Anda di halaman 1dari 84

PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT PADA PEMBERSIH

WAJAH (FACIAL FOAM) YANG DI JUAL DI PASAR


TENGAH BANDAR LAMPUNG DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

ATIKA SEPTIANI
13500015

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


PUTRA INDONESIA
LAMPUNG
2016
PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT PADA PEMBERSIH
WAJAH (FACIAL FOAM) YANG DI JUAL DI PASAR
TENGAH BANDAR LAMPUNG DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

KARYA TULIS ILMIAH


Dipertahankan di Depan Sidang Penguji Nasional Ujian Akhir
Program Pendidikan Diploma III Kesehatan sebagai Salah
Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Farmasi

Disusun Oleh :

ATIKA SEPTIANI
13500015

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


PUTRA INDONESIA
LAMPUNG
2016

ii
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA
LAMPUNG

LEMBAR PERS:ETUJUAN UJIAN KOMPREHENSIF KTI


(UJIAN AKHIR PROGRAM)

NAMA : ATIKA SEPTIANI

NPM : 13500015

JUDUL : ·PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT PADA

PEMBERSm WAJAH (FACIAL FOAM) YANG DI

JUAL DI PASAR TENGAH BANDAR LA~UNG

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS


Menyetujui,

/ Gusti Ayu Rai Saputri M.Si.,Apt


Pembimbing II

f li
No fita M.

t Si.,Apt
Pembimbing I

III
Karya Tulis I1miah Ini Telah Diuji dan Dipertahankan di
Depan Sidang Penguji Nasional Akhir Program Akademi
Analis Farmasi dan Makanan
Putra Indonesia Lampung

pada tanggal, 30 JUDi 2016

Penguji

1. Niken FeJadita, M.Sc.,Apt

2. Ade Maria Ulfa, S.Fann, M.Kes., Apt I _........••........... -


· .........•....................

3. Nofita, M.St, Apt · ~ - , ~.- .

4. Gusti Ayu Rai Saputri, M.St, Apt'

IV
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ATlKA SEPTIANI

NPM : 13500015

JudulKTI : PENETAPAN KADAR AS AM SAUS1LAT PADA PEMBERSIH


WAJAR (FACIAL FOAM) YANG DUVAL DI PASAR BANDAR
LAMPUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
berdasarkan basil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dad saya sendiri, baik
untuk naskah laporan maupun kegiatan programmingnya yang tercantum sebagai
bagian dati KTI ini. Jika terdapat karya orang lain saya akan mencantumkan
sumber yang jelas.

Dcmikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian
hari terdapat penyimpanan dan ketidakbenaran dalam pemyataan ini, maka saya
bersedia menerima sans; lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas
Malahayati.

Demikian pcrnyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan pihak
manapun,

Bandar Lampung, Juli 2016


Yang Menyatakan
,

ATIKA SEPTlANI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLlKASJ
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENfINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademis Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan


dibawah ini:

Nama : Atika Septiani


NPM : 13500015
Jurusan/Program Studi : D III Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Judul Karya Ilmiah : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusif Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PENET AP AN· KADAR ASAM SALISILAT P ADA PEMBERSrn W


AJAH (FAClAL FOAM) YANG DIJUAL DI PASAR BANDAR LAMPUNG
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan hak bebas royalti non
eksklusif ini Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalih
medialfonnatkan mengelola dalam bentuk pangkalan data (databasey; merawat
dan mempublikasikan karya tulis ilmiah saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian Pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandar I.ampung


Pada Tanggal : Juli 2016

Yang Menyatakan

(Atika Septianis)
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmannirrahim,
Untaian kalimat syukur senantiasa tercurah kepada Yang Maha Mempertahankan,
Allah SWT atas segala pencapaianku yang telah diizinkan-Nya, yang memberikan
kesehatan sepanjang hidup.
Ku persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada:
Kedua orang tua ku ibu (Elviani) dan ayah (Ali Amran) yang sangat aku cintai,
atas kasih sayang dan cintanya selama ini, serta dukungan moril dan materi’il
“atika pasti akan sukses”

adik-adikku tersayang Aldi dan Arfan Ramadhan terimakasih atas dukungan, do’a
dan motivasinya.

Seluruh keluarga besar dari keluarga ayah maupun dari keluarga ibu terima kasih
untuk semua do’a, dukungan dan motivasinya demi pencapaian dan
keberhasilanku baik hari ini esok dan seterusnya.

Buat sahabat-sahabat superku Henny Agustina (Noy), Erdina (dina), Dessy


Puspita Sari (Mba des), Ika Septiana (Ika), Fitroh Hayati (Pipit), Ridhatul Hidayah
(Ridha), Kurnia Dewi (Kudew), Ayu Putri Afrilla (Uti), Dermawan (Mawan),
Anjar Jaulin, Andriyan (Iyan) dan sahabat-sahabatku lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu- persatu terima kasih telah memberikan dukungan do’a, waktu,
canda, tawa serta kebersamaannya selama ini.

v
Motto

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha

yang disertai dengan do’a karena sesungguhnya nasib

seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa

berusaha.

jadilah diri sendiri, cari jati diri dan dapetin hidup yang mandiri

optimis, karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus

berputar sesekali liat kebelakang untuk melanjutkan perjalanan

yang tiada berujung

berangkat dengan penuh keyakinan

berjalan dengan penuh keikhlasan

istiqomah dalam menghadapi cobaan

vi
RIWAYAT HIDUP

Nama : Atika Septiani

Npm : 13500015

Tempat/Tanggal Lahir : Baradatu, 06 September 1995

Alamat : Jl.Galih, Kec. Baradatu, Kab. Way Kanan

Biografi :-

1. Tamatan TK muslimin Tiuh Balak Pasar, lulus tahun 2001

2. Tamatan SD N Tiuh Balak Pasar, lulus tahun 2007

3. Tamatan SMP N 1 Baradatu, lulus tahun 2010

4. Tamatan SMA N 1 Baradatu, lulus tahun 2013

5. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di akademi analis dan Makanan Putra

Indonesia Lampung

Pengalaman PKL :

1. PT. Sugar Labinta, Lampung Tengah

2. Apotek Rossa Jl.Zainal Abidin Pagar Alam No. 76 Gedong Meneng Bandar

Lampung

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Penetapan Kadar Asam

Salisilat Pada Pembersih Wajah (Facial Foam) Yang Di Jual Di Pasar Tengah

Bandar Lampung Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis”, yang dilaksanakan

dilaboratorium biokimia Universitas Malahayati, Jl. Pramuka No.27, kemiling,

bandar lampung 35153.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu tugas akhir yang harus dipenuhi oleh

mahasiswa/i Akademi Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) Putra Indonesia

Lampung sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terlaksana melalui serangkaian proses

yang tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Dalam kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setulusnya

kepada :

1. Ibu Agustina Retnaningsih, M.Farm.,Apt selaku Direktur AKAFARMA Putra

Indonesia Lampung.

2. Ibu Nofita, M.Si.,Apt selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuk dengan setulus hati sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini serta memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan

tugas akhir.

3. Ibu Gusti Ayu Rai Saputri, M.Si.,Apt selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dengan setulus hati sehingga penulis

viii
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini serta memberikan kritik dan saran

dalam penyempurnaan tugas akhir.

4. Ibu Mul, Kak Cipto Dan Pak Wiji serta seluruh staf dan karyawan

AKAFARMA Putra Indonesia Lampung yang telah membantu penulisan karya

tulis ilmiah.

5. Kedua orang tua, dan keluarga yang penulis cintai dan sayangi yang telah

memberikan dukungan moral maupun material serta yang telah memberikan

do’a dan dukungannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan Praktik Kerja Lapangan.

6. Seluruh Mahasiswa AKAFARMA Putra Indonesia Lampung, khususnya

teman-teman angkatan 2013 yang selalu memberikan masukan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan

sehingga penulis mengharapkan segala kritik dan saran untuk kesempurnaannya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

membaca.

Bandar Lampung, Juni 2016

Atika Septiani

ix
ABSTRAK

Pembersih wajah (Facial foam) adalah sabun muka yang teksturnya halus. Fungsi
utama untuk membersihkan kotoran (debu, sisa kosmetik) fungsi lainnya
tergantung varian dan merk (ada yang untuk mengurangi minyak, mencerahkan,
anti jerawat, dan lain-lain). Salah satu senyawa yang sering ditambahkan ke dalam
facial foam adalah asam salisilat. Asam salisilat merupakan zat anti acne
sekaligus keratolitik yang lazim diberikan secara topikal. Berdasarkan keputusan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK.00.05.42.1018 Tahun 2010 tentang kosmetik, asam salisilat dipergunakan
dalam kosmetik dengan kadar maksimum ≤ 2%. Telah dilakukan penelitian
penetapan kadar asam salisilat pada pembersih wajah (facial foam) yang di jual di
Pasar Tengah Bandar Lampung dengan metode spektrofotometri uv-vis. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah lima sampel, dengan kriteria pembersih wajah
(facial foam) yang tidak mencantumkan kadar asam salisilat pada produk
kosmetika pembersih wajah tersebut. Penelitian penetapan kadar asam salisilat
menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 533
nm. Dari hasil penelitian didapatkan kadar rata-rata : A mendapat kadar rata-rata
0,014 %, sampel B mendapat kadar rata-rata 0,0097 %, sampel C mendapat kadar
rata-rata 0,0042 %, sampel D mendapat kadar rata-rata 0,0058 %, dan sampel E
mendapat kadar rata-rata 0,0016 %. Kelima sampel tersebut masih memenuhi
syarat perizinan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No.HK.00.05.42.1018 Tahun 2010.

Kata Kunci : Asam Salisilat, Pembersih Wajah (Facial Foam), Spektrofotometri


UV-VIS

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

MOTTO ..................................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

ABSTRAK ................................................................................................. x

DAFTAR ISI............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Batasan Masalah..................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

1.6 Hipotesa.................................................................................................. 5

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetika ............................................................................................. 6

2.1.1 Definisi ..................................................................................... 6

2.1.2 Penggolongan Kosmetik ............................................................ 7

2.2 Pembersih Wajah (Facial Foam) .......................................................... 9

2.3 Kulit ...................................................................................................... 11

2.3.1 Susunan Kulit Manusia .............................................................. 11

2.3.2 Absorpsi Sediaan Topikal Secara Umum ................................. 13

2.4 Jerawat .................................................................................................. 13

2.5 Asam Salisilat ...................................................................................... 15

2.5.1 Struktur Kimia dan Fisika Asam Salisilat .................................. 15

2.5.2 Kegunaan Asam Salisilat .......................................................... 16

2.5.3 Toksisitas Asam Salisilat .......................................................... 18

2.5.4 Absorbsi Sediaan Topikal Secara Umum ................................. 18

2.6 Spektrofotometri UV-Visible ................................................................. 19

2.6.1 Prinsip Dasar ............................................................................. 19

2.6.2 Tahapan-Tahapan Untuk Analisis Kuantitatif .......................... 21

2.6.3 Instrumentasi Spektrofotometri UV-Vis .................................... 22

2.6.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Spektrofotometri .............. 24

2.6.5 Kesalahan Pengukuran Secara Spektrofotometri ...................... 24

xii
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 26

3.1.1 Waktu Penelitian ..................................................................... 26

3.1.2 Tempat penelitian ..................................................................... 26

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 26

3.3 Subjek Penelitian................................................................................... 26

3.3.1 Populasi ................................................................................... 26

3.3.2 Teknik Penngambilan Sampel ................................................. 26

3.4 Prosedur Kerja ...................................................................................... 27

3.4.1 Penetapan Kadar Asam Salisilat dalam Pembersih Wajah (facial

foam) secara spektrofotometri UV-Vis (BPOM, 1997 dalam

KTI Dewi, 2013). ......................................................................... 27

3.4.2 Analisa data .................................................................................. 30

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian ..................................................................................... 32

4.1.1 Uji Kuantitatif ............................................................................... 32

4.2 Pembahasan............................................................................................ 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 38

5.2. Saran ..................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel . Data Hasil Konsentrasi Asam Salisilat Pada Sampel....................... 32

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.Struktur kulit ............................................................................... 11

Gambar 2. Rumus Bangun Asam Salisilat .................................................. 15

Gambar 3. Instrunetasi Spektrofotometri UV-Vis ....................................... 22

Gambar 4. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Asam Salisilat ............. 31

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Asam Salisilat ....................... 31

Gambar 6. Sampel Facial Foam Yang Mengandung Asam Salisilat .......... 57

Gambar 7. Larutan Stok 1000 Ppm dan 500 Ppm ............................................. 57

Gambar 8. Larutan Stok Yang Telah Direaksikan Dengan Fecl3 ................ 58

Gambar 9. Larutan Fecl3 1% dalam Larutan Hcl 1%................................... 58

Gambar 10. Larutan Stok, FeCl3 , dan Blanko ............................................ 59

Gambar 11. Larutan Series Konsentrasi ...................................................... 59

Gambar 12. Sampel Facial Foam yang Telah di Homogenkan .................. 60

Gambar 13. Penyaringan Sampel Facial Foam .......................................... 60

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan Larutan .................................................................. 42

Lampiran 2. Data Hasil Operating Time...................................................... 43

Lampiran 3. Perhitungan persamaan regresi ................................................ 44

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Asam Salisilat Pada Sampel ..................... 46

Lampiran 5. Perhitungan Simpangan Deviasi.............................................. 54

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan

yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat

manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud

meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh

manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat

meninggalkan dunia. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari

dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki. Salah satu contoh

produk kosmetika untuk perawatan kulit yang sering digunakan oleh

masyarakat untuk membersihkan wajah yaitu sabun pembersih wajah (facial

foam).

Pembersih wajah adalah sabun pembersih wajah yang merupakan salah satu

jenis skin care untuk mengangkat sisa kotoran dan debu yang menempel pada

kulit. Pembersih wajah berfungsi membersihkan, dan menyegarkan. yang

sering ditambahkan yaitu asam salisilat (Tranggono dan Latifah, 2007).

Asam salisilat merupakan zat anti acne sekaligus keratolitik yang lazim

diberikan secara topikal dan juga dapat digunakan sebagai antiseptik.

Penggunaannya dalam kosmetika sebagai anti acne atau keratolitik (peeling)

1
2

merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan kosmetik tersebut yaitu

akan mengurangi ketebalan interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan

pengelupasan kulit (Wasitaatmadja, 1997)

Asam salisilat dengan dosis yang tepat dapat memberikan efek terapeutik

yang diinginkan, namun pada penggunaannya secara terus-menerus dapat

menyebabkan kerusakan pada kulit (Anief, 1997)

Berdasarkan perizinan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan

Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Nomor HK.00.05.42.1018 tahun

2010 tentang Daftar Bahan Yang Diizinkan Digunakan Dalam Kosmetik

dengan Pembatasan dan Persyaratan Penggunaan asam salisilat yang

diizinkan dalam produk kosmetika yaitu tidak lebih dari 2%. Apabila kadar

asam salisilat yang terkandung dalam facial foam lebih dari 2% akan

mengakibatkan iritasi lokal, peradangan akut, bahkan ulserasi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nasution.A (2012) didapatkan hasil

penelitian penetapan kadar asam salisilat dalam produk bedak padat secara

Spektrofotometri UV-Vis memenuhi syarat yaitu 0,1033%, 0,2051% dan

0,1840%. Jadi, berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian selanjutnya pada sampel pembersih wajah (facial foam) yang dijual

di daerah Pasar Tengah Bandar Lampung dengan menggunakan metode

Spektrofotometri UV-Vis. Lokasi ini dipilih karena tempatnya strategis,

dilingkungan yang ramai, dan mudah dijangkau serta pada penjualan

pembersih wajah (facial foam) tersebut tidak mencantumkan kadar asam


3

salisilat yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan

yaitu tidak lebih dari 2% , dikhawatirkan kadar asam salisilat yang

terkandung pada sampel lebih dari 2%.

Penggunaan metode Spektrofotometri UV-Vis merupakan suatu metode

penetapan kadar yang memiliki sensitivitas yang tinggi dan dapat

memberikan hasil yang akurat. Prinsip kerja dari instrumentasi

Spektrofotometri UV-Vis ini adalah pengukuran serapan sinar monokromatis

oleh suatu lajur larutan yang memiliki gugus kromofor pada panjang

gelombang spesifik dengan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan

detektor futube (Wanibesak, 2010).

Metode Spektrofotometri UV-Visible termasuk metode instrument.

Kelebihan dari metode ini adalah memiliki sensitivitas tinggi dan

memberikan hasil yang akurat, proses pengerjaannya lebih cepat dan bisa

untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Senyawa yang dapat

dianalisis yaitu senyawa yang memiliki gugus kromofor (Vogel, 1994).

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah kadar asam salisilat yang terdapat dalam sediaan kosmetika

pembersih wajah (facial foam)?

2. Apakah kadar asam salisilat yang terkandung dalam pembersih wajah

(facial foam) memenuhi persyaratan Peraturan Kepala BPOM RI

No.HK.00.05.42.1018 yaitu tidak lebih dari 2%?


4

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penetapan kadar asam salisilat dalam sediaan

pembersih wajah (facial foam) yang dijual di daerah Pasar Tengah secara

spektrofotometri UV-Visible.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar asam salisilat yang terdapat dalam sediaan

kosmetika pembersih wajah (facial foam).

2. Untuk mengetahui kadar asam salisilat yang terkandung dalam pembersih

wajah (facial foam) tersebut memenuhi persyaratan atau tidak (Peraturan

Kepala BPOM RI No.HK.00.05.42.1018 yaitu tidak lebih dari 2%).

1.5 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dibidang ilmu

analisis kosmetik khususnya tentang kandungan asam salisilat pada

pembersih wajah (facial foam)

2. Memberikan infomasi kepada masyarakat agar lebih selektif dalam

memilih produk kosmetika pembersih wajah (facial foam) yang aman

digunakan.

3. Untuk memberikan informasi terkait tentang kadar asam salisilat dalam

pembersih wajah (facial foam). Jika kadar nya masih termasuk dalam

kadar yang dicantumkan menurut Peraturan Kepala BPOM RI maka akan

memenuhi efek farmakologi yang efektif.


5

1.6 Hipotesis

Ho : Diduga bahwa kadar asam salisilat yang terkandung dalam pembersih

wajah (facial foam) yang dijual di daerah Pasar Tengah Bandar

Lampung tidak memenuhi persyaratan Peraturan Kepala Badan

Pengawasan Obat dan Makanan yaitu lebih dari 2%

Ha : Diduga bahwa kadar asam salisilat yang terkandung dalam pembersih

wajah (facial foam) yang dijual di daerah Pasar Tengah Bandar

Lampung memenuhi persyaratan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

Obat dan Makanan yaitu tidak lebih dari 2%


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetika

2.1.1 Definisi

Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat akta tentang defInisi

kosmetika yang kemudian menjadi acuan Permenkes RI No.

220/Menkes/per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan

bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk

digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan

pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian

badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,

menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk

golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).

Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat,

bahan aktif dan ditambah bahan tambahan lain seperti bahan

pewarna, bahan pewangi, pada pencampuran bahan-bahan tersebut

harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai

segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk farmakologi, farmasi,

kimia teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).

6
7

2.1.2 Penggolongan Kosmetik

Penggolongan Kosmetik Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI,

menurut sifat modern atau tradisionalnya, dan menurut kegunaannya

bagi kulit (Azhara dan Khasanah, 2011).

a. Penggolongan kosmetik menurut Permenkes RI

No.220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 september 1976, kosmetik

dibagi ke dalam 13 Kelompok:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll.

3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dll.

4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll.

5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll.

7. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth

washes, dll.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll.

10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dll.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab,

pelindung, dll.

12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen

foundation, dll
8

b. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara

modern.

2. Kosmetik tradisional:

Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat

dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-

temurun.

a. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan

pengawet agar tahan lama.

b. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang

benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang

menyerupai bahan tradisional.

c. Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit.

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics).

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit.

Termasuk di dalamnya:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun,

cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit

(freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya

moisturizing cream, night cream, anti wringkle cream.


9

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan

sunscreen foundation, sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit

(peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran

halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit

sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta

menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri

(self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna

dan zat pewangi sangat besar .

2.2 Pembersih Wajah (Facial Foam)

Menurut peraturan Permenkes RI pembersih wajah (facial foam) termasuk

kedalam kelompok preparat perawatan kulit seperti pembersih, pelembab,

pelindung (Tranggono dan Latifah, 2007).

Pembersih wajah (Facial foam) adalah sabun muka yang teksturnya halus.

Fungsi utama untuk membersihkan kotoran (debu, sisa kosmetik) fungsi

lainnya tergantung varian dan merk (ada yang untuk mengurangi minyak,

mencerahkan, anti jerawat, dan lain-lain. Tidak semua pembersih wajah

(facial foam) ampuh untuk mengangkat sel kulit mati. Tetapi pembersih

(facial foam) aman digunakan setiap hari (Tranggono dan Latifah, 2007).
10

Komposisi dari salah satu sampel pembersih wajah (facial foam), misalnya

Aqua/ Water, Glycerin, Myristic Acid, Palmitic Acid, Stearic Acid,

Potassium Hydroxide, Lauric Acid, Glyceryl Distearate, Glyceryl Stearate,

Kaolin, Methylisothiazolinone, PEG-14M, Salicylic Acid, Tetrasodium

Edta, Vaccinium Myrtillus Extract/ Vaccinium Myrtillus Fruit Extract, dan

Parfum/ Fragrance (B45079/1).

Kulit harus dibersihkan karena sebagai organ tubuh yang berada paling

luar (pembungkus), kulit terpapar pada setiap unsur yang ada dilingkungan

luar yang dapat merusak kulit, misalnya debu, sinar matahari, suhu panas

atau dingin, atau zat kimia yang menempel pada kulit. Selain itu kulit juga

mengeluarkan bahan sisa metabolisme tubuh seperti keringat dan minyak

kulit. Kotoran yang menempel pada kulit ini perlu dibersihkan agar kulit

tetap sehat dan mampu melakukan fungsinya dengan baik.

Ada beberapa macam kosmetik pembersih yang dikenal dewasa ini, yaitu :

(Azhara dan Khasanah, 2011).

a. Kosmetik pembersih dengan bahan dasar air, misalnya air mawar.

b. Kosmetik pembersih dengan bahan dasar air dan alkohol, misalnya

astringen/toner.

c. Kosmetik pembersih dengan bahan dasar air dan garam minyak,

misalnya sabun.

d. Kosmetik pembersih dengan bahan dasar minyak, misalnya cleansing

oil.
11

e. Kosmetik pembersih dengan bahan dasar air dan minyak, misalnya

cleansing cream.

2.3 Kulit

Gambar 1. Struktur Kulit Manusia


Sumber : Harahap, M, 2000

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan

2
terluas ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m .

Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat ditelapak tangan

dan kaki, paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis (Harahap, M, 2000)

2.3.1 Susunan Kulit Manusia

Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu : epidermis, dermis, dan

jaringan subkutan atau subkutis.


12

a. Epidermis

Epidermis terdiri dari empat lapisan yaitu :

1. Lapisan basal atau stratum germinavitum

Lapisan basal terdiri dari satu lapis sel-sel yang kuboid yang

tegak lurus terhadap dermis. Lapisan basal merupakan lapisan

paling bawah dari epidermis dan berbatas dengan dermis.

2. Lapisan malpighi atau stratum spinosum

Lapisan malpighi merupakan lapisan epidermis yang paling

tebal dan kuat.

3. Lapisan granular atau stratum granulosum

Lapisan granular terdiri dari satu sampai empat baris sel-sel

berbentuk intan berisi butir–butir (granul) keratohilialin yang

basofilik.

4. Lapisan tanduk atau stratum korneum

Lapisan tanduk korneum terdiri dari 20-25 lapis sel-sel tanduk

tanpa inti, gepeng, tipis dan mati.

b. Dermis

Dermis atau korium merupakan lapisan dibawah epidermis dan

diatas lapisan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang

dilapisan atas terjalin rapat (parspapillaris), sedangkan di bagian

bawahnya terjalin lebih longgar (pars reticularis).


13

c. Jaringan subkutan (subkutis atau hipodermis)

Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah

dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas.

Sel-sel yang terbanyak adalah lopisit yang menghasilkan banyak

lemak.

2.3.2 Absorpsi Sediaan Topikal Secara Umum

Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui

beberapa fase (Wasitaatmadja, 1997).

a. Lag Phase

Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati

stratum korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan

aktif obat dalam pembuluh darah.

b. Rising Phase

Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum

korneum, kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat

ditemukan dalam pembuluh darah.

c. Falling Phase

Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari

permukaan kulit dan dapat dibawa ke kapiler dermis.

2.4 Jerawat

Jerawat merupakan salah satu penyakit umum didunia. Jerawat adalah

penyakit kulit akibat peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang

ditandai dengan erupsi komedo, papul, pustule, nodus dan kista pada
14

tempat predileksi : muka, leher, lengan atas, dada, dan punggung. Jerawat

disebabkan oleh aktivitas kelenjar minyak dibawah kulit yang

memproduksi minyak secara berlebihan dan bersama sel-sel kulit mati

yang menutupi pori-pori. Hal ini mengundang bakteri sehingga

mengakibatkan peradangan atau inflamasi. Aktivitas kelenjar minyak

meningkat karena adanya rangsangan hormon-hormon yang mulai aktif

selama pubertas (Wasitaatmadja, 1997)

Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne

(Wasitaatmadja, 1997).

1) Kenaikan ekskresi sebum

2) Adanya keratenisasi folikel

3) Bakteri

4) Peradangan (inflamasi)

Usaha pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara topikal, sistemik dan

pengobatan bedah bila diperlukan.

a) Pengobatan topikal

Prinsip pengobatan topikal adalah mencegah pembentukan komedo,

menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan akne. Obat

topikal terdiri dari :

1) Bahan iritan/pengelupas, misalnya sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%),

asam salisilat (2-5%), benzoil peroksida (2,5-10%), asam vitamin A

(0,025-0,1%), dan asam azeleat (15-20%). Efek samping obat iritan


15

dapat dikurangi dengan pemakaian hati-hati yang dimulai dari

konsentrasi yang paling rendah.

2) Bahan lain misalnya, kortikosteroid topikal atau suntikan intralesi

dapat dipakai untuk mengurangi radang yang terjadi.

2.5 Asam Salisilat

Secara kimiawi, asam salisilat disintesis pada tahun 1860 dan telah

digunakan secara luas dalam terapi dermatologi sebagai zat keratolitik.

Asam salisilat adalah suatu bubuk putih yang cukup larut dalam alkohol

tetapi sedikit larut dalam air (Katzung, 1998)

Asam salisilat mempunyai sifat keratolitik yang dapat melunakkan kulit.

Berbagai penelitian menyimpulkan terdapat tiga faktor yang berperan

penting pada mekanisme keratolitik asam salisilat, menurunkan ikatan

korneosit, melarutkan semen interselular dan melonggarkan serta

mendisintegrasi korneosit (Sulistyaningrum dkk, 2012)

2.5.1 Struktur Kimia Dan Sifat Fisika Asam Salisilat

Adapun pemerian dari asam salisilat adalah sebagai berikut (Depkes

RI, 1995)

Gambar 2. Rumus bangun Asam Salisilat


Sumber : Depkes RI, 1995
16

1. Rumus Molekul : C7H6O3

2. Nama Kimia : Asam 2-hidroksibenzoat

3. BM (Bobot Molekul) : 138,12

4. Jarak Lebur : 158º - 161ºC

5. Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak

lebih dari 101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat yang telah

dikeringkan.

6. Pemerian : Hablur putih, biasanya berbentuk

jarum halus atau serbuk hablur putih dan tidak berbau. Jika dibuat

dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah

jambu dan berbau lemah mirip mentol.

7. Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam

benzena, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air

mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.

2.5.2 Kegunaan Asam Salisilat

Asam salisilat merupakan zat anti acne sekaligus keratolitik yang

lazim diberikan secara topikal. Asam salisilat akan mengurangi

ketebalan interseluler dan menyebabkan pengelupasan kulit

sekaligus melepas jasad renik yang menempel. Asam salisilat

berkhasiat keratolitis dan sering digunakan sebagai obat ampuh

terhadap kutil kulit, yang berciri penebalan epidermis setempat

(Wasitaatmadja, 1997).
17

efek farmakologi lain nya yaitu (Sulistyaningrum dkk, 2012) :

1. Efek keratoplastik : pada konsentrasi 0,5-2%, asam salisilat

memiliki stabilitas stratum korneum yang menyebabkan efek

keratoplastik.

2. Efek anti-pruritis : asam salisilat memiliki efek anti-pruritis

ringan yang dapat diamati pada konsentrasi 1-2%.

3. Efek anti-inflamasi : asam salisilat memiliki efek anti-inflamasi

x pada sediaan topikal dengan konsentrasi 0,5-5%.

4. Efek bakteriostatik dan disinfektan : efek bakteriostatik lemah

asam salisilat tampak terutama terhadap golongan streptococcus

sp.,staphylococcus sp.,escherechia coli, dan pseudomonas

aeruginosa.

5. Efek fungistatik : efek fungistatik ringan asam salisilat topikal

dapat diamati terhadap Trichophyton sp, dan candida sp. Efek ini

diamati pada konsentrasi rendah 2-3g/l (<1%).

6. Efek tabir surya : asam salisilat dan turunannya dapat bekerja

sebagai tabir surya. Mekanisme efek tabir surya kimiawi tersebut

melalui transformasi cincin benzen aromatik pada pajaran

ultraviolet (UV). Sebagai tabir surya kimiawi, asam salisilat

diklasifikasikan dalam golongan non-PABA (para amino benzoic

acid). Daya proteksi asam salisilat sebagai tabir surya lebih

rendah 40% bila dibandingkan dengan golongan PABA.


18

Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang

bersifat iritan lokal, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar

(Ganiswara, 2008).

2.5.3 Toksisitas Asam Salisilat

Pemakaian asam salisilat secara topikal pada konsentrasi tinggi

dapat mengakibatkan iritasi lokal, peradangan akut, bahkan ulserasi.

Gejala keracunan sistemik dapat terjadi setelah penggunaan

berlebihan asam salisilat didaerah yang luas pada kulit. Untuk

mengurangi absorbsinya pada penggunaan topikal (kulit) maka asam

salisilat tidak digunakan dalam penggunaan jangka lama dalam

konsentrasi tinggi, pada daerah yang luas pada kulit dan pada kulit

rusak (Katzung, 2004).

2.5.4 Absorpsi Sediaan Topikal Secara Umum

Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui

beberapa fase:

a. Lag Phase

Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati

stratum korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan

aktif obat dalam pembuluh darah.


19

b. Rising Phase

Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum,

kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan

dalam pembuluh darah.

c. Falling Phase

Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan

kulit dan dapat dibawa ke kapiler dermis.

2.6 Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometri adalah cabang analisis instrumental yang mencakup

seluruh metoda pengukuran berdasarkan interaksi antara suatu spektrum

sinar (Radiasi Elektro Magnetik/REM) dengan larutan molekul atau atom.

Spektrofotometri UV-Visible melibatkan energi elektronik yang cukup besar

pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Visible lebih

banyak dipakai untuk analisis, sehingga spektrofotometri uv-vis lebih

banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif (Rohman,

2012).

2.6.1 Prinsip Dasar

Prinsip kerja spektrofotometri UV-Visible adalah interaksi yang

terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber

sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap

tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke

keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak


20

terjadi seketika pada daerah UV-Visible untuk semua struktur

elektonik, tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur

elektronik dengan adanya ikatan π dan non-bonding elektron. Prinsip

kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer, yaitu bila

cahaya monokromatis (Io) melalui suatu media (larutan), maka

sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan

sebagian lagi dipancarkan (It) (Rohman, 2012).

Cara kerja alat spektrofotometer UV-Visible yaitu sinar dari sumber

radiasi diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari

monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah

cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara

bergantian secara berulang-ulang, sinyal listrik dari detektor

diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya

perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah terprogram

(Rohman, 2012).

Hubungan antara kadar dengan intensitas sinar yang diserap oleh

sampel yang dianalisis dinyatakan oleh hukum Lambert-Beer dalam

bentuk persamaan sebagai berikut :

Log Io/I = A=a.b.C

Dimana:

Io= intensitas sinar sebelum melewati sampel

I = intensitas sinar setelah melewati sampel


21

A = absorbansi

a = absopsifitas molekul

b = ketebalan kuvet

C = konsentrasi larutan

2.6.2 Tahapan-Tahapan Untuk Analisis Kuantitatif (Rohman, 2012)

1. Pemilihan Pelarut

Pelarut yang digunakan pada spektofotometer UV-Visible harus

memenuhi persyaratan yaitu tidak mengabsorpsi radiasi pada

panjang gelombang pengukuran sampel. Oleh sebab itu, pelarut

harus memenuhi persyaratan :

a. Tidak mengandung sistem terkonjugasi pada struktur

molekulnya atau tidak berwarna.

b. Tidak berinteraksi dengan molekul senyawa yang diukur.

c. Harus mempunyai kemurnian yang tinggi

2. Pemilihan Panjang Gelombang

Pengukuran absorpsi pada analisis kuantitatif dengan metode

spektrofotometer baik zat tunggal maupun zat campur pada

prinsipnya harus dilakukan pada panjang gelombang maksimum

(λ maks). Alasan dilakukan pengukuran absorpsi pada panjang

gelombang maksimum adalah:

a. Perubahan absorpsi untuk setiap satuan konsentrasi adalah

paling besar pada panjang gelombang maksimal akan diperoleh

kepekaan analisis yang maksimal.


22

b. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva

serapannya adalah datar, sehingga hukum Lambert-Beer akan

dipenuhi dengan baik.

c. Panjang gelombang maksimal dapat dicari dengan membuat

kurva serapan dengan berbagai panjang gelombang pada sistem

koordinat.

2.6.3 Instrumentasi Spektrofotometri UV-Vis

Pada prinsipnya susunan instrumen spektrofotometer dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Instrumentasi Spektrofotometri UV-Vis


Sumber : Underwood, 1986

Komponen-komponen instrumet spektrofotometri terdiri dari beberapa

bagian penting, yaitu (Underwood, 1986) :

1. Sumber Cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran

radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya


23

yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah

dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari

wolfram (tungsten).

2. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis

menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu

(monokromatis) yang berbeda (terdispersi).

3. Kompartemen sampel atau kuvet

Kompartemen sampel atau kuvet ialah wadah larutan yang akan

diukur serapannya. pada pengukuran didaerah UV dipakai kuvet

kwarsa atau plexiglass. Kuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab

kaca mengabsorbsi sinar UV, sedangkan untuk pengukuran

didaerah sinar tampak (visible) semua macam kuvet daapat

dipakai.

4. Detektor Atau Pencatat

Peranan detektor adalah memberikan respon terhadap cahaya pada

berbagai panjang gelombang. Detektor akakn mengubah cahaya

pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah

cahaya menjadi listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh

penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.

5. Rekorder (printer) pembaca

Rekorder (printer) pembaca adalah sistem yang membaca besarnya

isyarat listrik.
24

2.6.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Spektrofotometri

Pada metode spektrofotometri ini memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan dari metode spektrofotometri ini yaitu

memiliki sensitivitas tinggi, memberikan hasil yang akurat karena

alat yang digunakan tersistem dan terkalibrasi, proses pengerjaannya

lebih cepat, dan bisa menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.

Kelemahan dari metode ini yaitu proses pengerjaannya lebih rumit,

peralatannya lebih mahal dan tidak dapat digunakan untuk semua

senyawa, tetapi hanya senyawa-senyawa yang memiliki gugus

kromofor (Vogel, 1994).

2.6.5 Kesalahan Pengukuran Secara Spektrofotometri

Pengukuran secara spektrofotometri dari konsentrasi zat berwarna

didasarkan pada validitas hukum Lambert-Beer. Dampak praktek,

hasil pengukuran memperlihatkan beberapa penyimpangan,

diantaranya penyimpangan nyata dan aktual (sebenarnya).

Penyimpangan nyata pada prinsipnya berasal dari

ketidaksempurnaan. Penyimpangan ini disebabkan oleh

ketidakmampuan monokromator untuk memberikan cahaya yang

benar-benar monokromatis sehingga menyebabkan peristiwa seperti

transmisi, pemantulan, dan serapan pada medium. Penyimpangan

yang disebabkan oleh ketidaksempurnaannya cahaya monokromatik

pada prinsipnya disebabkan oleh absorpsivitas yang berbeda sesuai

dengan panjang gelombang dari sumber cahaya yang diserap atau


25

tergantung dari spektrum serapannya. Sedangkan penyimpanan

sebenarnya disebabkan oleh perubahan konsentrasi zat pengabsorpsi

cahaya yang berlangsung akibat tercapainya kesetimbangan kimia

dibawah pengaruh gaya interion atau intermolekul. Tetapi, ada

kalanya dipengaruhi oleh rasio konsentrasi komponen berwarna dan

tak berwarna dari larutan yang dianalisis (Gholib, 2007).

Berikut ini adalah tahap-tahap yang harus diperhatikan (Gholib, 2007)

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar Uv-Visible

b. Waktu operasional

c. Pemilihan panjang gelombang

d. Pembuatan kurva baku

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan


BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2016

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dilaboratorium Biokimia Universitas Malahayati,

Jl. Pramuka No.27, Kemiling, Bandar Lampung 35153.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

laboratorium, spektrofotometri UV-Vis dan timbangan analitik.

3.2.2 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, baku

asam salisilat murni, methanol, etanol 96%, FeCl3 1% dalam HCl 1%,

dan sampel pembersih wajah.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah pada sampel pembersih wajah (facial

foam) yang dijual di Pasar Tengah Bandar Lampung.

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari 5 merk dagang yang berbeda dari beberapa

penjual kaki lima di Pasar Tengah Bandar Lampung. Kriteria sampel

yaitu pembersih wajah (facial foam) yang terdapat asam salisilat pada

26
27

komposisinya, tetapi tidak mencantumkan kadar asam salisilat pada

produk kosmetika pembersih wajah tersebut. Kosmetika tersebut

merupakan kosmetika yang mengandung acne tanpa whitening.

a. Purposive Sampling

pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel secara purposive

ini antara lain (Notoatmodjo.S, 2010).

Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik

populasi, misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan atau

dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan

populasi. Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan

pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel

penelitian sehingga teknik pengambilan sampel secara purposive

ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri. Teknik

ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus (case study), di

mana banyak aspek dari kasus tunggal yanng sepresentatif untuk

diamati dan dianalisis.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Penetapan Kadar Asam Salisilat dalam Pembersih Wajah (facial

foam) secara Spektrofotometri UV-Vis (BPOM, 1997 dalam Dewi,

2013)
28

1. Pembuatan Larutan Stok

a. Ditimbang 20,0 mg asam salisilat murni sebagai bahan

pembanding.

b. Dimasukkan dalam labu takar 50,0 ml, larutkan dalam 1 ml

metanol.

c. Ditambah aquadest sampai tanda.

2. Penentuan Operating Time

a. Dipipet 5,0 ml larutan stok kedalam labu takar 50 ml.

b. Ditambah 5,0 ml FeCl3 1% dalam HCl 1%, tambah aquadest

sampai tanda.

c. Disiapkan blanko.

1) Dipipet 1,0 ml metanol dimasukkan dalam labu takar 50

ml. Ditambah aquadest sampai tanda (larutan blanko)

d. Diukur transmitan setelah 1 menit, 2 menit, 3 menit sampai 30

menit (sampai didapat larutan stabil) dan dikonversikan ke

bentuk absorban.

3. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum

a. Masukkan 5,0 ml larutan stok kedalam labu takar 50 ml,

tambahkan FeCl3 1% dalam HCl 1%

b. Tambah aquadest sampai tanda.

c. Dengan menggunakan blanko, ukur transmitannya dengan

panjang gelombang 400 nm sampai 600 nm.


29

d. Dihitung koefisien kolerasinya.

e. Buat kurva hubungan antara absorban dengan panjang

gelombang.

f. Ditentukan persamaan regresi dan dibuat garis regresinya.

4. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Asam Salisilat

a. Disiapkan 5 buah labu takar 50 ml

b. Dipipet larutan stok asam salisilat masing-masing 2,0 ml; 3,0

ml; 4,0 ml; 5,0 ml; 6,0 ml; kedalam labu takar 50 ml sehingga

didapatkan larutan seri standar dengan konsentrasi 20 ppm, 30

ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm.

c. Disiapkan blanko

d. Kedalam labu takar masing-masing labu takar ditambah 5,0 ml

FeCl3 1% dalam HCl 1% kemudian tambah aquadest sampai

tanda,

e. Diukur transmitan masing-masing larutan standar dengan

menggunakan data panjang gelombang maksimum dan

operating time yang telah ditentukan.

f. Diukur transmitan dan dikonversikan kebentuk absorban.

5. Penetapan Kadar Sampel

Disiapkan sampel A,B,C,D dan E dalam pembersih wajah (facial

foam) dan setiap sampel dilakukan 2 kali penetapan kadar dengan

perlakuan sebagai berikut :


30

a. Ditimbang sejumlah cuplikan setara dengan 20,0 mg asam

salisilat.

b. Dimasukkan dalam labu takar 50 ml dilarutkan dengan 5 ml

metanol dan ditambah aquadest sampai tanda.

c. Homogenkan, kemudian disaring dan ditampung filtratnya.

d. Dipipet 2,0 ml filtrat dimasukkan dalam labu takar 50 ml.

e. Dipipet 5,0 ml FeCl3 1% dalam HCL 1% ditambah aquadest

sampai tanda.

f. Disiapkan blanko

g. Diukur transmitan sampel dengan operating time dan panjang

gelombang maksimum yang telah didapatkan dan konversikan

keabsorban.

3.4.2 Analisa Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk

menentukan kadar asam salisilat harus dibuat persamaan kurva regresi

dari larutan standar, kemudian data absorbansi sampel dimasukkan

dalam persamaan sehingga diperoleh kadar sampel.

Dengan menggunakan rumus

y= ax + b

Dimana y = absorbansi

a = slope

b = intersep

x = konsentrasi
31

Kadar sampel yang diperoleh (ppm, dikonversikan dalam satuan

persentase (%).

Kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

Keterangan :

X : Konsentrasi (ppm) = mg/L

Vs : Volume larutan sampel (L)

Fp : Faktor pengenceran 50 = 25
2

Bs : Berat sampel (mg)


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Uji Kuantitatif


(λ) = 533
Absorbansi (A) 427
A = 0,380
0,187
0,330

0,170
400,0 533 600,0
Panjang gelombang (λ)

Gambar 4. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Asam Salisilat

0,7
0,6 y = 0,00995x + 0,0022
r = 0,998
0,5
absorbansi

0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
konsentrasi (ppm)

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Asam Salisilat

32
33

Tabel 1. Data Hasil Konsentrasi Asam Salisilat Pada Sampel

Sampel Pengulangan Absorban Konsentrasi Konsentrasi Standar Kesimpulan

(%) ± SD (%)

1 0,365 2,7 Peraturan

A 2 0,352 2,19 2,1 % kepala TMS

3 0,312 1,94 badan

1 0,228 1,41 pengawas

B 2 0,213 1,32 1,42 % obat dan MS

3 0,247 1,42 makanan

1 0,102 0,62 republik

C 2 0,109 0,67 0,63 % indonesia MS

3 0,102 0,62 tahun 2010

1 0,145 0,89 yaitu tidak

D 2 0,134 0,82 0,85 % lebih dari MS

3 0,136 0,84 2%

1 0,049 0,29

E 2 0,051 0,3 0,28 % MS

3 0,045 0,26

4.2 Pembahasan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa pedagang

kaki lima di Pasar Tengah Bandar Lampung. Sampel yang digunakan ada 5

(lima) merk dagang facial foam yang berbeda merk yaitu merk A, B, C, D,

dan E, yang diduga mengandung asam salisilat yang melebihi persyaratan


34

yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan yaitu tidak

boleh lebih dari 2%.

Kriteria pengambilan sampel menggunakan teknik sampling yaitu random

samples (random samples secara acak sederhana) dan tidak mencantumkan

berapa % kadar asam salisilat yang terkandung dalam produk facial foam

pada kemasan.

Penentuan kadar asam salisilat menggunakan metode spektrofotometri UV-

Vis karena asam salisilat memiliki gugus kromofor dan ikatan rangkap

sehingga bisa ditentukan kadarnya dengan menggunakan alat

spektrofotometri UV-Vis.

Gambar 6. Struktur Kimia Asam Salisilat


Sumber : Depkes RI, 1995

keterangan :

garis : gugus kromofor

garis : gugus auksokrom


35

Penetapan kadar asam salisilat dilakukan dengan menggunakan metode

spektrofotometri. Alat yang digunakan untuk mengetahui berapa kadar asam

salisilat yang terkandung dalam facial foam adalah spektrofotometri UV-

Visible. Dibandingkan dengan metode yang lain, metode spektrofotometri

UV-Visible lebih spesifik, karena dapat mengukur kadar dengan skala yang

lebih kecil, pengukurannya langsung terhadap contoh, kesalahan dalam

pembacaan kecil, kinerjanya cepat dan pembacaannya otomatis (Khopkar,

1990).

Untuk menentukan kadar asam salisilat dalam facial foam dengan metode

spektrofotometri UV-Visible terlebih dahulu dilakukan operating time karena

sifat dari asam salisilat tidak stabil dalam bentuk larutan sehingga perlu

dilakukan operating time. Penentuan operating time untuk menentukan waktu

kestabilan reaksi yang terbentuk dalam larutan atau berapa lama reaksi

tersebut dapat stabil.

Pada pengukuran operating time didapatkan kestabilan asam salisilat pada

menit ke 30 dengan absorbansi = 0,377, dikarenakan pada menit tersebut

absorbansi tidak berubah lagi sehingga diperoleh kestabilan.

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan cara pengukuran

serapan larutan standar asam salisilat (Gambar 4). Pada pengukuran panjang

gelombang, larutan standar asam salisilat memberikan serapan tertinggi pada

panjang gelombang (λ) 533 nm dengan absorbansi (A) 0,380.


36

Pengukuran konsentrasi asam salisilat pada sampel dilakukan dengan

membuat kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dapat terbentuk dengan

menggunakan larutan standar yang telah dibuat pengenceran dengan

konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm pada panjang

gelombang (λ) 533. Berdasarkan pengukuran larutan seri konsentrasi

didapatkan hasil kurva kalibrasi (Gambar 5) dengan persamaan Y = 0,00995x

+ 0,0022. Persamaan tersebut menunjukkan hubungan kelinieran antara

absorban dengan sampel yang dimana jika semakin besar absorban maka

semakin besar juga konsentrasinya.

Maka didapatkan nilai r dari kurva kalibrasi larutan standar asam salisilat

adalah 0,998 (99,8 %). Hal ini menunjukkan bahwa dengan nilai r yang

mendekati 1, hubungan linear antara X (konsentrasi asam salisilat) dan Y

(absorban standar asam salisilat) sangat kuat dan terbentuk grafik yang linier.

Hasil dari penetapan kadar asam salisilat menunjukkan sampel A mendapat

kadar rata-rata 2,1 %, sampel B mendapat kadar rata-rata 1,42 %, sampel C

mendapat kadar rata-rata 0,63 %, sampel D mendapat kadar rata-rata 0,85 %,

dan sampel E mendapat kadar rata-rata 0,28 %. Dari seluruh sampel kadar

asam salisilat yang terkandung dalam kosmetika dalam sediaan facial foam

memenuhi persyaratan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia No.HK.00.05.42.1018 tahun 2010 yaitu tidak boleh lebih

dari 2 %.
37

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sampel kosmetik sediaan facial foam

masih aman dipergunakan namun tidak untuk penggunaan jangka lama untuk

mengurangi efek toksik asam salisilat. Karena penggunaan asam salisilat

berlebih bisa mengakibatkan iritasi pada permukaan kulit dan menyebabkan

efek farmakologi lainnya seperti efek keratoplastik, efek anti-pruritis, efek

anti–inflamasi, efek bakteriostatik, efek fungistatik, efek tabir surya.

Sehingga konsumen sebaiknya lebih memperhatikan produk kosmetik yang

akan dibeli untuk pemakaian. Terutama memperhatikan kandungan yang ada

didalam sediaan kosmetika tersebut dan mencantumkan kadar % dalam

komposisi. Agar keamanan dari suatu produk kosmetik tersebut terjamin.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian penetapan kadar asam salisilat pada kosmetika sediaan

facial foam yang dijual di Pasar Tengah Bandar Lampung dengan

menggunakan metode spektrofotometri UV-Visible dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Dari semua sampel facial foam kadar yang didapat dari hasil penelitian

adalah sampel A mendapat kadar rata-rata 2,1%, sampel B mendapat

kadar rata-rata 1,42%, sampel C mendapat kadar rata-rata 0,63%, sampel

D mendapat kadar rata-rata 0,85 %, dan sampel E mendapat kadar rata-

rata 0,28%.

2. Dari semua sampel facial foam yang diperiksa memiliki kandungan kadar

senyawa asam salisilat yang masih memenuhi persyaratan peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

No.HK.00.05.42.1018 Tahun 2010.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian diatas maka disarankan :

1. Sebaiknya dalam memilih produk facial foam, lebih memperhatikan lagi

komposisi bahan yang terkandung dalam facial foam yaitu kadar asam

salisilatnya tidak boleh lebih dari 2 %

2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat meneliti tentang bahan aktif lainnya

seperti sulfur atau benzoyl peroksida pada sampel facial foam.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta, 18.

Azhara dan Khasannah, 2011 . Waspada Bahaya Kosmetik. Cetakan I. Penerbit


FlashBooks

Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI. 2010. Peraturan Badan Pengawas Obat
Dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.42.1018 Tentang Daftar
Bahan Yang Diizinkan/Digunakan Dalam Kosmetik Dengan Pembatasan Dan
Persyaratan Republik Indonesia. Jakarta.

Badan Pengawas Obat Dan Makanan. 1997. Penetapan Kadar Asam Salisilat
Dalam Krim Anti Jerawat Secara Spektrofotometri UV-Vis. Prosedur kerja Dalam
karya tulis ilmiah. Dewi, 2013.

Day, R.A; Underwood, A.L.1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi V. Erlangga.


Jakarta.

DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Gandjar, I.G.; Rohman, A. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan


Kromatografi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Ganiswara, S. G. 2008. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta.

Harahap, M, 2000. ilmu penyakit kulit : acne vulgaris.

Katzung, B. G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi IV. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Klinik dan Terapi. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta.

Nasution,A .2012. Penetapan Kadar Asam Salisilat Dalam Kosmetika Bedak


Padat Secara Spektrofotometri UV-Visible. Jurnal Karya Tulis Ilmiah.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.


Sulistyaningrum, S. K. Hanny, N. Evita, H. Ei. 2012. Penggunaan Asam Salisilat
Dalam Dermatologi. J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor 7 Juli 2014.

Tranggono, R.I.S Dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 6-8, 11-13, 81-83, 120.

Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran EGC.


Jakarta.

Wasitaatmadja, M.S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press. JakartaDE.

Wanibesa. 2010. Spektrofotometri UV-Vis


http://wanibesak.wordpress.com/2010/11/27 Spektrofotometri uv-/.vis-uv-vis.
LAMPIRAN
42

Lampiran 1. Pembuatan Larutan

Perhitungan :

1. Pembuatan Larutan Stok Asam Salisilat

50 mg
a. Larutan stok = = 1 000 ppm
,
0 05 L

=5
43

b. Larutan stok = 00 ppm


,

2. Pembuatan Larutan Seri Standar

Larutan standar =

Larutan standar 1 = = 20 ppm

3
Larutan standar 2 = 500 50 = 30 ppm

Larutan standar 3 = = 40 ppm

Larutan standar 4 = = 50 ppm

Larutan standar 5 = = 60 ppm


Lampiran 2. Data Hasil Operating Time

menit ke absorbansi menit ke absorbansi


1 0,376 16 0,376
2 0,376 17 0,376
3 0,376 18 0,376
4 0,376 19 0,376
5 0,376 20 0,376
6 0,376 21 0,376
7 0,376 22 0,377
8 0,376 23 0,376
9 0,376 24 0,376
10 0,376 25 0,377
11 0,376 26 0,377
12 0,376 27 0,377
13 0,376 28 0,377
14 0,376 29 0,377
15 0,376 30 0,377
Lampiran 3. Perhitungan persamaan regresi

2 2
Larutan Konsentrasi Absorban XY X Y
(ppm) (X) (Y)
Standar 1 20 0,208 4,16 400 0,043264
Standar 2 30 0,287 8,61 900 0,082369
Standar 3 40 0,408 16,32 1600 0,166464
Standar 4 50 0,498 24,9 2500 0,248004
Standar 5 60 0,600 36 3600 0,36
Ju m ah
l 2 0 2,001 89,99 9000 0,900101

( ) ( )( )
a=
( )²

( , ) ( )( , )
a=
( ) ( )²

a = 0,00995

( )
b= –

, , ( )
b= −
b = 0,0022

( ) ( )( )
r=
√{ ( ) { ( ) }

( , ) ( , )( )
( ) ( ) ( ) ( )²
r = √{( }{ , ,
, ,
r=
{ )}{( , , )}
√(
,
r=
{( )}{( , )}

,
r=
,

,
r=
,

r = 0,998594941
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Asam Salisilat Pada Sampel

Kadar Faktor Kadar dalam %


Absorb- Kadar total ppm
No Sampel dalam ppm pengen- (gram/100 ml)
ansi (y) (mg/L)
(mg/L) ceran
1 A1 0,365 36,462 25 ml 36,462 2,27%
A2 0,352 35,155 25 ml 35,155 2,19%
A3 0,312 21,185 25 ml 31,135 1,94%
2 B1 0,228 22,693 25 ml 22,693 1,41%
B2 0,213 21,185 25 ml 21,185 1,32%
B3 0,247 24,603 25 ml 24,603 1,53%
3 C1 0,102 10,030 25 ml 10,030 0,62%
C2 0,109 10,733 25 ml 10,733 0,67%
C3 0,102 10,030 25 ml 10,030 0,62%
4 D1 0,145 14,351 25 ml 14,351 0,89%
D2 0,134 13,246 25 ml 13,246 0,82%
D3 0,136 13,447 25 ml 13,447 0,84%
5 E1 0,049 4,703 25 ml 4,703 0,29%
E2 0,051 4,904 25 ml 4,904 0,3%
E3 0,045 4,301 25 ml 4,301 0,26%

Kadar asam salisilat : ppm = mg/L

% = gram/ gram

1. Perhitungan Kadar Asam Salisilat Sampel A

Pengulangan 1

y = ax + b

0,365 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,365 – 0,0022
0,00995

x = 36,462 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 34,462 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 2, 27%
Pengulangan 2

y = ax + b

0,352 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,352 – 0,0022
0,00995

x = 35,155 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 35,155 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 2, 19%

Pengulangan 3

y = ax + b

0,312 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,312 – 0,0022
0,00995

x = 31,135 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 31,135 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 1,94%

Kadar rata-rata : A1 + A2 + A3 = 2,27 % + 2,19 % + 1,94 % = 6,4 = 2,1%


3 3 3
2. Perhitungan Kadar Asam Salisilat Sampel B

Pengulangan 1

y = ax + b

0,228 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,228 – 0,0022
0,00995

x = 22,693 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 22,693 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 1,41%

Pengulangan 2

y = ax + b

0,213 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,213 – 0,0022
0,00995

x = 21,185 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 21,185 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 1,32%
Pengulangan 3

y = ax + b

0,247 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,247 – 0,0022
0,00995

x = 24,603 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 24,603 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 1,53%

kadar rata-rata : B1 + B2 + B3 = 1,41% + 1,32% + 1,53% = 4,26 = 1,42%


3 3 3

3. Perhitungan kadar asam salisilat sampel C

Penngulangan 1

y = ax + b

0,102 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,102 – 0,0022
0,00995

x = 10,030 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 10,030 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,62%
Pengulangan 2

y = ax + b

0,109 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,109 – 0,0022
0,00995

x = 10,733 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 10,733 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,67%

Pengulangan 3

y = ax + b

0,102 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,102 – 0,0022
0,00995

x = 10,030 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 10,030 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,62%

Kadar rata-rata : C1 + C2 + C3 = 0,62% + 0,67% + 0,62% = 1,91 = 0,63%


3 3 3
4. Perhitungan Kadar Asam Salisilat Sampel D

Pengulangan 1

y = ax + b

0,145 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,145 – 0,0022
0,00995

x = 14,351 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 14,351 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,89%

Pengulangan 2

y = ax + b

0,134 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,134 – 0,0022
0,00995

x = 13,246 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 13,246 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,82%
Pengulangan 3

y = ax + b

0,136 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,136 – 0,0022
0,00995

x = 13,447 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 13,447 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,84%

Kadar rata-rata : D1 + D2 + D3 = 0,89% + 0,82% + 0,84% = 2,55 = 0,85%


3 3 3

5. Perhitungan Kadar Asam Salisilat Sampel E

Pengulangan 1

y = ax + b

0,049 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,049 – 0,0022
0,00995

x = 4,703 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 4,703 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,29%
Pengulangan 2

y = ax + b

0,051 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,051 – 0,0022
0,00995

x = 4,904 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 4,904 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,3%

Pengulangan 3

y = ax + b

0,045 = 0,00995 x + 0,0022

x = 0,045 – 0,0022
0,00995

x = 4,301 ppm

kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs x 100%


Bs

= 4,301 x 25 x 0,05 x 100 %


20

= 0,26%

Kadar rata-rata : E1 + E2 + E3 = 0,29% + 0,3% + 0,26 = 0,85% = 0,28%


3 3 3
Lampiran 5. Perhitungan Simpangan Deviasi

No Sampel Pengulangan Xi (%) X (Xi – X) (Xi – X)² SD


1 2,27 0,17 0,0289
1 A 2 2,19 2,1 0,09 0,0081 0,12
3 1,94 -0,16 0,0256
1 1,41 -0,01 0,0001
2 B 2 1,32 1,42 -0,1 0,01 0
3 1,53 0,11 0,0121
1 0,62 -0,01 0,0001
3 C 2 0,67 0,63 0,04 0,0016 0,07
3 0,62 -0,01 0,0001
1 0,89 0,04 0,0016
4 D 2 0,82 0,85 -0,03 0,0009 0
3 0,84 -0,01 0,0001
1 0,29 0,01 0,0001
5 E 2 0,3 0,28 0,02 0,0004 0,05
3 0,26 -0,02 0,0004

{ − }
1. SDA =
−1

√ ,
=

= 0,25019992
2

= 0,12509996

2. SDB = √0

=0

3. SDC = √0,02
2
= 0,14142136
2

= 0,07071068

4. SDD = √0

=0

5. SDE = √0,01
2

= 0,1
2

= 0,05
GAMBAR
57
57

E
D B A C

Gambar 6. Sampel Facial Foam yang mengandung Asam Salisilat


58
58

1000 ppm
500 ppm

Gambar 7. Larutan Stok 1000 Ppm dan 500 Ppm


Gambar 8. Larutan Stok yang telah direaksikan dengan Fecl3

Gambar 9. Larutan Fecl3 1% dalam Hcl 1%


larutan stok
+ Fecl3 Fecl3 1%
dalam HcL
blanko
1%

Gambar 10. Larutan Stok, Fecl3, dan Blanko

20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm 60 ppm

Gambar 11. Larutan Series Konsentrasi


60
60

A B D
C

Gambar 12. Sampel Facial Foam yang telah dihomogenkan dan belum disaring

Gambar 13. Penyaringan Sampel Facial Foam

Anda mungkin juga menyukai