OLEH:
NUR ALFINA
NPM.182114096
OLEH:
NUR ALFINA
NPM.182114096
Pembimbing I Pembimbing II
( Dr. apt. Cut Fatimah, M.Si.) ( Melati Yulia Kusumastuti, S.Farm, M.Sc )
Mengesahkan:
Ketua Program Studi Farmasi
ABSTRAK
Halitosis adalah bau nafas tak sedap yang keluar dari rongga mulut dapat
disebabkan oleh plak gigi merupakan lengketan yang terbentuk pada permukaan
gigi berisi bakteri. Bakteri yang sangat berperan dalam pembentukan plak gigi
adalah Streptococcus mutans. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sediaan
mouthwash dari bahan alami dari sari air batang kecombrang (Etlingera elatior
(Jack) R.M. Smith) yang mempunyai aktivitas antibakteri dan rasional untuk
menjaga kebersihan dan perawatan kesehatan mulut.
Sari batang kecombrang dipersiapkan dari batang kecombrang segar dengan
pelarut akuades dan diuji aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans.
Selanjutnya diformulasikan ke dalam sediaan mouthwash konsentrasi 30%, 40%
dan 50% menggunakan formula dasar campuran gom arab, sorbitol, natrium
benzoat, dan dilakukan pengujian mutu terdiri dari uji organoleptis dan kesukaan,
pH, stabilitas dan aktivitas antibakteri dengan cara perhitungan angka lempeng
total pada spesimen saliva sukarelawan sebelum dan setelah penggunaan sediaan.
Hasil pengujian mutu sediaan mouthwash sari air batang kecombrang
dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50% dapat diformulasikan ke dalam sediaan
mouthwash, mempunyai pH 5,2- 6,6 dan stabil pada penyimpanan selama 12
minggu dan formula yang mengandung sari air batang kecombrang 40% sangat
disukai panelis serta sari air batang kecombrang mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap Streptococcus mutans paling kuat pada konsentrasi 50% dengan diameter
hambatan 20,17± 0,3 dan yang paling lemah pada konsentrasi 20% dengan
diameter hambatan 12,50± 0,5. Sediaan mouthwash mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap saliva dengan pengujian angka lempeng total terhadap
spesimen saliva paling kuat sediaan konsentrasi 50% terjadi pengurangan koloni
bakteri sebesar 53,13 ± 5,38% hampir sama dengan sediaan Listerin® sebesar
54,14 ± 5,49. Hal ini disebabkan karena sampel mengandung metabolit sekunder
yang mempunyai aktifitas sebagai antibakteri yaitu, flavonoid, tanin, saponin, dan
minyak atsiri.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
penulisan bahan seminar ini dengan judul “Formulasi Sediaan Mouthwash Sari
Batang Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith) dan Uji
Antibakteri Terhadap Bakteri Streptococcus mutans) dan Spesimen Saliva
sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Muslim Nusantara Al Washliyah Medan.
Selesainya penulisan bahan seminar ini tidak lepas dari do’a, bantuan
material, dukungan, semangat, arahan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh
sebab itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada orangtua, Ibu
Nurmiati dan Ayah Muhammad Yusuf (ALM) yang saya cintai karena telah
menjadi motivator dalam hidup saya serta seluruh keluarga tercinta. Terima kasih
telah memberikan motivasi dan do’a yang tiada henti kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Dr.apt.Cut Fatimah, M.Si. selaku Pembimbing I dan Ibu Melati Yulia
Kusumastuti, S.Farm, M.Sc. selaku Pembimbing II yang telah memberi banyak
masukan, saran dan bimbingan selama penelitian sehingga selesainya penulisan
bahan seminar ini.
iv
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. KRT. Hardi Mulyono Surbakti, SE.,MAP selaku Rektor Universitas
Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
2. Ibu apt. Minda Sari Lubis, S. Farm., M. Si. selaku Plt. Dekan dan Bapak/Ibu
Wakil Dekan I, II, dan III Farmasi Universitas Muslim Nusantara AlWashliyah
Medan.
3. Ibu Dr.apt. Gabena Indrayani D, S. Si., M. Si. selaku Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
4. Ibu Rafita Yuniarti, S. Si., M. Kes., Apt selaku Kepala Laboratorium Terpadu
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
5. Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Program Studi Farmasi Universitas
Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan yang telah mendidik dan membina
penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikan.
6. Teman-teman seperjuangan Kelas Farmasi Transfer F’18 yang telah membantu
dan memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa bahan seminar ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran
yamg bersifat membangun untuk penyempurnaan bahan seminar ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penulisan bahan
seminar ini. Semoga bahan seminar ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada
umumnya dan bidang farmasi khususnya.
NUR ALFINA
NPM.182114096
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.2.1 Alkaloid.......................................................................................10
2.2.2 Flavonoid......................................................................................11
2.2.3 Glikosida.......................................................................................12
2.2.4 Saponin.........................................................................................13
vi
2.2.5 Steroid/Triterpenoid......................................................................14
2.2.6 Tanin.............................................................................................15
2.3 Mulut.......................................................................................................18
2.4 Antibakteri.............................................................................................21
2.9 Sterilisasi.................................................................................................40
2.10 Larutan..................................................................................................41
vii
3.2.1 Jadwal penelitian..........................................................................44
viii
3.10.1 Pengujian organoleptis dan uji kesukaan....................................53
5.1 Kesimpulan............................................................................................74
ix
5.2 Saran......................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................75
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan mulut merupakan suatu hal penting bagi manusia terutama dalam
terjadi dalam kehidupan manusia, diantaranya halitosis. Halitosis adalah bau nafas
tak sedap yang keluar dari rongga mulut. Sampai saat ini, halitosis merupakan
salah satu masalah kesehatan mulut yang banyak dikeluhkan masyarakat setelah
karies dan penyakit periodontal (Rasyadi,2018). Bau mulut dapat disebabkan oleh
plak gigi. Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri yang terbentuk pada
permukaan gigi. Bakteri yang berperan dalam pembentukan plak gigi adalah
kalsium) dan juga terkikisnya permukaan gigi yang nantinya dapat menyebabkan
Salah satu cara untuk mengatasi terbentuknya plak gigi yaitu dengan
adalah suatu sediaan berupa larutan dalam air digunakan sebagai pembersih, dapat
dibersihkan dengan sikat gigi dan mouthwash secara umum dapat didefinisikan
1
2
sebagai sediaan larutan dengan rasa yang nyaman yang mengandung antimikroba
dan juga berguna untuk menyegarkan mulut (Power dan Sakaguchi, 2006).
Saat ini di pasaran banyak beredar sediaan mouthwash yang digunakan untuk
mulut dan gusi, terutama penggunaan dalam jangka panjang menyebabkan gusi
terasa terbakar dan gigi sensitif, maka sediaan kumur-kumur tersebut sangat tidak
Dewi, 2006).
alami bersifat yang antibakteri dan memiliki aroma menyegarkan, relatif aman
Salah satu bahan alam yang adalah kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
yang sejak lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat-obatan
berkaitan dengan khasiatnya yaitu sebagai penghilang bau badan dan bau mulut.
Bagian yang biasa digunakan dari tanaman ini adalah bunga, daun dan batang.
yang khas. Kandungan dari minyak atsiri pada batang kecombrang sebagian besar
sediaan mouthwash, yang dapat menghilangkan bau mulut dan plak gigi.
memformulasi sari air batang kecombrang ke dalam sediaan mouthwash dan diuji
1. Golongan senyawa kimia metabolit sekunder apa saja kah yang terkandung di
dalam sari air batang kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith)?
2. Apakah sari air batang kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith)
3. Apakah sari air batang kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith)
2. Sari air batang kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith) mempunyai
3. Sari air batang kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith) dapat
R.M. Smith).
2. Untuk mengetahui sari air batang kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.
3. Untuk mengetahui sari air air batang kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
mouthwash dari bahan alam yaitu sari air batang kecombrang (Etlingera elatior
(Jack) R.M. Smith) Selain itu untuk meningkatkan pemanfaatan dari tanaman
Adapun kerangka pikir yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar
1.1 berikut:
1.Alkaloid
2.Flavonoid
3.Saponin
4.Tannin
5.steroid/triterpenoid
6.Glikosida
Skrining fitokimia 7.Minyak atsiri
Preparasi sampel
(Sari air batang
kecombrang)
Uji aktivitas
antibakteri Diameter zona
terhadap hambat pertumbuhan
Streptococcus bakteri
mutans
1. Organoleptis
Evaluasi mutu 2. pH
fisik sediaan 3. Stabilitas
4. Kesukaan
(hedonik)
7
Formulasi sediaan
mouthwash
berbagai
konsentrasi
temurun digunakan sebagai bumbu masak dan sebagai obat tradisional. Tanaman
membentuk rimpang, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal, lanset, ujung dan
pangkal runcing tetapi rata, panjang daun sekitar 20-30 cm dan lebar 5-15 cm,
(Sudarsono, 1994).
7
8
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
Petikala (Ternate dan Tidore). Kecombrang secara umum juga disebut sebagai
(jumlah tinggi) dan flavonoid (jumlah sedang) sedangkan fraksi etil asetatnya
(Suryani,et al,2019)
semu kecombrang ke tubuh dan wajah atau dengan mememarkan pelepah daun
kecombrang hingga keluar busa yang harum yang dapat langsung digunakan
sebagai sabun. Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit
obat penghilang bau badan, memperbanyak air susu ibu dan pembersih darah,
untuk obat penghilang bau badan dipakai + 100 gr bunga segar, dicuci dan
Hutapea, 1991)
2.2.1 Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dalam
tumbuhan, bersifat basa mengandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya
terdapat dalam cincin heterosiklik. Alkaloida sering bersifat racun bagi manusia
tetapi banyak juga alkaloida yang mempunyai kegiatan fisiologi yang bermanfaat
Alkaloida berupa kristal tidak berwarna, meskipun ada juga yang berwarna
contohnya berberin dan serpentin. Berupa kristal, tetapi ada yang berupa cairan
pada suhu kamar contohnya nikotin. Alkaloida bebas tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut organik. Garam alkaloida dalam larutan air akan mengendap
mana atom N-nya berada pada rantai samping yang alifatis. contohnya
2.2.2 Flavonoid
daun, akar, kayu, tepung sari, bungan, buah dan biji. Umumnya flavonoid terikat
deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus
Flavonoid terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Manfaat flavonoid antara
C
C
12
2.2.3 Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian yaitu gula
glikon) dan bukan gula (aglikon). Jika dihidrolisis akan menghasilkan satu atau
lebih komponen gula dan komponen non gula. Gula pada glikosida adalah
Secara kimia glikosida adalah asetal, yaitu gugus hidroksil dari komponen non-
alkohol lain. Sifat yang paling penting dari eter tersebut adalah mudah dihidrolisis
bagian gula dan melepaskannya dari bagian aglikon. Secara kimia, glikosida
contohnya alonin.
contohnya guanosin.
contohnya salisin.
sinigrin.
14
2.2.4 Saponin
Saponin mudah larut dalam air dan mempunyai karakteristik dapat membentuk
merah. Saponin mempunyai rasa pahit yang menusuk, dan dapat menyebabkan
bersin dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, banyak diantaranya
2.2.5 Steroid/Triterpenoid
untuk lebih praktis, karena semua steroid tumbuhan berupa alkohol dengan gugus
hidroksil pada aton C-3 seringkali semuanya steroid tumbuhan disebut sterol.
Sterol terdapat dalam bentuk bebas dan terikat sebagai glikosida sederhana,
yaitu skualena. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, berbagai macam
patukan ular, gangguang kulit, kerusakan hati dan malaria (Robinson, 1995).
Struktur dasar dari steroid dan triterpenoid dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:
17
2.2.6 Tanin
mempunyai sejumlah gugus hidroksi fenolik yang dapat membentuk ikatan silang
yang stabil dengan protein dan bipolimer lain, seperti selulosa dan pektin. Pada
tumbuhan tanin dianggap memiliki fungsi utama sebagai penolak hewan pemakan
tumbuhan karena rasa sepat. Di dalam bidang industri tanin digunakan untuk
mengubah kulit hewan yang mentah menjadi siap pakai karena kemampuannya
mebentuk ikatan silang stabil dengan protein dan dalam bidang Farmasi
tumor (Robinson, 1995). Tanin berdasarkan sifat kimianya dibagi 2(dua), yaitu :
1. Tanin terkondensasi
Tanin dapat terhidrolisa dengan asam atau enzim dan bila dihidrolisa tanin ini
ellagat, maka dari itu disebut juga gallotanin. Gallotanin terdapat pada mawar
2. Tanin terkondensasi
Pada dasarnya tanin ini hanya mengandung inti fenol, tapi ada juga yang
et al, 1977). Tanin ini sering disebut juga catechol tanin. Dengan larutan besi
dihasilkan dari tumbuhan dan yang memiliki aroma yang spesifik sesuai dengan
tumbuhan penghasilnya. Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar tanpa
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam pelarut non organik. Dalam
metode ektraksi yang digunakan dan cara penyimpanannya. Ikatan karbon yang
terdapat dalam molekul penyusun minyak atsiri dapat terdiri dari ikatan jenuh dan
fenol, asam organik yang terikat dalam bentuk ester misalnya lakton, kumarin dan
furan seperti kuinon. Komponen kimia minyak atsiri umumnya tersususn dari
hidrokarbon, terutama dari senyawa terpen, dan sebagian besar dari monoterpen
dan sangat sedikit politerpen. Senyawa terpen merupakan senyawa kimia yang
2.3 Mulut
sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan kedalam perut.Mulut dapat
menghaluskan makanan karena di dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Gigi
balikkan makanan sehinng semua dihaluskan secara merata. Selain itu, lidah
Mulut adalah salah satu bagian tubuh yang cukup vital karena diperlukan
untuk aktivitas keseharian seperti untuk bicara dan makan-minum. Jika mulut
terserang penyakit, maka kegiatan lain pun menjadi terganggu. Masalah mulut
yang sering muncul adalah bau mulut, sariawan, dan infeksi mulut. Selain itu,
22
ditemukan pula masalah mulut lainnya yang lebih kompleks, yaitu mulut kering,
menjaga kesehatan mulut sangat perlu dan merupakan obat pencegahan terjadinya
masalah gigi dan mulut yang paling tepat. Cara-cara yang dapat dilakukan dalam
1. Plak gigi
Plak gigi adalah lengketan yang berisi bakteri dan produk-produknya yang
membentuk koloni yang melekat erat pada permukaan gigi dan mempunyai
2. Gingivitis
Gingivitis merupakan penyakit radang gusi yang mengalami pembengkakan
adanya karang–karang gigi atau plak yang menumpuk dan berbatasan dengan tepi
gusi.
disebabkan oleh adanya infeksi pada nekrosis gingiva. Penyakit ini dapat terjadi
23
pada siapa saja, terutama orang yang mengkonsumsi rokok secara berlebihan,
4. Karies gigi
Karies gigi merupakan penyakit gigi yang terjadi pada kerusakan jaringan
5. Pulpitis
Pulpitis merupakan proses radang pada jaringan pulpa gigi yang menetap,
gejalanya yakni gigi nyeri ketika mendapat rangsangan panas atau dingin.
6. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah penyakit gigi yang disebabkan oleh adanya bakteri,
trauma dan iritasi yang menyebabkan kerusakan dan kematian pada pulpa yang
7. Periodontitis
gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat dan menyebar ke ligamen dan tulang
8. Herpes Simpleks
Herpes Simpleks adalah infeksi virus HIV yang terjadi pada sudut bibir atau
mulut. Gejala yang ditimbulkan antara lain sensitive, terbakar pada daerah bibir
9. Glositis
Glositis merupakan penyakit radang pada lidah dimana keadaannya di dalam
2.4 Antibakteri
yang termasuk prokariotik yang bersel satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari
kata bekterion yang berarti tongkat atau batang dan umumnya tidak berklofrofil.
gram positif dan warna merah untuk gram negatif. Pada bakteri gram positif,
peptidoglikan (Gillespie,2007)
Bakteri merupakan salah satu jemis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat
dibedakan atas:
paru-paru.
membentuk rantai.
anggur.
1. Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggul, misalnya
3. Bakteri Spiral
1. Spiral, yaitu golongan bakteri yang berbentuk seperti spiral misalnya spirilum.
2. Vibrio, ini dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya vibrio
3. Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. Pada
terdapat selubung atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane
Struktur tubuh bakteri dari lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagella,
polisakarida.
bahan dari dalam sel atau luar sel dan hanya bahan-bahan tertentu saja
d. Ribosom adalah organel sel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas
a. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan diluar dinding sel pada jenis
bakteri tertentu, bila lapisan tebal disebut kapsul, bila lapisannya tipis
disebut lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
b. Flagellum atau bulu cambuk merupakan filamen yang mencuat dari sel
bakteri dan berfungsi untuk pergerakan bakteri. Ada lima macam tipe
bakteri berdasarkan jumLah dan letak flagelnya, yaitu atrikus (bakteri yang
lebih flagela pada ujung sel), amfitrikus (sekelompok flagela pada masing-
permukaan sel).
bakteri yaitu:
1. Suhu
Sebagian besar bakteri tumbuh optimal pada suhu tubuh manusia.Akan tetapi,
beberapa bakteri dapat tumbuh dalam lingkungan ekstrem yang berada diluar
1. Bakteri Psikrofil adalah bakteri yang hidup di udara bersuhu dingin. Bakteri
psikorofil terdiri dari dua jenis yaitu bakteri psikrofil dan bakteri psikrofil
fakultatif.
2. Bakteri Mesofil adalah bakteri yang tumbuh optimal pada suhu 25-40oC dan
beradaptasi untuk hidup dan tumbuh pada suhu optimum di sekitar suhu
3. Bakteri Termofil
Bakteri termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu tinggi.Sebagian
besar bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 50-60oC.Suhu seperti ini terjadi di
30
dalam tanah yang disinari matahari dan dalam sumber air panas.Bakteri
2. pH
pada pH 6,5-7,5. Sangat sedikit bakteri yang dapat tumbuh pada pH asam (di
bawah pH 4).
3. Tekanan Osmotik
Bakteri yang memperoleh semua nutrisi dari cairan di sekitarnya.Bakteri
4. Faktor Kimia
adalah unsur kimia, antara lain karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan unsur kelumit
(misalnya Cu, Zn, dan Fe).Karbon merupakan unsur penting dalam setiap
makhluk hidup.
5. Oksigen
Mikroorganisme yang menggunakan oksigen menghasilkan lebih banyak
energi dari nutrien yang diperoleh dari pada mikroba yang tidak menggunakan
sangat sedikit terlarut di dalam media dan air di lingkungan bakteri tersebut
(Febrianasari, 2018).
31
bakteri yaitu:
1. Faktor Suhu
Sebagian besar bakteri tumbuh optimal pada suhu tubuh manusia. Akan
tetapi, beberapa bakteri dapat tumbuh dalam lingkungan ekstrem yang berada di
a. Bakteri Psikrofil adalah bakteri yang hidup di udara bersuhu dingin. Bakteri
psikorofil terdiri dari dua jenis yaitu bakteri psikrofil dan bakteri psikrofil
fakultatif.
b. Bakteri Mesofil adalah bakteri yang tumbuh optimal pada suhu 25-40oC dan
beradaptasi untuk hidup dan tumbuh pada suhu optimum di sekitar suhu
inangnya. Suhu optimum bakteri patogen umumnya sekitar 37oC dan suhu
c. Bakteri Termofil
32
Bakteri termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu tinggi. Sebagian
besar bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 50-60oC. Suhu seperti ini terjadi di
dalam tanah yang disinari matahari dan dalam sumber air panas. Bakteri
2. Faktor pH
suatu larutan. Kebanyakan bakteri tumbuh subur pada pH 6,5-7,5, angat sedikit
bakteri yang dapat tumbuh pada pH asam (di bawah pH 4). Berdasarkan faktor pH
bakteri adalah medium yang isotonis terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri
ditempatkan dalam suatu larutan hipertonik terhadap isi sel (seperti larutan garam
dan gula yang agak pekat), cairan akan keluar dari sel bakteri sehingga sel bakteri
misalnya di dalam air suling, cairan akan masuk ke dalam sel bakteri, sehingga
4. Faktor Kimia
mikroorganisme adalah unsur kimia, antara lain karbon, nitrogen, sulfur, fosfor,
dan unsur kelumit (misalnya Cu, Zn, dan Fe). Karbon merupakan unsur penting
dalam setiap makhluk hidup. Pada umumnya kerusakan bakteri akibat dari faktor
a. Oksidasi, kerusakan bakteri secara oksidasi dapat terjadi oleh zat-zat seperti H2
b. Koagulasi atau pengumpulan protein, banyak zat seerti air raksa, perak,
protein yang telah menggumpal akan terjadi denaturasi dan didalam keadaan
c. Depresi dan ketegangan permukaan, salah satu contoh yang dapat mengurangi
bakteri yang hidup didalam usus memunyai daya tahan terhadap empedu.
34
5. Faktor Oksigen
energi dari nutrien yang diperoleh dari pada mikroba yang tidak menggunakan
a. Aerob obligat, tumbuh subur bila ada oksigen dalam jumLah besar.
b. Anaerob aerob toleran, tumbuh subur bila ada oksigen, dan tidak mati dengan
adanya oksigen.
c. Anaerob obligat, hidup subur bila tanpa oksigen, oksigen toksik terhadap
d. Anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan ada oksigen
(Febrianasari, 2018).
pertumbuhan.
2. Fase pembelaan (Log phase). Selama fase ini, populasi meningkat 2 kali pada
interval waktu yang teratur. JumLah koloni bakteri akan terus bertambah
nutrisi dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati dan yang lain
tumbuh dan membelah sehingga jumLah sel bakteri hidup menjadi tetap.
4. Fase kematian. Sel bakteri akan mati lebih cepat dari pada terbentuknya sela
a. Media sintetis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
c. Media non sintetis yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui
a. Media padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah
sehingga media menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair,
dan karakter koloni mikroba yang tumbuh. Media ini berfungsi untuk
kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media ini juga bersifat
Bakteri gram positif mempunyai struktur dinding sel yang tebal dan berlapis
tunggal. Komponen penyusun dinding sel adalah peptidoglikan yang tipis dan
asam teikot (Pelczar, 1988). Bakteri gram positif akan menghasilkan warna
struktur dinding sel yang berbeda pada bakteri gram positif dan gram negatif.
Proses ini ditemukan pada tahun 1884 ilmuan Denmark bernama Cristian
Bakteri gram negatif mempunyai struktur dinding sel yang tipis dan berlapis
tiga. Dinding sel terdiri dari peptidoglikan yang tebal dan selaput luar
Bakteri gram negatif tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu
proses pewarnaan gram, sehingga menyerap zat kedua yang berwarna merah.
inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada
memungkinkan untuk mengamati bentuk sel batang lurus, bengkok atau bulat
sederhana ini untuk membedakan antara berbagai tipe sel berbentuk batang
atau bulat.
39
satu bagian dari mikroba. Pengecetan gram dibagi menjadi dua yaitu, gram
dinding sel bakteri. Sel bakteri gram positif memiliki lapisan peptidoglikan
Misalnya iodin.
Warna cat penutup harus berbeda dengan cat utama (Lestari, 2018)
berkoloni pada tingkat keasaman (pH) permukaan gigi yang relatif rendah
menghuni gigi dengan cara amat setempat. Bakteri ini telah diisolasi dari hampir
semua kerusakan karies email gigi manusia yang pernah diperiksa. Data yang
Kingdom : Monera
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
41
Family : Stretococcaceae
Genus : Streptococcus
membentuk spora, dan mempunyai susunan rantai dua atau lebih. Berbentuk bulat
dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan
mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidaknya zona
hambatan yang akan terbentuk disekeliling zat anti mikroba pada waktu tertentu
masa inkubasi. Menurut Morales (2003) efektivitas atau kekuatan suatu zat
antibakteri bisa diklasifikasikan yang dapat pada tabel 2.1 sebagai berikut :
42
pengujian dengan metode difusi agar dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menetukan
ini, digunakan suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai
tempat menampung zat antimikroba yang diuji. Kertas saring yang telah
diinkubasi pada waktu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari
mikroba uji. Pada umumnya diinkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37oC.
Pengamatan dilakukan berupa ada atau tidaknya zona hambat berupa zona
hambat ini disimpulkan sebagai kekuatan dari bahan uji dalam menghambat
Suatu media atau lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji
dibuat berbentuk parit. Parit yang sudah terbentuk kemudian diisi dengan zat
antimikroba, kemudian diinkubasi pada waktu dan suhu optimum yang sesuai
untuk mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau
tidaknya zona hambat berupa area bening yang terbentuk di sekitar parit.
Pada suatu media atau lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji
dibuat suatu lubang atau berbentuk sumur yang selanjutnnya diisi dengan zat
antimikroba uji. Kemudian setiap lubang itu diisi dengan zat uji, setelah
diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai dengan mikroba uji, dilakukan
pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya zona hambat berupa area jernih
2. Metode Dilusi
yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Media
menghambat atau mematikan. Cara ini membutuhkan waktu yang lama dan
menggunakan tabung reaksi. Keuntungan uji ini memberi hasil kuantitatif sesuai
Zat yang akan diuji aktivitas bakterinya diencerkan sesuai serial dalam media
cair, kemudian diinokulasikan dengan kuman dan inkubasi pada waktu dan
suhu yang sesuai dengan mikroba uji. Aktivitas zat ditentukan kadar hambat
minimal (KHM).
diinkubasikan pada waktu dan suhu tertentu. Konsentrasi terendah dari larutan
4. Metode turbidimetri
dipersiapkan, diisi larutan pembanding dan sediaan uji variasi dengan kadar
bakteri. Tabung diinkubasikan dalam inkubator pada suhu 37⁰C setelah selesai,
Uji angka lempeng total (ALT) adalah suatu cara menentukan jumLah
pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB). Makin kecil angka lempeng total
Pertumbuhan kapang khamir pada makanan ataupun bahan baku obat tradisional
dapat mengurangi kualitas makanan ataupun obat tradisional karena bakteri atau
kapang menghasilkan toksin yang berbahaya bagi tubuh manusia (Tivani, 2018).
Selain itu uji angka lempeng total juga dapat digunakan untuk menguji
2.9 Sterilisasi
panas (kalor), gas-gas atau bahan kimia seperti formaldehide, etilenoksida atau
membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam
suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Dalam
sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas seperti
spora bakteri. Sterilisasi dengan autoclave biasanya disebut sterilisasi basah, atau
sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan uap air
jenuh bertekanan pada suhu 121oC disebabkan oleh tekanan 1 atm. Selain dengan
2.10 Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau
47
besar. jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap
larutan yang mengandung zat berkhasiat antibakteri dan penyegar mulut baik dari
bahan kimia sintetis maupun dari bahan alami, untuk mengurangi jumlah
digunakan, dan dapat mencapai area permukaan di dalam rongga mulut yang sulit
menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan berupa larutan, umumnya
a. Sediaan mouthwash untuk kosmetik, terdiri dari air (dan biasanya alkohol),
flavor dan zat warna. Biasanya juga mengandung surfaktan dengan tujuan
nafas. Komponen antiseptik dari obat kumur ini memegang peranan utama
efek langsung pada mukosa mulut, juga untuk mengurangi flekulasi dan
terlebih dahulu.
Pada suasana alkali dapat mengurangi muinous deposits dengan dispers dari
protein.
menjangkau tempat yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak
menghilangkan bau tak sedap dan mencegah karies gigi (Kono, 2018).
antibakteri.
sebagai antiseptik, pengawet, dan bahan semi aktif. Fungsi lain dari alkohol
memberi kesan segar dan bersih. Jumlah alkohol biasanya berkisar 18-26%. Cara
kerja alkohol sebagai antiseptik dengan mendenaturasi protein dinding sel bakteri.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas berupa variasi
dalam sediaan mouthwash dan sebagai variabel terikat meliputi skrining fitokimia,
evaluasi sediaan mouthwash, uji aktivitas antibakteri dengan cara difusi agar
terhadap bakteri Sterptococcus mutans dan uji angka lempeng total (ALT)
50
3.2.2 Lokasi penelitian
51
45
(Etlingera elatior (JACK) R.M. Smith), asam klorida pekat, kalium iodida,
iodium, bismuth (III) nitrat, asam asetat glasial, raksa (II), besi (III) klorida, asam
asetat anhidrat, asam sulfat pekat, natrium hidroksida, natrium klorida, alfa-naftol,
natrium sulfat anhidrat, etil asetat, etanol 96 %, n-heksan, media nutrien agar,
media Mueller Hinton Agar (MHA), sorbitol, natrium benzoat, gom arab,
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tabung reaksi, rak
tabung, petridish, jarum ose, alat-alat gelas, autoklaf, inkubator, pinset, pipet tetes,
pipet ukur, pro pipet, mikro pipet, timbangan analitik, lampu spiritus, hot plat,
elatior (JACK) R.M. Smith) yang diambil secara purposif di Desa Cot Murong
dilarutkan dalam kalium iodida tersebut, lalu dicukupkan volumenya dengan air
Bismut (III) nitrat sebanyak 0,85 g dilarutkan dalm 100 mL asam nitrat, lalu
banyak dan disimpan dalam botol berwarna gelap (Depkes RI, 1995).
Sebanyak 1,35 g raksa (II) klorida dalam 60 mL air suling. Kemudian pada
wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 mL air
suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh
asam sulfat pekat. Larutan pereaksi harus dibuat baru (Harbone, 1787).
dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga 100 mL (Ditjen POM, 1979).
di atas penangas air selama 2 menit kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat
berikut:
lapisan eter kloroform, ditambahkan sedikit natrium sulfat anhidrat, disaring dan
diuapkan filtrat di dalam gelas arloji di atas penangas air, dilarutkan residunya
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling banyak dua dari tiga
panas melalui kertas saring. Filtrat diencerkan dengan 10 mL air, setelah dingin
lapisan metanol dan diuapkan pada suhu 40 oC, sisanya dilarutkan dalam 5 mL atil
asetat, lalu disaring. Filtratnya digunakan untuk uji flavonoid sebagai berikut:
etanol 96% lalu ditambahkan 0,5 g serbuk Zn dan 2 mL asam klorida 2N,
didiamkan selama 1 menit. Ditambah 10 tetes asam klorida pekat. Jika dalam
waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan bahwa adanya
flavonoida (glikosida-3-flavonol)
etanol 96% lalu ditambah 0,1 g serbuk magnesium dan 10 tetes asam klorida
pekat. Jika terlihat warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan
dibiarkan selama 2 jam kemudian disaring. Filtrat digunakan untuk reaksi berikut:
tetes asam asetat glasial dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Lieberman-
50
Bourchard). Terbentuk warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid dan
POM, 1989).
didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III)
klorida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan
96%. Selanjutnya ditambahkan asam sulfat pekat dan direfluks selama 10 menit,
a. Diambil sebanyak 1 mL lapisan atau (sari air) diuapkan diatas penangas air.
Sisa penguapan ditambahkan 2 mL air dan 5 tetes larutan pereaksi Molish, dan
ditambahkan hati-hati asam sulfat pekat, terbentuk cincin berwarna ungu pada
b. Diambil sebanyak 1 mL lapisan atas (sari air) diuapkan diatas penangas air.
penangas air suhu tidak lebih dari 60oC, sisa penguapan dilarutkan dalam 2 mL
metanol. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes asam asetat glasial dan 1 tetes asam
dalam tabung reaksi, dikocok dengan etanol, dibagi 2 bagian, satu bagian
ditambah satu tetes larutan asam borat, dan bagian lainnya ditambah campuran
vanilin-asam sulfat pekat (sama banyak) terbentuk warna merah atau orange,
dalam tabung reaksi. Amati terbentuknya atau timbul busa. Jika timbul busa
ditambahkan beberapa tetes HCl 1% dan ditunggu sampai 10 menit. Apabila busa
Sorbitol 25,000 mL
batang kecombrang berbagai variasi konsentrasi 30%, 40%, dan 50% berdasarkan
hasil orientasi dan tidak ditambahkan pipermit oil karena adanya aroma yang khas
dan segar dari sari air batang kecombrang yang ditambahkan ke dalam formula.
Komposisi (%)
Bahan Mouthwash Mouthwash Mouthwash
Blanko
SABK 30% SABK 40% SABK 50%
Batang kecombrang - 30% 40% 50%
53
untuk formula mouthwash SABK 30%, 100 gram untuk formula mouthwash
SABK 40%, dan 125 gram untuk formula mouthwash SABK 50%. Masing-
dan disaring dan diperas dengan kain putih, selanjutnya ampasnya disari ulang
sampai diperoleh sari yang tidak berwarna, maka diperoleh kumpulan sari air
dikalibrasi 250 mL. Selanjutnya ditambahkan sari air batang kecombrang dan
larutan natrium benzoat, lalu dicukupkan sampai garis batas, dan dihomogenkan,
sediaan mouthwash yang baru dibuat, dan dinilai melalui uji kesukaan penelis
meliputi warna, aroma, dan rasa, dengan memberikan skala penilaian 1 (sangat
tidak suka = STS ), 2 (tidak suka = TS), 3 (kurang suka = KS), 4 (suka = S), 5
kuisioner yang telah disediakan. Selanjutnya data yang diperoleh dari jawaban
atasnya. Selanjutnya disimpan pada suhu kamar, dan diamati setiap minggu
sampai 12 minggu. Hal ini diamati berupa perubahan warna, bau, rasa dan
3.10.3 Uji pH
alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standart netral
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (4,01) hingga posisi jarum menunjukkan
harga pH tersebut diatas. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, dan
55
uji, jarum dibiarkan bergerak sampai posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pH
terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas yang tidak kuantitatif dan tahan
pemanasan tinggi jangka waktu lama seperti beaker glass, labu erlenmeyer,
tabung reaksi dan cawan petri disterilkan di oven pada suhu 170oC selama 1-2
jam, alat atau bahan gelas kuantitatif dan tidak tahan pemanasan tinggi dalam
jangka waktu lama seperti gelas ukur, media, pipet tetes disterilkan di autoklaf
pada suhu 121oC selama 15 menit, sedangkan jarum ose disterilkan dengan cara
Komposisi :
Cara pembuatan :
homogen maka diperoleh larutan standar Mc. Farland yang kekeruhannya setara
dengan kekeruhan suspensi bakteri konsentrasi 108 CFU/mL (Ditjen POM, 1995).
56
Komposisi :
Beef infusion 3g
Bacto-casamino acids 5g
Pati 1,5 g
Bacto Agar 17 g
Air suling ad 1L
Cara pembuatan :
Komposisi :
Beef Extract 3g
Pepton 5g
Agar 15 g
57
Air suling ad 1L
Cara pembuatan :
Sebanyak 23 g media Nutrien Agar (NA) dilarutkan dalam air suling steril,
sempurna. Media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit
pada posisi miring kira-kira kemiringan 45oC, media yang telah padat disimpan
maka dilakukan uji identifikasi bakteri yaitu dengan pewarnaan gram. Sedikit
bakteri diambil dari stok kultur diletakkan di atas objek glass. Kemudian difiksasi
di atas api bunsen, selanjutnya ditetesi dengan karbol fuchsin, ditunggu beberapa
saat lalu ditetesi dengan gentian violet maka diperoleh hasil warna ungu,
dibiarkan dan ditetesi lugol. Dicuci dengan alkohol asam dan dibilas dengan air
mengalir, ditetesi dengan zat warna merah safranin (Ditjen POM, 1995).
58
Bakteri yang tetap menahan zat warna ungu meskipun telah dicuci dengan
alkohol asam adalah bakteri gram positif. Sebaliknya bakteri yang tidak dapat
menahan zat warna ungu setelah dicuci dengan alkohol asam sehingga warnanya
luntur dan ketika diwarnai dengan zat warna safranin akan mengikat zat warna
safranin berwarna merah maka bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif.
Koloni bakteri diambil dari stok kultur dengan menggunakan jarum ose
steril, lalu ditanam pada media Nutrien Agar (NA) miring dengan cara
dalam inkubator pada suhu 36-37oC selama 18-24 jam (Ditjen POM, 1995).
diambil dari media NA miring dengan jarum ose steril, lalu disuspensikan ke
dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL larutan natrium klorida fisiologis steril,
terhadap bakteri Streptococcus mutans dengan metode difusi agar. Dipipet 0,1 ml
suspensi bakteri konsentrasi 106 CFU/ml, dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
digoyangkan diatas permukaan meja, agar media bercampur rata dengan suspensi
bakteri, lalu didiamkan hingga memadat. Setelah media dingin dan memadat
sari air batang kecombrang dengan berbagai konsentrasi 30%, 40%,50%, serta
sediaan listerin® yang beredar di pasaran sebagai pembanding dan blanko berupa
Selanjutnya Pra inkubasi selama 15 menit, kemudian diinkubasi pada suhu 36-
37⁰C selama 18-24 jam. Selanjutnya diukur diameter daerah hambat (zona jernih)
0,9%) fisiologis steril, sampai 10 mL, diperoleh larutan sampel 10-1, kemudian dari
larutan ini dipipet sebanyak 1 mL diencerkan dengan natrium klorida (NaCl 0,9%)
ml media Nutrien Agar suhu (35°C±2°C) Cawan petri diputar dan digoyang
60
Dibiarkan media memadat, dan diinkubasi pada suhu 36-37⁰C selama 18-24 jam
dalam posisi dibalik. Selanjutnya dihitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh,
pembanding (Listerine®).
dengan cara yang sama sebagaimana untuk spesimen saliva sebelum penggunaan
sehingga diperoleh data koloni yang tumbuh sebelum dan setelah penggunaan
bahan uji sesuai kelompok masing- masing dan dihitung persentase pengurangan
jumlah koloni setelah penggunaan berbagai bahan uji (Arjile et al. 2019).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan
tanin, glikosida, steroid. dan minyak atsiri. Gambar hasil uji skrining fitokimia
dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil skrining fitokimia sari air batang
NO Pemeriksaan Hasil
1 Alkaloid Negatif
2 Flavonoid Positif
3 Tanin Positif
4 Saponin Positif
5 Steroid/triterpenoid Negatif
6 Glikosida Positif
7 Minyak atsiri Positif
endapan coklat.
60
61
dengan logam-logam. Endapan yang terbentuk kompleks antara ion logam dari
bersifat basa tidak larut dalam air, maka dengan penambahan asam akan terbentuk
terbentuknya warna jingga pada lapisan amil alkohol. Perubahan warna ini karena
membentuk garam berwarna merah atau jingga (Wahid dan Safwan, 2015).
terjadinya pembentukan busa setinggi 1 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit
dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2N. Saponin adalah golongan
membentuk larutan koloid dalam air dan membentuk buih atau busa bila dikocok.
warna menjadi hijau kehitaman dengan penambahan larutan pereaksi feri (III)
tanin.
adanya gula dengan terbentuknya cincin coklat pada penambahan Molisch dan
warna merah bata pada reaksi Fehling, serta adanya senyawa non gula ditandai
dengan terbentuknya warna biru ungupada penambahan satu tetes dari campuran
dari 20 tetes asam asetat glasial dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi
62
glikosida dan minyak atsiri, maka sangat besar kemungkinan sari air batang
khas dan segar sangat mendukung untuk diformulasikan sari air batang
(2019), dengan formula dasar obat kumur-kumur terdiri dari gom arab, sorbitol,
pipermint oil, natrium benzoat, dan akuades. Pada penelitian ini dibuat formula
berbagai variasi konsentrasi 30%, 40%, dan 50%, tanpa menggunakan pipermint
oil karena diharapkan dapat diperoleh aroma yang khas dan segar dari sari air
(Rachma, 2010).
63
dibuat mengandung sari air batang kecombrang berbagai formula dengan variasi
konsentrasi yaitu 30%, 40%, dan 50%. Pengujian dengan kepekaan panca indra
meliputi warna, aroma dan rasa. Pengujian dilakukan terhadap 20 panelis yang
tidak terlatih diminta menilai, aroma, warna dan rasa yang diisi melalui lembara
kriteria berikut :
sampai 14. Rekapitulasi hasilnya dapat dilihat tabel 4.2 dan 4.3 sebagai berikut:
warna, aroma, dan rasa yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
64
Tabel 4.2 Hasil uji organoleptis sediaan mouthwash sari air batang kecombrang
Sedikit aroma
Agak manis diikuti
Mouthwash Merah sedikit khas
sedikit rasa khas
SABK 30% kecoklatan kecombrang
kecombrang
lemah
Aroma khas Agak manis, diikuti
Mouthwash Merah
kecombrang rasa khas
SABK 40% kecoklatan
agak kuat kecombrang
Agak manis, diikuti
Aroma khas
Mouthwash Merah rasa khas
kecombrang
SABK 50% kecoklatan kecombrang agak
kuat
pahit
warna dari berbagai formula. Semakin besar konsentrasi sari air batang
berbagai perbedaan konsentrasi sari air batang kecombrang yang digunakan, hal
dalam sediaan. Semakin besar konsentrasi sari air batang kecombrang maka
semakin tajam aroma yang dihasilkan, diharapkan aroma ini mampu memberi
aroma yang menyegarkan bau mulut. Rasa manis pada sediaan diberikan oleh
sorbitol. Oleh karena batang kecombrang mempunyai rasa agak pahit, maka rasa
sediaan sedikit pahit. Semakin tinggi konsentrasi sari air batang kecombrang, rasa
pahit semakin terasa. Hasil uji nilai kesukaan panelis terhadap sediaan mouthwash
Tabel 4.3 Hasil Uji Interval Nilai Kesukaan Organoleptis Sediaan Mouthwash
Kriteria Nilai
Rentang Nilai
penilaian Formula kesukaan Kesimpulan
Kesukaan
terkecil
Blanko 2,5630≥μ≤ 4,3370 2,5630 2 = Tidak suka
Mouthwash 3 = Kurang
3,1908 ≥μ≤4,7092 3,1908
SABK 30% suka
Warna Mouthwash 5 = Sangat
4,7264≥μ≤ 5,1736 4,7264
SABK40% suka
Mouthwash 3 = Kurang
2,7213 ≥μ≤ 4,6787 2,7213
SABK 50% suka
Blanko 3 = Kurang
3,1908≥μ≤ 4,7092 3,1908
suka
Mouthwash
3,8452 ≥μ≤ 5,0548 3,8452 4 = Suka
SABK 30%
Aroma
Mouthwash
4,5922≥μ≤ 5,2078 4,5922 4 = Suka
SABK 40%
Mouthwash 3 = Kurang
3,1119 ≥μ≤ 4,6881 3,1119
SABK 50% suka
Blanko 3 = Kurang
3,0373 ≥μ≤ 4,6881 3,0373
suka
Mouthwash
3,8298 ≥μ≤ 4,7702 3,8298 4 = Suka
SABK 30%
Rasa
Mouthwash
4,2769 ≥μ≤ 5,3231 5,2078 5 = Sangat suka
SABK40%
Mouthwash 3 = Kurang
3,1119 ≥μ≤ 4,6881 3,1119
SABK 50% suka
disukai panelis baik dari segi warna, aroma, dan rasa, adalah formula sediaan
mouthwash yang menggunakan sari air batang kecombrang 40%. Hal ini
menarik berupa merah kecoklatan, aroma nya segar dan waktu penggunaan terasa
segar di mulut dengan rasa sedikit manis, sedangkan sediaan mouthwash yang
menggunakan sari air batang kecombrang konsentrasi 50%, kurang disukai karena
66
baunya yang terlalu tajam, dan rasanya agak pahit kurang nyaman waktu
pengggunaan di mulut.
No Formula pH
I II III Rata-rata
1. Blanko 6,7 6,6 6,6 6,6 ± 0,0
2. Mouthwash SABK 30% 5,0 5,7 5,6 5,4 ± 0,3
3. Mouthwash SABK 40% 5,2 5,6 5,3 5,3 ± 0,2
4. Mouthwash SABK 50% 5,2 5,2 5,3 5,2 ± 0,0
Keterangan : SABK = Sari air batang kecombrang
mouthwash yang diuji berkisar antara 5,2 – 6,6 berarti memenuhi persyaratan
merupakan pH yang aman, dan pH optimum 6,5 – 7,0 untuk cairan penggunaan
lokal pada mulut. Terlihat semakin tinggi konsentrasi sari air batang kecombrang
yang digunakan maka pH sediaan semakin kecil, hal ini dapat disebabkan adanya
senyawa bersifat asam di dalam sari air batang kecombrang, misalnya polifenol
minggu selama 12 minggu pada suhu kamar, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Mouthwash
- - - - - - - - - - - - - - -
SABK 30%
Mouthwash
- - - - - - - - - - - - - - -
SABK 40%
Mouthwash
- - - - - - - - - - - - - - -
SABK 50%
Keterangan :
diamati dengan adanya perubahan warna, aroma, dan rasa. Tabel 4.5 di atas
dan rasa. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat
Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur mikroba, untuk mengatasinya dapat
natrium benzoate.
68
Hasil dari identifikasi bakteri diperoleh bakteri gram positif yang ditandai
dengan bakteri yang menyerap warna ungu yang tidak luntur pada pencucian
dengan alkohol, dan tidak menyerap warna yang kedua yaitu safranin, sehingga
hasil akhir pengecatan gram berwarna ungu, dan pada pengamatan di bawah
mikroskop terlihat koloni berupa cocus dengan susunan seperti rantai, berarti
bakteri yang diuji adalah bakteri Streptococcus mutans (Buchanan dan Gibbons,
1974). Gambar hasil identifikasi bakteri Streptococcus mutans dapat dilihat pada
lampiran 15.
dilakukan dengan 5 macam konsentrasi yaitu 50 %, 40%, 30%, 20%, dan 10%,
mutans. Data hasil pengukuran diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri dari
berbagai konsentrasi sari air batang kecombrang dapat dilihat pada lampiran 18.
Gambar hasil uji daya hambat sari air batang kecombrang dapat dilihat pada
lampiran 16, dan rekapitulasi hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.6
sebagai berikut
Tabel 4.6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sari Air Batang Kecombrang Terhadap
Bakteri Streptococcus mutans
mempunyai aktivitas antibakteri. Hal ini sesuai dengan hasil skrining fitokimia
Mekanisme bahan aktif antimikroba ini adalah merusak membran sel mikroba
dengan meningkatkan permeabilitas dari dinding sel mikroba hingga mikroba lisis
(Kurniawati, 2006).
Secara umum hasil uji aktivitas antibakteri dengan cara difusi agar, bila
dikatakan bakteri peka terhadap bahan yang di uji atau dengan kata lain bahan
yang diuji sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri, dan kurang peka
atau bahan uji kurang kuat bila diameter hambat 10 – 12 mm, dan dikatakan
resisten atau tidak kuat bila diameter hambatan lebih kecil dari 10 mm (Kumari
(2003) dikatakan sangat kuat jika diameter hambat lebih besar dari 20 mm, kuat
sebesar 10-20 mm, sedang sebesar 6-10 mm, dan lemah lebih kecil dari 5 mm.
mutans yang paling besar pada sari air batang kecombrang 50% yaitu sebesar
70
(20,17 ± 0,3) mm, dikategorikan sangat kuat karena diamter hambatan di atas 20
mm, dan efektif karena diameter hambatan sekitar 14 mm, dan terlihat hasil dari
sari air batang kecombrang konsentrasi 40%, 30%, 20%, dikategorikan kuat
karena diamter hambatan berada pada kisaran 10-20 mm, dan pada konsentrasi
berada pada kisaran 6-10 mm, dan pada konsentrasi 5% tidak memberi hambatan
pertumbuhan bakteri, maka dapat dikatakan hambatan minimum (KHM) dari sari
mouthwash diuji dengan metode perhitungan ALT (Angka lempeng total = pour
plate). Data dan perhitungan pengurangan jumlah koloni bakteri pada spesimen
mengandung sari air batang kecombrang dapat dilihat pada lampiran 20, dan
Tabel 4.7 Pengurangan jumlah koloni bakteri dari spesimen saliva sukarelawan
Hasil uji ALT (angka lempeng total) pada relawan sebelum dan sesudah
koloni bakteri dari spesimen saliva sukarelawan yang diuji. Semakin tinggi
Persen pengurangan jumlah koloni bakteri yang sangat besar terlihat pada sediaan
yaitu sebesar (53,13 ± 5,38)%, hampir sama dengan hasil dari sediaan gargarisma
Listerin® yang beredar di pasaran yaitu sebesar (54,14 ± 5,49)%. Sangat berbeda
dengan konsentrasi 40% sebesar (37,40 ± 3,59)% dan konsentrasi 30% sebesar
(25,38 ± 3,66)% . Hasil uji sediaan blanko yang tidak mengandung sari air batang
mouthwash namun sangat kecil yaitu (4,08 ± 2,70)%, hal ini kemungkinan
Secara keseluruhan hasil penelitian dapat dilihat formula yang paling kuat
adalah yang mengandung sari air batang kecombrang 50% tetapi formula ini
kurang disukai oleh panelis karena aroma dan rasa kurang enak, terasa kurang
nyaman di mulut pada saat digunakan. Formula yang paling disukai panelis adalah
sari air batang kecombrang 40%. Maka dapat disimpulkan formula yang paling
unggul dari hasil penelitian ini adalah yang menggunakan sari air batang
kecombrang 40%, karena paling disukai panelis serta memiliki antibakteri kuat.
mempunyai aktivitas antibakteri ialah, flavonoid, tanin dan saponin dan minyak
atsiri.
kompleks dengan protein ektraseluler dan protein yang dapat larut serta dengan
dinding sel bakteri. Senyawa tannin merupakan senyawa metabolit sekunder yang
dengan protein bakteri dan pada saluran pencernaan, tanin diketahui mampu
dapat menimbulkan busa bila dikocok dalam air, saponin bekerja sebagai
mempunyai aktivitas antimikroba antara lain borneol, sineol, pinene dan kamper.
73
dan kamper yang merupakan senyawa terpenoid yang mempunyai sifat dapat
hambatan (20,17± 0,3) dan yang paling lemah konsentrasi 20% dengan
c. Sari air batang kecombrang dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50% dapat
pada penyimpanan selama 12 minggu, dan formula yang mengandung sari air
kuat sediaan 50%, yaitu pengurangan koloni bakteri sebesar (53,13 ± 5,38)%
5,49).
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tanaman kecombrang dengan formulasi dalam bentuk lain. seperti pasta
74
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed IV. Dari Introduction
to Pharmauceutical Dosage Form oleh Farida Ibrahim. Jakarta: IL
Press. Hal 304.
Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Ditjen POM. (1989). Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta: Depkes RI.
Ditjen POM. (1979) Materia Medika Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
75
76
Gillespie, S.H. dan Bamford, K.B. (2007) At a Glance Mikrobiologi Medis dan
Infeksi.Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Jaafar, F. M.; Che P. O.; Nor H. I.; and Khalijah , (2007). Analysis of essential
oils of leaves, stems, flowers and rhizomes of etlingera elatior (jack) r.
77
Jutti, L., Sri, A.S,. Tiana, M,.Mutakin., Irma. M,P, dan Tanti, J. (2019) perspektif
molecular aktivitas antiimflamasi tanaman kecombrang . Yogyakarta :
Deepublish.
Kurniawati (2006) Formulasi Gel Antioksidan Daun Jambu Biji Dengan Metode
Aquapec HV-505. Jurusan Farmasi FMIPA unpad
Morales, G., Sierra, P., Manolla, A., Parades, A., Loyolla, L. A., Gallardo, O., and
Poorquez, J. (2003)Secondary Metabolisme from Four Medicinal
Plants From Notherm Chiles: Antimicrobial Activity and Biotoxicity
78
Nofita, H. Eko,M., dan Wulan ,A. (2018). Uji Antibakteri Formula Sediaan
Mouthwash Ekstrak Kulit Buah Nanas (Ananas Comosus L. MERR)
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.Current Pharmaceutical
Sciences Volume 2 , No. 1. Halaman 97-103.
Puspitasari, A,M., Dian, E,R. dan Agus, W,W,. (2018) Klasifikasi Penyakit Gigi
Dan Mulut Menggunakan Metode Support Vector Machine Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer . Volume 2,
No. 2.Halaman 802-810
Power JM, Sakaguchi RL.Craig’s restorative dental materials. 12th Ed. Missouri:
Mosby Company., 2006: 514-9.
Prayoga, E. (2013). Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (piper bettle L)
Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus.Tesis.1-33. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ririn,Amran, I.T. dan Sarif.W. (2013). Formulasi Sediaan Mouthwash Dari Sari
Buah Sirih (Piper betle L.) Varietas Siriboah. As-Syifaa .Volume 05,
No 02 : Halaman 153-161.
Sagarin dan Gershon (1972). Cosmetics, science and technology, edisi II. New
York
Suryani,N. Devi,N. dan Dimas, D,I,. (2019) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Batang
Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) Terhadap Bakteri
Plak Gigi Streptococcus mutans .Jurnal Kartika Kimia Volume 2,
No 1. Halaman 23-29
Tivani.I. (2018). Uji Angka Lempeng Total (Alt) Pada Jamu Gendong Temu
Ireng Di Desa Tanjung Kabupaten Brebes. Jurnal Para Pemikir
Volume 7 Nomor 1. Halaman 215-218
Batang kecombrang
segar
Uji aktivitas
antibakteri Diameter zona
terhadap hambat pertumbuhan
Streptococcus bakteri
mutans
1. Organoleptis
Evaluasi mutu 2. pH
fisik sediaan 3. Stabilitas
4. Kesukaan
(hedonik)
84
Formulasi sediaan
mouthwash
berbagai
konsentrasi 30%,
40%, dan 50%
Lampiran 4. Bagan Alir Uji Aktivitas Antibakteri Dengan Metode Difusi Agar
Diremajakan ke
Stok kultur Media NA miring
bakteri
85
NaCl
0,9%
9,9 mL
Suspensi bakteri
106 CFU/mL
Media MHA
Sari air
batang
Dihomogenkan
kecom
brang
Mengunakan
cakram
Diletakkan cakram
didalam media
Media MHA
Diinkubasikan
suhu 37OC
Diukur zona selama 18-24
hambatan jam
Media MHA
Media MHA
85
Lampiran 5. Bagan alir uji aktivitas antibakteri (ALT) terhadap spesimen saliva
Sampel
spesimen saliva
sukarelawan
1 mL 1 mL
10-1 10-2
0,5 ml 0,5 ml
20 ml Media NA
Homogenkan
a. Flavonoid b. Tanin
e. Glikosida
87
30 %
Blanko
50 %
40 %
89
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Menyatakan bersedia menjadi panelis untuk uji hedonik dalam penelitian Nur
Alfina dengan judul Formulasi Mouthwash Sari Batang kecombrang (Etlingera
elatior (JACK) R.M.Smith) Dan Uji Antibakteri Terhadap Streptococcus mutans
Dan Spesimen Saliva yang memenuhi kriteria sebagai panelis uji hedonik (Ditjen
POM, 1985) sebagai berikut:
1. Wanita
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Berbadan sehat jasmani dan rohani
4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi
5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji hedonik
Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji hedonik, panelis tidak
akan menuntut kepada peneliti.
Demikian surat pernyataan ini dibuat atas partisipasinya peneliti
mengucapkan terimakasih.
(…………………)
90
Umur :
Perhatikan warna dari masing-masing formula dan mohon diberi jawaban pada
pernyataan.
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
b. STS b. TS c. KS d. S e. SS
Keterangan :
STS= Sangat Tidak Suka S = Suka
TS = Tidak Suka SS = Sangat Suka
KS = Kurang Suka
91
Umur :
Perhatikan aroma dari masing-masing formula dan mohon diberi jawaban pada
pernyataan.
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
Keterangan :
KS = Kurang Suka
92
Lampiran 10 .(Lanjutan)
Umur :
Perhatikan rasa dari masing-masing formula dan mohon diberi jawaban pada
pernyataan.
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
a. STS b. TS c. KS d. S e. SS
Keterangan :
KS = Kurang Suka
93
Sebagai contoh diambil data dari hasil uji dari penilaian warna sediaan
mouthwash SABK 30 % , dapat dilihat sebagai berikut:
Nilai Kesukaan Pada FI
Panelis
Kode Nilai (Xi) (Xi- X́ ) (Xi- X́ )2
1 KS 3 -0.9500 0.9025
2 S 4 0.0500 0.0025
3 S 4 0.0500 0.0025
4 KS 3 -0.9500 0.9025
5 KS 3 -0.9500 0.9025
6 KS 3 -0.9500 0.9025
7 S 4 0.0500 0.0025
8 KS 3 -0.9500 0.9025
9 S 4 0.0500 0.0025
10 SS 5 1.0500 1.1025
11 KS 3 -0.9500 0.9025
12 S 4 0.0500 0.0025
13 S 4 0.0500 0.0025
14 S 4 0.0500 0.0025
15 SS 5 1.0500 1.1025
16 S 4 0.0500 0.0025
17 SS 5 1.0500 1.1025
18 SS 5 1.0500 1.1025
19 S 4 0.0500 0.0025
20 SS 5 1.0500 1.1025
Total = 79.00 10.950
Rata-rata = 3.9500 0.5475
10.950
Standar deviasi (SD) =√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿=
√ 20−1
= 0.7592
Lampiran 16. Gambar uji aktivitas antibakteri sari air batang kecombrang
terhadap Streptococcus mutans
B B
C
E
E
D
D
D
C
E
B
Keterangan:
A= Listerin®
Lampiran 17. Contoh perhitungan standar deviasi dari hasil pengukuran diameter
hambatan bakteri
Diambil sebagai contoh perhitungan dari data sari air batang kecombrang 50%
Diameter
No.
hambatan (mm) X- X̄ ( X − X̄ )2
1. 20,00 -0,5000 0,2500
2. 21,00 0,5000 0,2500
3. 20,50 0,0000 0,0000
∑ X = 61,50 %
N=6
X̄ Rata-rata = 16,83% ∑ ( X − X̄ )2 = 0,50000
Standar deviasi (SD) = =√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿
0,1667
=
√ 2
= 0,3
Dengan cara yang sama dihitung untuk konsentarsi sari air batang
Lampiran 19. Hasil uji ALT sebelum dan sesudah menggunakan sediaan
mouthwash
1. Blanko
2. Mouthwash 30 %
Sebelum menggunakan sediaan Sesudah menggunakan sediaan
3. Mouthwash 40%
Sebelum menggunakan sediaan Sesudah menggunakan sediaan
102
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil uji ALT sebelum dan sesudah menggunakan
sediaan mouthwash
1. Mouthwash 50 %
Sebagai contoh diambil data dari penggunaan sediaan mouthwash SABK 30%,
sebagai berikut
Jumlah koloni bakteri (angka lempeng total bakteri) tiap g sampel adalah
( 21 x 10 )+(1 x 100)
Dari petri I = = 155 CFU/ mL
2
( 14 x 10 ) +(1 x 100)
Dari petri I = = 120 CFU/ mL
2
(155−120)
= x 100% = 22,58 %
155
Dengan cara yang sama dihitung untuk pengulangan pada petri II dan
untuk formula lainnya pada penggunaan berbagai sediaan mouthwash. Data dan
24,7134
Standar deviasi (SD) = =√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ =
√ 5
= 2,22
Dasar penolakan data adalah apabila thitung> ttabel dengan tingkat kepercayaan 99%
X − X́ 22,58−25,38
|
1. thitung= SD =
√n || 2,01
√ 6
=
|
2,7960
0,9078
= 3,08
X − X́ 28,21−25,38
|
2. thitung= SD =
√n || 2,01
√6
=
|
2,8284
0,9078
= 3,12
X − X́ 23,33−25,38
|
3. thitung= SD =
√n || 2,01
√6
=
|
2,0434
0,9078
= 2,25
X − X́ 25,00−25,38
|
4. thitung= SD =
√n || 2,01
√6
=
|
0,3767
0,9078
= 0,41
X − X́ 27,50−25,38
|
5. thitung= SD =
√n || 2,01
√6
=
|
2,1233
0,9078
= 2,34
105
X − X́ 25,64−25,38
| ||
6. thitung= SD =
√n
2,01
√6
=
0,2643
0,9078|= 0,29
Seluruh thitung dari ke-6 perlakuan < ttabel, berarti semua data ini bisa diterima.
Lampiran 21. (lanjutan)
Std. Deviasi
√n
Persen pengurangan jumlah koloni bakteri rata-rata ( X̄ ) = 25,38%
Sd
= X̄ ± t (1 – 1/ 2 α).dk x √6
Persen pengurangan jumlah koloni bakteri sebenarnya
2,01
= 25,38 % ± 4,032 x
2,449
Dengan cara yang sama dihitung untuk bahan uji lainnya, data
Lampiran 22. Data perhitungan jumlah koloni hasil uji ALT sebelum dan
sesudah penggunaan sediaan mouthwash
Lampiran 22. (Lanjutan) Data perhitungan jumlah koloni hasil uji ALT sebelum
dan sesudah penggunaan sediaan mouthwash