Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

PENGEMBANGAN LIMBAH EKSTRAK KULIT BUAH RAMBUTAN


(Nephelium Lappaceum L.) SEBAGAI SERUM ANTIJERAWAT

ZULFIA USMAN
183145201141

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
SKRIPSI

Pengembangan Limbah Ekstrak Kulit Buah Rambutan (Nephelium


Lappaceum L.) Sebagai Serum Antijerawat

ZULFIA USMAN

183145201141

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi
Universitas Megarezky

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Pengembangan Limbah Ekstrak Kulit Buah Rambutan (Nephelium


Lappaceum L.) Sebagai Serum Antijerawat

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan


Tim Penguji Skripsi Penelitian
Fakultas Farmasi
Universitas Megarezky
Pada hari selasa, Tanggal 08 Maret 2022

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Nielma Auliah, S.Si., M.Si apt. A. Suparlan Isya Syamsu, S.Farm., M.Si
NIDN : 0923108502 NIDN : 0918058402

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Farmasi

apt. Ahmad Irsyad Aliah., S.Farm., M.Si


NIDN : 0927099 01
HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari ini .... tanggal .... bulan …. tahun …. bertempat diruang ….
Fakultas Farmasi Universitas Megarezky Makassar, telah dilaksanakan ujian
skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program
sarjana …. terhadap mahasiswa atas nama :

Nama : Zulfia Usman


Nim : 18 3145 201 141
Program studi : S1 Farmasi
Jenjang : Strata 1
Judul skripsi : Pengembangan Limbah Ekstrak Kulit Buah Rambutan
(Nephelium Lappaceum L.) Sebagai Serum Antijerawat

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1. apt. Nielma Auliah, S.Si., M.Si Ketua (…..………….)

2. apt. A. Suparlan Isya Syamsu, S.Farm., M.Si Sekretaris (…..………….)

3. apt. Muhammad Asri, SR, S. Farm., M.Farm Penguji Utama (…..………….)

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Farmasi Ketua Program Studi Sarjana Farmasi


Universitas Megarezky Fakultas Farmasi

Dr. apt. Jangga,S.Si.,M.Kes apt. Ahmad Irsyad Aliah, S.Farm.M,Si


NIDN: 196812312005011006 NIDN : 0927009701
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Assalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh...

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada baginda rasulullah

Muhammad SAW, yang telah menyikap kegelapan wawasan umat manusia

menjadi kearah yang lebih beradab.

Skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN LIMBAH EKSTRAK KULIT

BUAH RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L.) SEBAGAI SERUM

ANTIJERAWAT” ini di susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi di Universitas Megarezky Makassar.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari

banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, berupa motivasi, ide,

gagasan, serta petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagaiman

mestinya.

Khususnya ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis kepada kedua orang

tua tercinta ayahanda Usman Hanafi dan ibunda Nursifa Idrus, atas seluruh kasih

sayang dan pengorbanan serta dukungan yang berupa nasehat, materi serta doa

yang tulus, serta saudara saya tercinta M. Akbar Usman dan Mubarak Usman

yang selalu memberi semangat dan kekuatan untuk bisa sampai disini, serta

keluarga besar yang senang tiasa memberikan doa dan dukungannya. Kemudian
dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan

perhargaan yang sebesar- besarnya kepada apt. Nielma Auliah, S.Si., M.Si. selaku

pembimbing I dan bapak apt. A. Suparlan Isya Syamsu, S.Farm., M.Si. selaku

pembimbing II serta bapak apt. Muhammad Asri, SR, S. Farm., M.Farm. selaku

penguji dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan

fikirannya untuk memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada penulis.

Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasi kepada :

1. Bapak Dr. Alimuddin, S.H M.H M.Kn, selaku Pembina Yayasan Pendidikan

Islam Megarezky Makassar.

2. Ibu Hj. Suryani, SH., M.h. Selaku Ketua Yayasan Islam MegaRezky.

3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Asper Mapahya, Sp. PD. Sp.JP(K). Selaku Rektor

Universitas MegaRezky Makassar.

4. Bapak Dr. apt. Jangga., S.Si., M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Farmasi.

5. Bapak apt. Irsyad Aliah, S.Farm., M. Si. Selaku Ketua Program Studi S1

Farmasi Universitas MegaRezky.

6. Bapak dan ibu Dosen serta Staf Universitas MegaRezky Makassar yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan Pendidikan.

7. Untuk sahabat-sahabat saya yang selalu ada dalam keadaan apapun. Saya

ucapkan banyak terima kasih karena selalu memberikan semangat dan nasihat

yang membangun.

8. Untuk teman-teman sekelas, kelas D Angkatan 2018, yang selalu Bersama

mulai dari awal perkuliahan sampai detik ini.


9. Untuk teman-teman angkatan SI Farmasi 2018 yang selalu memberikan

dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Untuk warga sumo fie serta pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu yang juga selalu memberikan dukungan dan bantuan tenaga kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa masih terdapat kekeurangan pada penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan

demi penyempurnaan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

dan bernila ibadah di sisi Allah SWT, Aamiin.

Makassar , 27 September 2022

Penulis

Zulfia Usman
ABSTRAK

WIDYA IRDHAYANTI.M (18314520113). “Formulasi Dan Uji Aktivitas


Sediaan Facial Wash Gel Liofilisat Buah Salak (Salacca Zalacca) Terhadap
Propionibacterium acnes” (Dibimbing oleh Nielma Auliah dan Hj. Sumarni).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas formula facial wash gel
liofilisat buah salak (Salacca zalacca) terhadap bakteri Propionibacterium acnes
pada konsentrasi 3%, 5%, dan 7%. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental laboratorium dengan memformulasikan sediaan facial wash gel
yang dibagi kedalam 4 formula yaitu formula 1, 2, dan 3 adalah sediaaan facial
wash gel liofilisat buah salak (Salacca zalacca) dengan konsentrasi 3%, 5%, dan
7% sedangkan formula 4 (-) tanpa zat aktif. Pengujian yang dilakukan yaitu uji
kestabilan fisik dan kimia yang meliputi uji organoleptic, uji homogenitas, uji
viskositas, uji daya sebar, uji daya busa, uji ph ditentukan pada sebelum dan
sesudah cycling test selama 6 siklus, kemudian dilakukan uji aktivitas antibakteri
terhadap Propionibacterium acnes menggunkan metode sumuran dengan melihat
zona hambat bening yang dihasilkan pada medium dalam cawan petri. Hasil
penelitian pada uji organoleptic, uji homogenitas, uji viskositas, uji daya sebar, uji
daya busa, dan uji ph pada saat sebelum dan sesudah cycling test memperlihatkan
bahwa sediaan facial wash liofilisat buah salak dengan konsentrasi 3%, 5%, dan
7% memiliki kualitas sediaan yang baik dan stabil baik secara fisik maupun
kimia. Kemudian hasil pengujian antibakteri menunjukkan bahwa sediaan facial
wash gel liofilisat buah salak (Salacca zalacca) memiliki daya hambat terhadap
Proipinibacterium acnes sebesar F1 19,2 mm (kuat), F2 20,8 (sangat kuat), 21,5
(samgat kuat). Disimpulkan bahwa liofilisat buah salak (Salacca zalacca) dapat
diformulasikan menjadi sediaan facial wash gel dan memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Propionibacterium acnes yang kuat.

Kata Kunci : Buah Salak, Liofilisat, Jerawat, Facial Wash Gel,


Propionibacterium acnes
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................iii

KATA PENGANTAR.............................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................ix

DAFTAR TABEL...................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................xiv

DAFTAR SINGKATAN.........................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..1

A. Latar belakang.............................................................................1

B. Rumusan masalah........................................................................3

C. Tujuan penelitian.........................................................................3

D. Manfaat penelitian.......................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………...5

A. Uraian Tanaman………………………………………………...5

1. Klasifikasi tanaman...............................................................5

2. Morfologi tanaman................................................................5

3. Kandungan kimia..................................................................5

B. Ekstraksi………………………………………………………...6
1. Klasifikasi tanaman..............................................................11

2. Morfologi tanaman..............................................................11

3. Komposisi dan kandungan madu hutan tradisonal..............14

4. Manfaat madu hutan............................................................15

C. Ekstraksi

1. Pengertian ekstraksi..............................................................17

2. Jenis-jenis ekstraksi..............................................................17

D. Kosmetik

1. Pengertian kosmetik.............................................................20

E. Sabun Wajah

1. Pengertian sabun wajah........................................................20

F. Kulit

1. Pengertian.............................................................................22

2. Fungsi Kulit..........................................................................23

3. Struktur Kulit .......................................................................25

4. Jenis-jenis kulit.....................................................................27

G. Sediaan Semi Padat

1. Pengertian..............................................................................28

2. Emulgel.................................................................................28

H. Kontrol Positif (Garnier Bright Complete Scrub

I. Komposisi Sediaan

1. Jenis basis..............................................................................29

2. Bahan tambahan....................................................................30
J. Uji Kestabilan Sabun Wajah.......................................................35

K. Sperktometer UV-Vis..................................................................38

L. Metode DPPH.............................................................................39

M. Radikal Bebas dan Antioksidan..................................................41

N. Kerangka Konsep........................................................................44

O. Hipotesis......................................................................................44

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian............................................................................45

B. Tempat dan waktu penelitian.......................................................45

C. Populasi dan sampel ...................................................................45

D. Alat dan bahan.............................................................................46

E. Prosedur kerja..............................................................................46

F. Rancangan formula......................................................................47

G. Analisis Data...............................................................................53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Rendamen ekstrak................................................................54

2. Uji organoleptis....................................................................54

3. Uji homogenitas...................................................................55

4. Uji daya sebar.......................................................................56

5. Uji pH...................................................................................57

6. Uji tinggi busa......................................................................57

7. Uji viskositas........................................................................58
8. Uji aktivitas antioksidan.......................................................59

9. Uji nilai inhibisi vitamin C...................................................59

10. Uji nilai IC50.........................................................................60

B. Pembahasan

1. Stabilitas sabun wajah..........................................................62

2. Sabun wajah antioksidan......................................................67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................68

B. Saran............................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan kulit disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan

faktor internal. Faktor eksternal meliputi gaya hidup, penggunaan kosmetik yang

tidak cocok dengan jenis kulit, serta paparan sinar UV dan polusi udara. Faktor

internal berasal dari makanan, hormonal, dan istirahat yang kurang baik. Hal ini dapat

menyebabkan kulit menjadi kering dan kusam serta kurang ternutrisi, untuk itu

Perawatan kulit wajah (skincare) sangatlah penting untuk kesehatan kulit, kecantikan,

dan membuat seseorang lebih percaya diri. Pada massa sekarang banyak merek

skincare yang bersaing memperkenalkan produknya dengan cara memberikan hasil

yang terbaik bagi para konsumen (Silitonga et al., 2021). Perawatan kulit wajah

(skincare) memiliki tahapan-tahapan yaitu memakai sabun pembersih wajah, face

toner, pelembab, serum wajah, essence, sunscreen, eye cream dan rangkaian sediaan

kosmetik lainnya (Riha et al., 2021).

Saat ini banyak sekali sediaan kosmetik kecantikan yang digunakan dengan

cara pengaplikasiaan yang berbeda-beda pada kulit contohnya sediaan serum dengan

tekstur yang tidak terlalu kental maka dengan mudah diaplikasikan pada wajah yang

dapat menghantarkan zat aktif melalui permukaan kulit dengan membentuk lapisan

film tipis yang mengandung lebih banyak bahan aktif dari pada pelarut. Keungulan

sediaan kosmetik serum yaitu memiliki konsentrasi dengan bahan aktif tinggi namun

1
2

memiliki viskositas yang rendah sehingga mudah diserap oleh kulit wajah dengan

baik (Aziza et al., 2022).

Seiring berjalannya waktu maka para peneliti banyak mengebangankan

sediaan-sediaan kosmetik yang mengandung zat aktif dari bahan alam. Dikarenakan

bahan alam atau tumbuhan banyak memiliki manfaat bagi kesehatan dan kandungan

senyawanya yang dapat memperbaiki kulit, dan menutrisi kulit wajah serta mencegah

kulit dari bakteri penyebab jerawat. Salah satu bahan alam yang mengandung

senyawa antibakteri adalah buah rambutan, tanaman rambutan adalah tanaman asli

Indonesia yang biasa dikonsumsi masyarakat namun kulit buahnya seringkali di

buang dan tidak dimanfaatkan hinggan menjadi limbah, padahal kulit buah rambutan

memiliki senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri. Dengan adanya kandungan

antibakteri seperti fenolik, flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid yang mampu

mengahambat pertumbuhan bakteri (Karimah et al., 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Karimah et al., 2021) tentang

Studi pustakan potensi aktivitas antibakteri ekstrak daun, kulit, buah dan biji

rambutan (Nephelium Lappaceum L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli dari hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga bagian tanaman

rambutan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli dengan daya hambat sedang hingga kuat. Berdasarkan penelitian

sebelumnya oleh (Aji et al., 2020) tentang pemanfaatan limbah kulit buah rambutan

sebagai gel antibakteri terhadap Sthaphylococcus aureus dengan zona hambat 9,72

mm dengan konsentrasi ekstrak 0,5%, 11,92 mm dengan konstrasi ekstrak 1% dan


3

13,98 mm dengan konsentrasi 2% dimana konsentrasi ini mendekati aktivitas

antibakteri tetracycline HCL yang merupakan kontrol positif.

Berdasarkan uraian diatas menyatakan bahwa kulit buah rambutan

(Nephelium Lappaceum L.) memiliki aktivitas antibakteri yang kuat karena

mengandung senyawa seperti fenolik, flavonoid, tannin, saponin, dan terpenoid.

Maka penelitian tertarik memilih penelitian tentang pengembangan limbah ekstrak

kulit buah rambutan (Nepphelium Lappaceum L.) sebagai serum antijerawat

B. Rumusan Masalah

1. Apakah limbah ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dapat

diformulasikan sebagai sediaan serum antiacne?

2. Apakah sediaan serum antiacne limbah ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.) memiliki aktivitas terhadap bakteri Propionibacterium Acnes?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui limbah ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum

L.) dapat di formulasikan sebagai sediaan serum antiacne.

2. Untuk mengetahui apakah sediaan serum antiacne limbah ekstrak kulit buah

rambutan (Nephelium Lappaceum L.) memiliki aktivitas terhadap bakteri

Propionibacterium Acnes.
4

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Peneliti

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi

referensi bagi peneliti dalam memanfaatkan kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.) dalam berbagai sediaan yang mengandung senyawa bahan alam

terkhusus skincare.

2. Untuk institut

Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi institut, dan

dapat menambah koleksi bagi adek-adek pembaca.

3. Untuk masyarakat

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi masyarakat

agar dapat memanfaatkan limbah dari kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.) sebagai bahan alam dalam pembuatan produk skincare.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi tanaman (Azwir, Said Nazaruddin, Chairuni AR, 2021).

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Sapindaceae

Genus : Nephelium

Spesies : Nephelium Lappaceum L.

Gambar 2.1: buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

2. Morfologi Tanaman

5
6

Rambutan merupakan tanaman dataran rendah yang ketinggiannya mencapai

300-600 mdpl. tinggi pohon 15-25 m, dan mempunyai banyak cabang. Daunnya

merupakan daun majemuk menyirip helaian anak daun berbentuk bulat lonjong

dengan panjang 7,5-20 cm dan lebar 3,5-8,5 cm, ujung dan pangkal daunnya

runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, tangkai silindris, warnanya hijau dan

seringkali mengering. Bunga tersusun pada tandan di ujung ranting, harum, kecil-

kecil dan berwarna hijau muda. Buah berbentuk bulat lonjong yang mempunyai

panjang 4-5 cm dengan duri tempel yang bengkok, lemas sampai kaku. Kulit

buahnya berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah kalau sudah masak.

Dinding buah tebal. Biji berbentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih

transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air, rasanya bervariasi

dari asam sampai manis. Kulit biji tipis berkayu (Azwir, Said Nazaruddin,

Chairuni AR, 2021).

3. Kandungan kimia rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

Buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, kalsium, vitamin C, zat

besi, fosfor dan lemak. Kulit buahnya mengandung flavonoid, tanin dan saponin.

Biji rambutan mengandung lemak dan polifenol menunjukkan biji rambutan

memberikan hasil positif golongan senyawa flavonoid. Daunnya mengandung

tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin, saponin, flavonoida, pectic

substances dan zat besi (Azwir, Said Nazaruddin, Chairuni AR, 2021).

B. Ekstraksi
7

Ekstraksi adalah proses penarikan suatu kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu

pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam simplisia dapat digolongkan kedalam

golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain sebagainya. Senyawa aktif yang

sudah diketahui kandung simplisianya akan mempermudah pemilihan pelarut dengan

cara ekstraksi yang tepat (Rondang Tambun et al., 2017).

Ekstrak merupakan suatu sediaan kering, kental, dan cair yang dibuat dengan

cara menyaring simplisia nabati atau hewani dengan memunakan cara yang cocok,

dan terhindar dari paparan pengaruh cahaya matahari langsung (Rondang Tambun et

al., 2017).

1. Metode ekstraksi (Annisa, N., 2020).

a. Secara dingin

1. Maserasi

Metode ini sangat menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena

dengan perendaman serbuk tanaman dalam pelarut organik yang sesuai

kedalam wadah yang tertutup rapat pada suhu kamar. Kelebihan dari

metode maserasi adalah sederhana, relatif murah, tidak memerlukan

peralatan yang rumit, terjadi kontak antara sampel dan pelarut yang cukup

lama dan dapat menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak

tahan panas.

2. Perkolasi
8

Proses ini dilakukan dengan cara serbuk sampel dibasahi secara

perlahan dalam sebuah percolator kemudian pelarut ditambahkan pada

bagian atas serbuk sampel kemudian dibiarkan menetes perlahan pada

bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri

oleh pelarut baru dan kerugiannya adalah jika sampel tidak homogen

maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area, metode ini juga

memerlukan banyak pelarut dan membutuhkan banyak waktu.

b. Cara panas

1. Soxhlet

Metode soxhlet memiliki keuntungan proses ektraksi yang cepat, tidak

membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.

Kerugian adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi

karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih.

2. Refluks

Metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan

pelarut yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa

maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.

Prinsip dari metode ini ialah pelarut volatil yang digunakan akan menguap

pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga

pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor

dan turun lagi ke dalam wadah reaksi.

3. Destilasi Uap
9

Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan

untuk mengekstraksi minyak esensial selama pemanasan, uap

terkondensasi dan destilat terpisah menjadi dua bagian yang tidak saling

bercampur, ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor.

Kerugian dari metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat

terdegradasi.

4. Infusa

Infusi dibuat dengan maserasi bagian tanaman dengan air dingin atau

air mendidih dalam jangka waktu yang pendek yaitu 20 menit. Suhu infus

tergantung pada ketahanan senyawa bahan aktif yang akan digunakan.

Hasil infus tidak bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama karena

tidak menggunakan bahan pengawet.

5. Dekok

Dekok adalah metode ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

90◦C selama 30 menit. Metode digunakan untuk ekstraksi konstituen yang

larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap panas.

6. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinyu pada

suhu lebih tinggi dari suhu ruang 25-30◦C. metode ini biasanya digunakan

selama proses ekstraksi.

C. Kosmetik
10

Menurut badan pengawasan obat dan makanan (BPOM) kosmetik adalah

bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian tubuh manusia (epidermis, rambut,

kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut,

terutama untuk membersikan, mewangikan, mengubah penampilan, dan memperbaiki

bau badan atau melindungi dan memelihara tubuh pada kondisi baik (Briliani et al.,

2016).

Pemakaian kosmetik (skincare) yang sesuai dengan jenis kulit akan

berdampak positif terhadap kulit sedangkan pemakaian kosmetik yang tidak sesuai

dengan jenis kulit akan berdampak negatif bagi kulit. usaha-usaha yang dapat

dilakukan dalam menghindari suatu efek samping dari pemakaian kosmetika tersebut

diantaranya adalah mencoba terlebih dahulu jenis produk baru yang akan digunakan

untuk melihat cocok atau tidaknya produk tersebut pada kulit (Pangaribuan, 2017).

Berdasarkan kegunaanya kosmetik dibagi menjadi dua kelompok diantaranya

yaitu kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik yang diperuntukan untuk merias

atau memperindah penampilan kulit (wajah), dan kosmetik perawatan kulit atau

(skincare) adalah kosmetik yang diutamakan untuk memelihara kebersihan atau

kesehatan kulit, bahkan digunakan untuk menghilangkan kelainan-kelai nan pada

kulit (Briliani et al., 2016).

D. Serum

Serum merupakan salah satu produk yang diproduksi untuk mengurangi rasa

kekhawatiran dalam merawat kulit wajah dimana produk tersebut diformulasikan

secara khusus untuk membantu terhindar dari berbagai masalah kulit. Berbagai merek
11

produk kecantikan dari dalam negri maupun luar negri dapat dengan mudah ditemuka

di pasaran. Perusahan kosmetik saat ini menawarkan produk skincare untuk

perawatan setiap jenis kulit wajah, sama halnya dengan klinik kecantikan yang

menawarkan berbagai macam jenis treatmemt disertai kemudahan dalam pelayanan

(Silitonga et al., 2021).

Sediaan kosmetik yang berkembang saat ini sala satunya termaksud sediaan

serum. Serum merupakan sediaan dengan zat aktif konsentrasi tinggi dan viskositas

rendah yang dapat menghantarkan lapisan film tipis dari bahan aktif pada permukaan

kulit. serum yang digunakan pada kulit dapat membuat kulit lebih kencang, dan

meningkatkan kelembaban kulit (Aziza et al., 2022).

Serum memiliki kelebihan yakni memiliki konsentrasi bahan aktif tinggi

sehingga efeknya lebih cepat diserap kulit, sehingga dapat memberikan efek yang

lebih nyaman dan lebih mudah menyebar dipermukaan kulit karena viskositasnya

yang tidak terlalu tinggi. Karena viskositasnya yang rendah serum dikategorikan

sebagai sediaan emulsi (Anggarini et al., 2021).

1. Jenis-jenis Serum (Rahayu et al., 2021).

a. Serum anti acne

Sediaan serum anti jerawat yang diformulasikan ditujukan untuk

merawat dan memperbaiki kulit yang berjerawat, dengan kandungan zat-zat

yang berkhasiat mengeringkan jerawat dan mengurangi produksi minyak

yang berlebihan pada kulit wajah, sediaan serum wajah ini berbeda dengan

obat jenis jerawat lainnya yang dapat menyebabkan kulit kering namun
12

sediaan serum acne ini diformulasikan dengan baik sehingga membantu

melembabkan kulit, meskipun dapat meredakan jerawat yang meradang.

b. Serum Whitening

Sediaan serum yang mengandung zat atau bahan yang berfungsi

sebagai pencerah wajah, dengan penggunaan yang teratur disertai dengan

tambahan dari Sunblock.

c. Anti Aging

Sediaan serum dengan kandungan kolagen dan beberapa zat atau

bahan yang membantu mencegah munculnya keriput dan garis halus pada

kulit wajah, penggunaan sediaan serum ini bisa dilakukan menjelang usia 30

tahun agar menjaga penampilan dari kulit wajah seseorang.

d. Serum Vitamin C

Sediaan serum yang mengandung vitamin C, atau aerobic merupakan

salah satu sediaan antioksidan yang mampu menangkal pengaruh buruk

polusi dan zat berbahaya bagi kulit wajah, penggunaan serum vitamin C

mampu mengurangi kerut dan garis-garis halus pada wajah, dua fungsi

serum vitamin C adalah merangsang pembentukan kolagen dan

melembabkan kulit.

e. Serum Vitamin E
13

Sediaan serum vitamin E, memiliki fungsi sebagai antioksidan yang

bisa mencegah terjadinya penuaan dini serta mengembalikan kelembaban

kulit wajah.

f. Serum rambut

Sediaan serum rambut diformulasikan untuk digunakan pada kulit

kepala dan batang rambut, serum untuk batang rambut adalah cara praktis

agar menjinakkan rambut liar sehingga kulit kepala dan rambut akan terasa

lembab dan mudah ditata.

E. Kulit

Kulit merupakan organ tubuh terluas, berat total berkisar 2,7-3,6 kg dan

menerima sepertiga dari volume daerah tubuh, ketebalan kulit bervariasi antara 0,5-

6,0 mm, terdiri dari sel-sel dan matriks ekstraseluler. Kulit manusia mempunyai

banyak fungsi yang pentin g terutama sebagai pertambahan garis depan, melindungi

tubuh dari berbagai elemen yang berasal dari lingkungan luar tubuh (Sayogo, 2017).

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia, dan

mempunyai daya perlindungan terhadap pengaruh luar. Kulit sangat berpengaruh

besar terhadap penampilan seseorang sehingga perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga

kesehatannya. Dengan perawatan dan pemeliharaan. Maka penampilan kulit akan


14

terlihat sehat, terawat, serta senantiasa memancarkan kesegaran (Ariyanti et al.,

2020).

Gambar 2.2 : bagian-bagian kulit

1. Struktus kulit

a. Epidermis, tersusun dari banyak lapisan sel epitel. Secara rata mengganti

dirinya sendiri setiap sekitar dua bulan. Epidermis terdiri dari sel-sel yang

berbentuk kubus, hidup dan cepat membelah. Penyusun terbesar epidermis

adalah keratinosit. Kerainosit tersusun dalam beberapa lapisan. Lapisan yang

paling bawah disebut stratum basalis, diatasnya adalah stratum spinosum dan

stratum granulosum (Purba, T.G. B. 2018 cit. Nabillah, 2021).

b. Dermis, terdapat sel imun yang berfungsi melawan infeksi yang akan masuk

kedalam kulit. dermis menyiapkan suplai darah, nutrisi dan oksigen pada

dirinya sendiri dan juga pada epidermis. Dermis juga mempunyai fungsi

mengatur suhu kulit melalui pembuluh darah superfisial, dan reseptor saraf

berfungsi untuk memberikan sensasi rasa raba (Sayogo, 2017).

c. Hipodermis, jaringan subkutan merupakan suatu lapisan yang terdiri dari

lemak dan jaringan ikat yang mempunyai pembuluh dara dan saraf.

Hipodermis adalah salah satu jaringan penting untuk mengatur suhu tubuh dan

kulit (Sayogo, 2017)

2. Jenis kulit (Adhisa & Megasari, 2020).


15

Kulit wajah memiliki jenis yang berbeda-beda, untuk melakukan perawatan

kulit mengetahui jenis kulit yang dimiliki. Jenis kulit yang berbeda memiliki

perawatan yang berbeda pula.

a. Normal

Jenis kulit normal memiliki ciri-ciri dimana jenis kulit ini tidak

memgalami kulit berminyak dan kering, tidak muncul jerawat pada kulit, serta

kulit terlihat selalu segar.

b. Kering

Kulit kering memiliki ciri-ciri seperti kulit terlihat kering, dan pori-

pori halus, serta kulit terlihat berkerut dan kulit terlihat tipis dan sensitive.

c. Berminyak

Jenis kulit berminyak memiliki ciri-ciri dimana pori-pori terlihat lebih

besar, memiliki minyak yang berlebihan dan akan mengakibatkan tumbuhnya

jerawat pada kulit.

F. Jerawat

1. Pengertian Jerawat

Jerawat merupakan, suatu penyakit kulit yang biasanya terdapat pada bagian

wajah, leher, dada, serta punggung. Jerawat juga dapat menimbulkan jaringan

parut yang permanen sehingga sangat sulit diperbaiki seperti kondisi wajah
16

sebelumnya, penyakit jerawat ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, endokrin,

psikis, musim, stress dan makanan serta kosmetik dan bahan kimia serta infeksi

bakteri (Rosmayanti et al., 2021).

2. Faktor penyebab jerawat (Lahtie & Usodoningtyas, 2021).

a. Sebum

Sebum merupakan zat sejenis minyak yang merupakan salah satu

faktor utama timbulnya jerawat, pada saat produksi sebum berlebihan maka

hal tersebut dapat dipengaruhi oleh makanan yang mengandung lemak,

karbohidrat, iodium makanan pedas dan minum yang mengandung alkohol.

b. Genetik

Salah satu faktor pemicu terjadinya jerawat adalah genetik, yaitu salah

satu faktor herediter yang berpengaruh serta meningkatkan aktivitas kelenjar

glandula sebasea, jika kedua orang tua yang memiliki bekas jerawat maka

kemungkinan anaknya pun akan mengalami hal yang sama.

c. Usia

Seperti pada umumnya seseorang akan terkena jerawat missal pada

seorang wanita dengan usia 14- 17 tahun sedangkan pada pria 16-19 tahun.

d. Stres
17

Stres dapat memicu terjadinya jerawat dikarenakan salah satu

penyebabnya yaitu HPA ( Hipotalamus Pituitari axis ) menjadi lebih aktif,

HPA merupakan salah satu bagian utama pada sistem neuroendokrin yang

berfungsi mengontrol terjadinya stress.

3. Jenis-jenis jerawat (Munshin., 2020).

a. Acne Inversa

Acne inversa merupakan salah satu jenis jerawat akan muncul baik itu

secara internal maupun eksternal, hal ini ditandai dengan adanya bengkak di

area tertentu, maka seseorang akan merasakan sakit, jenis jerawat ini biasanya

muncul pada bagian punggung dan pinggul, penyebab faktor internal yaitu

hormon sedangkan faktor eksternal yaitu kurangnya kebersihan diri.

b. Acne Vulgaris

Acne vulgaris merupakan salah satu jenis jerawat yang diakibatkan

karena terjadinya inflamasi yang dialami pada saat masa puber, ditandai

dengan kulit yang berminyak, komedo, serta sering kali meninggalkan bekas

popular, jenis jerawat ini biasanya muncul pada bagian wajah, punggung,

lengan atas dan dada.

c. Back Acne
18

Back acne atau jerawat yang sering timbul pada daera punggung,

jerawat ini akan muncul jika tubuh terlalu banyak memproduksi kelenjar

minyak dan tertimbun oleh pori-pori, jenis jerawat ini biasanya muncul karena

sering berolahraga, aktifitas dan tidak membersihkan bagian punggung atau

pakaian dan handuk yang kotor.

d. Cystic acne

Jenis jerawat ini biasanya muncul dengan bentuk bisul, yang

disebabkan oleh menumpuknya racun didalam tubuh, jenis dari jerawat ini

akan terus membesar di dalam kulit tubuh sampai keluar melalui pori-pori

kulit.

e. Acne Rosaceae

Jenis jerawat ini dirasakan oleh orang dewasa dan berbeda dengan

acne vulgaris, jenis jerawat ini akan muncul pada seseorang pada usia 30

tahun dan mencapai 20-50 tahun. Biasanya jenis jerawat ini muncul pada

bagian tengah kulit wajah, namun tidak memungkinnkan untuk timbul

dibagian wajah lainnya.

4. Mekanisme jerawat

Mekanisme terjadinnya jerawat dimulai dari timbul peradangan menahun

pada folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul,
19

pultus, nodus, dan kista pada tempat seperti muka, leher, lengan atas, dada dan

punggung. Radang saluran kelenjar minyak tersebut dapat mengakibatkan

sumbatan pengaliran sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea, sehingga

timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan terjadinya komedo. Proses

peradangan selanjutnya membuat komedo berkembang menjadi papul, pustul,

nodus dan kista. Jika peradangan surut terjadi jaringan parut sebagai bentuk bila

peradangan telah berakhir. Bakteri yang menyebabkan terjadinya inflamasi

jerawat diantaranya Propionibacterium acnes dan Staphylococus aureus, kedua

bakteri ini menghasilkan enzim lipase yang dapat memecah asam lemak bebas

dari lipid kulit. Asam lemak menimbulkan radang jaringan dan menyebabkan

jerawat (Wulandari et al., 2020).

G. Antibakteri

1. Pengertian antibakteri

Antibakteri adalah zat yang dapat menghambat atau dapat mematikan bakteri

dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan.

Mikroorganisme dapat menimbulkan penyakit pada setiap mahluk hidup

dikarenakan memiliki kemampuan menginfeksi, mulai dari infeksi inang hingga

dapat menyebabkan kematian. Beberapa jenis antimikroba merupakan antibiotik

namun tidak semua jenis antimikroba merupakan antibiotik. Antibiotik adalah

suatu metabolit yang dapat diperoleh atau di bentuk oleh mikroorganime, yang

dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain

(Febrianasari F.,2018).
20

Antibakteri yang ideal memiliki beberapa kriteria : (Febrianasari F.,2018).

a. Menghambat atau membunuh pertumbuhan patogen

b. Tidak menyebabkan kerusakan pada inang

c. Tidak menyebabkan reaksi alergi pada inang

d. Tetap stabil saat disimpan baik dalam bentuk padatan maupun cair

e. Bertahan pada jaringan tubuh dalam waktu yang cukup lama

f. Membunuh patogen sebelum mengalami mutasi dan menjadi resisten

2. Mekanisme kerja antibakteri

Mekanisme kerja antibakteri dalam memhambat pertumbuhan mikoorganisme

antara lain : (Febrianasari F.,2018).

a. Antibakteri yang dapat menghambat sintesis dinding sel

Dinding sel bakteri sangat penting untuk mempertahankan struktur sel

bakteri. Dikarenakan zat yang dapat merusak dinding sel akan mempengaruhi

bentuk dan struktur sel, yang pada akhirnya dapat membunuh sel bakteri

tersebut.

b. Antibakteri yang dapat mengganggu atau merusak membran sel

Membran sel memiliki peran penting dalam mengatur transportasi

nutrisi dan metabolit yang dapat keluar masuk sel. Dan memiliki fungsi

sebagai tempat berlangsungnya respirasi dan aktivitas biosintesis dalam sel.

c. Antibakteri yang data mengganggu biosintesis asam nukleat

Proses replikasi DNA didalam sel merupakan siklus yang sangat

penting bagi kehidupan sel. Ada beberapa jenis antibakteri yang dapat
21

menggangu metabolisme asam nukleat tersebut sehingga mempengaruhi

seluruh fase pertumbuhan sel bakteri.

d. Antibakteri yang mengambat sintesis bakteri

Sintesis protein adalah suatu rangkaian proses yang terdiri dari proses

transkripsi dimana DNA ditranskripsi menjadi mRNA, dan proses translasi

dimana mRNA ditranslisi menjadi protein. Antibakteri dapat menghambat

sintesis protein.

Daya antibakteri dapat ditentukan berdasarkan nilai KHM dan KBM terhadap

pertumbuhan suatu bakteri. Konsentrasi minimal yang diperlukan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri dikenal sebagai konsentrasi hambat minimal.

Konsentrasi minimal untuk membunuh pertumbuhan bakteri adalah 99,9%. Suatu

zat aktif dapat dikatakan memiliki potensi yang tinggi sebagai antibakteri jika

pada konsentrasi rendah memiliki daya hambat yang besar (Febrianasari F.,2018).

Tabel 2.1 : Kategori zona hambat

1. Diameter zona hambat > 20 mm : Daya hambat sangat kuat

2. Diameter zona hambat 10-20 mm : Daya hambat kuat

3. Diameter zona hambat 5-10 mm : Daya hambat sedang

4. Diameter zona hambat 0-5 : Daya hambat lemah

H. Uraian bakteri (Propionibacterium Acnes)

1. Definisi bakteri (propionibacterium acnes)


22

Propionibacterium Acne merupakan bakteri gram positif yang secara

morfologi dan susunanya termasuk dalam kelompok bakteri corynebacteria,

tetapi tidak bersifat toksigenik. bakteri p. acnes merupakan bakteri yang memiliki

peranan yang penting dalam pathogenesis acne vulgaris dengan menghasilkan

lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit pertumbuhan umum

bakteri ini berada pada suhu 30-37oC (Zahrah et al., 2019).

2. Klasifilasi bakteri (Propionibacterium Acnes) (Pariury et al., 2021).

Kerajaan : Bacteria

Devisi : Actinobacteria

Kelas : Actinobacteridae

Bangsa : Actinomycetales

Marga : Propionibacteriaceae

Genus : propionibacterium

Spesies : Propionibacterium Acnes

Gambar 2.3 : Bakteri Propionibacterium Acnes.

3. Morfologi Bakteri Propionibacterium Acnes


23

Propionibacterium Acne yaitu berbentuk batang, tak teratur yang terlihat pada

pewarnaan gram positif, bakteri ini bisa hidup di udara namun tidak menghasilkan

endospora, dengan bentuk filamen bercabang atau campuran antara bentuk batang

atau filamen dengan bentuk kokoid, bakteri ini juga memerlukan oksigen mulai

dari aerob fakultatif sampai mikroaerofilik atau anaerob, beberapa bersifat

patogen untuk hewan dan tanaman (Anuzar et al., 2017).

4. Mekanisme kerja bakteri Propionibacterium Acnes

Mekanisme bakteri propionibacterium acnes merusak stratum korneum dan

stratum germinat yaitu dengan cara mengekresikan bahan kimia yang

menghancurkan dinding pori-pori kulit, hal ini dapat menyebabkan terjadinya

inflamasi, serta asam lemak dan minyak kulit yang tersumbat, kemudian

mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan

asam dan minyak akan tersumbat (Anuzar et al., 2017).

I. Uji Kestabilan Serum

Uji kestabilan serum antara lain : (Sri Wahyuningsih, 2019).

1. Uji organolepstis

Pada pengujian organolepstis diantaranya meliputi pengujian warna,

bau dan bentuk dari sediaan serum wajah ekstrak sebelum dan sesuda

pemyimpanan (Sri Wahyuningsih, 2019).

2. Uji homogenitas

Pada pengujian homogenitas dilakukan dengan cara serum yang sudah

diformulasi dioleskan secukupnya pada kaca objek, kemuudian sediaan diraba


24

dan digosokan. Sediaan serum harus menunjukan keadaan homogen, artinya

dimana sedian tidak terasa dan tidak terlihat butiran kasar (Sri Wahyuningsih,

2019).

3. Uji Ph

Pada pengujian ph dilakukan dengan mencelupkan ph meter pada

sediaan serum, pengujian di dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan

sediaan, kemudian dicatat hasil yang diperoleh (Sri Wahyuningsih, 2019).

4. Pengujian viskositas

Pengujian ini dilakukan dengan cara sampel ditempatkan dalam

viscometer hingga spidelnya terendam atau masuk kedalam wadah

viscometer, dimana spidelnya diatur dengan kecepatan 60 rpm dengan rotor 4,

dimana pengujian sediaan ini dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan

(Sri Wahyuningsih, 2019).

5. Uji kelembaban

Pada pengujian ini dilakukan pengukuran kelembaban wajah yang

belum dioles serum wajah menggunakan skin analyzer, kemudian dicatat

hasilnya. Setelah itu, diukur kelembaban wajah setelah diolesi serum wajah

dengan menggunakan skin analyzer dengan rentan waktu 1 menit, 30 ment, 60

menit, dan 2 jam. Kemudian dibandingakan hasil sebelum dan sesudah

pengolesan serum (Sri Wahyuningsih, 2019).

6. Cycling test
25

Uji ini dilakukan dengan 6 siklus, Dimana sediaan serum wajah

disimpan pada suhu 4⁰C selama 1x 24 jam, lalu dikeluarkan dan ditempatkan

pada suhu ± 40⁰C selama 1x 24 jam. Dimana proses ini dihitung 1 siklus, dan

kondisi fisik sediaan dibandingkan sebelum dan sesudah pengujian cycling

test dilakukan (Sri Wahyuningsih, 2019)

J. Kontrol Positif (Implora Acne Serum)

Implora acne merupakan serum dengan kandungan senyawa herbal adalah

aragicon centella asiatica dan aloe vera, dimana centella asiatica ini merupakan

tanaman yang secara ilmiah terbukti berkhasiat mengobati jerawat. Daun pegagang

mengandung senyawa bioaktif sebagai antibakteri seperti flavonoid, tanin, saponin

dan lainnya (Trisiana et al., 2020). Dan aloe vera mengandung senyawa bioaktif

diantaranya seperti tannin, flavonoid dan saponin yang berfungsi sebagai antibakteri

(Yasir et al., 2020).

K. Kerangka Teori

Kulit buah rambutan (Nephelium


Lappaceum L.)

Mengandung senyawa

Fenolik
vv Flavonoid Tanin Saponin Terpenoid

Antibakteri
26

Wajah

Sediaan serum wajah limbah ekstrak kulit


buah rambutan (Nephelium Lappaceum
L.)

Uji kestabilan

Uji aktivitas antibakteri

L. Kerangka Konsep

Variabel

Variable Bebas
Variabel Terikat
Kulit buah rambutan
(Nephelium  Uji kestabilan serum
Lappaceum L.)  Uji aktivitas antibakteri
27

Formulasi sediaan serum wajah


ekstrak etanol kulit buah rambutan
(Nephelium Lappaceum L.)

Hasil

M. Hipotesis

Ekstrak limbah kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) memiliki aktivitas

antibakteri.

Hipotesis nol (Ho) : Kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

tidak memiliki aktivitas antibakteri.

Hipotesis alternative (Ha) : Kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.)


28

memiliki aktivitas sebagai antibakteri.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan

pengembangan limbah ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

sebagai serum antijerawat dengan metode pengujian aktivitas antibakteri.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Tehnologi Farmasi, dan

mikrobiologi Farmasi Universitas Megarezky Makassar penelitian ini dilakukan pada

bulan juli-september 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah tanaman buah rambutan

(Nephelium Lappaceum L.) yang berada pada kota Makassar.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu sampel kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.)

28
29

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan yaitu autoclaf, ayakan, blender, batang

penganduk, botol vial, bunsen, cawan petri, corong, cawan porselin, Erlenmeyer

(pyrex®), gelas ukur (pyrex®), gelas kimia (pyrex®), hot plate, inkubator, kaca

arloji, kaca preparat, kertas saring, lamina air flow (LAF), lumpang dan alu,

magnetic stirrer, mikropipet, oven, ose bulat, pH meter universal, pipet

pencadang, pipet skala, pipet tetes, rak tabung, rotary evaporator, spatula, sudip,

tabung reaksi (pyrex®), timbangan analitik, toples kaca, viscometer rion.

2. Bahan

Aquadest, Etanol 96%, kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.),

Propilenglikol, Propionibacterium acne, Natrium benzoat, Nutrient agar,

Trietanolamin (Tea), dan Xantan gum.

E. Cara Kerja

1. Penyiapan sampel (Rustiah et al., 2016).

Buah rambutan disortasi terlebih dahulu dibawah air mengalir guna

memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak

diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal sehingga yang tersisa

adalah kulit buahnya. Selanjutnya dilakukan perajangan kulit buah rambutan

tujuannya agar dalam proses pengeringan sampel cepat kering, pengeringan

dengan cara dianginkan di udara terbuka tanpa terkena cahaya matahari langsung

karena akan merusak metabolit sekunder pada kulit buah tersebut. Proses
30

pengeringan akan mengurangi kadar air, sehingga suhu dan waktu pengeringan

dapat mempengaruhi. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang

dikeringkan. Suhu yang digunakan dalam proses pengeringan ini adalah suhu

kamar yaitu sekitar suhu 30oC.

Pengeringan dilakukan bertujuan untuk mendapatkan sampel yang tidak

mudah rusak oleh adanya pertumbuhan jamur sehingga dapat disimpan dalam

waktu yang lebih lama. Selanjutnya sampel dihaluskan dengan menggunakan

blender hingga menghasilkan serbuk sampel, hal ini bertujuan untuk

mempermudah proses penarikan zat aktif pada saat dimaserasi. Serbuk yang telah

kering selanjutnya disimpan dalam wadah bersih, kering dan terlindungi oleh

cahaya matahari untuk mencegah kerusakan.

2. Ekstrak sampel dengan metode maserasi (Terapi et al., 2020).

Serbuk simplisia ekstrak kulit rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

ditimbang 500 gram kemudian direndam dengan etanol 96% sebanyak 5 liter

selama 3 hari sambil sesekali diaduk (setiap 6 jam). Ekstrak kemudian disaring

dengan kain saring (filtrat 1) dan sisanya diremaserasi kembali selama 2 hari

sambil sesekali diaduk (setiap 6 jam). Ekstrak cair hasil remaserasi, kemudian di

saring menggunakan kain saring (filtrat 2). Selanjutnya filtrat 1 dan 2

dikumpulkan dan diuapkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 70ᴼC

hingga menjadi ekstrak kental.


31

3. Rancangan formula

Tabel 3.1 : rancangan formula sediaan serum

Konsentrasi % b/v
No Nama Bahan Kegunaan FI F2 F3 K- K+

1 Ekstrak kulit Zat aktif 0,5% 1% 2% -


buah rambutan I
(Nephelium m
Lappaceum L.) p
2 Xantan gum Basis 0,4% 0,4% 0,4% 0,4% l
(gelling o
agent) r
3 Na-Benzoat Pengawet 0,1% 0,1% 0,1% 0,1%
a
4 Trietanolamin Penetral pH 1% 1% 1% 1%
A
5 Propilen glikol Humektan 15% 15% 15% 15% c
n
6 Aquadest Pelarut Ad Ad Ad Ad
e
100ml 100ml 100ml 100ml
Keterangan :

F1 = Ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

F2 = Ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

F3 = Ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

K(-) = kontrol negatif tanpa ekstrak kulit rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

K(+) = kontrol positif (Implora Acne)

4. Pembuatan sediaan serum (Sri Wahyuningsih, 2019).

Proses pembuatan serum ekstrak kulit rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

dengan cara dilarutkan xantan gum dengan aquadest hingga terbentuk massa

serum, kemudian natrium benzoat dilarutkan dengan sedikit aquadest, setelah itu
32

ditambahkan pada massa serum yang telah terbentuk tadi, kemudian tambahkan

propilen glikol dan trietanolamin. setalah massa serum terbentuk selanjutnya

ekstrak kulit rambutan yang telah disaring dimasukan kedalam massa serum tadi

lalu digerus hingga homogen. Setelah selesai masukan sediaan kedalam wadah

serum.

5. Evaluasi sedian serum (Sri Wahyuningsih, 2019).

a. Uji organolepstis

Pada pengujian organolepstis diantaranya meliputi pengujian warna,

bau dan bentuk dari sediaan serum wajah sebelum dan sesudah penyimpanan

(Sri Wahyuningsih, 2019).

b. Uji homogenitas

Pada pengujian homogenitas dilakukan dengan cara serum yang sudah

diformulasi dioleskan secukupnya pada kaca objek, kemudian sediaan diraba

dan digosokan. Sediaan serum harus menunjukan keadaan homogen, artinya

dimana sediaan tidak terasa dan tidak terlihat butiran kasar (Sri

Wahyuningsih, 2019).

c. Uji pH

Pada pengujian pH dilakukan dengan mencelupkan pH meter pada

sediaan serum, pengujian di dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan

sediaan, kemudian dicatat hasil yang diperoleh (Sri Wahyuningsih, 2019).


33

d. Pengujian viskositas

Pengujian ini dilakukan dengan cara sampel ditempatkan dalam

viscometer hingga spidelnya terendam atau masuk kedalam wadah

viscometer, dimana spidelnya diatur dengan kecepatan 60 rpm dengan rotor

4, dimana pengujian sediaan ini dilakukan sebelum dan sesudah

penyimpanan (Sri Wahyuningsih, 2019).

e. Uji kelembaban

Pada pengujian ini dilakukan pengukuran kelembaban wajah yang

belum dioles serum wajah menggunakan skin analyzer, kemudian dicatat

hasilnya. Setelah itu, diukur kelembaban wajah setelah diolesi serum wajah

dengan menggunakan skin analyzer dengan rentan waktu 1 menit, 30 menit,

60 menit, dan 2 jam. Kemudian dibandingakan hasil sebelum dan sesudah

pengolesan serum (Sri Wahyuningsih, 2019).

f. Cycling test

Uji ini dilakukan dengan 6 siklus, Dimana sediaan serum wajah

disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam, lalu dikeluarkan dan ditempatkan

pada suhu ±40oC selama 24 jam juga. Dimana proses ini dihitung 1 siklus,

dan kondisi fisik sediaan dibandingkan sebelum dan sesudah pengujian

cycling test dilakukan (Sri Wahyuningsih, 2019).


34

6. Uji Aktivitas Antibakteri (Sri Wahyuningsi., 2019).

a. Sterilisasi Alat

Sebelum menggunakan alat-alat maka terlebih dahulu dicuci bersih dan

dibilas dengan aquadest lalu dikeringkan. Gunakan alat yang terbuat dari gelas

dibungkus dengan kertas HVS putih dan disterilkan dengan menggunakan

oven selama 2 jam dengan suhu 180 oC. Alat-alat logam disterilkan dengan

panas lampu spiritus elama selama 30 detik. Alat-alat karet dan plastik yang

tidak tahan pemanasan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121C selama

15 menit (Sri Wahyuningsi., 2019).

b. Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA)

Pertama diambil Nutrient Agar (NA) dan dihomogenkan dengan aquadest

diatas hot plate sambal sesekali diaduk. Setelah homogen kemudian

didiamkan, selanjutnya ditutup dan dibungkus dengan kertas setelah itu

dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilkan selama 15 menit dengan suhu

121oC. Lalu ditunggu hingga agak dingin lalu dituang kedalam cawan petri

(Sri Wahyuningsi., 2019).

c. Peremajaan Bakteri

Bakteri Propionibacterium Acnes yang berasal dari biakan murni, diambil

1 ose lalu diinokulasikan dengan cara digoreskan pada media Nutrient agar

(NA) miring, kemudian setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam

(Sri Wahyuningsi., 2019).


35

d. Pembuatan Suspensi Bakteri

Bakteri Propionibacterium acnes yang telah diremajakan diambil dengan

menggunakan ose steril setelah itu disuspensikan kedalam tabung reaksi yang

berisi larutan NaCl kemudian dihomogenkan hingga didapat kekeruhan

suspensi bakteri yang sama dengan kekeruhan standar Mc. Farland 0,5 dengan

Kepadatan 1,5 x 106 (Sri Wahyuningsi., 2019).

e. Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas menggunakan metode sumuran, pertama-tama disiapkan dua

cawan petri steril, kemudian dituang 5 ml media NA pada masing-masing

cawan petri, setelah itu didiamkan beberapa menit lalu dipasang alat sumuran

yang akan digunakan dengan hati-hati, kemudian dimasukkan suspensi bakteri

uji kedalam media NA, lalu diputar perlahan-lahan agar suspensi tercampur

dengan media. Setalah itu dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi media

NA tadi kemudian diratakan biarkan memadat. setelah memadat dicabut alat

sumuran, kemudian diisi lubang sumuran secukupnya pada masing-masing

formulasi serum wajah dengan konsentrasi yang berbeda-beda, kontrol positif,

dan kontrol negatif. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 oC

selama ± 17 jam, setelah itu diukur zona hambatnya dengan ditandai

terbentuknya daerah jernih disekitar lubang sumuran dengan menggunakan

jangka sorong (Sri Wahyuningsi., 2019).


36

f. Analisis data

Setelah dilakukan penelitian secara laboratorium terhadap materi yang di

ujikan dengan uji daya hambat salep ekstrak kulit rambutan (Nephelium

Lappaceum L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes analisi data yang

digunakan yaitu metode deskriptif yaitu membuat formulasi dalam bentuk

sediaan serum dengan di uji sediaan organoleptik, homogenitas, pH, uji

viskositas dan uji cycling test. Kemudian serum diujikan pada bakteri

Propionibacterium acnes untuk melihat aktivitas antibakterinya dengan

menunjukkan besarnya diameter zona hambat yang terbentuk, data dari hasil

penelitian di kumpulkan, lalu dianalisis secara statistik dengan uji one way

anova (ANOVA).
37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengembangan Limbah Ekstrak Kulit

Buah Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) Sebagai Serum Antijerawat yang

dilakukan di laboratorium fitokimia, laboratorium teknologi farmasi dan laboratorium

mikrobiologi Universitas Mega rezky Makassar maka di dapatkan hasil sebagai

berikut:

1. Hasil Rendamen

Tabel 4.1. Hasil Rendamen Ekstrak Kulit Buah Rambutan

Metode Pelarut Jumlah Bobot Bobot Rendamen


Ekstraksi Pelarut Simplisia Ekstrak
(%)
(L) (g) kental (g)

Maserasi Etanol 96% 5 Liter 500 gram 45,73 9,14%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan ekstrak kental kulit buah

rambutan (Nephelium Lappaceum L.) yaitu 45,73 gram yang diperoleh

dengan cara maserasi dingin kulit buah rambutan sebanyak 500 gram

menggunakan pelarut etanol 96% dan didapatkan nilai rendamen sebesar

9,14%.
38

2. Evaluasi Sediaan
a. Uji Organoleptik
Tabel 4.2. Hasil pengamatan uji organoleptik
Warna Bau Bentuk
Formula Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Cycling Cycling Cycling Cycling Cycling Cycling
Test Test test Test Test Test
K+ Bening Bening Cair Cair
kekentalan kekentalan

K- Keruh Keruh Khas Khas Cair Cair


basis basis kekentalan kekentalan

F1 Merah Merah Khas Khas Cair Cair


coklat coklat ekstrak ekstrak kekentalan kekentalan
F2 Merah Merah Khas Khas Cair Cair
tua coklat ekstrak ekstrak kekentalan kekentalan
F3 Merah Coklat Khas Khas Cair Cair
tua ekstrak ekstrak kekentalan kekentalan

Keterangan :

K+ : Implora Acne Serum

K- : Formula serum tanpa menggunakan ekstrak

F1 : Formula serum menggunakan ekstrak 0,5%

F2 : Formula serum menggunakan ekstrak 1%

F3 : Formula serum menggunakan ekstrak 2%


39

b. Uji Homogenitas

Tabel 4.3. Hasil pengamatan uji homogenitas


Homogenitas
Formula
Sebelum Cycling Sesudah Cycling
test test
K+ Homogen Homogen
K- Homogen Homogen
F1 Homogen Homogen
F2 Homogen Homogen
F3 Homogen Homogen

Keterangan :

K+ : Implora Acne Serum

K- : Formula serum tanpa menggunakan ekstrak

F1 : Formula serum menggunakan ekstrak 0,5%

F2 : Formula serum menggunakan ekstrak 1%

F3 : Formula serum menggunakan ekstrak 2%

c. Uji pH

Tabel 4.4. Hasil pengamatan uji pH


pH
Formula Sebelum Sesudah Syarat
Cycling test Cycling test
K+ 5.0 5,0
K- 4,9 5,3
F1 5,3 5,5 pH kulit wajah 4,5-6,5
(Liandhajani et al., 2022)
F2 5,4 5,4
F3 5,0 5,2
40

Hasil menunjukkan bahwa pada pengujiaan pH, tidak terjadi

perbedaan sebelum dan sesudah cycling test, dimana tiap formula masih

memenuhi range normal sediaan serum.

Uji pH
5.6
5.4
5.2
5
4.8
4.6
K+ K- Formula 1 Formula 2 Formula 3

Sebelum Cycling Sesudah Cycling

Keterangan :
K+ : Implora Acne Serum

K- : Formula serum tanpa menggunakan ekstrak

F1 : Formula serum menggunakan ekstrak 0,5%

F2 : Formula serum menggunakan ekstrak 1%

F3 : Formula serum menggunakan ekstrak 2%

d. Uji Viskositas
Tabel 4.5. Hasil pengamatan uji viskositas
Viskositas (mpa’s)
Formula Sebelum Sesudah Syarat
Cycling test Cycling test
K+ 280 280
K- 390 359
F1 260 240 230-1150 mpa’s
F2 280 250
F3 300 270
41

Keterangan :

K+ : Implora Acne Serum


K- : Formula serum tanpa menggunakan ekstrak

F1 : Formula serum menggunakan ekstrak 0,5%

F2 : Formula serum menggunakan ekstrak 1%

F3 : Formula serum menggunakan ekstrak 2%

Uji Viskositas
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
K+ K- Formula Formula Formula
Sebelum Cycling1 2 Cycling 3
Sesudah

Hasil menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan sebelum dan

sesudah cycling test pengujiaan viskositas, dimana tiap formula masih

memenuhi range normal viskositas yaitu 230-1150 sediaan serum.

e. Uji Kelembaban
42

Tabel 4.5. Hasil pengamatan uji kelembaban

Formula Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test

Sebelum 1 30 1 2 Sebelum 1 30 1 2
pemerian menit menit jam Jam pemerian menit menit jam jam

K- 36 39 41 41 44 43 45 40 38 36

F1 41 42 44 46 54 45 48 41 39 35

F2 44 44 44 48 59 41 44 41 36 33

F3 36 41 40 45 40 40 41 40 36 32

Untuk menjaga kelembaban kulit wajah perlu melakukan perawatan ekstra

dan salah satu cara untuk menghindari hal tersebut terjadi yaitu dengan

menggunakan serum wajah. Uji kelembaban bertujuan untuk mengetahui

kelembaban kulit sebelum perlakuan dan sesudah penggunaan serum wajah pada

menit 1, 30, 60 dan 120. Hasil tersebut menunjukkan adanya kenaikan dan

penurunan pada masing-masing menit.


43

Uji Skin Analyzer Sediaan Serum


70

60

50

40

30

20

10

0
K- Formula 1 Formula 2 Formula 3
Sebelum Cycling Sesudah Cycling

Hasil uji kelembaban dipengaruhi oleh suhu dan cuaca. Akan tetapi nilai

kelembaban kulit yang di peroleh sesuai dengan range pada uji kelembaban

yaitu <33% sangat kering, 34-37% kulit kering, 38-42% kulit normal, 43-46%

kulit lembab dan >47% sangat lembab.

3. Uji Aktivitas Antibakteri Propionibacterium Acnes

Tabel 4.6. Hasil pengamatan uji aktivitas bakteri Propionibacterium Acnes


Formula Replikasi Diameter Kategori Syarat
Rata-rata
(mm)
I II III
K+ 16,9 16,4 17,0 16,7 Kuat
Kategori ≤ 5 mm
K- 0 0 0 0 Tidak ada lemah, 5-10 mm
F1 11,0 11,2 11,5 11,2 Kuat sedang, kuat 10-20
mm, ≥ 20 sangat kuat
F2 11,6 11,9 12,3 11,9 Kuat
(Aji et al., 2020)
F3 12,2 12,7 13,5 12,8 Kuat
44

Zona Hambat
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
K+ K- Formula 1 Formula 2 Formula 3

Replika I Replika II Replikasi III Rata-rata

Keterangan :

K+ : Implora acne serum


K- : Formula serum tanpa menggunakan ekstrak
F1 : Formula serum menggunakan ekstrak 0,5%
F2 : Formula salep menggunakan ekstrak 1%
F3 : Formula salep menggunakan ekstrak 2%
P>0,05 : Tidak terdapat perrbedaan bermakna (Stabil)

B. PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini menggunakan sampel dari ekstrak etanol kulit buah

rambutan (Nephelium Lappaceum L.). tanaman rambutan adalah tanaman asli

Indonesia yang biasa dikonsumsi masyarakat namun kulit buahnya seringkali

di buang dan tidak dimanfaatkan hinggan menjadi limbah, padahal kulit buah

rambutan memiliki senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri. Dengan

adanya kandungan antibakteri seperti fenolik, flavonoid, tanin, saponin, dan

terpenoid yang mampu mengahambat pertumbuhan bakteri (Karimah et al.,


45

2021). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui limbah ekstrak kulit buah

rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dapat di formulasikan sebagai sediaan

serum antiacne. Untuk mengetahui apakah sediaan serum antiacne limbah

ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) memiliki aktivitas

terhadap bakteri Propionibacterium Acnes.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu kulit buah

rambutan (Nephelium Lappaceum L.). kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.) diekstraksi menggunakan metode maserasi. Hasil filtrat kulit

buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) menghasilkan ekstrak etanol yang

sangat kental sebanyak 45,73 gram kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.).

Pada penelitian ini formulasi sediaan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu F1

merupakan sediaan serum antibakteri dengan menggunakan ekstrak kulit buah

rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dengan kosentrasi 0,5%, F2 dengan

konsentrasi 1%, F3 menggunakan kosentrasi 2% dan F4 merupakan basis

tanpa menggunakan ekstrak. Dalam penelitian ini digunakan formula dasar

serum wajah yang terdiri dari xantan gum sebagai basis, natrium benzoate

sebagai pengawet, trietanolamin sebagai penetral pH, propilen glikol sebagai

humektan, dan aquadesebagai pelarut.

Sediaan serum ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

yang di buat dalam 3 formula dan basis di lakukan uji sediaan yang bertujuan
46

untuk memastikan kualitas, keamanan dan manfaat dari sediaan memenuhi

spesifikasi yang di harapkan serta stabil selama penyimpanan (cycling test).

Uji kestabilan meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH,viskositas, dan

kelembaban.

Cycling test, Pengujian ini di lakukan pada sediaan dengan menggunakan

suhu penyimpanan yang berbeda yaitu suhu 4oC (dingin) dan suhu 40oC

(panas) yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya perubahan yang

biasanya terjadi pada suhu normal. Cycling test di lakukan dalam 6 siklus,

setiap satu siklus sediaan di simpan pada suhu dingin selama 24 jam, dan

disimpan pada suhu panas selama 24 jam terhitung satu siklus (Sri

Wahyuningsih., 2019).

Uji organoleptik, pada pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah

terjadi perubahan warna, bau, bentuk dari sediaan serum yang di lakukan

setelah dan sesudah cycling test. Pengujian organoleptik dilakukan secara

visual menggunakan indra penglihatan dan indra penciuman, setelah di

lakukan uji cycling test tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan bau dari

keempat sediaan tersebut. Sediaan dinyatakan stabil jika tidak terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap hasil parameter yang di amati sebelum

dan setelah pengujian cycling test karena masih memenuhi range normal

sediaan serum. Hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 4.2.

Pengujian selanjutnya yaitu pengujian homogenitas. Pada uji homogenitas

sediaan dioleskan secukupnya pada kaca obyek kemudian di raba dan


47

digosokan. Sediaan dinyatakan homogen apabila tidak adannya butiran kasar

atau bahan yang tidak homogen pada sediaan. Berdasarkan tabel 4.3 hasil

pengamatan uji homogenitas sediaan serum telah homegen karena tidak

adanya butiran kasar di setiap formula sebelum dan sesudah cycling test

(Liandhajani et al., 2022).

Uji pH, pengujian pH di lakukan untuk melihat apakah terjadi penurunan

atau peningkatan pH dari sediaan serum kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.). Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil pengamatan dan

kemudian di lakukan uji menggunakan Shapiro wilk yang dapat di lihat di

lampiran menunjukkan hasil uji normalitas sebelum dan setelah cycling test

menunjukkan hasil uji pH memiliki nilai p > 0,05 yang stabil atau tidak

terdapat perbedaan bermakna dari data masing-masing formula, maka dapat di

lanjutkan dengan uji paired sample test yang memiliki nilai pH > 0,05 yang

artinya data masing-masing formula terdistribusi secara normal sebelum dan

sesudah cycling test. Berdasarkan data tersebut semua formula sediaan serum

telah memenuhi syarat pH sediaan serum yaitu sesuai dengan pH kulit wajah

yaitu 4,5-6,5 (Liandhajani et al., 2022).

Selanjutnya uji viskositas, pada sediaan serum hasil yang didapatkan

ditunjukkan pada tabel 4.4. Menujukkan bahwa terjadi perubahan viskositas

setelah penyimpanan pada formula FI, FII, dan FIII. Meskipun perubahan

tersebut masih dalam range yang telah ditentukan, hal ini dipengaruhi oleh

adanya penambahan ekstrak pada formula FI, FII, dan FIII. Dimana viskositas
48

sediaan sesuai dengan syarat viskositas yakni 230-1150 cPs (Liandhajani et

al., 2022).

Pengujian selanjutnya yaitu uji kelembaban Untuk menjaga kelembaban

kulit wajah perlu melakukan perawatan ekstra dan salah satu cara untuk

menghindari hal tersebut terjadi yaitu dengan menggunakan serum wajah. Uji

kelembaban bertujuan untuk mengetahui kelembaban kulit sebelum perlakuan

dan sesudah penggunaan serum wajah pada menit 1, 30, 60 dan 120.

Berdasarka tabel 4.5 didapatkan hasil kelembaban yang berbeda-beda

dikarenakan pada uji kelembaban dipengaruhi oleh suhu dan cuaca. Akan

tetapi nilai kelembaban kulit yang diperoleh sesuai dengaan range pada uji

kelembaban yaitu <33% sangat kering, 34-37% kulit kering, 38-42% kulit

normal, 43-46% kulit lembab, dan >47% sangat lembab (Sri Wahyuningsih.,

2019).

Dalam penenlitian ini dilakukan uji daya hambat pada formula serum

ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.). Hal yang perlu di

perhatikan terlebih dahulu yakni alat-alat yang digunakan di bungkus

mengunakan kertas bekas kemudian disterilakan menggunakan Oven selama

60 menit. Pengujian tersebut di lanjutkan dengan pembuatan Natrium agar

(NA) sebanyak 2,4 gram di larutkan dalam 120 mL aquadest menggunakan

Erlemenyer, setelah itu di aduk hingga homogen, di panaskan menggunakan

Hot plate hingga mendidih. Lalu di disterilkan dalam autoklaf pada suhu

121°C selama 15 menit.


49

Pada penelitian ini, bakteri yang digunakan adalah Propionibacterium

acnes yang sudah di inokulasikan pada medium agar, biakkan bakteri di ambil

1 ose lalu disuspensikan ke dalam tabung reaksi yang telah dimasukan 3 mL

Nacl 0,9% sampai di dapatkan larutan suspensi keruh. Kemudian dilakukan

pengujian menggunakan metode sumuran, medium NA di isi ke dalam cawan

petri sebanyak 5 mL menggunakan spoit, diamkan hingga memadat setelah itu

diletakkan pencadang berdiamater 6 mm ke atas medium yang memadat lalu

dituang medium NA sebanyak 15 mL ke dalam botol coklat ditambahkan

suspensi bakteri sebanyak 1 mL kemudian di homogenkan kembali memutar

cawan petri berbentuk angka 8 diamkan hingga memadat. Setelah memadat

ambil cetakan sumuran lalu masukkan sediaan serum sesuai dengan

konsentrasi atau kelompok (0,5%, 1%, 2%), kontrol positif dan kontrol

negatif, kemudiaan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

suhu 37°C selama 24 jam.

Penentuan kategori zona hambat berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh

(Aji et al., 2020) bahwa kekuatan aktivitas antibakteri di kelompokkan menjadi empat

kategori yaitu aktivitas lemah (≤5 mm), sedang (5-10 mm), kuat (10-20 mm) dan

sangat kuat (≥20 mm).

Berdasarkan hasil pengamatan uji aktivitas antibakteri sediaan serum

ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) terhadap

Propionibacterium acnes yang telah dilakukan, pada K- tanpa ekstrak kulit

buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.). Zona hambat yang di dapatkan


50

tidak ada, FI sediaan serum ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.) pada konsentrasi 0,5% memiliki zona hambat berdiameter

rata-rata 11,2 mm kategori kuat, sedangkan pada FII sediaan serum ekstrak

kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) konsentrasi 1% memiliki

zona hambat berdiameter rata-rata 11,9 mm kategori kuat, kemudian FIII

sediaan serum ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) pada

konsentrasi 2% memiliki zona hambat berdiameter rata-rata 12,8 mm kategori

kuat, sedangkan pada kontrol positif pada sediaan serum implora acne

memiliki zona hambat berdiameter rata-rata 16,7 mm kategori kuat. Dari

penjelasan di atas dapat diartikan bahwa sediaan serum ekstrak kulit buah

rambutan (Nephelium Lappaceum L.) memiliki aktivitas dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.

Pengujiaan dilanjutkan dengan uji Shapiro wilk yang menghasilkan p

> 0,05 yang artinya sediaan serum dari ekstrak kulit buah rambutan

(Nephelium Lappaceum L.) yang di ujikan bakteri Propionibacterium acnes

menghasilkan data yang stabil atau terdistribusi normal, kemudian di

lanjutkan dengan uji Anova menghasilkan < 0,05 yang artinya sediaan serum

dari ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) yang di ujikan

bakteri Propionibacterium acnes menghasilkan data yang tidak stabil.


51

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dapat diformulasikan

dalam bentuk sediaan serum acne yang stabil secara fisika dan kimia.
52

2. Sediaan serum kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes sebesar 12,8

mm dengan kategori kuat.

B. Saran

1. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai formulasi sediaan serum

dengan menaikkan konsentrasi sediaan antibakteri ekstrak kulit buah

rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam mengobati jerawat.

2. Untuk peneliti selanjutnya ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium

Lappaceum L.) diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal dalam

mengobati jerawat dalam bentuk formulasi sediaan lain.


53

DAFTAR PUSTAKA

Adhisa, S., & Megasari, D. S. (2020). Kajian Penerapan Model Pembelajararan


Kooperatif Tipe True or False Pada Kompetensi Dasar Kelainan Dan
Penyakit Kulit. E-Jurnal, 09(3), 82–90.
Aji, N., Anwari, M. T., Azzahrah, N. R., & Azizah, Z. N. (2020). Pemanfaatan
Limbah Kulit Rambutan sebagai Gel Tabir Surya dan Anti Bakteri terhadap
Sthaphylococcus aureus. Journal of Pharmacopolium, 3(2), 85–95.
https://ejurnal.stikes-bth.ac.id/index.php/P3M_JoP/article/view/628.
Andini, T., Yusriadi, Y., & Yuliet, Y. (2017). Optimasi Pembentuk Film Polivinil
Alkohol dan Humektan Propilen Glikol pada Formula Masker Gel Peel off
Sari Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata Duchesne) sebagai Antioksidan.
Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 3(2),
165–173. https://doi.org/10.22487/j24428744.0.v0.i0.8773.
Anggarini D, Raharjeng W.S, Hamidah N. (2021). Formulasi Dan Evaluasi Serum
Anti Jerawat Berbasis Minyak Atsiri (Curcuma Zedoaria). Artikel Pemakalah
Paralel: Isu-Isu Strategis Sains, Lingkungan, Dan Inovasi Pembelajarannya,
2527-533.
Annisa, N. (2020). Formulasi Sediaan Mountwash Ekstrak Daun Mangga Bacang
(Mangifera Fortida L). Magelang : Fakultas Kesehatan Muhammadiya
Magelang.
Anuzar, C. H., Hazar, S., & Suwendar. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Cabe Rawit ( Capsicum frustescens L .) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab Jerawat Propionibacterium acnes secara Invitro. Jurnal
Farmasi, 3(2), 457–464.
Ariyanti, E. L., Handayani, R. P., & Yanto, E. S. (2020). Formulasi Sediaan Serum
Antioksidan Dari Ekstrak Sari Tomat (Solanum Lycopersicum L.) Dan
Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii) Sebagai Perawatan Kulit.
Journal Of Holistic And Health Sciences, 4(1), 50–57.
Https://Doi.Org/10.51873/Jhhs.V4i1.80.
Aziza, A. N., Harapan, P., & Tegal, B. (2022). Pengaruruh Konsentrasi HPMC-
Kitosan Terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antioksidan Serum Ekstrak
Pegagan ( Centella asiatica L . Urban ). The Effect of HPMC-Chitosan
Concentration on Physical and Antioxidant Properties of Serum Pegagan
Extract ( Centella a. 9(1), 9–19.
54

Azwir, Said Nazaruddin, Chairuni AR, M. R. M. (2021). Inventarisasi Hama Insecta


Pada Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum, Linn) dan Upaya
Pemberantasannya Secara Alami di Gampong Seuot Kecamatan Iindrapuri
Kabupaten Aceh Besar. Biology Education, 9(November), 114–122.
Briliani, R. A., M.Si, D. S., & M.Si, D. S. (2016). Analisis Kecenderungan Pemilihan
Kosmetik Wanita di Kalangan Mahasiswa Jurusan Statistika Unniversitas
Diponegoro Menggunakan Biplot Komponen Utama. Jurnal Gaussian, 5(3),
547–548. http://ejournal-sl.undip.ac.id/index.php/gaussian.
Febrianasari, F. (2018). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kirinyu
(Chromolaena Odorata) Terhadap Staphylococus Aureus. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma.
Karimah, T., Hazar, S., & Mulqie, L. (2021). Studi Pustaka Potensi Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun, Kulit Buah dan Biji Buah Rambutan ( Nephelium
lappaceum L .) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli . Farmasi, 7(2), 661.
Lahtie, I. Y., & Usodoningtyas, S. (2021). Pemanfaatan wortel dalam sediaan masker
untuk mengatasi kulit wajah bermasalah. Journal Beauty and Cosmetology
(JBC), 3(1), 25–33.
Pangaribuan, L. (2017). Efek Samping Kosmetik Dan Penangananya Bagi Kaum
Perempuan. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 15(2), 20–28.
https://doi.org/10.24114/jkss.v15i2.8771.
Pariury, J. A., Juan Paul Christian Herman, Tiffany Rebecca, Elvina Veronica, & I
Gusti Kamasan Nyoman Arijana. (2021). Potensi Kulit Jeruk Bali (Citrus
Maxima Merr) Sebagai Antibakteri Propionibacterium acne Penyebab
Jerawat. Hang Tuah Medical Journal, 19(1), 119–131.
https://doi.org/10.30649/htmj.v19i1.65.
Purba, T.G. B. 2018 cit. Nabillah, R. 2021. (2021). Prevalensi Dermatitis Seboroik
Di Poli Kulit Dan Kelamin Rsud Meuraxa Kota Banda Aceh Periode Tahun
2016-2019. Jurnal Health Sains, 2(1), 24–32.
Rahayu, F. S. (2021). Formulasi Dan Uji Efektivitas Sediaan Serum Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanni) Sebagai Anti-Aging. Medan :
Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Barat.
Riha, I. L., (2021). Analisis Perbandingan Minat Konsumen Remaja Putri Siswa
SMK Pariwisata Terhadap Produk Kosmetik Skincare Antara Produk Lokal
Surabaya Dan Produk Luar Negri (Korea). 1 , 2 , 3. 10, 181–190.
Rondang Tambun, Harry P. Limbong, Christika Pinem, & Ester Manurung. (2017).
Pengaruh Ukuran Partikel, Waktu Dan Suhu Pada Ekstraksi Fenol Dari
55

Lengkuas Merah. Jurnal Teknik Kimia USU, 5(4), 53–56.


https://doi.org/10.32734/jtk.v5i4.1555.
Rosmayanti, A., Raharjeng, S. W., Ikhda, C., & Hamidah, N. (2021). Formulasi Dan
Stabilitas Mutu Fisik Serum Minyak Atsiri Kayu Manis ( Cinnamomum
Burmannii ) Sebagai Anti Jerawat. Artikel Pemakalah Paralel: Isu-Isu
Strategis Sains, Lingkungan, Dan Inovasi Pembelajarannya, 512–517.
Rustiah, W., Chadijah, S., Rustiah, W., & Kimia, J. (2016). Analisis Antioksidan
Ekstrak Etil Asetat Dari Kulit Buah Rambutan (Nephellium Lappaceum)
Dengan Menggunakan Metode DPPH. 1459-3110-1-Pb. 4, 78–86.
Sayogo, W. (2017). Potensi +Dalethyne Terhadap Epitelisasi Luka pada Kulit Tikus
yang Diinfeksi Bakteri MRSA. Jurnal Biosains Pascasarjana, 19(1), 68.
https://doi.org/10.20473/jbp.v19i1.2017.68-84.
Silitonga, D. A., Alfarizi, M. I., Hartama, D., Irawan, E., & Tambunan, H. S. (2021).
Penerapan Metode Weighted Product pada Pemilihan Serum Wajah Terbaik
Untuk Kulit Sensitif Wanita. 581–585.
Sri Wahyuningsih. (2019). Serum Wajah Fraksi Etil Asetat Daun Beluntas (Pluchea
Indica L.) Sebagai Antibakteri. Standarisasi Ganyong (Canna Edulis Kerr)
Sebagai Pangan Alternatif Pasien Diabetes Mellitus, 4(2), 111–118.
Terapi, A., Kadar, P., Urat, A., & In, S. (2020). Pemanfaatan Kulit Buah Rambutan
(Nephellium Lappaceum.L) Sebagai Agen Kosmetik Tabir Surya. SINOV I
Volume 3 I Nomor 1 I Januari-Juni 2020 28. 3, 28–37.
Trisiana, Tri., S., (2020). Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Wajah Cair Ekstrak
Herbal Pegagang (Centella Asiatica (L) Urban) Terhadap Pertumbuhan
Propionibacterium acnes Dan Staphylococus Aureus. Biota Jurnal Ilmu
Hayati Vol. 5 (2): 60-80.
Wulandari, A., (2020). Perbandingan Aktivitas Ekstrak Daun Kelor Dan Teh Hijau
Serta Kombinasi Sebagai Antibakteri Penyebab Jerawat. Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, 2020; 7(2) 23-29.
Yasir, A., Saputra., (2020). Formulasi Gel Anti Jerawat Kombinasi Ekstrak Etanol
Daun Kemangi (Ocimum X Africanum Lour.) Dan Lidah Buaya (Aloe Vera
(L) Bumn.f) Berbasis Sodium Alginate Dan Uji Aktivitas Terhadap Bakteri
Propionibacterium Acnes . Jurnal Farmasi Malahayati Vol 3 NO 2.
Zahrah, H., Mustika, A., & Debora, K. (2019). Aktivitas Antibakteri dan Perubahan
Morfologi dari Propionibacterium Acnes Setelah Pemberian Ekstrak
Curcuma Xanthorrhiza. Jurnal Biosains Pascasarjana, 20(3), 160.
https://doi.org/10.20473/jbp.v20i3.2018.160-169.
56

LAMPIRAN 1

SKEMA KERJA

buah rambutan (Nephelium


lappaceum L )

Dipisahkan kulit dan buahnya

Kulit buah rambutan


(Nephellium Lappaceum L)

Dicuci bersih dan dikeringkan lalu


diserbukan

Serbuk sampel

Dimaserasi dengan etanol 96%


96%

Filtrat Residu

Dimaserasi kembali

Maserasi cair

Diuapkan dengan rotary


evaporator

Ekstrak kental

Pembuatan serum

-Xantan gum
-Natrium benzoate
-Trietanolamin
-Propilen glikol
- aquadest
57

0,5% 1% 2% (K-) Tanpa (K+) Implora


zat aktif Acne

Evaluasi sediaan serum

Uji Uji Uji pH Uji Uji Cycling test


organoleotik homogenitas viskositas kelebaban

Pengujian antibakteri

- sterilisasi alat
- pembuatan medium natrium agar
(Na)
- peremajaan bakteri
- pembuatan suspensi bakteri

Pengujian aktivitas antibakteri

Analisis data

Pembahansan

Kesimpulan
58

LAMPIRAN 2

PERHITUNGAN

1. Perhitungan Rendamen Ekstrak Klulit Buah Rambutan (Nephelium

Lappaceum L.).

Bobot ekstrak kental


%Rendamen = ×100 %
Bobot serbuk simplisia

45 , 73 gram
= x 100 %
500 gram

= 9,14%

2. Perhitungan Bahan formulasi sediaan serum

Formula 1

Ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) 0,5% = 0,5 x 20ml = 0,1 g
100

Xantan gum 0,4% = 0,4 x 20ml = 0,08 g


100

Natrium Benzoat 0,1% = 0,1 x 20ml = 0,02 g


100

Trietanolamin 1%= 1 x 20ml = 0,2 g


100

Propilen glikol 15 % = 15 x 20ml = 3 g


100

Aquadest = 20 - (0,1+0,08+0,02+0,2+3 = 16,6)


= 17 ml
59

Formula 2

Ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) 1% = 1 x 20ml = 0,2 g


100

Xantan gum 0,4% = 0,4 x 20ml = 0,08 g


100

Natrium Benzoat 0,1% = 0,1 x 20ml = 0,02 g


100

Trietanolamin 1%= 1 x 20ml = 0,2 g


100

Propilen glikol 15 % = 15 x 20ml = 3 g


100

Aquadest = 20 - (0,2+0,08+0,02+0,2+3 = 16,5)


= 17 ml

Formula 3

Ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium Lappaceum L.) 2% = 2 x 20ml = 0,4 g


100

Xantan gum 0,4% = 0,4 x 20ml = 0,08 g


100

Natrium Benzoat 0,1% = 0,1 x 20ml = 0,02 g


100

Trietanolamin 1%= 1 x 20ml = 0,2 g


100

Propilen glikol 15 % = 15 x 20ml = 3 g


100

Aquadest = 20 - (0,4+0,08+0,02+0,2+3 = 16,3)


= 17 ml
60

3. Perhitungan media Nutrien Agar

Gelatin peptone : 5,0 gram

Bacteriological Agar : 15,0 gram

Beef extract : 3,0 gram

Final PH : 6,8 ± 0,2 at 25oC

NA ( Nutrien agar) 20 gram dalam 1liter

Dibuat dalam 120 ml aquadest

Na dalam 1 liter
NA = x volume yang dibuat
1000 ml

20 gram
= x 120 ml
1000

= 0,02 x 120

= 2,4 gram
61

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Pengelolaan sampel

Gambar 3.1: Pengambilan Gambar 3.2: Proses


sampel buah ramutan pencucian sampel dbawah
air mengalir

Gambar 3.3: Proses Gambar 3.4: Proses


62

pengeringan penserbukan sampel

Gambar 3.5: Penimbangan Gambar 3.6: Proses


serbuk sampel maserasi

Gambar 3.7: Proses Gambar 3.8: Penguapan


penyaringan sampel di rotary evaporator
63

Gambar 3.9: Hasil Gambar 3.10: Hasil ekstrak


penguapan kental

Gambar 3.11: Proses Gambar 3.12: Proses freezer


Pembekuan di freezer drying
64

Gambar 3.11: Hasil freezer Gambar 3.12: Suhu panas


drying 40oC
65

2. Evaluasi sediaan serum

Gambar 3.11: Suhu dingin Gambar 3.12: Suhu panas


4oC 40oC

a. Uji organoleptik

Gambar 3.13: Pengujiaan Gambar 3.14: Pengujiaan


organoleptik sebelum organoleptik sesudah
cycling test cycling test
66

b. Uji homogenitas

Gambar 3.15: Pengujian Gambar 3.16: Pengujian


homogenitas K- sebelum homogenitas K- sesudah
cycling test cycling test

Gambar 3.17: Pengujian Gambar 3.18: Pengujian


homogenitas F1 sebelum homogenitas F1 sesudah
cycling test cycling test
67

Gambar 3.19: Pengujian Gambar 3.20: Pengujian


homogenitas F2 sebelum homogenitas F2 sesudah
cycling test cycling test

Gambar 3.21: Pengujian Gambar 3.22: Pengujian


homogenitas F3 sebelum homogenitas F3 sesudah
cycling test cycling test

c. Pengujiaan Ph
68

Gambar 3.23: Pengujian pH Gambar 3.24: Pengujian pH


K+ sebelum cycling test K+ sesudah cycling test

Gambar 3.25: Pengujian pH Gambar 3.26: Pengujian pH


K- sebelum cycling test K- sesudah cycling test
69

Gambar 3.27: Pengujian Gambar 3.28: Pengujian


homogenitas F1 sebelum homogenitas F1 sesudah
cycling test cycling test

Gambar 3.29: Pengujian Gambar 3.30: Pengujian


homogenitas F2 sebelum homogenitas F2 sesudah
cycling test cycling test
70

Gambar 3.31: Pengujian Gambar 3.32: Pengujian


homogenitas F3 sebelum homogenitas F3 sesudah
cycling test cycling test

d. Uji viskositas

Gambar 3.33: Pengujian Gambar 3.34: Pengujian


viskositas K+ sebelum viskositas K+ sesudah
cycling test cycling test
71

Gambar 3.35: Pengujian Gambar 3.36: Pengujian


viskositas K- sebelum viskositas K- sesudah
cycling test cycling test

Gambar 3.37: Pengujian Gambar 3.38: Pengujian


homogenitas F1 sebelum homogenitas F1 sesudah
cycling test cycling test
72

Gambar 3.39: Pengujian Gambar 3.40: Pengujian


homogenitas F2 sebelum homogenitas F2 sesudah
cycling test cycling test

Gambar 3.41: Pengujian Gambar 3.42: Pengujian


homogenitas F3 sebelum homogenitas F3 sesudah
cycling test cycling test

e. Uji kelembaban
73

Gambar 3.43: Sebelum Gambar 3.44: Sesudah


pemerian, sebelum cycling pemerian, sesudah cycling
test test

Gambar 3.45: Pengujian Gambar 3.46: Pengujiaan


kelembaban 1 menit kelembaban 1 menit
sebelum cycling test sesudah cycling test
74

Gambar 3.47: Pengujian Gambar 3.48: Pengujiaan


kelembaban 30 menit kelembaban 30 menit
sebelum cycling test sesudah cycling test

Gambar 3.49: Pengujiaan Gambar 3.50: Pengujiaan


kelembaban 1 jam sebelum kelembaban 1 jam sesudah
cycling test cycling test
75

Gambar 3.51: Pengujiaan Gambar 3.52: Pengujiaan


kelembaban 2 jam seselum kelembaban 2 jam sesudah
cycling test cycling test

3. Pengujiaan aktivitas antibakteri

Gambar 3.53: Kontrol Gambar 3.54: Pengukuran


positif replikasi 1 kontrol positif replikasi 1
76

Gambar 3.55: Replikasi 1 Gambar 3.56: Pengukuran


replikasi 1 formula 0,5 %

Gambar 3.57: Pengukuran Gambar 3.58: Pengukuran


replikasi 1 formula 1 % replikasi 1 formula 2 %
77

Gambar 3.59: Kontrol Gambar 3.60: Pengukuran


positif replikasi 2 kontrol positif replikasi 2

Gambar 3.61: Replikasi 2 Gambar 3.62: Pengukuran


replikasi 2 formula 0,5 %
78

Gambar 3.63: Pengukuran Gambar 3.64: Pengukuran


replikasi 2 formula 1 % replikasi 2 formula 2 %

Gambar 3.65: Kontrol Gambar 3.66: Pengukuran


positif replikasi 3 kontrol positif replikasi 3
79

Gambar 3.67: Replikasi 3 Gambar 3.68: Pengukuran


replikasi 3 formula 0,5 %

Gambar 3.69: Pengukuran Gambar 3.70: Pengukuran


replikasi 3 formula 1 % replikasi 3 formula 2 %
80

LAMPIRAN 4

TABEL STATISTIK

1. Uji pH
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Sebelum Cycling
.236 4 . .911 4 .488
Test
Sesudah Cycling
.208 4 . .950 4 .714
Test
Ket :
Jika sig > 0,05 maka data terdistribusi normal
Jika sig < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair Sebelum Cycling Test 5.1500 4 .23805 .11902
1 Sesudah Cycling Test 5.3000 4 .18257 .09129

Paired Samples Correlations


81

N Correlation Sig.

Pair Sebelum Cycling Test &


4 .920 .080
1 Sesudah Cycling Test

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-
Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)
Deviati Mean Interval of the
on Difference
Lower Upper
Sebelum
Pair Cycling Test -
-.15000 .10000 .05000 -.30912 .00912 -3.000 3 .058
1 Sesudah
Cycling Test

Ket :
Jika sig > 0,05 maka data terdistribusi normal
Jika sig < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal

2. Uji viskositas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Sebelum Cycling
.358 4 . .790 4 .085
test
Sesudah Cycling
.321 4 . .819 4 .142
test
Ket :
Jika sig > 0,05 maka data terdistribusi normal
Jika sig < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Sebelum Cycling test 325.0000 4 91.46948 45.73474


Pair 1
Sesudah Cycling test 279.7500 4 54.28551 27.14276
82

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Sebelum Cycling test &


Pair 1 4 .998 .002
Sesudah Cycling test

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)

Deviation Mean Interval of the


Difference

Lower Upper

Sebelum
P
Cycling test -
air 45.25000 37.46443 18.73221 -14.36426 104.86426 2.416 3 .095
Sesudah
1
Cycling test
Ket :
Jika sig > 0,05 maka data terdistribusi normal
Jika sig < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal

3. Uji kelembaban

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Sebelum Cycling
.212 20 .019 .840 20 .004
Test
83

Sesudah Cycling
.133 20 .200* .973 20 .818
Test
Ket :
Jika sig > 0,05 maka data terdistribusi normal

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error


Mean

Sebelum Cycling Test 42.9000 20 4.96196 1.10953


Pair 1
Sesudah Cycling Test 39.6500 20 4.23364 .94667

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Sebelum Cycling Test &


Pair 1 20 -.428 .060
Sesudah Cycling Test

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)


Deviation Mean Interval of the
Difference

Lower Upper

Sebelum Cycling
Pair 1 Test - Sesudah 3.25000 7.77902 1.73944 -.39069 6.89069 1.868 19 .077
Cycling Test
Ket :
Jika sig > 0,05 maka data terdistribusi normal
Jika sig < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal
84

Anda mungkin juga menyukai