Anda di halaman 1dari 33

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA EKSTRAK ETIL

ASETAT SPONS (Theonella swinhoei) DARI KODINGARENG LOMPO

ALPRILDA PRASISKA
N111 13 050

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA EKSTRAK ETIL
ASETAT SPONS (Theonella swinhoei) DARI
KODINGARENG LOMPO

SKRIPSI

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk


mencapai gelar sarjana

ALPRILDA PRASISKA
N111 13 050

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERSETUJUAN
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK
ETIL ASETAT SPONS (Theonella swinhoei) DARI
KODINGARENG LOMPO

Oleh :

ALPRILDA PRASISKA
N111 13 050

Disetujui oleh :
PembimbingUtama,

Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt


NIP. 19750925 200112 1 002

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Ismail S.Si., M.Si., Apt. Muh Aswad, S.Si., M.Si.,Ph.D., Apt.


NIP. 19850805 201404 1 001 NIP. 19800101 200312 1 004

Pada tanggal, 2017


PENGESAHAN

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK


ETIL ASETAT SPONS (Theonella swinhoei) DARI
KODINGARENG LOMPO

Oleh :
ALPRILDA PRASISKA
N111 13 050

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada tanggal, 2017

Panitia Penguji Skripsi :


1. Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt. :……….
(Ketua)
2. Andi Affandi, S.Si., M.Sc., Apt. :……….
(Sekretaris)
3. Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. :……….
(Ex. Officio)
4. Ismail S.Si., M.Si., Apt. :……….
(Ex. Officio)
5. Muhammad Aswad, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt. :……….
(Ex. Officio)
6. Drs.Abd.Muzakkir Rewa, M.Si., Apt. :……….
(Anggota)

Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt.


NIP. 19641231 199002 005

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Alprilda Prasiska

Nim : N111 13 050

Judul : Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Kimia Ekstrak Etil Asetat Spons

(Theonella swinhoei) asaal Kodingareng Lompo

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya saya sendiri, tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak

benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, November 2017

Penyusun,

Alprilda Prasiska

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Isolasi

dan Karakterisasi Senyawa Kimia Ekstrak Spons (Theonella swinhoei)

asal Kodingareng Lompo. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1) di Fakultas

Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar.

Penelitian ini membutuhkan waktu yang lama, meskipun

mengalami banyak hambatan dan rintangan, namun penulis tetap

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mama tercinta

Elis Pare yang selalu setia memberikan motivasi, doa, dan dukungan

selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

juga buat Alm. Papa Simon Sulle untuk setiap kasih sayang yang tulus

yang diberikan selama semasa hidupnya, walaupun sudah tiada tapi

penulis yakin dan percaya alm.papa masih tetap mendoakan setiap

proses yang penulis lakukan hingga penyelesaian skripsi ini. Semoga

Tuhan senantiasa melindungi, memberikan ketegaran dan kebahagiaan

kepada orangtua penulis dan semoga kelak penulis dapat memberikan

yang terbaik bagi orangtua penulis, walaupun tak sebanding dengan kasih

sayang dan pengorbanan yang orangtua telah diberikan.

vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt., Bapak Ismail, S.Si.,

M.Si., Apt., dan Bapak Muhammad Aswad, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt.

selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing penulis dari awal proposal, penelitian hingga skripsi ini

selesai.

2. Terima kasih kepada Ibu Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt., Bapak Andi

Affandi, S.Si., M.Sc., Apt., dan Bapak Drs. Abd. Muzakkir Rewa, M.Si.,

Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran serta kritikan

terhadap skripsi ini

3. Terima kasih kepada Bapak Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Apt. dan Bapak

Muhammad Aswad, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan saran serta masukan selama proses

perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

4. Terima kasih kepada saudara dan saudari penulis, Kakak Feranita dan

Meilfianus yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan

baik doa maupun dana kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Terima kasih kepada keluarga Aris Tulak dan Erni Rante Bungin untuk

tempat tinggal, bantuan dan kemudahan yang telah diberikan bagi

penulis selama perkuliahan hingga proses penyusunan skripsi.

vii
6. Terima kasih untuk saudari ku Marselina, Silva maliku dan

Nurmawaddah yang selalu setia menemani, memberikan motivasi dan

dukungan selama kuliah hingga proses penyusunan skripsi.

7. Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan penelitian : Revi Yunita

R, Dewi Cosye Leimena, Maria Desi Geviany dan Nur Zamirah yang

telah bersama penulis dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi

ini.

8. Terima kasih untuk kakak PA Natalia Angelia Pasalli’ dan saudara PA:

Elfin Pairunan, Resta Vita, Yunita Boron, Indria Serukana dan Grethya

Mayelan Palebangan yang selalu memberikan semangat, doa, dan

motivasi dalam penyelesaian skripsi.

9. Saudara dan saudari ku Theo13romine yang selalu setia menemani

dalam suka maupun duka.

10. Teman-teman Gengtor angkatan 2013 FF-UH yang selalu mendukung

dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Laboran dan kru dari Laboratorium Biofarmaka dan Laboratorium

Fitokimia khususnya kak Firah untuk setiap bantuan, kritik, saran dan

motivasi sehingga penelitian ini dapat terlaksana hingga akhir.

12. Serta seluruh pihak yang membantu suksesi selama proses menuntut

ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin ini. Sekali lagi terima

kasih.

viii
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi terciptanya suatu karya yang lebih baik.

Akhir kata, semoga karya penulis ini dapat bermanfaat demi kemajuan

ilmu pengetahuan kedepannya.

Makassar, November 2017

Penulis

ix
ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan tentang isolasi dan karakterisasi senyawa


kimia ekstrak spons (Theonella swinhoei) yang diperoleh dari Pulau
Kodingareng Lompo. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi senyawa sebagai komponen utama dari spons Theonella
swinhoei. Spons basah Theonella swinhoei diekstraksi menggunakan
pelarut metanol dengan metode maserasi. Ekstrak metanol spons
Theonella swinhoei selanjutnya difraksinasi dengan kromatografi kolom.
Fraksi yang mengandung senyawa target selanjutnya dilakukan
pemurnian dengan KLT-Preparatif. Isolat murni yang diperoleh
dikarakterisasi dengan metode spektrofotometri UV-Vis dan
spektrofotometri FT-IR. Analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis
diperoleh absorpsi senyawa pada panjang gelombang 269 nm. Analisis
FT-IR diperoleh, isolat mengandung gugus fungsi C=C, C=O, C-H, dan O-
H.

Kata Kunci: Theonella swinhoei, isolasi, karakterisasi, spektrofotometri


UV-VIS, FT-IR

x
ABSTRACT

A research about the isolation and characterization of chemical


compounds of sponge (Theonella swinhoei) collected from Kodingareng
Lompo has been carried out. This study was intended to isolate and to
identify compounds as the main component of the sponge Theonella
swinhoei. Fresh sample was initially extracted with methanol use
maceration method. Then followed by fractionatly using column
chromatography. The fraction containly target compound was further
purified by TLC-Preparative. The pure isolates obtained were
characterized by UV-Vis and FT-IR spectrophotometry. The result showed
that isolated compound absorbed uv light at 269 nm. Subsequently IR
spectra revealed that the compound has functional groups such as C=C, C
= O, C-H, and O-H

keywords: Theonella swinhoei, isolation, characterization, UV-VIS


spectrophotometry, FT-IR

xi
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................... i

Halaman Penunjuk................................................................................ ii

Halaman Persetujuan .......................................................................... iii

Halaman Pengesahan ......................................................................... iv

Halaman Pernyataan ............................................................................ v

Kata Pengantar .................................................................................... vi

Abstrak .................................................................................................. x

Abstract ................................................................................................ xi

Daftar Isi ............................................................................................. xii

Daftar Gambar .................................................................................... xv

Daftar Tabel ....................................................................................... xvi

Daftar Lampiran ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3

II.1 Uraian Sampel ...................................................................... 3

II.1.1 Klasifikasi Sampel ....................................................... 3

II.1.2 Morfologi Tanaman ..................................................... 3

II.1.3 Kandungan Kimia ........................................................ 4

II.1.4 Kegunaan Tanaman.................................................... 4

II.2 Ekstrak Dan Ekstraksi Bahan Alam ...................................... 4

II.2.1 Pengertian Ekstrak ...................................................... 4

II.2.2 Pengertian Ekstraksi ................................................... 4

II.2.3 Macam-Macam Ekstraksi ............................................ 5

xii
II.3 Metode Pemisahan .............................................................. 8

II.3.1 Kromatografi................................................................ 8

II.3.1.1 Kromatografi Lapis Tipis................................. 8

II.3.2 Fraksinasi .................................................................. 10

II.3.3 Isolasi Senyawa ........................................................ 11

II.4 Identifikasi Dan Karakterisasi Senyawa.............................. 12

BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 17

III.1 Alat Dan Bahan ............................................................... 17

III.2 Cara Kerja ....................................................................... 17

III.2.1 Pembuatan Bahan.................................................. 17

III.2.2 Pengambilan Sampel ............................................. 19

III.2.3 Ekstraksi ................................................................ 19

III.2.4 Partisi Sampel ........................................................ 19

III.2.3.1 Ekstraksi Cair Padat ................................. 19

III.2.3.2 Ekstraksi Cair-Cair.................................... 19

III.2.4 Penentuan Eluen Kolom Dengan KLT .................. 20

III.2.5 Fraksinasi Dengan Kromatografi Kolom ................. 20

III.2.6 Isolasi Dan Pemurnian Dengan KLT Preparatif....... 21

III.2.7 Identifikasi Dan Karakterisasi Senyawa Kimia ........ 23

III.2.7.1 Karakterisasi Isolat Dengan Spektrofotometer

UV-VIS ....................................................... 23

III.2.7.2 Karakterisasi Isolat Dengan Spektrofotometer

FT-IR........................................................... 23

xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 24

IV.1 Hasil Penelitian ............................................................... 24

IV.1.1 Hasil Isolasi Senyawa .................................................. 26

IV.1.2 Hasil Karakterisasi ....................................................... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 28

V.1 Kesimpulan ...................................................................... 28

V.2 Saran ............................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 29

LAMPIRAN.......................................................................................... 32

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skrining KLT hasil partisi ekstrak spons (Theonella swinhoei.) ......... 34

2. Hasil kromatografi kolom ekstrak spons (Theonella swinhoei) .......... 35

3. Hasil kromatografi Lapis Tipis Preparatif ekstrak spons

(Theonella swinhoei) ......................................................................... 36

4. Isolat Tunggal Spons (Theonella swinhoei) ........................................ 37

5. Hasil pengukuran panjang gelombang isolat spons

(Theonella swinhoei) menggunakan Spektrofotometri UV-VIS ......... 38

6. Hasil pengukuran Gugus Fungsi isolat spons

(Theonella swinhoei) menggunakan Spektrofotometri Infra Red ....... 39

7. Instrumen Spektrofotometri UV-VIS .................................................. 40

8. Instrumen Spektrofotometri Infra Red ............................................... 40

9. Peta Pulau Kodingareng Lompo ....................................................... 41

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pita absorpsi Inframerah ...................................................................... 15

2. Bobot ekstrak hasil fraksi dengan kromatografi kolom ......................... 25

3. Data spektrum FT-IR ........................................................................... 27

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

I. Skema Kerja ................................................................................ 32

II. Foto dan Gambar ......................................................................... 34

III. Gambar Alat-Alat yang Digunakan............................................... 40

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

Biota laut (marine organism) merupakan sumber bahan alam yang

sangat kaya dengan aktivitas biologi yang unik. Salah satu contoh biota

laut adalah spons. Jumlah dan penyebaran spons di seluruh dunia sangat

banyak. Sekitar 7000 jenis spons telah dipublikasikan, tetapi berdasarkan

perkiraan 15.000 spesies hidup di perairan laut dan danau (1). Selain itu

spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang

yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan (2).

Spons merupakan biota laut yang multiseluler primitif (metazoan)

tanpa jaringan nyata, yang merupakan sumber metabolit sekunder

terkaya, dengan penyebarannya sangat banyak. Ada 15.000 spesies

spons laut di seluruh dunia dan sekitar 45% senyawa bioaktif ditemukan

pada spons laut. Hewan laut ini mengandung senyawa aktif yang

presentase keaktifannya lebih besar dibandingkan dengan senyawa-

senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat (2). Menurut Soest dan

Braekman (1999) jumlah struktur senyawa yang telah didapatkan dari

spons laut sebanyak 3500 jenis senyawa, yang diambil dari 475 jenis dari

dua kelas, yaitu Calcerea dan Demospongiae (3).

Beberapa jenis dari spons, dilaporkan memiliki senyawa bioaktif

yang dapat digunakan dalam bidang farmasi (4). Beberapa hasil penelitian

melaporkan bahwa beberapa spesies spons mengandung senyawa

1
2

metabolit sekunder yang bermanfaat sebagai antimikroba, penghambat

enzim, antifungi, antiparasit, insektisida, anti-inflamasi, dan antitumor

(5,6,7,8).

Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spons laut memiliki

kelompok senyawa kimia seperti alkaloid, terpenoid, fenol, peptida,

poliketida dan lain-lain (7). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rasyid

dan Murniasih (2010) tentang potensi bakteri simbiosis dengan beberapa

spons dari pulau Barrang Lompo Makassar menunjukkan aktivitas

antimikroba (9).

Namun spons belum banyak dimanfaatkan langsung seperti

beberapa hewan vertebrata lainnya sehingga untuk meninggkatkan nilai

tambah spons dapat dilakukan pemanfaatan metabolit sekunder yang

dikandungnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui komponen kimia berdasarkan hasil yang terbaca pada alat

spektrofotometer UV-VIS dan spektrofotometer FT-IR dari ekstrak spons

laut Theonella swinhoei.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Sampel

II.1.1 Klasifikasi Sampel

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Parazoa

Filum : Porifera

Kelas : Demospongiae

Sub Kelas : Heteroscleromorpha

Ordo : Tetractinelida

Subordo : Astrophorina

Famili : Theonelidae

Genus : Theonella

Spesies : Theonella swinhoei (10)

II.1.2 Morfologi Sampel

Seperti spons pada umumnya, spesies ini memiliki tubuh yang

berpori dan permukaan yang keras seperti batu. Selain itu, Theonella

swinhoei juga dapat menyerap oksigen dari air melalui proses difusi (10).

Spons yang berbentuk menyerupai gelas, tebal, terbentuk dari

spikula subklindrikal. Tubuh dari spikula umumnya halus dan memiliki

ukuran yang berbeda. Spikula membentuk jaringan seperti karang (11).

3
4

II.1.3 Kandungan Kimia

Spons Theonella swinhoei telah diisolasi senyawa aktif yang diberi

nama Barangamide A. Barangamide A merupakan senyawa baru berupa

undecapeptide siklik yang memiliki tiga unit N-methylated aminoacid, dan

tiga β-alanine yang saling berikatan secara bergantian. Bitungolides A

diisolasi dari spons Theonella swinhoei yang merupakan poliketida.

Swinholide A yang merupakan senyawa peptide (12).

II.1.4 Kegunaan

Senyawa Barangamide A pada spons Theonella swinhoei memiliki

aktivitas terhadap sel leukemia limposit dan menunjukkan aktivitas

sitotoksik yang ditunjukkan dengan IC50 1.4-2.4 Senyawa

Bitungolides A menunjukkan aktivitas sitotoksik IC50 10 Senyawa

Swinholide A memiliki aktivitas sitotoksik terhadap KB sel dengan IC 50

0,05 (12).

II.2 Ekstrak dan Ekstraksi Bahan Alam

II.2.1 Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat

dengan menyari simplisia nabati atau hewan menurut cara yang cocok, di

luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstraksi kering harus digerus

menjadi serbuk (13).

II.2.2 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penarikan kandungan kimia yang

dapat larut sehingga terpisah dari komponen lain yang tidak dapat larut
5

pada suatu pelarut cair tertentu (14). Hasil yang dapat diperoleh dari

proses ekstraksi ini adalah ekstrak. Dalam hal ini ekstrak dapat diartikan

sebagai sediaan kental hasil dari proses penyarian senyawa aktif baik dari

simplisia nabati maupun simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, dimana semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa selanjutnya diperlakukan sedemikian rupa

sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (15).

Pada dasarnya proses ekstraksi suatu simplisia bahan alam

mengarah pada penarikan komponen kimia yang diinginkan melalui suatu

sistem kesesuian pelarut pada komponen tersebut. Dengan kata lain,

pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah pelarut yang

bersifat optimal untuk menarik senyawa yang dimaksud sehingga dapat

dipisahkan dari kandungan senyawa lainnya dan dapat menghasilkan

ekstrak yang hanya mengandung sebagian besar senyawa yang

diinginkan (14).

II.2.3 Macam-Macam Ekstraksi

Macam-macam metode ekstraksi antara lain:

A,. Metode Dingin

1. Maserasi

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak

digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri

(13). Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan

pelarut yang sesuai kedalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu
6

kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara

konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel

tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah

memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan

besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa

senyawa mungkin sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun disisi lain,

metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang

bersifat termolabil.

2. Perkolasi

Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan

dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran

pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk

sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan

dari metode ini jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut

akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga

membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.

B. Metode Panas

3. Refluks dan Destilasi Uap

Pada metode refluks, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam

labu yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga

mencapai titik didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu.


7

Destilasi Uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan

untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa

menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah

sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah

yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini

adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi (16).

4. Sokletasi

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk dalam sarung

selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang

ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai

dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu

refluks. Keuntungan dari metode ini adalah proses ekstraksi yang

kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi

sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak

waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat

terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus menerus berada pada

titik didih.

5. Dekok

Ekstraksi dekok merupakan ekstraksi infus pada waktu yang lebih

lama (30 menit) dan dilakukan pada temperatur hingga titik didih air.

6. Infudasi

Ekstraksi infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air dengan bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih.
8

Temperatur yang digunakan pada metode ini adalah 96-98oC selama 15-

20 menit.

7. Digesti

Ekstraksi digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan

kontinu yang dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan (suhu kamar), yaitu umumnya dilakukan pada temperatur 40-

50oC (14).

II. 3 Metode Pemisahan

II.3.1 Kromatografi

II.3.1.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi kolom pada

prinsipnya sama. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari

beberapa komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih

cepat bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan

keluar lebih lama (17). KLT merupakan suatu teknik pemisahan dengan

menggunakan adsorben (fase stasioner) berupa lapisan tipis seragam

yang disalutkan pada permukaan bidang datar berupa lempeng kaca,

pelat aluminium, atau pelat plastik. Pengembangan kromatografi terjadi

ketika fase gerak tertapis melewati adsorben (18).

KLT dapat digunakan jika :

1. Senyawa tidak menguap atau tingkat penguapannya rendah.

2. Senyawa bersifat polar, semi polar, non polar, atau ionik.


9

3. Sampel dalam jumlah banyak harus dianalisis secara simultan,

hemat biaya, dan dalam jangka waktu ter-tentu.

4. Sampel yang akan dianalisis akan merusak kolom pada

Kromatografi Cair (KC) ataupun Kromatografi Gas (KG).

5. Pelarut yang digunakan akan meng-ganggu penjerap dalam

kolom Kro-matografi Cair.

6. Senyawa dalam sampel yang akan dianalisis tidak dapat dideteksi

dengan metode KC ataupun KG atau memiliki tingkat kesulitan

yang tinggi.

7. Setelah proses kromatografi, semua komponen dalam sampel

perlu dideteksi (berkaitan dengan nilai Rf).

8. Komponen dari suatu campuran dari suatu senyawa akan

dideteksi terpisah setelah pemisahan atau akan dideteksi dengan

berbagai metode secara bergantian (misalnya pada drug

screening).

9. Tidak sumber listrik

KLT digunakan secara luas untuk analisis solut organic terutama

dalam bidang biokimia, farmasi, klinis, forensik, baik untuk analisis

kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf solut dengan nilai Rf

senyawa baku atau untuk analisis kualitatif (19).

Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya

komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya

suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang


10

sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi

kolom, melakukan screening sampel untuk obat (19).

II.3.2 Fraksinasi

Definisi fraksinasi adalah proses penarikan atau pemisahan

senyawa pada ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang

tidak saling bercampur. Proses pemisahan komponen yang diinginkan

dengan komponen lain ini didasarkan pada prinsip kepolaran senyawa

dan pelarut. Dimana, senyawa-senyawa yang bersifat non polar akan larut

dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa-senyawa yang polar

akan larut dalam pelarut yang bersifat polar (20).

Pelarut yang digunakan dalam proses fraksinasi adalah pelarut

dengan kepolaran berbeda, yakni seperti n-heksan , diklorometan, etil

asetat, dan metanol. Dalam hal ini, untuk menarik lemak dan senyawa non

polar juga dapat digunakan n-heksan, untuk menarik senyawa semi polar

seperti alkaloid dapat digunakan etil asetat atau kombinasi diklorometan

dengan metanol, sedangkan untuk menarik senyawa-senyawa polar dapat

digunakan metanol (21, 22).

II.3.2 Isolasi Senyawa

Faktor yang perlu diperhatikan sebelum melakukan isolasi adalah

sifat dari senyawa target yang ada dalam ekstrak awal atau dalam fraksi.

Sifat umum molekul yang dapat membantu proses isolasi yaitu kelarutan

(hidrofilisitas atau hidofobisitas), sifat asam basa, muatan, stabilitas, dan

ukuran molekul. Sifat ekstrak juga dapat membantu dalam pemilihan


11

metode isolasi yang tepat. Misalnya, suatu ekstrak metanol atau fraksi dari

suatu ekstrak mengandung senyawa polar lebih baik dilakukan reversed-

phase HPLC (RP-HPLC). Berbagai sifat fisika dari ekstrak juga dapat

ditentukan dengan beberapa percobaan berikut.

Hidrofobisitas atau hidrofilisitas, suatu indikasi polaritas ekstrak

sesuai dengan senyawa yang ada dalam ekstrak dapat dideterminasi

dengan mengeringkan dari campuran dan mencoba melarutkannya

kembali dalam variasi pelarut pada beberapa tingkatan polaritas.

Sifat asam-basa. Sifat ini membawa partisi dalam pelarut air pada

range pH, khususnya 3, 7, dan 11 dapat membantu determinasi sifat

asam-basa dari senyawa dalam ekstrak.

Informasi nilai muatan dari senyawa dapat diiperoleh dengan

pengujian pada sejumlah kondisi, efek dari penambahan beberapa

penukar ion ke dalam campuran. Informasi ini dapat digunakan untuk

merancang metode isolasi yang melibatkan kromatografi penukar ion.

Stabilitas terhadap panas, tes stabilitas terhadap panas dilakukan

dengan menginkubasi sampel pada suhu 90˚C selama 11 menit dalam

penangas air diikuti dengan pengujian terhadap senyawa yang tidak

terpengaruh. Ukuran tabung dialisis dapat digunakan untuk pengujian

adanya makromolekul seperti protein yang ada dalam ekstrak (16).


12

II.4 Identifikasi dan Karakterisasi Senyawa

Identifikasi golongan senyawa dapat dilakukan dengan uji warna,

penentuan kelarutan, bilangan Rf dan ciri spektrum UV.

Identifikasi yang paling penting dan digunakan secara luas adalah

pengukuran spektrum serapan dengan menggunakan spektrofotometer.

Pengukuran ini tidak merusak senyawa dan dapat dipakai lagi untuk uji

yang lain. Seringkali gabungan kromatografi dan spektrofotometri

memungkinkan fraksinasi menjadi sempurna terhadap campuran alami

yang sangat kecil jumlahnya dan identifikasi setiap komponennya secara

pasti.

Tiga jenis spektrum serapan telah dikenal yaitu sinar tampak,

ultraviolet dan inframerah. Kesamaan spektrum inframerah suatu senyawa

murni yang tidak diketahui dengan senyawa pembanding dapat dianggap

sebagai bukti bahwa kedua senyawa itu sama. Spektrum serapan

ultraviolet-visibel tidak didasarkan pada getaran atom dalam molekul akan

tetapi pada kenyataannya elektron tertentu yang terikat longgar dapat

ditingkatkan kearah energi yang lebih tinggi dengan menyerap radiasi

dengan panjang gelombang tertentu.

Spektra UV digunakan untuk mengetahui keberadaan ikatan

rangkap terkonjugasi pendek misalnya aromatik dan panjang misalnya

karotenoida. Spektra IR digunakan untuk mengetahui gugus fungsi dan

perkiraan jenis senyawa (20).


13

1. Spektrofotometer UV-Vis

Data spektrofotometer UV-Vis diperlukan dalam elusidasi struktur

suatu senyawa. Kegunaan spektrofotometer elektronik ini terletak pada

kemampuannya mengukur jumlah ikatan rangkap atau konjugasi aromatik

dalam suatu molekul (23). Informasi yang dapat diperoleh dari alat ini

yakni salah satunya berupa panjang gelombang maksimum suatu

senyawa (24). Panjang gelombang cahaya ultraviolet adalah terentang

antara 200-400 nm sedangkan tampak berjangka 400 nm (ungu) ke 750

nm (merah) (23). Oleh karena itu, hanya senyawa yang membentuk

spektrum direntang panjang gelombang tersebut yang dapat diperiksa

dengan spektrofotometer UV-Vis. Istilah-istilah terkait senyawa yang

mampu memberikan serapan didaerah UV-Vis yaitu dikenal dengan

kromofor dan auksokrom. Kromofor adalah suatu gugus kovalen tak jenuh

yang bertanggung jawab terhadap serapan elektronik (gugus fungsi yang

menyerap radiasi pada daerah ultraviolet). Struktur kromofor ini memiliki

ikatan rangkap terkonjugasi, seperti benzene, diena, dan dienon.

Auksokrom adalah gugus jenuh yang bila terikat suatu kromofor akan

mempengaruhi panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum

seperti –OH, -NH2, -NO2 dan –Cl.

Jenis pergeseran dalam spektrofotometer UV-Vis dapat dibedakan

menjadi pergeseran batokromik, hipsokromik, dan hipokromik. Pergeseran

batokromik atau pergeseran merah adalah pergeseran serapan

maksimum ke panjang gelombang yang lebih besar akibat pengaruh


14

pelarut atau subtituen. Pergeseran hipsokromik atau pergeseran biru

adalah pegeseran serapan maksimum kepanjang gelombang yang lebih

pendek akibat pelarut dan subtituen. Efek hiperkromik adalah efek yang

mengakibatkan kenaikan intensitas serapan dikarenakan oleh pekatnya

konsentrasi zat terlarut. Efek hipokromik adalah efek yang menyebabkan

penurunan intensitas serapan diakibatkan oleh rendahnya konsentrasi zat

terlarut (25).

2. Spektrofotometer Infrared (IR)

Radiasi infrared (IR) atau infrared merupakan bagian dari spektrum

elektromagnetik antara daerah gelombang cahaya tampak dan gelombang

mikrowafe. Pada karakterisasi senyawa organik umumnya instrument ini

terbagi menjadi dua buah tipe yaitu tipe dispersif dan transformasi fourier.

Kedua tipe ini akan memberikan spektrum pada rentang 4000-400 cm-1.

Perbedaan dari kedua instrument ini adalah pada kecepatannya dalam

pembentukan spektrum, dimana spektrofotometer tipe FT akan

memberikan spektrum inframerah yang lebih cepat dibanding tipe dispersif

(26).

Frekuensi radiasi IR kurang dari 100 cm-1 diabsorbsi dan diubah oleh

molekul organik menjadi energi rotasi molekul. Radiasi IR dalam daerah

panjang gelombang 10000-100 cm-1 diabsorbsi dan diubah oleh sebuah

molekul organik ke dalam energi vibrasi molekul. Serapan ini juga

dihitung. Tapi, spektrum vibrasi muncul sebagai tanda lebih baik karena

sebuah perubahan energi vibrasi tunggal diikuti oleh sejumlah perubahan


15

energi rotasi. Absorbsi frekuensi atau panjang gelombang tergantung

pada massa relatif atom, gaya konstan ikatan dan geometri atom.

Posisi tanda dalam spektrum IR disajikan dalam jumlah gelombang

yang memiliki satuan cm-1. Jenis ikatan yang dapat ditunjukkan pada

daerah serapan 1300-800 cm-1 (C-C, C-O, C-N), 1900-1500 cm-1 (C═O,

C═N, N═O), 2300-2000 cm-1 (C≡C, C≡N), dan 3000-2200 (C-H, O-H, NH)

(27).

Tabel 1. Pita absorpsi inframerah (26)

Jenis Senyawa Frekuensi (cm-1) Intensitas


ikatan/gugus
fungsi
C-H Alkana 3000-2850 Kuat
(stretch)
-CH3 (bend) 1450 dan 1375 Sedang
-CH2-(bend) 1465 Sedang
Alkena 3100-3000 Sedang
(stretch)
Aromatis 3150-3050 Kuat
(stretch)
Alkuna Sekitar 3300 Kuat
(stretch)
Aldehida 2900-2700 Lemah
C=C Alkena 1680-1600 Kuat-lemah
Aromatis 1600 dan 1475 Kuat-lemah
C≡C Alkuna 2250-2100 Kuat-lemah
C=O Aldehida 1740-1720 Kuat
Keton 1725-1705 Kuat
Asam 1725-1700 Kuat
Karboksilat
Ester 1750-1730 Kuat
Amida 1700-1640 Kuat
Anhidrida 1810 dan 1760 Kuat
Asam Klorida 1800 Kuat
C-O Alkohol, eter, 1300-1000 Kuat
ester, asam
karboksilat,
anhidrida
16

O-H Alkohol, fenol 3700-3584 Sedang


bebas
Ikatan-H 3550-3200 Sedang
Asam 3400-2400 Sedang
Karboksilat
N-H Amina dan 3500-3100 Sedang
amida primer
dan sekunder
(stretch)
(bend) 1640-1550 Sedang-kuat
C-N Amina 1350-1000 Sedang-kuat
C=N Imina dan 1690-1640 Kuat-lemah
Oksim

Anda mungkin juga menyukai