OLEH
13.050
JULI 2016
PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KONSENTRASI
Diajukan kepada
OLEH
13.050
JULI 2016
Dewan Penguji
Mengetahui Mengesahkan,
Pembantu Direktur Direktur
Bidang Kurikulum
.
Ambar Fidyasari, STP., MP Dra. Wigang Soelandjari, M.Si
PERNYATAAN
NIM : 13.050
didalam Naskah Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya tulis ilmiah yang
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain dan disebutkan dalam sumber kutipan dan pustaka
Apabila ternyata didalam naskah Karya Tulis Ilmiah ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Karya Tulis Ilmiah ini digugurkan
dan gelar akademik yang telah saya peroleh (A.Md., Si) dibatalkan, serta diproses
sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku (UU NO. 20 Tahun
2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Di Kota Malang, buah markisa kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa) banyak
dibudidayakan dan terdapat salah satu home industry yang memanfaatkan buah
markisa menjadi salah satu produk sirup. Buah markisa kuningmengandung
Vitamin C sebanyak 20mg/100gram bahan dan kandungan Vitamin C yang tinggi,
diinginkan dalam produk sirup tersebut. Salah satu usaha untuk menjaga
kandungan Vitamin C dalam sirup tersebut adalah dengan ditambahkannya
natrium metabisulfit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan variasi konsentrasi natrium metabisulfit terhadap stabilitas Vitamin
C pada sirup markisa kuning. Pada proses persiapan serta pelaksanaan yang
meliputi pemilihan bahan baku, sortasi, pembuatan sirup markisa, dan
analisiskadar Vitamin C dengan menggunakan metode titrimetri 2,6 natrium
diklorofenol-indofenol. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa konsentrasi
natrium metabisulfit 0,5% merupakan konsentrasi yang paling baik dalam
menjaga stabilitas Vitamin C pada sirup markisa secara signifikan dilihat dari
penurunan kadar Vitamin C yang tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan
konsentrasi 0%, konsentrasi 0,1% dan konsentrasi 0,3%.
i
ABSTRACT
Malang city, yellow passion fruit (passiflora edulis var. flavicarpa) has many
cultivated and there has home industry which was used the yellow passion fruit
into syrup product. Yellow passion fruit contained Vitamin C 20mg/100gram
materials and the highs Vitamin C want to include to the syrup product. To keep
Vitamin C from that syrup was added with sodium metabisulphite. This study
aims to knowing the influance of concentration variance added of sodium
metabisulphite to stability of Vitamin C on yellow passions fruit syrup.
Preparation process and implementation contained selection of raw materials,
sorting, making passion fruit syrup, and analysis of the levels of Vitamin C using
titrimetric 2.6 na-dikhlorophenol indophenol method. Result of this study was
showed the sodium metabisulphite concentration 0,5% was the best concentration
to stability of Vitamin C from yellow passion fruit with significantly viewed from
reducing of Vitamin C levels which was it’s not to big if compared with 0%
concentration, 0,1% concentration, and 0,3% concentration.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Penambahan Variasi Konsentrasi
Natrium Metabisulfit terhadap Stabilitas Vitamin C pada Sirup Markisa Kuning
(Passiflora edulis var. flavicarpa)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan program D-III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Putra Indonesia Malang.
Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Wigang Solandjari, M.Si., selaku Direktur Akademi Analis Farmasi
dan Makanan Putra Indonesia Malang
2. Ibu Dr. Erna Susanti, M.Biomed, Apt., selaku dosen pembimbing yangtelah
memberikan bimbingan, suport, dan memberikan nasehat serta masukan yang
bermanfaat bagi penulis dan juga meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
3. Ibu Dra. Wahyu Wuryandari, M.Pd., dan Ibu Fitri Eka Lestari, S.Gz., selaku
dosen penguji yang telah memberikan nasehat dan masukan yang bermanfaat
bagi penulis.
4. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia
Malang bereserta staf.
5. Orang tua dan Keluarga yang senantiasa memberi dukungan dan do’a bagi
penulis.
6. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah memberikan dukungan
dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat obyektif dan
iii
iv
mahasiswa di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia dan bagi
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN ORISINILITAS
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
v
vi
2.1.4 Kandungan Markisa .............................................................................. 11
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 60
LAMPIRAN ......................................................................................................... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi kimia markisa kuning per 100g bahan ............................... 12
Tabel 2.2 Syarat mutu sirup berdasarkan Standar Nasional Indonesia ................ 17
Tabel 2.4. Kategori Pangan dan Batas Maksimum Penggunaan BTP Pengawet
............................................................................................................................... 27
Tabel 2.5 Syarat mutu sirup sari buah markisa berdasarkan SII KOPRA ............ 31
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kadar Vitamin C pada Sirup Markisa .......................... 53
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Stabilitas Vitamin C pada Sirup Markisa
Kuning ................................................................................................................. 54
x
DAFTAR LAMPIRAN
flavicarpa) ............................................................................................................ 66
Lampiran 17. Hasil Analisis Data Uji One Way Anova ....................................... 95
xi
BAB I
PENDAHULUAN
perumahan, dan pendidikan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya
yang dikeluarkan oleh badan dunia untuk urusan pangan, yaitu Food and
AgriculturalOrganization (FAO). Salah satu produk pangan yang tidak bisa lepas
yang berguna bagi kelangsungan hidup. Minuman adalah segala sesuatu yang
berbentuk cair, namun ada pula yang berbentuk padat seperti es krim atau es lilin.
terhadap kesehatan (Winarti, 2006). Salah satu contoh minuman yaitu sari buah.
Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran
buah segar yang telah masak. Pada prinsipnya terdapat 2 macam sari buah, yaitu
sari buah encer atau sari buah yang dapat langsung diminum dan sari buah pekat
1
2
(sirup). Sedangkan sirup yaitu produk yang dibuat dari sari buah yang telah
dihaluskan dan disaring dengan penambahan pemanis yaitu gula. Cairan yang
Proses pemekatan dapat dilakukan baik dengan cara pendidihan biasa maupun
dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini
tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air (1 bagian
sirup dengan 5 bagian air) (Badan Litbang Pertanian, 1989). Kelebihan sirup
antara lain yaitu adalah mudah dilarutkan dalam air, praktis dalam penyajian
karena tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyajikannya. dan memiliki
daya simpan yang relatif lama. Salah satu buah yang dapat dijadikan sirup yaitu
markisa.
Indonesia ada empat jenis yaitu markisa ungu (Passiflora edulis var. Edulis),
(Passiflora edulis var. Flavicarpa) atau yellow passion fruit merupakan hasil
mutasi dari bentuk markisa ungu. Markisa ini umumnya memiliki warna yang
kuning berbintik-bintik putih apabila sudah matang dan berukuran sebesar bola
tenis dengan aroma khas yang sangat kuat dan rasa asam yang tinggi.
diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu dari sirup tersebut.
3
signifikan terhadap kandungan kimia dari produk makanan terutama vitamin dan
gambaran dari proses yang baik. Tahapan pada pembuatan sirup terdiri dari
pembuatan sirup, dan juga proses pengemasan. Diantara sejumlah tahapan dalam
pembuatan sirup, tahap yang sangat menentukan kerusakan vitamin dan mineral
adalah pada tahap pemotongan dan pemanasan. Vitamin yang mudah hilang atau
teroksidasi yaitu vitamin C. Pada sirup markisa, kandungan vitamin yang tinggi
yang dapat menghambat kerusakan vitamin C tersebut. Salah satu bahan tambahan
pangan yang dapat menghambat kerusakan vitamin C dalam suatu produk adalah
putih, mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, berbau khas seperti
sulfur dioksida dan mempunyai rasa asam atau asin, lebih stabil bila dibandingkan
pengeringan buah dan sayur-sayuran. SO2 juga dapat menahan asam askorbat
menjadi sulfit (SO2). Sulfit (SO2) bila berada dalam makanan maupun minuman
akan menjadi endapan sulfur, hal ini disebabkan karena Sulfit (SO2) bertemu
dengan air yang bersifat sadah (Ca dan Mg) atau bertemu dengan ion-ion ataupun
logam-logam yang terdapat dalam air. Sehingga dalam hal ini, natrium
oksidasi vitamin C pada sirup markisa dan sebagai penggumpal ion-ion terutama
air yang bersifat sadah serta partikel-partikel pengotor sehingga dapat menjadikan
sirup markisa menjadi jernih. Setelah semua natrium metabsiulfit telah habis
bereaksi dengan oksigen, maka oksigen baru akan bereaksi dengan vitamin C
paling sederhana, yang terdiri dari 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil
(C6H8O6) karena mudah sekali bereaksi dengan oksigen di udara menjadi asam
dehidroaskorbat (Wiwit, et al., 2012). Vitamin C memiliki sifat yang mudah larut
dalam air dan mudah mengalami kerusakan atau oksidasi. Kerusakan vitamin C
akibat proses oksidasi dapat dipercepat oleh adanya panas atau pemanasan, udara,
sinar alkali, enzim, oksidator, serta katalis berupa tembaga dan besi (Wiwit, et al.,
titrasi volumetri.
5
yang akan dianalisis dengan larutan baku standar yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti . Salah satu titrasi volumetri yaitu titrasi 2,6D. Titrasi
dan merupakan titrasi yang spesifik digunakan pada analisa vitamin C pada suatu
bahan pangan. Pada titrasi ini, persiapan sampel ditambahkan asam oksalat atau
(Wijarnako, 2002).
stabilitas vitamin C pada sirup buah markisa berdasarkan kadar vitamin C dan
sebagai berikut :
optimal pada sirup markisa yang tidak menurunkan kadar vitamin C secara
signifikan
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah pembuatan sirup markisa dengan
penambahan variasi konsentrasi natrium metabisulfit (0% b/v, 0.1% b/v, 0.3 % b/v,
0.5% b/v) dengan lama pemasakan selama 15 menit. Stabilitas vitamin C pada
Keterbatasan dari penelitian ini antara lain adalah penelitian ini dilakukan
hanya untuk melihat stabilitas vitamin C pada sirup markisa dan tidak dilakukan
pengujian lebih lanjut terhadap angka proksimat serta residu sulfit dari sirup
dimana vitamin C dalam sirup tersebut masih sama seperti saat pembuatan
sirup markisa.
2. Sirup markisa adalah sirup yang dibuat dari sari buah markisa dengan
TINJAUAN PUSTAKA
dari daerah tropis Amerika Serikat tepatnya di Brasil dan kemudian menyebar
quadragularis).
1500 mdpl, dengan curah hujan minimal 1200mm/tahun, kelembapan antara 80-
90%, dan dengan suhu lingkungan antara 20-300C. Tanaman markisa dapat
tumbuh diberbagai jenis tanah, terutama pada tanah yang gembur, mempunyai
8
9
Ordo : Passiflorae
Famili : Passifloraceae
Genus : Passiflora
(Rukmana, 2003)
dataran rendah hingga pada ketinggian 600 mdpl., curah hujan antara 2.000 -
mencapai 20 meter atau lebih. Batang tanaman berkayu tipis dengan ruas batang
panjang 7-10 cm, bersulur dengan sulur muda berwarna coklat, dan memiliki
cabang tanaman berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi hijau kecoklatan
(Rukmana, 2003).
Daun tanaman markisa sangat rimbun dan tumbuh secara bergantian pada
batang atau cabang. Daun tanaman markisa berbentuk menjari dengan ukuran
daun lebih besar dan lebih tebal daripada markisa ungu, panjang tangkai 2-4 cm,
panjang daun 10-13 cm, dan lebar 9-12 cm. Daun muda berwarna hijau,
besar dengan diameter 7-8 cm, mahkota tambahan berbentuk benang dan
memencar, panjang ± 3,5 cm, pangkal berwarna ungu, dan ujung berwarna putih.
Buah muda tanaman markisa berwarna hijau, sedangkan buah tua (masak)
berwarna kuning muda – kuning berbintik putih, kulit agak tebal dan keras,
berbentuk bulat sampai bulat agak lonjong atau oval, berdiameter 5-7 cm, bobot
55-130 gram, sari buah berwarna kuning, dan rasanya asam manis dengan aroma
permukaan yang halus berwarna kuning berbintik putih dengan daging segar
berwarna putih, oranye atau hijau dengan tekstur yang lembut (Halimas, 2014).
2014). Manfaat lain dari markisa yaitu menghilangkan racun dalam darah,
11
menjaga kesehatan kulit dan mata, membangun sistem kekebalan tubuh, menjaga
kesehatan hati dan ginjal, dan mengatasi infeksi saluran kemih (Wirakusuma E.,
2007)
Buah markisa asam terdiri dari kurang-lebih 45% kulit buah dan 55%
bagian yang dapat dimakan dari bobot buah segar. Daging buah markisa sangat
lunak dan encer dengan biji-biji kecil yang lunak dan bisa dimakan. Rasanya
manis, segar, dan kandungan airnya sangat tinggi. Kandungan gizi dari buah
markisa adalah fosfor, zat besi, kalsium, potassium, sodium, vitamin A, vitamin
krisin, isoviteksin, asam sitrat, niasin, riboflavin, tiamin, karoten, serat, energi,
Dari 100 gram bagian buah yang dapat dimakan, komposisi kimia bahan
Karbohidrat (g) 16
Kalsium (mg) 10
Vitamin C (mg) 20
Vitamin A (SI) 20
Niasin (mg) 20
Air (g) 69 – 80
Flavor markisa sangat menyengat dan khas mirip jambu biji. Cita rasa
yang khas pada markisa disebabkan oleh asam-asam organik dan rasio antara gula
dan asam yang dikandungnya. Markisa kuning mempunyai kandungan asam lebih
gula/asam markisa kuning adalah 3:8 dan markisa ungu adalah 2:1, sehingga
13
markisa ungu memiliki rasa lebih asam dibanding markisa kuning (Wahyuni, et
al., 2014)
2.1.4.1 Vitamin C
dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk
Menurut Winarno (2002), hampir semua vitamin yang kita kenal sekarang telah
dikelompokkan menjadidua golongan utama yaitu vitamin larut dalam lemak yaitu
meliputi vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang larut dalam air yang terdiri dari
air. Senyawa ini merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap
senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Dalam keadaan murni vitamin C
berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H6O6.
meleleh pada suhu 1900 C -1920C. Rasanya sedikit masam, mudah larut dalam air.
Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika
oleh adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta katalis berupa tembaga
produksi interferon (protein yang melindungi sel dari serangan virus). Antioksidan
menjadi radikal askorbil. Senyawa radikal terakhir ini akan segera berubah
juga memiliki fungsi fisiologis dalam tubuh manusia, namun tidak memiliki
adalah sekitar 60mg, untuk wanita hamil 95mg, anak-anak 45mg, dan bayi 35mg
(Yuliana, 2011)
kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan
(Ika, 2009).
metabolisme besi, adsorbs kalsium, mencegah infeksi serta mencegah kanker dan
organ tubuh pada biologi manusia. Buah-buahan yang segar, sayuran dan
(sakarosa: High Fructose Syrup dan atau gula inversi lainnya) dengan atau tanpa
penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan. Definisi sirup yang lain
menurut Satuhu (1994) yaitu sejenis minuman ringan berupa larutan kental
dibuat dengan cara melarutkan gula tebu atau sirup jagung, atau kombinasi
keduanya dalam air, dengan menambahkan bahan penambah cita rasa pada larutan
tiga, yaitu sirup esens, sirup glukosa, dan sirup buah-buahan. Sirup esens adalah
sirup yang cita rasanya ditentukan oleh esens yang ditambahkan. Sirup glukosa
adalah sirup yang mempunyai rasa manis saja, biasanya digunakan sebagai bahan
baku industri minuman, sari buah, dan sebagainya. Sirup buah adalah sirup yang
aroma dan rasanya ditentukan oleh bahan dasarnya, yakni buah segar (Herlina
produk yang dibuat dari sari buah yang telah disaring dengan penambahan
16
pemanis yaitu gula. Sirup buah biasanya mempunyai total padatan terlarut
terdiri atas 2 tahap, yaitu pembuatan sari buah dan pembuatan sirup gula.
Kemudian sari buah dan sirup gula dimasak dengan cara dipanaskan sambil
makanan untuk memperbaiki warna, cita rasa, aroma, dan daya simpan dari sirup
simpan yang relatif singkat dan memiliki kadar air yang cukup
tidak diinginkan.
(Sihombing, 2009)
Minuman sari buah markisa jenis sirup adalah bahan minuman yang dibuat
dari sari buah markisa dengan larutan gula (sakarosa) pekat dan diperbolehkan
sirup markisa cukup mudah dan dapat dikerjakan dengan alat sederhana.
Buah markisa
Gula pasir
Natrium bisulfit
Natrium benzoat
Larutan CMC
Asam sitrat
secara umum bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
2.3.2.1 Air
Air merupakan salah satu komponen penting dalam bahan makanan karena
air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa pada makanan. Air
kesegaran, dan daya tahan bahan tersebut. Selain merupakan bagian dari suatu
bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut
ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri (Winarno, 2008)
yang terdapat dalam suatu bahan makanan dan berfungsi sebagai pelarut berbagai
Menurut Anonim (2010), asam sitrat merupakan asam organik lemah yang
ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus citrus (jeruk-jerukan). Senyawa
ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai
penambah rasa asam pada makanan dan minuman ringan. Asam sitrat terdapat
pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi
tinggiyang dapat mencapai 8% bobot kering pada jeruk lemon dan limau.
Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan
Menurut Anonim (2010), asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam
dan mencegah kristalisasi gula. Selain itu, asam sitrat juga berfungsi sebagai
asam organik yang berbentuk kristal atau serbuk putih. Sifat-sifat asam sitrat
antara lain: mudah larut dalam air, spiritus, dan etanol, tidak berbau, rasanya
sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang
terjadinya pencoklatan karena dapat mengkompleks ion tembaga yang dalam hal
21
ini berperan sebagai katalis dalam reaksi pencoklatan. Selain itu asam sitrat juga
polifenolase (PPO) menjadi inaktif. Dalam reaksi enzim PPO asam sitrat
asam sitrat mengkelat yang dapat mengikat logam-logam divalen seperti Cu2+,
positif dari protein. Penggunaan Na-CMC sebagai derivat dari selulosa antara
0,01%-0,8% akan mempengaruhi produk pangan seperti jelli buah, sari buah,
mayonnaise dan lain-lain. Semua zat pengental dan pengental adalah hidrofil dan
terdispersi dalam larutan yang dikenal sebagai hidrokolid. CMC ini biasanya
digunakan diberbagai industri seperti : tekstil, kramik, dan makanan (Nisa, et al.,
2014).
turunan selulosa yang digunakan secara luas oleh industri makanan adalah garam
mendapatkan tekstur yang baik. Selain itu juga digunakan untuk mencegah
terdiri dariunit molekul sellulosa. Setiap unit anhidroglukosa memiliki tiga gugus
22
hidroksil dan beberapa atom Hidrogen dari gugus hidroksil tersebut disubstitusi
(DS). Jumlah gugus hidroksil yang tergantikan atau nilai DS mempengaruhi sifat
kekentalan dan sifat kelarutan CMC dalam air. CMC yang sering digunakan
adalah yang memiliki nilai DS sebesar 0,7 atau sekitar 7 gugus Carboxy methyl
per 10 unit anhidroglukosa karena memiliki sifat sebagai zat pengental cukup baik
polimerisasi (DP). Nilai DS dan nilai DP ditentukan oleh berat molekul polimer,
dengan bertambah besarberat molekul CMC maka sifatnya sebagai zat pengental
1) Mudah larut dalam air dingin maupun air panas. Dapat membentuk lapisan
2) Bersifat stabil terhadap lemak dan tidak larut dalam pelarut organik
bahan aditif pada produk minuman dan juga aman untuk dikonsumsi. CMC
mampu menyerap air yang terkandung dalam udara dimana banyaknya air yang
terserap dan laju penyerapannya bergantung pada jumlah kadar air yang
Kelembaban CMC yang diijinkan dalam kemasan tidak boleh melebihi 8 % dari
2.3.2.4 Gula
gula harus diuji untuk dapat diterima pasar. Kualitas gula diukur dengan
menganalisis Nira Perahan Pertama (NPP) tebu. Analisis kualitas nira meliputi
%brix, %pol, pH, gula reduksi %brix, Harkat Kemurnian (HK) dan Nilai Nira
Perahan Pertama (NNPP). %brix adalah zat padat kering terlarut dalam larutan
(gr/100gr larutan) yang dihitung sebagai sukrosa. %pol adalah jumlah gula (gr)
yang terlarut dalam 100 gram larutan yang mempunyai kesamaan putaran optik
setiap proses pengolahan menjadi gula. Gula reduksi %brix merupakan hasil
inversi dari sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Diyanto kuspratomo, Aries,
Burhan, 2012).
Menurut Buckle et al., (1987), gula adalah suatu istilah umum yang sering
diartikan bagi setiap karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam
masing bahan dalam komposisi gula ini memiliki suatu rasa manis yang khas yang
sangat berbeda. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu jenis gula (Sukrosa, Glukosa, Dekstrosa, Sorbitol, Fruktosa, Maltosa,
Laktosa, Manitol, Honey, Corn syrup, High fructose syrup, Molase, Maple syrup),
konsentrasi, suhu serta sifat mediumnya. Tujuan penambahan gula adalah untuk
24
memperbaiki flavour bahan makanan sehingga rasa manis yang timbul dapat
meningkat kelezatan.
Gula pasir terbuat dari sari tebu yang mengalami proses kristalisasi.
Warnanya ada yang putih dan kecoklatan (raw sugar) serta ukuran butirannya
seperti pasir. Biasanya gula ini digunakan sebagai pemanis untuk masakan,
untuk menghasilkan rasa manis saja meskipun rasa ini penting. Gula bersifat
kelembaban relatif dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan
yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan), ini pun umum
bagi gula untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan
bahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi
memiliki berat mulekul 190,12 g/mol. Natrium metabisulfit sangat larut dalam air,
25
kelarutan natrium metabisulfit adalah 54 g/100 ml (20ºC) dan 81,7 g/100 ml (100º
C). Natrium metabisulfit bersifat mengikat air dengan kepadatan 1,48 g/cm3. Titik
lebur natrium metabisulfit yaitu >170˚C dimulai dari 150˚C (Wisra, 2016).
berupa serbuk dan kristal putih apabila direaksikan dengan air, natrium
metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida. Gas tersebut mempunyai bau yang
dioksida ketika kontak dengan asam kuat. Natrium metabisulfit disimpan ditempat
yang sejuk dalam wadah tertutup dan diarea yang mempunyai ventilasi baik
enzimitis pada buah sebelum diolah, menghilangkan bau, rasa getir pada ubi kayu,
menurunkan kandungan air dan memperpanjang masa simpan pada gula merah
(Wisra, 2016).
Menurut Desrosier (1988) dan Furia (1972), sifat fisik dari natrium
metabisulfit adalah berbentuk serbuk, berwarna putih, mudah larut dalam air,
sedikit larut dalam alkohol, berbau khas seperti sulfur dioksida dan mempunyai
rasa asam atau asin, lebih stabil bila dibandingkan dengan natrium bisulfit.
Natrium metabisulfit bisa digunakan dalam bahan pangan untuk mencegah reaksi
26
pencoklatan, baik secara enzimatis maupun non enzimatis, sebagai pemutih dan
(sebagai sulfit, bisulfit atau metabisulfit) dalam bahan pangan yang beraneka
enzimatik lainnya yang dikatalis oleh enzim dan sebagai antioksidan. Apandi
SO2 juga dapat menahan asam askorbat, juga mempunyai efek antibiotik
batasan banyaknya konsumsi bahan tambahan makanan yang dapat diterima dan
dicerna setiap hari seumur hidup tanpa mengalami resiko kesehatan. ADI dihitung
tambahan makanan per kg berat badan. ADI untuk natrium metabisulfit adalah
Tabel 2.4. Kategori Pangan dan Batas Maksimum Penggunaan BTP Pengawet Natrium
Metabusulfit Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. 36 Tahun 2013.
No. Kategori Kategori Pangan Batas maksimal
Pangan (mg/kg) dihitung
sebagai residu
04.1.1.2 Buah utuh segar dengan permukaan di 30
beri perlakuan
12.6 Saus dan produk sejenis 300
12.2 Herba, rempah, bumbu dan kondimen 200
(misalnya bumbu mi instan)
04.1.2.2 Buah kering 100
004.2.2.3 Sayur, minyak, kecap kedelai 100
04.1.2.5 Jem, jelidan marmalad 50
04.2..2.1 Sayur, kacang dan biji-bijian beku 50
06.4.3 Pasta dan mi pra masak serta produk 20
sejenisnya
11.1.2 Tepung gula, tepung dekstrosa 15
11.1.3 Gula putih lunak, gula merah lunak, sirup 20
glukosa, gula pasir mentah
11.1.5 Gula kristal putih 15
11.2 Gula merah 40
12.3 Cuka makan 100
14.1.2.3 Konsentrat sari buah 50
11.4 Semua jenis sirup meja, sirup untuk 40
hiasan bakeri dan es dan gula untuk
hiasan kue
04.1.2.7 Buah bergula 100
15.1 Makanan ringan berbahan dasar kentang, 50
umbi, serealia, tepung atau pati (dari
umbi dan kacang)
Sumber : Peraturan Kepala BPOM RI No. 36 Tahun 2013
28
kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama bahan pangan yang
dikonsumsi. Apabila pemakaian bahan pangan dan dosisnya tidak diatur dan
1. Efek kesehatan
Organ target natrium metabisulfit pada manusia adalah mata, kulit, saluran
menyebabkan iritasi pencernaan dan nyeri abdomen, muntah dan diare. Pada
individu yang rentan, terutama pada penderita asma. Sulfit dapat meneyebabkan
bersin, nafas pendek, ketidak sadaran . Tanda dan gejala termasuk flusing (ruam
pada kulit yang disertai rasa panas) dan gatal yang menyeluruh, serta henti nafas.
2. Toksisitas
natrium metabisulfit adalah oral pada manusia 7mg/kg yang didasarkan tidak
menemukan efek samping, oral pada tikus 820mg/kg, oral pada kelinci 2825
3. Genotoksitas
600ppm, pada sel limfosit manusai 100 umol/L, analisis sitogenik pada sel tikus
25mg/L, analisis sitogenik pada sel kuda 250mg/L. Efek mutagenik dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem syaraf pusat dan perifer (SIKerNas, 2012).
Nutrition” menyatakan bahwa reaksi sulfit pada umumnya terjadi pada orang yang
menderita asma. Para pekerja juga beresiko terkena iritasi melalui kontak
langsung dengan natrium metabisulfit, selain itu beberapa gejala dari reaksi alergi
anggota badan, gatal-gatal dan kesemutan pada anggota tubuh (Wisra, 2016).
diantaranya adalah :
rasa perih pada mata dan kemerahan, jika terjadi terus menerus dapat
sistem hidung, tenggorokan atau saluran pernafasan, sesak nafas, batuk, hidung
bahan, maka sulfit ini akan teroksidasi menjadi sulfat sehingga nantinya dapat
31
merupakan antioksidan yang mudah larut dalam air. Natrium metabisulfit bereaksi
bahan yang dijadikan tameng untuk melindungi bahan anktif yang akan
teroksidasi dengan cara lebih dahulu teroksidasi dibandingkan dengan zat aktif
Tabel 2.5 Syarat mutu sirup sari buah markisa berdasarkan SII KOPRA
asam benzoat)
As)
warna. Larutan 2,6D dalam suasana netral atau basis akan berwarna biru sedang
dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6D direduksi oleh
asam askorbat maka akan menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat
sudah mereduksi 2,6D maka kelebihan larutan 2,6D sedikit saja sudah akan
protein karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C yang terikat dengan
protein. Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat
Metode 2,6D ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak
digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Metode ini
lebih baik dibandingkan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak
spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Untuk perhitungan maka
(Yuliana, 2011).
33
Sumber: Sudarmaji
34
Pangan
Makanan Minuman
Markisa Stabilitas
Natrium Vitamin C
Metabiusulfit
Titrasi 2,6D
(2,6-Na diklorofenol indofenol)
35
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Salah satu produk
pangan yang tidak bisa lepas dari kebutuhan manusia adalah minuman. Minuman
merupakan sesuatu yang dapat menghilangkan rasa haus, sari buah merupakan
yang telah masak, dari sari buah yang telah dihancurkan atau diperas maka dapat
dibuat menjadi sirup. Buah yang dapat dibuat menjadi sirup adalah markisa
Mutu sirup yang baik dapat ditandai dengan tidak terjadinya penurunan
yang signifikan terhadap kandungan kimia dari produk sirup tersebut. Salah satu
hal yang ingin dipertahankan dari sirup markisa tersebut adalah kandungan
vitamin C yang tinggi. Vitamin C merupakan vitamin yang sangat mudah hilang
variasi konsentrasi.
2.6 Hipotesis
METODE PENELITIAN
tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap pemilihan bahan baku markisa, tahap
metabisulfit (0% b/v, 0.1% b/v, 0.3 % b/v, 0.5% b/v), pengujian stabilitas vitamin C
meneliti suatu elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
Populasi pada penelitian ini adalah sirup markisa, sedangkan sampel pada
penelitian ini adalah sebagian sirup markisa dengan variasi penambahan natrium
metabisulfit.
37
38
Indonesia Malang.
2016.
yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini
Sirup markisa Sirup markisa dibuat Panca Indra Hasil organoleptis yang
metabisulfit
dikhlorofenol
Terdapat
perubahan secara
signifikan terhadap
kadar vitamin C
3.5.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
pemanas (kompor), alat-alat gelas (botol timbang, erlenmeyer, beaker glass, gelas
ukur, pipet volume, pipet tetes) , pisau, corong, kain saring, saringan, panci, botol
gelas gelap dan tutup yang sudah disterilkan, buret, klem, statif, bola hisab,
3.5.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah buah markisa, air,
2. Tahap pencucian. Cuci buah markisa dengan air mengalir dan tiriskan.
sari buah. Sari buah ditambah dengan 5mL larutan CMC. Setelah itu
7. Penambahan gula. Sari buah dipanaskan sambil diaduk dan ditambah asam
sitrat dan gula sedikit demi sedikit sampai suhu mencapai 700C. Pemanasan
pada suhu ini dipertahankan selama 15menit dan ditambah dengan asam sitrat
detergen. Botol dibilas sampai bersih. Kemudian bagian dalam botol dibilas
dengan air panas. Setelah itu botol direbus di dalam air mendidih selama 30
menit.
9. Pengemasan. Botol diangkat dari air panas dan dibalikkan agar airnya keluar
dari botol. Ketika botol masih panas, sirup yang masih panas dimasukkan ke
dalam botol dengan bantuan corong sampai permukaan sirup 2 cm dari bibir
10. Penyimpanan. Sirup yang telah jadi disimpan dalam suhu kamar dan
(kontrol
negatif)
Natrium
0.1% b/v 0.3 % b/v 0.5% b/v 0% b/v
metabisulfit
CMC 5 mL 5 mL 5 mL 5 mL
Pemasakan
1. Ambil sampel sirup markisa sebanyak 100 mL, tambahkan 100 mL reagen
nyatakan jumlah vitamin C sebagai mg/100 mL cairan bahan mula mula atau
43
tiap 100 g berat bahan mula mula. Jangan lupa memperhitungkan faktor
pengenceran.
1. Timbang dengan teliti kurang lebih 100 mg standart asam askorbat (vitamin
3. Titrasilah dengan larutan 2,6 D (lihat lampiran 2) dari buret sampai warna
merah jambu terbentuk yang tidak hilang selama 5 detik. Ulangi titrasi ini 3
(SD) dan dianalisa menggunakan software SPSS dengan uji ONE WAY ANOVA
Bagian tanaman markisa kuning yang digunakan pada penelitian ini adalah
markisa kuning yang diperoleh dari Pasar Sampoerna Kota Malang. Determinasi
tanaman markisa kuning dilakukan di UPT Materia Medica, Kota Batu. Tujuan
adalah tanaman markisa kuning (Passiflora edulis Var. flavicarpa). Adapun hasil
44
45
Ordo : Violales
Famili : Passifloraceae
Genus : Passiflora
Untuk informasi hasil determinasi lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 3.
Sirup buah dapat dibuat dari berbagai macam buah, akan tetapi biasanya
buah yang digunakan adalah jenis buah yang mempunyai aroma yang kuat, rasa
yang khas, dan warna yang menarik seperti markisa (Satuhu, 1994). Menurut
pembuatan sirup. Buah yang akan dijadikan sirup dipilih yang bermutu baik,
belum membusuk dan sudah cukup tua. Buah yang telah matang akan
memberikan warna, aroma, dan rasa yang mantap pada sirup (Herlina Marta, et
al., 2007). Buah markisa kuning yang digunakan adalah markisa kuning yang
mempunyai tingkat kematangan optimal yang ditandai dengan warna kulit orange
dengan rasa asam sedikit manis dan warna daging buah orange.
pembuatan sari buah. Sortasi bertujuan untuk memisahkan antara buah yang baik
dan buah yang busuk atau belum matang. Buah markisa kuning dicuci hingga
46
bersih dengan menggunakan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan buah
dari kotoran yang masih menempel, seperti tanah, debu, dan sisa pestisida pada
buah markisa kuning tersebut. Kemudian dipotong dan diambil daging buahnya
adalah sebagai pencegah oksidasi dari senyawa yang mengandung gugus fenol.
Laju reaksi natrium metabisulfit lebih besar bila dibandingkan dengan laju reaksi
menjadi sulfit (SO2). Sulfit (SO2) bila berada dalam makanan maupun minuman
akan menjadi endapan sulfur, hal ini disebabkan karena Sulfit (SO2) bertemu
dengan air yang bersifat sadah (Ca dan Mg) atau bertemu dengan ion-ion ataupun
logam-logam yang terdapat dalam air. Sehingga dalam hal ini, natrium
oksidasi vitamin C pada sirup markisa dan sebagai penggumpal ion-ion terutama
air yang bersifat sadah serta partikel-partikel pengotor sehingga dapat menjadikan
sirup markisa menjadi jernih. Setelah semua natrium metabsiulfit telah habis
bereaksi dengan oksigen, maka oksigen baru akan bereaksi dengan vitamin C
yang dapat diterima dan dicerna setiap harinya tanpa mengalami resiko adalah
47
sebesar 0,07mg/kg berat badan (Wisra, 2016), akan tetapi menurut Peraturan
metabisulfit untuk semua jenis sirup adalah 40mg/kg yang dihitung sebagai residu
sirup dapat dilihat dari kenampakannya. Salah satu kelemahan dalam pembuatan
proses pembuatan sari buah, pada tahapan buah disaring atau dihancurkan akan
diperoleh cairan yang berisi partikel-partikel yang berasal dari pulp (bubur) buah,
partikel tersebut untuk memisah dari cairan dan membentuk endapan. Sebagian
konsumen justru senang dengan keadaan sari buah yang keruh ini. Kondisi yang
keruh ini dapat dipertahankan apabila pembentukan endapan atau gumpalan pada
sari buah dapat dicegah. Adapun pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan
pemisahan antara cairan dengan endapan pada sari buah tersebut yaitu dengan
menambahkan CMC kedalam sari buah tersebut (Fachruddien L., 2002). Menurut
dengan kekentalan yang stabil dan homogen tetapi tidak mengendap dalam waktu
48
yang relatif lama. Penggunaan CMC lebih efektif dibandingkan dengan gum arab
carboxy methyl cellulose (CMC) sebanyak 5mL/500mL sirup dan diaduk hingga
homogen. Pembuatan larutan CMC adalah dengan menimbang 1 gram CMC dan
dilarutkan dalam 50mL air dan diaduk hingga semua CMC larut sempurna.
tambahkan asam sitrat sebanyak 0,5gram. Gula memegang peranan dan fungsi
yang sangat besar dalam industri minuman. Gula berfungsi sebagai pemanis,
menyempurnakan rasa asam, citarasa lain, dan juga memberikan rasa berisi karena
sebanyak 75% pada sirup markisa karena kadar gula minimum yang harus ada
dalam sirup adalah sebesar 60%, dengan ditambahkan gula pasir sebanyak 75%
sudah memenuhi syarat kadar gula sirup serta memberikan mutu fisik yang baik.
asidulan yaitu senyawa kimia yang bersifat asam yang ditambahkan pada proses
untuk mempertegas rasa dan warna produk akhir, melindungi flavor seperti
(Herlina Marta, et al., 2007). Asam sitrat dapat berfungsi sebagai pengawet karena
pada pH rendah (kurang dari 4.6) mikroorganisme akan sulit untuk tumbuh dan
Botol dan tutup yang akan digunakan harus steril terlebih dahulu, sterilisasi
49
demikian botol tidak tercemar kembali oleh uadara dari luar. Menurut Tressler
dan Joslyn (1961), proses penuangan sirup markisa kedalam botol harus dilakukan
pada saat sirup dalam keadaan masih panas (hot filling), dengan tujuan agar sisa-
pertumbuhannya (Herlina Marta, et al., 2007). Tujuan dari pengemasan pada botol
berwarna gelap adalah untuk menghindari atau mengurangi cahaya yang masuk
rapat sehingga diharapkan tidak terdapat lagi oksigen yang masuk yang dapat
merusak kandungan vitamin C pada sirup tersebut, selain itu dengan kondisi yang
pH 3,00
pangan, sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat
indrawinya. Penilaian indrawi ini ada 6 (enam) tahap yaitu pertama menerima
kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat indrawi produk
(Winarno, 2004)
Rasa dari sirup markisa kuning adalah manis dan sedikit asam, rasa manis
adalah rasa yang ditimbulkan dari gula sedangkan rasa asam pada sirup
ditimbulkan dari buah markisa kuning itu sendiri dan adanya penambahan asam
sitrat pada sirup. Pada dasarnya, sirup yang dibuat dari buah-buahan rasa yang
dihasilkan dari sirup ditimbulkan dari buah yang digunakan sebagai bahan baku
penerimaan konsumen terhadap suatu produk sirup (Herlina Marta, et al., 2007).
Warna sirup secara umum tergantung dari buah yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sirup (Mukaromah, 2010). Warna dari sirup markisa kuning
adalah kuning dan agak keruh. Warna tersebut dihasilkan dari warna daging buah
pengalengan produk makanan atau minuman, tidak hanya aroma alami dari
produk makanan itu saja yang hilang tetapi juga terbentuk aroma baru akibat dari
degradasi gula dalam medium asam. Senyawa yang dihasilkan dari reaksi
senyawa ini menyebabkan lemahnya aroma alami dari produk tersebut. Aroma
51
sirup pada umumnya tergantung pada buah yang digunakan. Buah memiliki
kandungan zat-zat volatil yang menimbulkan aroma pada buah segar, maka sirup
yang dibuat dari buah memiliki aroma sesuai dengan buah yang digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatannya (Mukaromah, 2010). Aroma dari sirup
sirup. Kekentalan pada sirup dengan penambahan gula tergantung pada lama
waktu pemanasan. Semakin lama pemanasan, sirup yang dihasilkan akan semakin
kental (Mukaromah, 2010). Kekentalan sirup harus cukup tinggi tetapi masih bisa
dituang. Tekstur dari sirup markisa kuning adalah kental hal ini disebabkan karena
Nilai pH pada sirup markisa kuning adalah 3,00. Hal ini disebabkan oleh
pemakaian sari buah markisa kuning yang banyak dan adanya penambahan asam
sitrat dalam pembuatan sirup markisa kuning tersebut yang berpengaruh terhadap
keasaman sirup.
atau larutan dye merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk
dikarenakan metode 2,6 D merupakan metode yang banyak digunakan dan lebih
indofenol hanya dapat tereduksi dengan Vitamin C saja sehingga dapat terjadi
perubahan warna. Larutan 2,6D dalam suasana netral akan berwarna biru dan
menggunakan metode titrasi iodimetri maka tidak hanya Vitamin C saja dalam
suatu bahan pangan yang dapat mereduksi akan tetapi terdapat komponen lain
yang dapat ikut mereduksi seperti gula fruktosa, sehingga dapat memepengaruhi
hasil pengamatan. Pada saat proses titrasi 2,6D di reduksi oleh asam askorbat
maka akan menjadi terjadi tidak berwarna , dan bila semua asam askorbat sudah
mereduksi 2,6D maka kelebihan larutan 2,6D sedikit saja sudah akan terlihat
standar yang dibuat adalah 2,6 diklorofenol indofenol, larutan standar asam
Pada tahap pengujian, hal yang dilakukan adalah standarisasi larutan 2,6
indofenol yang bereaksi dengan sampel. Pada setiap titrasi dilakukan pula titrasi
53
blangko, tujuan dilakukan titrasi blangko adalah untuk mengetahui berapa mL 2,6
Titrasi dilakukan berulang kali sampai di dapatkan hasil yang stabil (mendekati
sama). Penetapan kadar vitamin C pada sampel sirup markisa kuning dilakukan
0.120
0.100
Kadar Vitamin C
0.080
0
0.060
0,1
0.040
0,3
0.020 0,5
0.000
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Hari ke-
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Stabilitas Vitamin C pada Sirup Markisa Kuning
berturut-turut pada sulfitasi 0,3%, 0,1% dan tanpa sulfitasi (0%). Sirup markisa
pemerasan sari buah. Vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat
oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis tembaga dan besi.
utama hilangnya vitamin C (Wong, 1989). Adanya oksigen pada sirup markisa
kuning diduga berasal dari udara pada ruang antar sel daging buah yang terbawa
pada waktu pengolahan. Tressler dan Joslya (1961) mengatakan bahwa udara
perebusan, hal ini karena pada proses perebusan mengalami pendidihan sampai
sirup yang ditambahkan sulfit, sulfit yang diberikan bersifat sebagai sebagai
pencegah oksidasi vitamin C pada sirup markisa dan sebagai penggumpal ion-
ion terutama air yang bersifat sadah serta partikel-partikel pengotor sehinggadapat
Vitamin C tergolong vitamin yang mudah larut dalam air. Vitamin C atau
asam L-askorbat adalah lakton, yaitu ester dalam asam hidroksikarboksilat dan
diberi ciri oleh gugus enadiol yang menjadikan senyawa pereduksi yang kuat.
dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih
Asam L-diketogulonat yang teroksidasi akan membentuk asam oksalat dan asam
homogenity, dan uji post hock. Pengujian Anova bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan rata-rata antara dua atau lebih grup sampel. Pengujian
atau tidak. Pengujian Post Hoc digunakan untuk mengetahui apakah ada
variance dapat diketahui bahwa varian keempat kelompok tersebut sama, hal ini
apakah ada perbedaan terhadap kelompok perlakuan atau tidak. Dari tabel uji
anova dapat dilihat pada kolom sig diperoleh nilai sebesar 0,019 dan kurang dari
taraf yaitu 0,05. Dengan demikian pada taraf nyata Ho ditolak, sehingga
Jika hasil uji anova menunjukkan Ho ditolak, maka dapat dilakukan uji
Post Hoc untuk mengetahui terdapat perbedaan signifikan atau tidak terhadap
kelompok perlakuan, dari tabel uji post hoc dapat diketahui bahwa sampel
terhadap konsentrasi 0,1% dan 0,3%. Hal ini disebabkan oleh adanya pencegah
oksidasi Vitamin C yang baik dalam konsentrasi 0,5% natrium metabisulfit dalam
sirup, selain itu hal tersebut menunjukkan bahwa kontrol negatif, konsentrasi
0,1%, dan konsentrasi 0,3% pengaruh yang sama terhadap stabilitas Vitamin C
yang signifikan terhadap konsentrasi 0% dan 0,3%. Hal ini disebabkan oleh
adanya pencegah oksidasi Vitamin C yang baik dalam konsentrasi 0,5% natrium
metabisulfit dalam sirup, selain itu hal tersebut menunjukkan bahwa kontrol
negatif, konsentrasi 0,1%, dan konsentrasi 0,3% pengaruh yang sama terhadap
0,5%.
pada konsentrasi 0,5% dapat mencegah oksidasi dari vitamin C karena natrium
metabisulfit akan bereaksi terlebih dahulu dengan oksigen sehingga oksigen tidak
58
dapat bereaksi dengan vitamin C dan kerusakan (oksidasi) dari vitamin C dapat
dicegah.
diketahui bahwa konsentrasi 0,5% dapat memberikan pengaruh yang paling baik
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
konsentrasi 0,5%
5.2 Saran
2. Perlu dilakukan analisis total residu sulfit pada sirup markisa kuning
3. Perlu dilakukan pengujian kadar vitamin C dalam kemasan kedap udara dan
dengan proses penyimpanan dengan kondisi yang kandungan oksigennya
rendah.
59
DAFTAR RUJUKAN
Andy Chandra, Ingrrid Hie Maria. and Verawati. 2013. Pengaruh pH dan
Jenis Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat.
Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Katolik Parahyangan.
Cahyadi Dr. Wisnu., M.Si. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan
Tambahan Pangan - Jakarta : Bumi Aksara - Vol. Edisi 2.
Fachruddien L. 2002. Cara Membuat Sirup dan Sari Buah. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Halimas Annisa Willy. 2014. Studi Morfologi dan Anatomi Beberapa Markisa
Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah Kebun Percobaan Berastagi
Sumatera Utara. Skripsi tidak diterbitkan. Medan : Universitas Sumatera
Utara.
Herlina Marta STP, Asri Widyasari STP and Tati Sukarti Ir., M.S. 2007.
Pengaruh Penggunaan Jenis Gula dan Konsentrasi Saribuah Terhadap
Beberapa Karakteristik Sirup Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis Lour).
Bandung : Laporan Penelitian, Penelitian Dasar (LITSAR) UNPAD.
Ika Dani. 2009. Alat Otomatis Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi
Asam Basa. Jurnal Neutrino Vol 1(2). hal. 165.
Kamal Netty. 2010. Pengaruh Bahan Aditif CMC (Carboxyl Methyl Cellulose)
terhadap Beberapa Parameter pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi
Vol1 Edisi 17. hal. 78-84.
60
61
Kuspratomo Aries Diyanto and F.M. Burhan. 2012. Pengaruh Varietas Tebu,
Potongan, dan Penundaan Gilingan terhadap Kualitas Nira Tebu.
Agrointek. Jurnal teknologi industri pertanian Vol 6 No 2. hal. 123-132.
Mukaromah Ummu. 2010. Kadar Vitamin C, Mutu Fisik, pH, dan Mutu
Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus Sabdariffa, L) Berdasarkan Cara
Ekstraksi. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Mukaromah Ummu, Susetyorini Sri Hetty and Aminah Siti. 2010. Kadar
Vitamin C, Mutu Fisik, pH, dan Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus
Sabdariffa, L) Berdasarkan Cara Ekstraksi. Jurnal Pangan dan Gizi,
Volume 1 No.1. hal. 43-51.
Safitri Anisa Arga. 2012. Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga - Rosella
Skripsi tidak diterbitkan. Makasar : Universitas Hasanuddin Makasar.
Sharma O.P. 1993. Plant Taxonomy. New Delhi : Tata Mc Graw Hill Publishing
Company Limited.
Sihombing Ernita Sumiati. 2009. Kualitas Sirup Jambu Biji merah (Psidium
guajava L.) selama Penyimpanan dengan Penambahan Kitosan. Skripsi
tidak diterbitkan.Pekanbaru: Universitas Riau.
Wahyuni Tri, M.L. Linda and G Sentosa. 2014. Pengaruh Perbandingan Sari
Buah Markisa dengan Pepaya dan Konsentrasi Gula terhadap Mutu
Permen (Hard Candy). Skripsi tidak diterbitkan. Medan : Universitas
Sumatera Utara Medan.
Winarno F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wirakusuma E. S. 2007. Jus Buah dan Sayuran : 148 Resep untuk Menjaga
Kesehatan dan Kebugaran Anda. Jakarta : Niaga Swadaya.
Wisra. 2006. Higinie Sanitasi Pengolahan dan Kadar Natrium Metabisulfit pada
Gula Merah di Industri Rumah Tangga Desa Baung Rejo Jaya Kecamatan
Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2005. Skripsi tidak
diterbitkan. Medan : Universitas Sumatera Utara Medan.
Wong Dominic W. S.,. 1989. Mechanism and Theory in Food Chemistry. New
York : Van Nostrand Reinhold.
Yuliana. 2011. Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Melon (Cucumis melo)
secara Volumetri dengan 2,6-Dikliorofenol Indofenol. Skripsi tidak
diterbitkan. Medan : Universitas Sumatera Utara Medan.
LAMPIRAN
asam asetat dan 200mL aquades dengan digojog kuat-kuat. Encerkan sampai
500mL dan saring menggunakan kertas saring dan simpan dalam botol gelap
tertutup.
64
65
200mL dengan aquades. Saring menggunakan kertas saring dan simpan dalam
- Volume Standarisasi :
a. Blanko : 0,5mL
b. Vitamin C : 8,95mL
- Sampel :
a. Blanko : 0,1mL
8,45mL ̴ 100,0021mg
0,73333mL ̴x
𝑚𝑔
73,3315 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
8,6783 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0086783 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,086783 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
78
8,45mL ̴ 100,0021mg
0,75mL ̴x
𝑚𝑔
75,0016 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
8,8760 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0088760 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,088760 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8,45mL ̴ 100,0021mg
0,7833mL ̴x
𝑚𝑔
78,3316 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
9,2700 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0092700𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,092700 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
79
8,45mL ̴ 100,0021mg
0,8333mL ̴x
𝑚𝑔
83,3317 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
9,86174 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,00986174 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0986174 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
80
- Volume Standarisasi :
a. Blanko : 0,5mL
b. Vitamin C : 8,95mL
- Sampel :
a. Blanko : 0,1mL
8,45mL ̴ 100,0030mg
0,7167mL ̴x
𝑚𝑔
71,6721 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
8,4819 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0084819 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,084819 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
81
8,45mL ̴ 100,0030mg
0,7333mL ̴x
𝑚𝑔
73,3322 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
8,6784 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0086784 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,086784 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8,45mL ̴ 100,0020mg
0,7833mL ̴x
78,3316
8,45 𝑚𝐿
9,2700 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0092700 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,092700𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
82
8,45mL ̴ 100,0020mg
0,8333mL ̴x
𝑚𝑔
83,3316 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
9,8618 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0098618 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,098618 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
83
- Volume Standarisasi :
a. Blanko : 0,5mL
b. Vitamin C : 8,95mL
- Sampel :
a. Blanko : 0,1 mL
8,45mL ̴ 100,0032mg
0,7mL ̴x
𝑚𝑔
70,0022 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
8,2843 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0082843 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,082843 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
84
8,45mL ̴ 100,0030mg
0,7167mL ̴x
𝑚𝑔
71,6723 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
8,4819 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0084819 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,084819 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8,45mL ̴ 100,0030mg
0,7667mL ̴x
𝑚𝑔
76,67245 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
9,0737 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0090737 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,090737𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
85
8,45mL ̴ 100,0021mg
0,8333mL ̴x
𝑚𝑔
83,3317 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
9,8618 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0098618 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,098618 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
86
- Volume Standarisasi :
a. Blanko : 0,5mL
b. Vitamin C : 8,95mL
- Sampel :
a. Blanko : 0,1 mL
8,45mL ̴ 100,0026mg
0,6667mL ̴x
𝑚𝑔
66,6717 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
7,89014 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,00789014 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0789014 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
87
8,45mL ̴ 100,0026mg
0,683mL ̴x
𝑚𝑔
68,30177 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
8,0830 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0080830 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,080830 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8,45mL ̴ 100,0026mg
0,75mL ̴x
𝑚𝑔
75,00195 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
8,8760 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0088760 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,088760𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
88
8,45mL ̴ 100,0026mg
0,8333mL ̴x
𝑚𝑔
83,3321 𝑚𝐿
8,45 𝑚𝐿
9,8618𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0098618 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,098618 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
89
- Volume Standarisasi :
a. Blanko : 0,5mL
b. Vitamin C : 8,85mL
- Sampel :
a. Blanko : 0,1mL
8,35mL ̴ 100,0027mg
0,6167mL ̴x
𝑚𝑔
61,6717 𝑚𝐿
8,35 𝑚𝐿
7,38583 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,00738583 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,073858 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
90
8,35mL ̴ 100,0027mg
0,6333mL ̴x
𝑚𝑔
63,3317 𝑚𝐿
8,35 𝑚𝐿
7,5846 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0075846 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,075846 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8,35mL ̴ 100,0026mg
0,7167mL ̴x
𝑚𝑔
71,6719 𝑚𝐿
8,35 𝑚𝐿
8,58349 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,00858349 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0858349𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
91
8,45mL ̴ 100,0027mg
0,8167mL ̴x
𝑚𝑔
81,6722 𝑚𝐿
8,35 𝑚𝐿
9,7811𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0097811 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,097811 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
92
- Volume Standarisasi :
a. Blanko : 0,5mL
b. Vitamin C : 8,85mL
- Sampel :
a. Blanko : 0,1mL
8,35mL ̴ 100,0032mg
0,65mL ̴x
𝑚𝑔
55,00176 𝑚𝐿
8,35 𝑚𝐿
6,58703𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,00658703 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0658703𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
93
8,35mL ̴ 100,0032mg
0,5833mL ̴x
𝑚𝑔
58,33816 𝑚𝐿
8,35 𝑚𝐿
6,98585 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,00698585 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0698585 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8,35mL ̴ 100,0032mg
0,6833mL ̴x
𝑚𝑔
68,33218 𝑚𝐿
8,35 𝑚𝐿
8,18349 𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,00818349 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0818349𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
94
8,45mL ̴ 100,0027mg
0,8mL ̴x
𝑚𝑔
80,00256 𝑚𝐿
8,35 𝑚𝐿
9,5811𝑚𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0095811 𝑔
10𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,095811 𝑔
100𝑚𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
95