 sampai jam ke-5 pada masing-masing
kelompok perlakuan.
persentase inhibisi udema hanya bertahan selama 2 jam dari waktu yang
6.2 Saran
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Astuti S.M, Sakinah A.M, Andayani B.M, Risch A., 2011. Determination of
saponin compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis plant (binahong)
to potential treatment for several diseases, Journal of Agricultural Science.
Volume 3 No.4:224–32.
Barnes, J., Anderson L., dan A, Philipson J. D., 2002. Herbal Medicines (second
edition), 102-109, Pharmaceutical Press, London.
Blumert, M., dan Liu J., 2003. Jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum), China’s
Immortality Herb 3rd ed, Badger, Torchlight Publishing.
Calzado, Y.R., Cuevas, V., Polli, J.E., Zhang, H., Amidon, G.L., Junginger, H.E.,
Shah, K.K.V.P., Stavchansky, S., Dressman, J.B., Barends, D.M., 2009.
Biowaver Monograps for Immediate Release Splid Oral Dosage Forms:
Diclofenac Kalium and Diclofenac Potassium, Journal Pharmacy Science,
Volume.98 No.4:1206-19
Corsini, E., Paola R.D., Viviani, B., Genovese, T., Mazzon, E., Lucchi, L., Galli,
C.L., and Cuzzorcrea S., 2005. Increased Carragenan-Induced Acute Lung
Inflamation in OldRats,Immunology,115(2):253-261.
Darwis, W., Hafiedzani, M., dan Astuti, R.R.S., 2012. Efektivitas Ekstrak Akar
dan Daun Pecut Kuda Stachytarpetha jamaicensis (L) Vahl Dalam
Manghambat Pertumbuhan Jamur Candida albicans Penyebab Kandidiasis
Vaginalis, Journal Konservasi Hayati, Volume.8 No.2:1-6
Isnaini, H., 2009. Uji Aktivitas Salep Extract Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Ten) Steenis) Sebagai Penyembuhan luka Bakar Pada Kulit Punggung
Kelinci. Skripsi. Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kalabharathi, H.L., Suresha, R.N., Pragathi, B., Pushpa, V.H., & Satish, A.M.,
2011. Anti inflammatory activity of fresh tulsi leave (Ocimum Sanctum) in
albino rats. International Journal of Pharma and Bio Sciences, Volume.2
No.4:45-50
Katzung, B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi ke-1, Salemba
Medika, Jakarta.
Katzung, B.G., 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 10, EGC, Jakarta.
Kristanti, A.N, Aminah, N.S, Tanjung, M, Kurniai, B., 2008. Buku Ajar
Fitokimia, Surabaya : Universitas Airlangga.
Manoi, F., 2009. Binahong (Anredera cordifilia) sebagai obat, Warta penelitian
dan pengembangan, Volume.15 No.1:3-6.
Mitchell et al., 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, EGC, Jakarta.
Mycek, M.J., 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika, Jakarta.
Parveen, Z., Deng, Y., Saeed, M.K., Dai, R., Ahamad, W., Yu, Y.H., 2007.
Antiinflamatory and Analgesic Activities of Thesium chinense Turez
47
Rajavel, R., Sivakumar, T., Jagadeeswaran, M., and Malliga, P., 2007. Evaluation
of Analgesic and Antiinflammatory Activities of Oscillatoria willei in
Experimental Animal Models. Journal of medicinal plant research .
Robbins, 2004. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 1, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Setyarini, H., 2009. Uji Daya Antiinflamasi Gel Ekstrak Etanol Jahe 10%
(Zingiber officinale Roscoe) Yang Diberikan Topikal Terhadap Udem Kaki
Tikus Yang Diinduksi Karagenin . Skripsi. Surakarta : Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Swathy, B., Lakshmi, S.M., & Kumar, A.S., 2010. Evaluation of analgesic and
antiinfammatory Properties of chloris barbata (sw.). International Journal
of Phytopharmacology, Volume 1 No.2:92-96
Tjay, T., dan Rahardja, K., 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek Sampingnya, edisi VI, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Yuliani, S.H., Fudholi, A., Pramono, S., dan Marchaban, 2012. Physical
Properties of Wound Healing Gel of Ethanolic Extract of Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) during Storage, Indonesian Jounal
Pharmacy, 23(4): 203-8
50
Lampiran 2. Dosis Pemberian Secara Oral
Diketahui :
3.
= 0,45 mg/ml
1. 0,24 6. 0,24
2. 0,24 7. 0,23
3. 0,23 8. 0,24
4. 0,23 9. 0,24
51
= 0,236 gr
= 236 mg
Pengambilan serbuk
= 0,2 gram ad 20 ml
= 17,7 ml
Kontrolnegatif CMC 1 %
CMC 1 % = 1 gram dalam 100 ml aquadest
Aqudest ad 20 ml = 20 – (0,2+2)
= 17,8 ml
52
Perhitungan konsentrasi ekstrak herba seledri dan daun binahong
= 57,9 mg
= 1150 mg/20 ml
= 57,9 mg
= 1150 mg/20 ml
= 15,5 ml
53
Pembuatan konsentrasi ekstrak herba seledri dan daun binahong 100
= 20,95 mg
= 579 mg/20 ml
= 86,85 mg
= 1,737 mg/20 ml
= 15,40 ml
54
Pembuatan konsentrasi ekstrak herba seledri dan daun binahong 300
= 86,85 mg
= 1,737 mg/20 ml
= 20,95 mg
= 579 mg/20 ml
= 15,40 ml
55
Lampiran 3. Perhitungan Rendemen
% Rendemen =
= 10,96%
% Rendemen =
= 9,08%
56
Lampiran 4. Proses Penyaringan Ekstrak
57
Lampiran 5. Proses Evaporasi
58
Lampiran 7. Pembuatan Suspensi
59
Kombinasi Ekstrak
60
Lampiran 8. Identifikasi Flavonoid
Sebelum Sesudah
61
Lampiran 10. Pemberian Suspensi Secara Oral
62
Lampiran12. Volume Pemberian Ke Hewan Uji
63
Lampiran 13. Volume Udem Kaki Tikus Setiap Waktu
64