MUHLISA
N111 14 518
i
UJI TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK ETANOL HERBA ROPPONG BEKE
(Helianthus tuberosus L.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE BSLT
(Brine Shrimp Lethality Test)
SKRIPSI
MUHLISA
N111 14 518
ii
UJI TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK ETANOL HERBA ROPPONG BEKE
(Helianthus tuberosus L.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE BSLT
(Brine Shrimp Lethality Test)
MUHLISA
N111 14 518
Disetujui Oleh :
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. Ismail, S.Si., M.Si., Apt.
NIP 19560114 198601 2 001 NIP 19850805 201404 1 001
iii
SKRIPSI
MUHLISA
N111 14 518
Mengetahui,
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya
sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
pernyataan saya ini tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal
demi hukum.
Yang menyatakan
MUHLISA
N111 14 518
v
UCAPAN TERIMAKASIH
الر ِح ْي ِم
َّ الرحْ َم ِن َّ ِّللا س ِم ه ْ ِب
َب ْال َعالَ ّمين
ّ ِّ ْال َح ْمدُ ّ هَلِلّ َر
skripsi ini, semua tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Penulis secara
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu dengan
terkhusus kepada kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu
penulis dalam bentuk perhatian dan kasih sayang, semangat serta doa yang
penulis tidak akan bisa membalas semua jasa dan kebaikan selain
memanjatkan doa yang tiada henti untuk kedua orang tua. Saudara penulis
Sertu Abdul Malik, Mansyur, Herlina S.St dan Mahyuddin terima kasih atas
vi
yang telah diberikan selama penulis menjalani perkuliahan, serta
bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas segala bimbingan dan
Fakultas Farmasi.
2. Kepada ibu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. sebagai pembimbing
terselesaikan.
3. Kepada tim penguji, bapak Usmar, S.Si., M.Si., Apt dan Dra. Rosany
dalam menyelesaikan skripsi ini dan terima kasih atas ilmu yang telah
viii
6. Kepada sahabat yang selama ini memberikan dorongan dan
memotivasi kepada penulis hingga sampai ketahap ini yaitu Nurul Ilmi
Yusuf S.Si, Riri Nurfita sari S.Si, Ika Sartika S.Si, Chaerunnisa Indra,
Nurfatma Sari terima kasih untuk kebersamaanya sampai saat ini dan
seterusnya.
ini.
proses penyelesaian skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu
yang telah diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi bagi peneliti
MUHLISA
viii
ABSTRAK
Kata kunci : Roppong beke (Helianthus tuberosus L.), Brine Shrimp Lethality
Test.
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I PENDAHULUAN 1
II.1.3 Kandungan 5
II.1.4 Kegunaan 5
II.2.1 Maserasi 5
II.2.2 Remaserasi 5
xiii
II.2.3 Estraksi Cair Padat 6
II.3 Fraksinasi 6
II.5 Toksisitas 8
II.7.1 Taksonomi 12
II.7.2 Deskripsi 12
III.2.2 Ekstraksi 16
xiii
III.2.5 Kromatografi Lapis Tipis 19
V.1 Kesimpulan 30
V.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Helianthus tuberosus L. 4
2. Artemia salina Leach. 12
3. Hasil KLT Ekstrak Etanol dan Ekstrak Hasil Partisi 25
4. Hasil KLT Fraksinasi Ekstrak Heksan dengan Perbandingan
heksan : etil asetat (3:1) ......... 27
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Brasil. Indonesia kaya akan tanaman obat yang dapat digunakan sebagai
obat tradisional tetapi masih belum dimanfaatkan secara optimal namun obat
(Notoatmodjo, 2007).
ramuan dari tumbuhan tertentu dan memiliki efek yang cukup memuaskan.
(Syamsiah, 2012).
1
2
kimia atau suatu obat pada organisme hidup. Umumnya setiap senyawa
1983).
toksisitas biasanya menggunakan hewan uji. Salah satu hewan uji yang
salina Leach yang digunakan sebagai hewan coba untuk melihat nilai
uji. Hasil yang diperoleh dihitung sebagai nilai LC yaitu jumlah dosis atau
<1000 µg/mL dianggap sebagai suatu senyawa aktif, kelebihan dari metode
ini dapat mengetahui nilai LC dan pengerjaannya mudah dan cepat. Sehingga
untuk mengetahui efek toksik dari ekstrak etanol herba roppong beke
L.) memiliki efek toksisitas terhadap larva udang (Artemia salina Leach)
roppong beke (Helianthus tuberosus L.) terhadap larva udang (Artemia salina
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Helianthus
4
5
II.1.3 Kandungan
(Sriwidowati, 2007).
II.1.4 Kegunaan
2012).
memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen senyawa (analit) dari
pemisahan didasarkan pada kemampuan atau daya larut analit dalam pelarut
II.2.1 Maserasi
Maserasi adalah salah satu jenis ekstraksi padat cair dengan cara
yang sesuai sehingga dapat melarutkan analit pada suatu sampel. Sampel
biasa direndam selam 3-5 hari sambil diaduk sesekali unruk mempercepat
sudah tidak berwarna. Adapun kelebihan dari ekstraksi ini yaitu alat dan cara
yang digunakan sangat sederhana dan dapat digunakan pada analit yang
6
tidak tahan panas maupun yang tahan panas, adapun kekurangannya yaitu
II.2.2 Remaserasi
2017).
senyawa secara difusi analit, dari suatu sampel yang berwujud padat dan
dari sampel padatan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi. Prinsip dari
pemisahan ECP yaitu kemampuan atau daya larut analit dalam pelarut
analit dari sampel secara maksimal. Mekanisme ekstraksi ini dimulai dengan
adsorbsi pelarut pada permukaan sampel, lalu diikuti dengan difusi pelarut
(Leba, 2017)
7
1. Temperatur
3. Jenis pelarut
II.3 Fraksinasi
dilakukan dalam suatu kolom yang diisi dengan fase diam dan fase gerak
dkk, 1995).
adalah dapat dilakukan dengan jumlah ekstrak dalam skala besar dan dalam
terletak pada jenis fase gerak yang digunakan. Pada metode ini, perlu
yang berbentuk planar (plate). Fase diam berupa padatan yang diaplikasikan
sedangkan untuk fase gerak berupa zat cair seperti yang digunakan dalam
karena pengaruh fasa gerak, proses ini biasa disebut elusi. Semakin kecil
ukuran rata-rata partikel fasa diam dan semakin sempit kisaran ukuran fasa
diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisien dan resolusinya
(Gritter, 1991).
apabila kejenuhan uap pelarut kurang maka fase gerak akan cenderung
bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi plat dari pada bagian tengah
II.5 Toksisitas
efek berbahaya (efek toksik) yang ada pada bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan sistem biologik lainnya. Apabila zat kimia dikatakan beracun
(toksik), maka zat tersebut memiliki potensi yang dapat memberikan efek
9
Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh dosis, konsentrasi dan
Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik pada suatu
zat dalam sistem biologi untuk memperoleh suatu data dan dosis respon
yang ada pada sediaan uji. Dimana data yang diperoleh dapat digunakan
untuk informasi untuk mengetahui derajat bahaya pada sediaan uji tersebut
Tujuan akhir dari uji toksisitas dan penelitian lainnya yang berkaitan
karena itu uji toksisitas umumnya dilakukan pada binatang, hewan bersel
sediaan uji, hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk
yang sangat kecil dan mempunyai kepekaan yang cukup tinggi terhadap
di mana larva dihitung setelah 24 jam perlakuan dan hasilnya dinilai sebagai
2007).
suatu senyawa kimia terhada larva Artemia salina Leach yaitu dengan cara
konsentrasi yang telah di tetapkan. Hasil uji dikatakan efektif apabila ekstrak
suatu ekstrak berdasarkan LC, yaitu kategori sangat tinggi apabila mampu
konsentrasi 10 – 100 µg/mL, dan rendah pada konsentrasi 100 –1000 µg/mL.
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Anostraca
Suku : Artemiidae
Marga : Artemia
II.7.2 Deskripsi
kecil, faktor lingkungan yang optimal untuk kehidupan artemia adalah pada
suhu 24-40oC dan pH berkisar antara 7,3-8,4. Telur artemia bertekstur keras
(Mahyuddin, 2010).
menyebabkan kematian sebesar 50% dari jumlah hewan uji pada pengujan
nya lebih kecil atau sama dengan 1000 µg/mL (Harmita, 2006).
dalam LC akut, melihat waktu larut dari suatu ekstrak yang cukup lama,
(Loomis,1987).
data. Nilai tengah dari probit yaitu 5,0 menunjukkan efek tengah dari
cepat (Robert,1989).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, alat gelas (Pyrex®),
Bahan yang digunakan adalah air laut buatan, air suling, DMSO 1%
silica gel 60, ragi, silica gel GF254, sampel Roppong beke (Helianthus
Sulawesi Barat. Herba tumbuhan roppong beke disortasi basa dan ditimbang
simplisia dengan suhu ±50oC kemudian dilakukan sortasi kering, setelah itu
14
15
kehalusan 4/18 hingga diperoleh serbuk kasar dan kemudian siap untuk
diekstraksi.
III.2.2 Ekstraksi
lalu didiamkan dan ditutup, dibiarkan selama 3-4 hari sambil diaduk sekali
setiap hari. Maserat yang diperoleh disaring. Residu direndam lagi dengan
cairan penyari yang sama, filtrat lalu dipekatkan dengan menggunakan rotary
kepolaran.
magnetik stirer kedalam erlenmeyer yang berisi sampel dan di simpan diatas
hot plate dan diatur kecepatan 150 rpm dan suhu 40oC hingga diperoleh
hingga fraksi yang di peroleh mendekati warna bening (Leba, 2017). Hasil
larva. Air laut buatan dimasukkan ke dalam corong pisah, lalu diisi 1 sendok
memberikan oksigen pada telur yang menetas menjadi larva, lalu diberikan
suspensi ragi sebagai makanan untuk larva dan disimpan hingga larva
berusia 48 jam untuk dijadikan sebagai hewan uji dalam pengujian toksisitas
diaduk dengan menggunakan Hot plate stirrer agar homogen. Dari larutan
Stok 5.000 µg/mL, selanjutnya dibuat lagi larutan dengan konsentrasi 0,1; 1;
10; 100 dan 1000 µg/mL dengan cara pengenceran. Untuk kontrol dilakukan
tanpa penambahan ekstrak dan dibuat pula kontrol untuk tiap pelatut yang
digunakan.
17
Larutan uji dengan konsentrasi 0,1; 1; 10; 100 dan 1000 µg/mL, masing-
udang yang telah berumur 48 jam. Setiap konsentrasi dilakukan lima kali
udang yang mati setelah 24 jam dan diperoleh ekstrak aktif dan dilanjutkan
ke tahap fraksinasi.
tegak lurus, dimasukkan silika gel GF254 ke dalam sinter glass dalam kondisi
sebanyak 6 gram. Silika gel ditambahkan sedikit demi sedikit pada ekstrak
dan diaduk hingga ekstrak dan silika gel tercampur, lalu didiamkan hingga
kering. Setelah kering dimasukkan ke dalam sinter glass dan bagian atasnya
18
kromatografi cair vakum (KCV) dengan fase diam silika gel GF254 dan fase
heksan:etil asetat (6:1), (3:1), (1:1), Metanol. Hasil dari fraksinasi tersebut
dibawah sinar lampu UV 254 nm dan 366 nm. Setelah diamati di bawah
H2SO4 10%, lalu dipanaskan pada Hot plate hingga terlihat penampakan
noda.
19
dicari angka probit dengan melihat tabel probit, dan dibuat grafik dengan log
y sebagai nilai probit yang di peroleh dari tabel probit. Nilai LC merupakan
sarkan nilai LC nya sesuai dengan klasifikasi Meyer (1982), yaitu kategori
rentang yang sangat besar hingga mencapai 10x dari nilai terendah. Oleh
Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu herba roppong beke
bagian tanaman yang tidak dapat digunakan atau yang rusak dan
pengotor yang melekat. Sampel yang telah dicuci dengan bersih kemudian
diatur. Sampel yang telah kering lalu disortasi kering, tujuan dari sortasi
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering, kemudian simplisia
20
21
dapat melewati lubang ayakan notasi 4 dan tidak lebih dari 40% yang
dengan menggunakan cairan penyari Etanol 96%, cairan penyari ini dipilih
karena sifatnya yang tidak toksik serta memiliki kepolaran yang cukup tinggi,
karena tidak merusak kandungan senyawa kimia pada suatu tumbuhan yang
3-5 hari, hasil maserasi yang diperoleh dalam bentuk cair kemudian
pelarut akan menguap dibawah titik didihnya dan didapatkan ekstrak kental.
batas tertentu berkisar antara 10-20% dan pada ekstrak cair masih
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). BSLT adalah salah satu tahapan
nilai LC atau konsentrasi yang dapat membunuh 50% hewan uji, adapun
konsentrasi yang digunakan yaitu 0,1 ; 1 ; 10 ; 100 dan 1000 µg/mL. Tujuan
konsentrasi 1000 µg/mL maka ekstrak tersebut dinyatakan aktif dan jika
berada diatas konsentrasi 1000 µg/mL maka dinyatakan tidak aktif (Harmita,
kelarutan ekstrak, karena kelarutan yang kurang baik dalam air. Kontrol
negatif digunakan yaitu tanpa ekstrak untuk melihat apakah respon yang
diberikan benar-benar berasal dari sampel dan bukan dari air laut.
Hasil yang ditunjukkan pada uji toksisitas terhadap ekstrak etanol herba
Roppong beke diperoleh nilai LC50 23,713 µg/mL. Hasil ini menunjukkan
bahwa ekstrak etanol Herba Roppong beke memiliki efek toksik karena
23
(ECP). Metode ini digunakan untuk memisahkan senyawa polar dan non-
polar, sehingga diperoleh 2 bagian dari hasil partisi yaitu bagian larut heksan
dan tidak larut heksan. Pelarut heksan memiliki nilai konstanta dielektrik yang
kecil sehingga dapat menarik senyawa yang bersifat non polar pada ekstrak
etanol. Hasil partisi ekstrak etanol herba roppong beke didapatkan ekstrak
tidak larut heksan sebanyak 30,46 gram dan ekstrak larut heksan sebanyak
fase diam plat silika gel GF254 dan fase gerak heksan:etil asetat (3:1). Hasil
profil KLT pada fase gerak heksan:etil asetat (3:1) menunjukkan pemisahan
senyawa yang baik pada ekstrak larut heksan. Hasil KLT dapat dilihat di
gambar 3.
24
Dari hasil KLT yang diperoleh dimana noda 1 ekstrak etanol, noda 2
ekstrak tidak larut heksan dan noda 3 ekstrak larut heksan diperoleh hasil
KLT yang sesuai dikarnakan pada noda 2 tidak diterdapat bercak noda yang
sama dengan ekstrak larut heksan sehingga hasil partisi yang dilakukan
sudah sesuai, dan untuk gambar C dimana lempeng yang telah dielusi di
10%, penambahan serium sulfat pada reagen H2SO4 10% dimana serium
terpenoid. Adapun tujuan dari pemanasan pada lempeng KLT yaitu untuk
senyawa yang tedapat pada ekstrak sehingga dapat ditentukan eluen yang
metode Brine Shrimp Lethality Test. Hasil perhitungan LC pada ekstrak hasil
heksan memiliki efek toksik yang lebih tinggi dengan nilai LC50 1,82 µg/mL,
jika dibandingkan dengan hasil partisi ekstrak tidak larut heksan, dengan nilai
tahap fraksinasi.
26
Metode tersebut menggunakan silika gel GF254 sebagai fase diam dan eluen
(6:1, 3:1, 1:1,) dan metanol. Pelarut heksan digunakan agar senyawa yang
bersifat non polar yang ada pada ekstrak aktif dapat dipisahkan dengan
senyawa yang bersifar polar dan untuk pelarut etil asetat memiliki nilai
tidak dapat ditarik oleh pelarut heksan dapat ditarik oleh pelarut etil asetat
dan pelarut metanol merupakan pelarut yang bersifat sangat polar sehingga
lempeng silika gel GF254 dan fase gerak heksan:etil asetat (3:1), monitoring
diperoleh terdapat senyawa yang sama dengan cara menghitung nilai Rf.
(a) (b)
Gambar 4. Hasil KLT fraksi ekstrak heksan dengan perbandingan heksan : etil asetat
(3:1) (a) penampakan pada lampu UV 254 (b) penampakan pada lampu 366
hasil fraksi yaitu 88,59% dimana hasil dari fraksi yang diperoleh tidak
28
29
kematian larva udang sampai 50%. Pada fraksi 4 memiliki bioaktivitas paling
tinggi terhadap larva udang yang ditunjukan dengan nilai LC 50 sebesar 8,33
µg/mL dapat dilihat pada ekstak larut heksan memiliki nilai LC 50 lebih kecil
suatu ekstrak.
Hasil yang didapatkan sesuai dengan teori dimana menurut Meyer dkk
organisme sampai 50% pada nilai <1000 µg/mL dan dikatakan tidak toksik
V.1 Kesimpulan
(Brine Shrimp Lethality Test) ekstrak etanol herba roppong beke (Helianthus
tuberosus L.) diperoleh pada ekstrak larut heksan nilai LC yang paling kecil
yaitu 1,82 µg/mL dan dilanjutkan ke tahap fraksinasi dan hasil fraksinasi
toksisitas yang paling tinggi dengan nilai LC50 sebesar 8,33 µg/mL.
V.1 Saran
yang memiliki potensi toksik di dalam fraksi 4 ekstrak larut heksan herba
fraksi 4 ekstrak larut heksan dengan obat anti kanker yang lazim digunakan
oleh masyarakat.
3. perhitungan LC pada penelitian ini dilakukan oleh lebih dari satu orang
30
DAFTAR PUSTAKA
Harli, A.S. 2016. Uji Toksisita Fraksi Ekstrak Etanol Daun Pedang-Pedang
(Sansevieria trifasciata Prain) Terhadap Larva Udang (Artemia salina
Leach) Dengan Mmenggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Skripsi. hh. 32-37.
Harmita, Radji, M., 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Hayes, A.W. 1983. Principles and Metods of Toxitology. Raven Press. New
York. Hh. 4-23
Hostettmann, K., Hostettman, M.M.D., dan Marston, A. 1995. Cara
kromatografi preparatif Penggunan pada Isolasi Senyawa Alam
Penerbit ITB. Bandung. hh. 10
Landis, W.G., Sofield R.M, and Yu M.H. 2011. Introduction to Environmental
Toxicology : Molecular Substuctures and Ecological Landscape. CRC
Press. hh 52.
Leba, M.A.U. 2017. Ekstraksi dan real kromatografi. Edisi pertama. Dee
publish. Yogyakarta.
Lestari, B., Soeharto, S., Nurdiana., Permatasari, N., Kalsum, U., Khotima,
H., Nugrahenny, D., dan Mayangsari, E. 2017. Buku Ajar Farmakologi
Dasar. UB Pres. Malang.
31
Lisdawati, V., Wiryiwidagdo, S., dan Kardono, S.B.L. 2006. Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dari berbagai fraksi ekstrak daging buah dan
kulitbiji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Jurnal ilmiah. vol. 34 (3),
hh 111-118.
Mayer, B.N., Ferrigni, N.R., and Putnam, J.E. 1982. Brine Shrimp : A
convenient General Bioassay for Active Plant Constituent. Planta
Medica. hh 31-34
Mutiasari, I.R. 2012, Identifikasi golongan senyawa kimia fraksi aktif. Skripsi.
hh. 1-89.
32
Thomas, G., Wiley, L., and Sons, L. 2007. Medical Chemistry : An
Introduction. 2nd ed. England.
Wibowo, S., Utomo, B.S.B., Suryaningrum, D., dan Syamdidi. 2013 Artemia
Untuk Pakkan Ikan dan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
33
Lampiran 1. Skema Kerja
Sampel Kering
- Sortasi kering
- Dihaluskan
- Ekstraksi dengan Etanol 96%
Ekstrak etanol
Ekstrak aktif
34
35
5 kali replikasi
Hitung nilai LC
36
(j) (k)
37
Keterangan:
% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 - 2,67 2,95 3,12 3,25 3,36 3,45 3,52 3,59 3,66
10 3,72 3,77 3,82 3,87 3,92 3,96 4,01 4,05 4,08 4,12
20 4,16 4,19 4,23 4,26 4,29 4,33 4,36 4,39 4,42 4,45
30 4,48 4,50 4,53 4,56 4,59 4,61 4,64 4,67 4,69 4,72
40 4,75 4,77 4,80 4,82 4,85 4,87 4,90 4,92 4,95 4,97
50 5,00 5,03 5,05 5,08 5,10 5,13 5,15 5,18 5,20 5,23
60 5,25 5,28 5,31 5,33 5,36 5,39 5,41 5,44 5,47 5,50
70 5,52 5,55 5,58 5,61 5,64 5,67 5,71 5,74 5,77 5,81
80 5,84 5,88 5,92 5,95 5,99 6,04 6,08 6,13 6,18 6,23
90 6,28 6,34 6,41 6,48 6,55 6,64 6,75 6,88 7,05 7,33
- 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
99 7,33 7,37 7,41 7,46 7,51 7,58 7,65 7,75 7,88 8,09
39
5
0 0,469 (log LC50) = 0,645
-2 0 2 4 (log LC50) = 0,645/0,469
log konsentrasi (log LC50) = 1,375
LC50 = 101,375
LC50 = 23,713 µg/mL
10 y = 0.58x + 4.074
5 = 0,58 (Log LC50) + 4,074
0,58 (Log LC50) = 5 – 4,074
nilai probit
R² = 0.901
5
0,58 (Log LC50) = 0,926
0
Log (LC50) = 0,926/0,58
-2 0 2 4
Log (LC50) = 1,596
log konsentrasi
LC50 = 101,596
LC50 = 39,44 µg/mL
Fraksi 1 sehingga :
10 5= 0,556(Log LC50) + 4,178
Nilai Probit
5
0,556(Log LC50)=5-4,178
y = 0.556x + 4.178 0,556(Log LC50)= 0,822
0 R² = 0.9441
-2 0 2 4
(Log LC50)= 0,822/0,556
Log konsentrasi
(Log LC50) = 1,478
LC50 = 101,478
LC50 = 30,06 µg/mL
Fraksi 2
𝑝 = 0,686(log 𝐿𝐶) + 4,178
Fraksi 2 sehingga :
10
5= 0,686 (Log LC50) + 4,178
Nilai Probit
5
0,686 (Log LC50) = 5–4,178
0 y = 0.686x + 4.178
R² 0,686 (Log LC50) = 0,822
-2 0 2 = 0.9403 4
Log (LC50) = 0,822/0,686
Log konsentrasi
Log (LC50) = 1,198
LC50 = 101,198
LC50 = 15,77 µg/mL
Fraksi 3
𝑝 = 0,619(log 𝐿𝐶) + 4,327
Fraksi 3 sehingga :
10
5 = 0,619(Log LC50) + 4,327
Nilai Probit
5
y = 0.619x + 4.327 0,619(Log LC50) = 5 – 4,327
0
R² = 0.8851 0,619(Log LC50) = 0,673
-2 0 2 4
(Log LC50) = 0,673/0,619
Log konsentrasi
(Log LC50) = 1,087
LC50 = 101,087
LC50 = 12,22 µg/mL
41
Fraksi 4
𝑝 = 0,704(log 𝐿𝐶) + 4,352
Fraksi 4 sehingga :
10
5 = 0,704(Log LC50) + 4,352
Nilai Probit
5
y = 0.704x + 4.352 0,704(Log LC50) = 5 – 4,352
0
R² = 0.9592 0,704(Log LC50) = 0,648
-2 0 2 4
Log konsentrasi (Log LC50) = 0,648/0,704
(Log LC50) = 0,920
LC50 = 100,920
LC50 = 8,317 µg/mL
Fraksi 5
𝑝 = 0,741(log 𝐿𝐶) + 4, 169
Fraksi 5 sehingga :
10
5 = 0,741 (Log LC50) + 4,169
Nilai Probit
5
y = 0.741x + 4.169 0,741 (Log LC50) = 5 – 4,169
0 R² = 0.9437 0,741 (Log LC50) = 0,831
-2 0 2 4
(Log LC50) = 0,831/0,741
Log konsentrasi
(Log LC50) = 1,121
LC50 = 101,121
LC50 = 13,212 µg/mL
42