Anda di halaman 1dari 61

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK EKSTRAK DAUN GENJER

(Limnocharis flava) SERTA POTENSINYA SEBAGAI ANTI BAKTERI


TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

SKRIPSI

Oleh :
ELSA ANASTASIA KOPONG
NIM 2016 76 064

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK EKSTRAK DAUN GENJER
(Limnocharis flava) SERTA POTENSINYA SEBAGAI ANTI BAKTERI
TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh :
ELSA ANASTASIA KOPONG
NIM 2016 76 064

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan ini sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan
saya, di dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan
oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dengan bila disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka
Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi dapat dibuktikan terdapat unsur
PLAGIASI, saya bersedia SKRIPSI ini digugurkan dan gelar akademik yang saya
telah peroleh dibatalkan, serta diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku

Ambon, 15 Februari 2021

Mahasiswa,
Nama : Elsa Anastasia Kopong
NIM : 2016-76-064
Program Studi : Biologi
Jurusan : Biologi
Fakultas : MIPA

iii
iv
PANITIA UJIAN SARJANA

JUDUL SKRIPSI :

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK EKSTRAK AIR DAUN GENJER


(Limnocharis flava) SERTA POTENSINYA SEBAGAI ANTI BAKTERI
TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

Nama Mahasiswa : Elsa Anastasia Kopong


NIM : 2016 76 064
Program Studi : Biologi
Jurusan : Biologi

Ketua : Prof. Dr. P. Kakisina, S.Pd., M.Si


Wakil Ketua : Dr.Drs. A. Killay, M.Kes
Sekretaris : Dr. H. J. Wattimanela, S.Si., M.Si
Wakil Sekretaris : Dr. Evelin Tuhumuri, S.Si., M.Si
Anggota Penguji :
Pembimbing I/Penguji : Dra. S. Ch. Wattimena, M.Sc.,Ph.D
Pembimbing II/Penguji : Efraim. Samson S.Si., M.Si
Penguji I : Dr. Dra. M. Kaihena, M.Kes
Penguji II : E. T. Apituley, S.Si., M.Si
Penguji III : D. E. Sahertian, S.Si., M.Si

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas
penyertaan dan perkenaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan judul “Sintesis Nanopartikel Perak Dari Ekstrak Air Daun Genjer
(Limnocharis flava) Serta Potensinya Sebagai Anti Bakteri Terhadap
Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus”.

Dengan telah terselesaikannya skripsi ini penulis menyampaikan banyak


terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu yaitu kepada:

1. Prof. Dr. P. Kakisina, S.Pd., M.Si selaku Dekan FMIPA Unpatti Ambon,
yang turut membantu penulis dalam proses pendidikan selama
menyelesaikan studi di Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unpatti.
2. Ibu Dra. S. Ch. Wattimena, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing I dan sebagai
kepala laboratorium Bioteknologi yang telah menyumbang waktu, tenaga,
ide, saran, petunjuk dan motivasi dalam membimbing dan telah membantu
penulis dalam penyusunan hasil penelitian ini.
3. Bapak Efraim Samson, S.Si., M.Si selaku pembimbing II yang telah
membimbing, memberikan arahan, dan saran kepada penulis.
4. Dr. Dra. M. Kaihena, M.Kes selaku Penguji I, E. T. Apituley, S.Si., M.Si
selaku Penguji II dan D. E. Sahertian, S.Si., M.Si selaku Penguji III yang
telah menguji serta memberikan saran dan kritik yang membangun kepada
penulis.
5. Dr. Drs A. Killay, M. Kes dan Dr. Evelin Tuhumuri, S.Si., M.Si beserta
seluruh staf dosen Jurusan Biologi FMIPA Unpatti Ambon yang telah
membantu dan membina penulis dengan pengetahuan selama menjalankan
perkuliahan.
6. E. T. Apituley, S.Si., M.Si selaku Penasehat Akademik yang selama ini
memberikan bimbingan serta arahan bagi penulis dan tanggung jawab
membimbing dan memotivasi penulis selama masa studi.
7. Kedua orang tua Tercinta Mama Juliana W. Kopong dan Papa Nerius
Rahabav serta Adik-adik ku Tercinta Trino, Edeth dan Zean yang telah

vi
memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, motivasi dan dukungan lahir
maupun batin serta doa yang tiada henti kepada penulis selama ini.
8. Partner Terbaik Bicki S. Tuaputtimain yang selalu setia menemani,
memberi dukungan, motivasi dan doa yang tulus bagi penulis dalam
penyusunan.
9. Sahabat-sahabatku Tercinta yang tak pernah terlupakan Aprilya Warat,
Glen Ruslim, Nurul fadilah, Juliana Kasir, Anthon Timisela, Dodi Manery,
dan Brayen Solisa yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
10. Keluarga Bioteknologi, kakak-kakak terbaik Monika Kailola S.Si,
Cassandra S.Si, Doan Siloy S.Si, dan Asya Reniwuryaan S.Si. Nanoparticle
squad kak Jey, kak Violin, Elga, Nita, Ayu, dan Herlin. Serta adik-adik
terbaik Juan, Agnes, Enji, Sandy, Alicia, dan Johan yang selalu memberikan
saran, motivasi, membantu dalam penelitian maupun dalam penyusunan
skripsi.
11. Bapak Drs. J. P. Patty, M.Sc., Ph.D, Ibu S. Ch. Wattimena, M.Sc., Ph.D,
dan teman-teman His Student Ministry yang selalu mendoakan dengan
tulus, memberikan motivasi, arahan dan didikan kepada penulis.
12. Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Ambon beserta
seluruh staf kepegawaian yang telah menerima penulis untuk mengambil
bagian bersama dalam KKN-Profesi dan yang telah memberi banyak
motivasi, arahan dan didikan kepada penulis selama penyusunan.
13. Kepala Labratorium Kimia Dasar FMIPA Unpatti beserta seluruh staf
laboran.
14. Rekan-rekan perkuliahan 2013, 2014, 2015, dan teman-teman seperjuangan
Bio Dynamic 2016.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi
ini kakak Anggi, Dicky, Fendy, Jose dan adik Gwen, Chantika, Billy, serta
keluarga atau kerabat yang selalu mendoakan dan mendukung dengan tulus
hati yang tidak sempat disebutkan satu persatu.

vii
Akhir kata penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu dibutuhkan
saran dan kritik yang membangun, sehingga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Semoga penulisan ini bermanfaat bagi semua orang yang membutuhkan dan untuk
pengembangan ilmu biologi.

Ambon, Februari 2021

Penulis

viii
SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK EKSTRAK AIR DAUN GENJER
(Limnocharis flava) SERTA POTENSINYA SEBAGAI ANTI BAKTERI
TEHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

ABSTRAK
Sintesis nanopartikel secara biologi lebih disukai dibandingkan metode fisika dan
kimia, karena dinilai lebih memiliki banyak keuntungan, diantaranya lebih mudah,
ekonomis, dan ramah lingkungan. Pada penelitian ini, nanopartikel perak disintesis
menggunakan ekstrak air daun Genjer (Limnocharis flava), dikarakterisasi dan diuji
sifat antibakterinya pada bakteri gram negatif, Escherichia coli dan gram positif,
Staphylococcus aureus. Nanopartikel Perak terbentuk dengan rasio 1:9, dimana 1
ml merupakan ekstrak air daun Genjer dan 9 ml adalah larutan perak nitrat.
Terbentuknya nanopartikel diindikasi dengan perubahan warna larutan menjadi
kuning kecoklatan dan bersifat stabil. Nanopartikel yang terbentuk kemudian
dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, Fourier Transform
Infrared (FTIR) dan Transmission Electron Microscope (TEM). Puncak spectrum
UV dari plasmon resonansi sampel terdapat pada 425 nm, sedangkan bentuk
nanopartikelnya adalah bola (spherical) dengan rata-rata diameter adalah 16.92 nm
(Analisa TEM). Hasil analisa FTIR menunjukan keberadaan alkohol atau fenol,
kemungkinan adanya flavonoid dan antioksidan serta protein pada nanopartikel
tersebut. Uji aktivitas antibakteri nanopartikel dengan menggunakan metoda
diffusal disc menunjukan bahwa nanopartikel perak yang disintesis dari ekstrak air
daun Genjer pada konsentrasi 675.6 nM mempunyai kemampuan yang sama dalam
menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif, E. coli dan gram positif, S. aureus.

Kata Kunci : Nanopartikel Perak, ekstrak air daun Genjer, Potensi


Antibakteri

ix
SYNTHESIS OF SILVER NANOPARTICLES FROM LEAF WATER
EXTRACT Of Limnocharis flava AND THEIR POTENTIAL AS ANTI
BACTERIA TO Escherichia coli AND Staphylococcus aureus

ABSTRACT
The synthesis of nanoparticles using biological methods has now become the focus
of many people's research because it has many advantages compared to physical
and chemical methods, including easier to prepare, economical, and
environmentally friendly. In this study, silver nanoparticles were synthesized using
the aqueous extract from the leaves of (Limnocharis flava), characterized and tested
for their antibacterial properties toward gram-negative bacteria, Escherichia coli,
and gram-positive bacteria, Staphylococcus aureus. Silver nanoparticles were
formed with a 1: 9 ratio of water extract and silver nitrate. The formation of
nanoparticles is indicated by a change in the color of the solution to brownish-
yellow. The nanoparticles formed were then characterized using a UV-Vis
spectrophotometer, Fourier Transform Infrared (FTIR), and Transmission Electron
Microscope (TEM). The peak of the UV spectrum of the resonant plasmon sample
is at 425 nm, while the shape of the nanoparticles is spherical with an average
diameter of 16.92 nm (TEM analysis). The results of FTIR analysis suggest the
presence of alcohol or phenol, flavonoids, antioxidants, and proteins in the
nanoparticles. The results of antibacterial activity using the disc diffusion method
show that the silver nanoparticles at a concentration of 675.6 nM have the same
ability to inhibit the growth of gram-negative bacteria, E. coli, and gram-positive
bacteria, S. aureus.

Key Words : Silver nanoparticle, leaf water extract of Limnocharis flava,


antibacterial activity

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………… i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI …………………….. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI …………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………... iv
HALAMAN PANITIA UJIAN SARJANA ………………………….. v
KATA PENGANTAR ……………………………………………..... vi
ABSTRAK …………………………………………………………… ix
ABSTRACT ………………………………………………………...... x
DAFTAR ISI …………………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL ….……………………………………………….... xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………...……………………. xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………..... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 2
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 3
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………... 4
A. Nanopartikel Perak (NP perak) ………………………………. 4
B. Sintesis Nanopartikel Perak …….……………………………. 5
C. Karakteristik Nanopartikel Perak …………..………………… 7
1. Spektroskopi Ultra-Violet Visible ……………………. 7
2. Transmission Electron Microscopy (TEM) …………... 7
3. Fourer Transform Infrared (FTIR) …………………… 8
D. Tanaman Genjer (Limnocharis flava) .………………………... 8
1. Klasifikasi Tanaman Genjer ………………………….. 8
2. Deskripsi Tanaman Genjer …………………………… 9
3. Kandungan Kimia Tanaman Genjer …………………. 10

xi
4. Manfaat Tanaman Genjer …………………………….. 10
E. Bakteri Escherichia coli .…..………………………………..... 11
1. Klasifikasi ……………………………………………. 11
2. Morfologi …………………………………………….. 12
F. Bakteri Staphylococcus aureus ……………………………….. 12
1. Klasifikasi ……………………………………………. 12
2. Morfologi …………………………………………….. 13
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………… 14
A. Tipe Penelitian ………………………………………………... 14
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………. 14
C. Alat dan Bahan ……………………………………………….. 14
D. Prosedur Kerja …………….………………………………….. 14
1. Preparasi Ekstrak Sampel …………………………….. 14
2. Preparasi Larutan Perak Nitrat ………………………... 15
3. Sintesis Nanopartikel Perak Menggunakan Ekstrak
Daun Genjer ………………………………………….. 15
4. Karakterisasi Gugus Fungsi Nanopartikel …………..... 15
5. Karakterisasi Optik: Spektrofotometer Uv-Vis ………. 16
6. Karakterisasi Bentuk dan Ukuran …………………….. 16
7. Uji Aktivitas Antibakteri ……………………………... 16
E. Alur Penelitian ………………………………………………... 18
F. Analisa Data ………………………………………………...... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………... 20
A. Hasil Penelitian ………………………………………………. 20
1. Preparasi Ekstrak Daun Genjer ………………………. 20
2. Sintesis NP perak menggunakan ekstrak daun Genjer… 21
3. Karakteristrik Nanopartikel Perak dengan Ekstrak
Daun Genjer ………………………………………….. 21
3.1. Spektrofotometer UV-Vis ……………………….. 21
3.2. Transmision Electron Microscopy (TEM) ……….. 23
3.3. Penentuan Konsentrasi Nanopartikel ……………. 25

xii
3.4. Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) 26
4. Uji Antibakteri ………………………………………... 27
4.1. Uji menggunakan Metode Diffusal Disc ………... 27
B. Pembahasan ………………………………………………….. 30
BAB V PENUTUP …………………………………………………... 34

A. Kesimpulan …………………………………………………... 34
B. Saran …………………………………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………... 35
LAMPIRAN ………………………………………………………….. 41

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1. Diameter zona hambat nanopartikel perak daun Genjer

terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus

aureus …………………………………………………… 28

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


2.1. A. Tanaman Genjer (Limnocharis flava).
B. Daun Genjer (Limnocharis flava) ..…......................... 9

2.2. Morfologi Bakteri Eschericia coli …................................. 12

2.3. Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus …....………... 13

3.1. Bagan alur penelitian …………………………………… 18

4.1. Ekstrak daun Genjer …………………………….……..... 20

4.2. Hasil campuran ekstrak daun Genjer dan perak nitrat


dengan rasio 1:9.A. warna awal Np perak daun Genjer
10 menit setelah pencampuran. B. Warna NP perak
daun Genjer 45 menit setelah pencampuran ……....... 21

4.3. Hasil Spektrum UV-vis dari NP perak yang disintesis


menggunakan ekstrak daun Genjer dengan puncak
panjang gelombang 425 nm ……………………………... 23

4.4. Bentuk NP Perak Daun Genjer dengan Perbesaran yang


Berbeda Menggunakan TEM. Ket: A. Panjang bar = 20.0
nm. B. Panjang bar = 50.0 nm …………………………… 24

4.5. Histogram ukuran nanopartikel yang disintesis dengan


ekstrak daun Genjer ……………………………………... 24

4.6. Hasil Spektrum FTIR Nanopartikel ekstrak daun


Genjer……………………………………………………. 27

4.7. Hasil uji antibakteri nanopartikel perak daun Genjer


dengan konsentrasi 675.6 nm menggunakan metode
diffusal disc.
A. Zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus 28
B. Zona hambat pada bakteri Escherichia coli ……….….

4.8. Zona hambat nanopartikel daun Genjer terhadap bakteri


Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Garis
vertical pada bar menunjukan standar eror dan huruf yang
sama pada bar menunjukkan tidak berbeda nyata atau
sama (ρ > 0,05) ………………………………………… 29

xv
4.9. Hasil uji ekstrak air daun Genjer menggunakan metode
diffusal disc tidak memiliki kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus…………………………………. 29

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Hasil diffusal disc menggunakan perak nitrat ………….... 41


2. Dokumentasi kegiatan penelitian ……………………….... 42
3. Surat keterangan selesai penelitian ……………………….. 45

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nanoteknologi menjadi salah satu bidang ilmu fisika, kimia, biologi serta
rekayasa yang penting dan menarik dalam dalam beberapa tahun terakhir ini.
Salah satu perkembangan nanoteknologi yang sedang berkembang yaitu
nanopartikel. Penelitian nanopartikel sedang berkembang pesat karena dapat
diaplikasikan secara luas seperti dalam bidang lingkungan, elektronik, optis dan
biomedis (Wahyudi et al., 2011).

Saat ini, sintesis nanopartikel secara biologi lebih disukai dibandingkan


metode fisika dan kimia, karena dinilai lebih memiliki banyak keuntungan,
diantaranya lebih mudah, ekonomis dan bersifat non-toxic (Kim, 2015). Sumber
sintesis nanopartikel secara biologi adalah mikroorganisme dan tanaman. Namun
demikian, dalam prakteknya penggunaan tanaman untuk sintesis nanopartikel
lebih disukai dibandingkan dengan mikroorganisme karena berbagai alasan,
diantaranya: langkah yang lebih sederhana, lebih cepat, lebih efektif.

Hampir semua komponen dalam tanaman seperti protein, asam amino,


asam organik, vitamin, dan metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid,
polifenol, terpenoid, komponen heterosiklik, dan polisakarida, mempunyai fungsi
signifikan dalam mereduksi garam logam, dan dapat bertindak sebagai capping
serta stabilizing agent dalam sintesis nanopartikel (Kim et al., 2016). Beberapa
bagian tanaman seperti daun cengkih (Syzygium aromaticum L.) dan daun alifuru
(Graptophyllum pictum L.) telah digunakan untuk mensintesis nanopartikel dan
nanopartikel-nanopartikel tersebut telah dibuktikan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri baik bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif
(Reniwuryaan, 2019; Silooy, 2019). Kemampuan nanopartikel untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti
konsentrasi nanopartikel perak, bentuk nanopartikel perak, ukuran nanopartikel

1
2

perak, jenis bakteri, jumlah koloni bakteri dan waktu kontak nanopartikel perak
dengan bakteri (Sondi et al., 2004).

Salah satu jenis tumbuhan yang mempunyai potensi sebagai agen


pereduksi dalam sintesis nanopartikel adalah Genjer (Limnocharis flava) yang
memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai bahan penyerap logam berat dalam
tanah dan memiliki kadar serat yang tinggi ini akan menguntungkan dalam
melancarkan buang air besar serta memiliki banyak kandungan gizi (Kubmarawa
et al., 2009). Pemanfaatan Genjer (Limnocharis flava) oleh masyarakat biasanya
dikonsumsi sebagai sayuran. Selain itu, Genjer dijadikan sebagai obat tradisional
untuk menjaga kesehatan pencernaan, antibiotik, mempercepat penyembuhan
luka, anemia, kanker, keracunan, menjaga kesehatan kulit, menurunkan kolesterol
(Hidayat & Napitupulu, 2015). Metabolit sekunder yang terdapat di bagian daun
Genjer adalah asam amino, flavonoid, fenol, hidrokuinon dan gula pereduksi
(Jacoeb et al., 2010).

Flavonoid adalah senyawa dari gula yang terikat dengan flavon. Flavonoid
merupakan salah satu jenis senyawa yang bersifat racun/aleopati, memiliki efek
antimikroba, antiinflamasi dan antioksidan. Mekanisme kerja sebagai antibakteri
yaitu merusak membran sitoplasma dengan cara periforasi serta menurunkan
fluiditas membran, menghambat metabolisme energi, dan menghambat sintesis
asam nukleat (Ahmad et al., 2015)

Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukannya penelitian tentang


SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK EKSTRAK AIR DAUN GENJER
(Limnocharis flava) SERTA POTENSINYA SEBAGAI ANTI BAKTERI
TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang mendasari penelitian ini:

1. Apakah NP perak dapat disintesis dengan menggunakan ekstrak air daun


Genjer (Limnocharis flava)?
3

2. Bagaimana Karakteristik NP perak ekstrak air daun Genjer (Limnocharis


flava)?
3. Apakah NP perak ekstrak air daun Genjer (Limnocharis flava) memiliki
potensi antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus?
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mensintesis NP perak dengan menggunakan ekstrak air daun Genjer


(Limnocharis flava).
2. Mengetahui karakteristik NP perak ekstrak air daun Genjer (Limnocharis
flava).
3. Mengetahui potensi antibakteri NP perak ekstrak air daun Genjer
(Limnocharis flava) terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi ilmiah dalam mensintesis NP perak dengan


menggunakan ekstrak air daun Genjer (Limnocharis flava).
2. Sebagai bahan informasi ilmiah terkait karakteristik NP perak dari ekstrak
air daun Genjer (Limnocharis flava).
3. Sebagai bahan informasi ilmiah tentang potensi antibakteri dari NP perak
ekstrak air daun Genjer (Limnocharis flava) bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nanopartikel Perak (NP perak)

Nanopartikel merupakan suatu partikel yang berukuran kecil dalam skala


nano yaitu sekitar 1-100 nm. Sifat suatu partikel dapat dimodifikasi melalui
pengontrolan ukuran partikel, pengaturan komposisi kimia, modifikasi permukaan,
dan pengontrolan interaksi antar partikel. Berbagai jenis nanopartikel saat ini telah
banyak disintesis seperti nanopartikel emas, perak, besi, zink, dan logam oksida.
Nanopartikel perak memiliki keunggulan dibandingkan dengan nanopartikel emas
karena sifat optis NP perak lebih baik, sehingga NP perak dapat digunakan sebagai
detektor dan sekaligus sebagai indikator pewarnaan (kolorimetri) (Kim et al.,
2016).

Nanopartikel, dapat berupa bola, batang atau tabung, serat, atau berbentuk
acak (Elzey, 2010). Nanopartikel yang banyak menarik perhatian adalah
nanopartikel logam karena aplikasinya yang luas antara lain di bidang optik,
elektronik, biologi, katalis dan kedokteran. Salah satu logam yang paling banyak
diteliti adalah perak (Ag). Aplikasi yang paling luas dari nanopartikel perak adalah
sebagai antibakteri dan antijamur. Nanopartikel perak yang diaplikasikan sebagai
antibakteri dan antijamur dalam berbagai produk antara lain seperti kaos kaki, tisu
basah, wadah penyimpanan makanan dan lain-lain (Khaydarov et al., 2009).
Nanopartikel memiliki cakupan aplikasi yang sangat luas di berbagai bidang seperti
kesehatan, kosmetik, makanan, kesehatan lingkungan, ilmu biomedis, industri
kimia, elektronik, mekanik, optik, industri penerbangan, dan masih banyak lagi (S
Iravani et al., 2014).

Sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan 3 metode (Kholoud dkk,


2009) yaitu:

1. Kimia (bottom-up) yaitu melarutkan garam perak, agen pereduksi,


dan penstabil hingga terbentuk nanopartikel perak.

4
5

2. Fisika (top-down) yaitu mereduksi padatan logam perak menjadi


partikel perak berukuran nano secara mekanik.
3. Biologi (biosintesis) yaitu menggunakan mikroorganisme maupun
tumbuh-tumbuhan sebagai agen pereduksi.
Namun metode-metode kimia dan fisika tersebut menimbulkan berbagai
masalah, seperti penggunaan pelarut beracun, mengeluarkan limbah berbahaya, dan
konsumsi energi yang tinggi. Oleh karena perlu dikembangkan metode yang ramah
lingkungan, sehingga muncullah metode biosintesis nanopartikel dengan
menggunakan ekstrak tanaman. Metode ini dapat menjadi alternatif dalam sintesis
nanopartikel yang ramah lingkungan.

B. Sintesis Nanopartikel Perak

Sintesis nanopartikel perak dengan metode reduksi kimia dapat


menggunakan sel mikroorganisme atau ekstrak tanaman sebagai bioreduktor.
Bioreduktor dapat diperoleh dari bahan alam yang mengandung senyawa
antioksidan atau poliol yang dapat mereduksi perak (Arifin et al., 2016).

Penggunaan tumbuhan dalam proses sintesis ialah dengan memanfaatkan


senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam mahluk hidup. Terutama
kandungan senyawa metabolit sekunder seperti terpenoid, flavonoid dan tanin yang
memiliki aktifitas antioksidan (Shankar et al., 2004). Antioksidan mampu
menghambat atau memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi. Senyawa-
senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi dapat dikatakan sebagai
oksidator atau agen pengoksidasi. Oksidator melepas elektron dari senyawa lain,
sehingga dirinya sendiri akan tereduksi. Antioksidan terdapat dalam beberapa
bentuk, diantaranya vitamin, mineral dan fitokimia. Salah satu tumbuhan yang
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi adalah daun Genjer (Limnocharis flava),
(Salamah et al., 2008).

Dalam penelitian sintesis nanopartikel perak, garam perak yang biasa


digunakan adalah perak nitrat (AgNO3). Konsentrasi AgNO3, temperatur larutan,
6

agen pereduksi dan waktu reaksi mempengaruhi bentuk dan ukuran nanopartikel
perak (Sileikaite et al., 2006).

Sintesis nanopartikel perak menggunakan ekstrak tanaman merupakan salah


satu metode yang dapat meminimalisir penggunaan bahan-bahan anorganik
berbahaya dan tidak ramah lingkungan. Prinsip kerja tanaman dalam membentuk
nanopartikel perak adalah kemampuan senyawa pada tanaman yang mampu
mereduksi Ag yang bermuatan (Ag+) menjadi nanopartikel Ag0. Seperti telah
diketahui bahwa logam Ag memiliki satru muatan positif, untuk membuat
nanopartikel perak dan kemudian tereduksi menjadi Ag0 dengan bantuan ekstrak
tanaman sebagai reduktor (Kumar et al., 2009). Proses reduksi pada pembentukan
nanopartikel perak disebabkan adanya senyawa metabolit sekunder pada daun
Genjer yaitu senyawa fenol, flavonoid dan tanin.

Nanopartikel perak memiliki kemampuan antibakteri yang dipengaruhi oleh


karakteristik fisik nanomaterial seperti ukuran, bentuk, dan sifat permukaan.
Semakin kecil ukuran NP Perak, semakin besar efek antimikrobanya (Mariabel et
al., 2008). Mekanisme antibakteri NP Perak menurut Li et al., (2008) meliputi,
adhesi nanopartikel terhadap permukaan bakteri yang mengubah sifat membran.
Nanopartikel dengan ukuran kecil dan luas permukaan besar mampu berhubungan
dengan permukaan organisme. Selanjtnya, NP Perak masuk ke dalam sel bakteri
yang menyebabkan kerusakaan DNA kemudian NP Perak melepaskan ion Ag+ yang
dapat berinteraksi dengan protein yang mengandung sulfur dalam dinding sel
bakteri. Ion Ag+ terlarut berinteraksi dengan dinding sel dan protein sitoplasma.

Aktivitas antibakteri nanopartikel perak dipengaruhi oleh beberapa hal,


seperti konsentrasi nanopartikel perak, bentuk nanopartikel perak, ukuran
nanopartikel perak, jenis bakteri, jumlah koloni bakteri dan waktu kontak
nanopartikel perak dengan bakteri (Sondi et al., 2004). Faktor-faktor yang
mempengaruhi ukuran partikel dalam sintesis yaitu temperatur larutan, konsentrasi
garam, agen pereduksi dan waktu reaksi (Sileikaite et al., 2006).
7

C. Karakteristik Nanopartikel Perak

1. Spektroskopi Ultra-Violet Visible

Spektrofotometer UV-Vis adalah salah satu alat yang digunakan untuk


karakteristik suatu material. Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengkaji
sifat absorpsi material dalam rentang panjang gelombang ultraviolet (mulai sekitar
200 nm) hingga mencakup semua panjang gelombang cahaya tampak (sampai
sekitar 700 nm). Spektrofotometer ultraviolet–visibel digunakan untuk analisis
kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun
cahaya tampak mengakibatkan transisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron
dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih
tinggi. Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya
transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
transisi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.
Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang
gelombang lebih panjang (Amiruddin & Titik, 2013).

Penyebaran nanopartikel tergantung pada panjang gelombang dengan


panjang gelombang pendek (ultra violet atau cahaya biru) tersebar secara intens dari
pada panjang gelombang yang lebih panjang (cahaya merah). Penyebaran cahaya
partikel yang lebih besar tidak tergantung panjang gelombang koloid nanopartikel
perak memiliki puncak serapan dengan kisaran rentang 400 nm hingga 530 nm pada
analisis spektrofotometer (Taylor et al., 2013).

2. Transmission Electron Microscopy (TEM)

Transmission Electron Microscope (TEM) merupakan suatu teknik


mikroskopi yang bekerja dengan prinsip menembakkan elektron ke lapisan tipis
sampel, yang selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam sampel
tersebut dapat terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar
elektron yang menembus lapisan tipis tersebut Bahkan dari analisa lebih detail, bisa
diketahui deretan struktur atom dan ada tidaknya cacat (defect) pada struktur
8

tersebut. Sampel harus ditipiskan sampai ketebalan lebih tipis dari 100 nanometer
untuk observasi menggunakan TEM (Apriandanu, 2013).

Butiran besar (dengan dimensi sis lebih dari 100 nm) dapat diperlakukan
sebagai kristal tunggal dalam TEM. Identifikasi simultan pada fase dan orientasi
dapat diketahui dengan pola SAED. Proses Difraksi menghilangkan ambiguitas
dengan mengevaluasi secara simultan beberapa pola SAED (dari butiran yang
sama) dari rangkaian kemiringan, ditempatkan pada pengaturan goniometri (Labar
et al., 2009).

3. Fourer Transform Infrared (FTIR)

Fourier Transform Infrared (FTIR) yang merupakan salah satu metode


pengukuran untuk mendeteksi struktur molekul senyawa melalui identifikasi gugus
fungsi penyusun senyawa. Pengujian dengan spektroskopi FTIR tidak memerlukan
persiapan sampel yang rumit dan bisa digunakan dalam berbagai fase baik padat,
cair mapun gas. Metode spektroskopi yang digunakan adalah metode spektroskopi
adsorbsi yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi infra merah oleh
molekul suatu materi. Adsorbsi inframerah oleh suatu materi dapat terjadi jika
dipenuhi dua syarat yakni kesesuaian antara frekuensi radiasi infra merah dengan
frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan momen dipol selama
bervibrasi (Chatwal, 1985).

FTIR merupakan salah satu instrumen yang banyak digunakan untuk


mengetahui spektrum vibrasi molekul yang dapat digunakan untuk memprediksi
struktur senyawa kimia. Terdapat tiga teknik pengukuran sampel yang umum
digunakan dalam pengukuran spektrum menggunakan FTIR yaitu Photo Acoustic
Spectroscopy (PAS), Attenuated Total Reflectance (ATR), dan Difuse Reflectance
Infrared Fourier Transform (DRIFT). Setiap teknik memiliki karakteristik spektrum
vibrasi molekul tertentu (Beasley et al., 2014).

D. Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

1. Klasifikasi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)


9

Adapun klasifikasi tanaman genjer menurut Plantamor (2008) adalah


sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Limnocharitaceae
Genus : Limnocharis
Spesies : Limnocharis flava
2. Deskripsi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

A B

Gambar 2.1. A. Tanaman Genjer (Limnocharis flava). B. Daun Genjer


(Limnocharis flava).

Tanaman genjer merupakan tanaman asli wilayah tropis dan subtropis


Amerika. Tinggi tanaman genjer dapat mencapai setengah meter. Genjer
merupakan tanaman air yang yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat (Jacoeb et al.,
2010).
Menurut (Nurjanah et al., 2014). Genjer (Limnocharis flava) adalah salah satu
jenis tumbuhan yang hidup di tanah berair (rawa, empang atau sawah). Tumbuhan
ini memiliki daun yang terlapisi oleh lilin dan batang yang berongga, helaian daun
berubah-ubah dalam bentuk dan ukuran serta bunganya berbentuk corong. Genjer
10

memiliki mahkota bunga berwarna kuning dengan diameter 1,5 cm dan kelopak
bunga berwarna hijau. Akar tumbuh ke dalam tanah sehingga memperkuat
berdirinya tumbuhan. Akar juga berfungsi untuk mengambil air dan garam mineral
dari dalam tanah. Sedangkan batangnya memiliki daun yang berfungsi
menghasilkan makanan melalui fotosintesis dan mengeluarkan air melalui proses
respirasi. Daun berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat
utama terjadinya fotosintesis. Tanaman genjer dapat hidup selama satu tahun dan
berbunga sepanjang tahun.
3. Kandungan Kimia Tanaman Genjer
Tanaman genjer (Limnocharis flava) diduga mengandung asam amino,
flavonoid, fenol, hidrokuinon dan gula pereduksi (Jacoeb et al., 2010). Flavonoid
diduga memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dengan mekanisme
kerja flavonoid sebagai antimikroba dapat dibagi menjadi 3 yaitu menghambat
sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat
metabolisme energi (Hendra et al., 2011). Dan menurut (Parubak et al., 2013)
flavonoid memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus
subtilis.

4. Manfaat Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

Pemanfaatan tanaman genjer diantarnya sebagai sayuran, pakan ternak,


tanaman fitofiltrasi terhadap polusi air, tanaman penghias kolam, dan pupuk
(Abilash et al., 2009).

Menurut (Prastisi. 2019), ada beberapa manfaat yang didapatkan jika


mengonsumsi genjer antara lain sebagai berikut:

a. Meremajakan sel-sel tubuh yaitu kandungan protein dalam tanaman


genjer berperan dalam membantu memproduksi sel-sel baru untuk
menggantikan sel-sel yang sudah tidak berfungsi lagi di dalam tubuh.
b. Memperkuat tulang yaitu kalsium pada genjer yang berfungsi untuk
pembentukan tulang pada anak-anak, tetapi kalsium untuk orang dewasa
11

berfungsi untuk memperkuat tulang dan mengurangi resiko terkena


osteoporosis, serta menghilangkan rasa ngilu pada persendian.
c. Mencegah kanker kolon dan mencegah sembelit. Kanker colon terjadi
akibat pola makan yang tidak benar. Genjer mengandung serat yang
cukup tinggi sehingga berfungsi dalam melancarkan pencernaan.
d. Mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker. Kandungan polifenol
dalam genjer dapat berperan sebagai antioksidan sehingga dapat
mencegah penyakit jantung dan kanker. Sedangkan kandungan mineral
pada genjer sengat penting untuk berfungsinya tubuh kita. Sebagian besar
mineral berguna bagi metabolism tubuh, keseimbangan kadar air, dan
kesehatan tulang. Mineral juga berperan ke dalam ratusan fungsi keci
lainnya untuk mendukung kesehatan tubuh.
E. Bakteri Escherichia coli

Pada umumnya, bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Bakteri E.coli dalam jumlah yang berlebihan dapat mengakibatkan diare, dan bila
bakteri ini menjalar ke system/organ tubuh yang lain, maka akan menyebabkan
infeksi (Zhu et al., 1994).

1. Klasifikasi bakteri Escherichia coli

Menurut Garrity (2004), klasifikasi E.coli adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Bacteria

Filum : Eubacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriaceae

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli


12

2. Morfologi

Gambar 2.2. Morfologi Bakteri Eschericia coli [ Sumber: Smith-Keary, 1988 ]

Escherechia coli termasuk bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dan
memiliki ukuran sel dengan panjang 1,0-1,3 µm dan 0,5-1,0 µm, terdapat dalam
bentuk tunggal, berpasangan dan dalam rantai pendek biasanya tidak berkapsul.
Escherechia coli merupakan bakteri Gram negatif yang cara hidupnya anaerob
fakultatif. Pada keadaan aerob menggunakan senyawa organik sebagai sumber
energi sedangkan pada keadaan anaerob energi di peroleh dari fermentasi
karbohidrat (Fardiaz, 1992).

F. Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri pathogen penting yang


berkaitan dengan virulensi toksin dan ketahanan terhadap antibiotik. Rahmi et al.
(2015); Herlina et al. (2015) menyatakan bahwa bakteri S.aureus dapat
menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan,
keracunan makanan sampai dengan infeksi sistematik.

1. Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus


Klasifikasi dari Staphylococcus aureus menurut (Garrity, 2004)
adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Bacteria
Filum : Fimicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
13

Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
2. Morfologi bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 2.3. Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus [ Sumber: Gusti, 2014 ]

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat


berdiameter 0,7-1,2 mm, tersusun dalam kelompok–kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak berbentuk spora, dan tidak bergerak.
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37oC, tetapi membentuk pingmen paling
baik pada suhu kamar (20-25oC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu
sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau (Jawetz,
2005)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Agustus 2020 hingga September


2020 di Laboratorium Bioteknologi Jurusan Biologi dan Laboratorium Kimia
Organik Jurusan Kimia, FMIPA UNPATTI, serta Laboratorium Kimia
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setelah proposal ini diseminarkan.

C. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Neraca Analitik Ohaus, Penyaring Buchner, Beaker glass, Timbangan


Ohaus, Gelas ukur, Hot plate, Spatula, Erlenmeyer, Botol sampel, Pompa
Vakum, Sentrifuge, Colorimeter, Kamera, Aluminium foil, Wraping plastic,
Mikropipet, Tip, Pinset, Jarum ose, Petri dish, Laminar Air Flow, Oven,
Autoclaf, Incubator, Spektrofotometer UV-VIS 1700 pharama Spec. Shimadzu,
TEM, FTIR.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Daun Genjer, Perak nitrat (AgNO3), Aquades steril, Kertas saring Whatman
No. 1, Kertas label, Buncen, Alcohol, Suspense bakteri Staphylococcus aureus,
Suspense bakteri Escherichia coli, Nutrient Agar, Nutrient Broth.

D. Prosedur Kerja

1. Preparasi Ekstrak Sampel

Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Genjer yang di


ambil dari Desa Tawiri. Tumbuhan Genjer diambil daunnya yang tua dan daun yang
diambil terletak pada no 1 dari bagian bawah tumbuhan. Daun tersebut dicuci

14
15

dengan air mengalir kemudian dibilas dengan aquades, lalu dikering anginkan.
Daun Genjer ditimbang 10 gr, selanjutnya aquades 200 ml dipanaskan hingga
mendidih, setelah itu daun Genjer dipotong menjadi bagian kecil-kecil dan
dimasukan ke dalam beaker glass yang berisi aquades tersebut. Selanjutnya tunggu
hingga 7 menit kemudian angkat dan dinginkan. Setelah dingin, disaring dengan
kertas penyaring dan pompa vakum untuk mendapatkan ekstrak air daun Genjer.

2. Preparasi Larutan Perak Nitrat

Larutan AgNO3 yang digunakan mempunyai konsentrasi sebesar 1 mM atau


0.001 M dalam 1 liter air dengan Berat Molekulnya 169,87 gr/mol. Untuk
membuat Larutan AgNO3 300 ml ditimbang sebanyak 0,0507 gram AgNO3
kemudian dilarutkan dalam aquades 300 ml.

3. Sintesa Nanopartikel Perak Menggunakan Ekstrak Daun Genjer

Dalam penelitian ini, NP perak disintesis dengan menggunakan daun


Genjer, untuk mensintesis NP perak terdapat dua bahan utama yang digunakan
dalam sintesa nanopartikel perak yaitu AgNO3 sebagai bahan ion perak, dan
ekstrak air daun Genjer sebagai pereduksi.

Sintesis NP perak dengan metode biologi dilakukan dengan menyiapkan


AgNO3 ditambahkan dengan ekstrak air daun Genjer. Sampel dibuat dengan
rasio 1:9, dimana 1 ml merupakan volume ekstrak air daun Genjer dan 9 ml
adalah larutan perak nitrat, campuran ini menghasilkan produk NP perak,
selanjutnya dilakukan karakterisasi TEM, Spektrofotometer UV-Vis dan FTIR

4. Karakterisasi Gugus Fungsi Nanopartikel

Untuk menentukan gugus fungsi dari nanopartikel perak digunakan Fourier


Transform Infra Red (FTIR). FTIR IR PRESTIGE-21 shimatsu, yang tersedia di
Laboratorium Kimia Universitas Gadjah Mada.
16

5. Karakterisasi Optik : Spektrofotometer UV-VIS

Nanopartikel perak yang terbentuk dikarakterisasi dengan spektrofotometer


UV-VIS bertujuan untuk menentukan terbentuknya nanopartikel perak dan
kestabilannya. Untuk itu, kami menggunakan UV-VIS Spektofotometer 1700
pharama Spec. Shimadzu. Alat ini tersedia di Laboratorium Kimia Organik,
Univesitas Pattimura Ambon.

6. Karakterisasi Bentuk dan Ukuran

Dalam mengkarakterisasi bentuk dan ukuran nanopartikel perak digunakan


electron mikroskop transmisi (TEM). TEM yang akan digunakan dimiliki oleh
Laboratorium Kimia, Universitas Gajah Mada. Hasil TEM tersebut, kemudian
akan ditentukan konsentrasi nanopartikel yang dibuat dan digunakan.

7. Uji Aktivitas Antibakteri

a. Pembuatan suspense bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus


Tuangkan 100 ml Nutrient Broth (NB) steril ke dalam Erlenmeyer steril.
Tiap jenis bakteri diambil dengan menggunakan Jarum Ose dari kultur bakteri
yang masih fresh dan dicelupkan ke dalam larutan NB. Kemudian sumbat
Erlenmeyer tersebut dengan kapas dan ditutup dengan aluminium foil.
Selanjutnya, Erlenmeyer tersebut diletakan di atas shaker dan di shaker selama
12-16 jam. Bakteri yang telah ditumbuhkan ini kemudian diencerkan dengan
aquades steril dan diukur dengan menggunakan spektrofotometer untuk
mendapatkan OD 620 nm antara 0.08-0.13 dengan konsentrasi bakteri sebesar 1
x 108 cfu = colony forming unit/ml.
b. Metode Diffusal Disc
Suspensi bakteri sebanyak 200 µl dengan konsentrasi 1 x 108 cfu/ml (OD
620 = 0,08-0,13) disebarkan pada permukaan media NA yang terdapat di dalam
petridish dengan menggunakan batang penyebar dan dan dibiarkan mengering.
Sintesis NP perak daun Genjer yang sudah di buat dengan rasio 1:9 sebanyak
10 botol, kemudian diambil 1000 µl menggunakan mikropipet dari setiap
masing-masing botol tersebut dimasukan ke dalam tube dan di centrifuse
17

dengan kecepatan 1.200 rpm dalam waktu 30 menit. Selanjutnya hasil dari
centrifuse tersebut dibuang supernatan dan diambil peletnya pada masing-
masing tube, dicampur pelet-pelet tersebut menjadi satu. Setelah itu, diteteskan
sebanyak 20 µl NP perak daun Genjer pada setiap paper disk yang berdiameter
0,6 cm. Setelah paper disk mengering, 3 paper disk diletakan pada permukaan
media agar yang telah disebar suspense bakteri tadi dan petridishnya diletakan
di dalam incubator pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Setelah itu diukur
diameter zona bening yang terbentuk. Bakteri yang digunakan yaitu
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Selanjutnya dibuat perlakuan control antara ekstrak air daun Genjer dan NP
perak daun Genjer sesuai cara kerja di atas, guna untuk melihat sifat antibakteri
murni dari ekstrak air daun Genjer tanpa disintesis maupun yang sudah
disintesis menggunakan NP perak daun Genjer yang diujikan pada bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
18

E. Alur Penelitian
Bagan alur penelitian ditunjukan pada Gambar dibawah ini.

Daun Genjer Perak Nitrat +


Aquades

Ekstrak air Larutan Perak


daun Genjer Nitrat

Nanopartikel Daun Genjer

;;;;;;; KARAKTERISASI NANOPARTIKEL

;;
FTIR UV-VIS TEM

LAB KIMIA LAB KIMIA LAB KIMIA


UGM ORGANIK UGM
UNPATTI

UJI
ANTIBAKTERI

Metode Difusal Disc

S. aureus E. coli

LAB.
BIOTEKNOLOGI
UNPATTI

Gambar 3.1. Bagan alur penelitian.


19

F. Analisis Data

Hasil yang diperoleh dari pengukuran menggunakan metode Difusal disc,


kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji T.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sintesis nanopartikel secara biologi lebih disukai karena dinilai lebih


memiliki banyak keuntungan, diantaranya lebih mudah, ekonomis dan bersifat non-
toxic. Sumber sintesis nanopartikel secara biologi adalah mikroorganisme dan
tanaman. Salah satu jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
Genjer (Limnocharis flava). Metabolit sekunder yang terdapat di bagian daun
Genjer adalah flavaonoid, fenol, hidrokuinon dan gula pereduksi.

Prinsip biosintesis NP perak ekstrak air daun Genjer berperan dalam


mereduksi Ag+ menjadi Ag0 hal ini disebabkan karena daun Genjer memiliki
senyawa metabolit sekunder yang mana senyawa ini membentuk nanopartikel dan
sekaligus menstabilkan nanopartikel tersebut.

1. Preparasi Ekstrak Daun Genjer

Hasil ekstrak air daun Genjer yang didapatkan dengan cara memanaskan
daun Genjer menggunakan aquades 200 ml dan hasil rebusannya disaring
menggunakan pompa vakum dan kertas Whatman No. 1. Dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Ekstrak ini akan digunakan untuk mensintesis NP perak.

Gambar 4.1. Ekstrak Daun Genjer

20
21

2. Sintesis NP perak menggunakan ekstrak daun genjer

Sintesis yang dilakukan dengan mencampurkan AgNO3 0.001M sebanyak 9


ml dan Esktrak air daun Genjer sebanyak 1 ml sehingga membentuk larutan dengan
rasio 1:9 menghasilkan NP perak yang stabil setelah diamati 1 bulan.

Hasil NP perak daun Genjer terbentuk dengan rasio 1:9 dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Larutan tersebut berwarna kuning kecoklatan dan tidak terjadinya
agregasi (penggumpalan), ini merupakan salah satu indikator dari terbentuknya
nanopartikel perak.

A B

Gambar 4.2. Hasil campuran ekstrak daun Genjer dan perak nitrat dengan rasio
1:9. A. Warna awal NP perak daun Genjer 10 menit setelah
pencampuran. B. Warna NP perak daun Genjer 45 menit setelah
pencampuran.

3. Karakteristik Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Daun Genjer

3.1 Spektrofotometer UV-Vis

Hasil karakterisasi NP perak daun Genjer dengan menggunakan


Spektrofotometer UV-Vis dapat dilihat pada Gambar 4.3. Setiap NP perak
mempunyai panjang gelombang antara 400-500 nm untuk terjadinya resonansi
plasmon permukaan. Resonansi Plasmon permukaan terjadi pada saat elektron-
22

elektron yang terdapat pada permukaan NP perak disinari dengan cahaya dengan
panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang yang dimiliki oleh
elektron-elektron tersebut. Pada saat ini terjadi absorbsi cahaya yang maksimal
yang ditandai dengan terbentuknya puncak pada spectrum UV-VIS. Puncak
spektrum UV-VIS dari NP perak daun Genjer diperoleh pada panjang gelombang
425 nm yang berada dalam range panjang gelombang NP perak yang sudah
diketahui yaitu 400-500 nm. Dengan demikian, hasil spektrum UV-VIS ini
mengkonfirmasi terbentuknya NP perak daun genjer yang sebelumnya telah
diindikasikan oleh adanya perubahan warna campuran menjadi kuning kecoklatan.

Pada panjang gelombang 425 mm ini terjadi absorbsi maksimal yang


menunjukan adanya gejala resonansi plasmon permukaan. Setiap NP perak
mempunyai panjang gelombang antara 400-500 nm untuk terjadinya resonansi
plasmon permukaan. Resonansi Plasmon permukaan terjadi pasa saat elektron-
elektron yang terdapat pada permukaan NP perak disinari dengan cahaya dengan
panjang gelombang yang sama dan panjang gelombang yang dimiliki oleh elektron-
elektron tersebut. Pada saat ini terjadi absorbsi energi yang maksimal yang ditandai
dengan terbentuknya punjak pada spectrum UV-VIS.

Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengkaji sifat absorpsi material


dalam rentang panjang gelombang ultraviolet (mulai sekitar 200 nm) hingga
mencakup semua panjang gelombang cahaya tampak (sampai sekitar 700 nm).
Terbentuknya nanopartikel perak tidak hanya dapat dilihat dari perubahan warna
larutan menjadi kuning kecoklatan tetapi hasil dari serapan maksmimum pada
spektrofotometer UV-Vis. karakterisasi nanopartikel perak menggunakan
spektrofotometer UV-Vis adalah munculnya puncak absorbansi pada panjang
gelombang 425 nm yang dapat dilihat pada gambar 4.3. Hasil dengan puncak
panjang gelombang yang mengindikasikan bahwa nanopartikel perak telah
terbentuk.
23

Gambar 4.3 Hasil Spektrum UV-vis dari NP perak yang disintesis menggunakan
ekstrak daun Genjer dengan puncak panjang gelombang 425 nm

3.2 Transmision Electron Microscopy (TEM)

Nanopartikel perak yang paling optimal dikarakterisasi dengan TEM.


Tujuan karakterisasi ini adalah untuk mengetahui morfologi dan ukuran dari
gambar yang dihasilkan. Karakterisasi NP perak yang disintesis menggunakan
ekstrak daun Genjer. Hasil pengukuran TEM pada gambar 4.4. Dimana gambar A
panjang bar 20.0 nm dan gambar B panjang bar 50.0 nm. Terlihat jelas bentuk
nanopartikelnya adalah spherical atau bola. Ukuran rata-rata dari nanopartikel
tersebut adalah 16.92 nm ± 5.36308 nm dan sebaran ukuran (diameter) partikel
nanopartikel adalah berkisar antara 16-21 nm (Gambar 4.5).
24

A B

Gambar 4.4. Bentuk NP Perak Daun Genjer dengan Perbesaran yang Berbeda
Menggunakan TEM.
Ket: A. Panjang bar = 20.0 nm. B. Panjang bar = 50.0 nm

Histogram dari ukuran diameter nanopartikel yang ditunjukan pada


gambar 4.5. Dapat dilihat pada gambar tersebut bahwa ukuran nanopartikel yang
paling banyak adalah berkisar antara 16-21 nm dengan frekuensi 35.

Gambar 4.5. Histogram ukuran nanopartikel yang disintesis dengan ekstrak daun
Genjer
25

3.3 Penentuan Konsentrasi Nanopartikel

Penentuan konsentrasi nanopartikel dilakukan dengan menggunakan data


pengukuran diameter rata-rata nanopartikel hasil TEM dan dihitung menggunakan
rumus 1, 2 dan 3 (Kalishwaralal et al, 2010 dan Shang et al, 2014).

……………………………………………………… ( Rumus 1)

Keterangan :

N = Jumlah atom per nanopartikel = 3.14

𝜌 = FCC perak = 10.5 g/cm3

D = Diameter rata-rata nanopartikel perak

M = Massa atom perak = 107.868 g

NA = Bilangan Avogadro = 6.023 x 1023

…………..…………...…………………(Rumus 2)

Keterangan :

Ntotal = Jumlah total atom

mtotal = Berat total nanopartikel

Npartikel = Jumlah atom rata-rata per nanopartikel

mpartikel = Berat dari satu nanopartikel

……………………………………..…………………......(Rumus 3)

Keterangan :

C = Konsentrasi molar dari larutan nanopartikel perak


26

NT = Jumlah total atom perak yang ditambahkan sebagai perak nitrat

N = Jumlah atom per nanopartikel (didapat dari rumus 1)

V = Volume (L)

NA = Bilangan Avogadro = 6.023 x 1023

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas diketahui jumlah atom Ag yang


membentuk satu nanopartikel adalah 148023/partikel dan jumlah nanopartikel pada
larutan adalah 4.1 x 1015 partikel/L. Sedangkan konsentrasi molar nanopartikel
adalah 675.6 nM.

3.4 Spektroskopi Fourier Transform InfraRed (FTIR)

Analisis spektroskopi FTIR NP perak daun Genjer dapat dilihat pada


Gambar 4.6. Fourier Transform Infrared (FTIR) yang merupakan salah satu metode
pengukuran untuk mendeteksi struktur molekul senyawa melalui identifikasi gugus
fungsi penyusun senyawa. Analisis spektroskopi FTIR untuk mengidentifikasi
ikatan kimia dari NP perak. Gambar 4.6 menunjukkan spectrum ftir berupa data
transmitansi dari bilangan gelombang 4000 cm-1 sampai 400 cm-1. Nilai
transmitansi yang relative tinggi menunjukkan bahwa signal dari sampel sebagian
besar ditransmisikan, sedangkan nilai transmitansi yang relatif rendah
menunjukkan bahwa signal dari sampel sebagian besar diabsorpsi.

Puncak pada 3448 cm-1 merupakan kontribusi dari regangan O-H. Puncak
2916 dan 2846 cm-1 masing-masing menunjukkan regangan asimetrik dan simetrik
dari CH2. Dua puncak pada 2368 cm-1 dan 2337 cm-1 berkaitan dengan instrumen,
dan bukan merupakan kontribusi dari sampel. Puncak pada 1627 cm-1 adalah
kontribusi dari C=O atau C=C. Puncak 1381 cm-1 berkaitan dengan tekukan O-H.
Dan puncak 1041 cm-1 berkaitan dengan regangan asimetrik C-C-O atau regangan
C-F. Regangan O-H pada 3433 cm-1 dan tekukan O-H pada puncak 1381 cm-1
menunjukkan keberadaan alcohol atau fenol. Selain itu keberadaan O-H juga dapat
merupakan kontribusi dari molekul lainnya yang ada O-Hnya. Kontribusi dari CH2
27

pada puncak 2916 cm-1 dan 2846 cm-1 dapatkan dikaitkan dengan keberadaan
berbagai molekul, misalnya monosakarida, dll. Puncak pada 1627 cm-1 secara jelas
menunjukkan kontribusi dari C=O Amida yang menunjukkan keberadaan protein.

Puncak 1627 cm-1 juga dapat merupakan kontribusi C=C dari deformasi
cincin aromatiknya flavonoid atau asam amino (Franca 2014). Jadi puncak 1627
cm-1 selain menunjukkan keberadaan protein, juga mnunjukkan keberadaan
flavonoid. Puncak 1041 cm-1 yang berkaitan dengan regangan asimetrik C-C-O
menunjukkan keberadaan alcohol. Kemungkinan lainnya, puncak 1041 cm-1 juga
dapat menunjukkan keberadaan C-F yang merupakan antioksidan. (J. Rodrigues et
al., 2001 dan Barandozi et al., 2012).

Gambar 4.6. Hasil Spektrum FTIR Nanopartikel ekstrak daun Genjer

4. Uji Antibakteri

4.1 Uji menggunakan Metode Difusal Disc

Metode diffusal disc digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri.


Hasil uji sifat antibakteri nanopartikel perak daun Genjer terhadap bakteri gram
negatif (E. coli) dan bakteri gram positif (S. aureus). Gambar 4.7 A dan 4.7 B, serta
tabel 4.1 menunjukan zona hambat yang terbentuk akibat kemampuan nanopartikel
perak daun Genjer dalam menghambat pertumbuhan ke dua bakteri setelah inkubasi
28

selama 24 jam pada suhu 370C. Rata-rata zona hambat nanopartikel perak daun
Genjer pada bakteri E. coli adalah 1.27 cm ± 0.06 cm sedangkan pada bakteri S.
aureus adalah 1.2 cm ± 0.1 cm. hasil analisa statistik (uji t) dapat dilihat pada
Gambar 4.8 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata
zona hambat antara ke dua bakteri (ρ > 0,05). Gambar 4.9 menunjukan bahwa
ekstrak air daun Genjer tidak memiliki sifat antibakteri pada E. coli dan S. aureus
karena tidak ditemukannya zona hambat pada kedua bakteri tersebut.

A B

Gambar 4.7. Hasil uji antibakteri nanopartikel perak daun Genjer dengan
konsentrasi 675.6 nM menggunakan metode diffusal disc. A. Zona
hambat pada bakteri Staphylococcus aureus B. Zona hambat pada
bakteri Escherichia coli.

Tabel 4.1. Diameter zona hambat nanopartikel perak daun Genjer terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Jenis Bakteri Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata


Staphylococcus 1.3 cm 1.1 cm 1.2 cm 1.2 cm ± 0.1 cm
aureus
Escherichia coli 1.2 cm 1.3 cm 1.3 cm 1.27 cm ± 0.06 cm
29

Gambar 4.8. Zona hambat nanopartikel perak daun Genjer terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Garis vertikal pada bar
menunjukan standar eror dan huruf yang sama pada bar menunjukan
tidak barbeda nyata atau sama (ρ > 0,05).

C D

Gambar 4.9. Hasil uji ekstrak air daun Genjer menggunakan metode diffusal disc
tidak memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
30

B. Pembahasan
Sintesis NP perak daun Genjer dalam penelitian ini menggunakan metode
biologi. Prinsip dari metode ini adalah memanfaatkan senyawa-senyawa yang
terkandung dalam ekstrak senyawa tumbuhan seperti asam amino, flavonoid, fenol,
hidrokuinon dan gula pereduksi untuk mereduksi ion Ag+ menjadi Ag0 dengan cara
mendonorkan elektronnya kepada ion Ag+. Sekumpulan Ag0 membentuk
nanopartikel. Molekul-molekul seperti protein, polisakarida, asam amino, fenolik
dan lain-lain yang terdapat pada ekstrak tumbuhan berperan juga dalam
menstabilkan nanopartikel ini.

Pada penelitian ini NP perak disintesis dengan menggunakan campuran


ekstrak air daun Genjer dan larutan AgNO3 dengan perbandingan 1:9 dan bersifat
stabil selama 1 bulan. Perubahan warna campuran dari kuning muda menjadi
kuning kecoklatan merupakan salah satu indikator terbentuknya NP perak.
Perubahan warna ini disebabkan oleh adanya pergerakan elektron yang terdapat
pada permukaan nanopartikel perak akibat disinari cahaya. Elektron-elektron ini
bergerak pada frekuensi (panjang gelombang) tertentu yang berasosiasi dengan
warna kuning kecoklatan yang dilihat oleh mata. Hasil analisis FTIR dari
nanopartikel (Gambar 4.6) menunjukan keterlibatan senyawa fenolik, karbohidrat
dan protein dalam pembentukan nanopartikel baik sebagai pereduksi maupun
sebagai stabilator. Sebagai stabilator, senyawa-senyawa dari tanaman Genjer ini
berfungsi untuk menjaga kestabilan nanopartikel yang terbentuk sehingga tidak
bergabung satu dengan yang lainnya. Nanopartikel yang tidak stabil akan
bergabung satu dengan lainnya yang menyebabkan ukuran partikelnya menjadi
besar dan akhirnya mengendap (agregasi).

Selain perubahan warna campuran yang dapat dilihat dengan mata,


terbentuknya nanopartikel perak daun Genjer dapat juga dibuktikan dengan
menggunakan UV-VIS spektrofotometer. Pada UV-Vis Spektrofotometer
nanopartikel disinari dengan sinar dengan panjang gelombang yang bervariasi dari
300 nm-700 nm dan diukur absorbansinya untuk tiap panjang gelombang, NP perak
daun Genjer memiliki puncak spektrum UV-VIS pada panjang gelombang 425 nm
31

yang berada dalam range panjang gelombang NP perak yang sudah diketahui yaitu
400-500 nm. Pada panjang gelombang 425 nm terjadi plasmon resonansi dimana
terjadi absorbsi cahaya maksimal. Nanopartikel perak yang disintesis dari tanaman
yang berbeda memiliki puncak spectrum UV-VIS pada panjang gelombang yang
berbeda. Nanopartikel perak yang disintesis dari ekstrak air daun alifuru, dan daun
cengkih memiliki puncak spectrum UV-VIS pada panjang gelombang berturut-
turut adalah 455 nm dan 440 nm (Silooy, 2019 dan Reniwuryaan, 2019).

Berdasarkan hasil TEM diketahui NP perak daun Genjer berbentuk spherical


atau mirip dengan bola dengan ukuran diameter rata-rata adalah 16.92 nm. NP
perak daun alifuru dan daun cengkih juga dilaporkan berbentuk spherical tetapi
dengan diameter yang lebih besar yaitu masing-masing 21.47 nm dan 20.48 nm
(Silooy, 2019 dan Reniwuryaan, 2019). Bentuk NP mempengaruhi sifat
antibakterinya. Menurut Pal et al, (2007) nanopartikel yang berbentuk segitiga
lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan
bentuk-bentuk yang lain dan hal ini dihubungkan dengan reaktifitas Ag dan
interaksi yang lebih baik dari NP yang berbentuk segitiga dengan permukaan
bakteri. Nanopartikel yang berbentuk bola lebih efektif menghambat pertumbuhan
bakteri dibanding dengan nanopartikel yang berbentuk batang. Rata-rata jumlah
atom Ag pada NP perak daun Genjer yang dihasilkan adalah 148023 atom/partikel,
sedangkan jumlah nanopartikel pada larutan adalah 4.1 x 1015 partikel/L.
Konsentrasi molar NP perak daun Genjer yang dihasilkan adalah 675.6 nM.

NP perak yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antibakteri terhadap bakteri


Escherichia colli untuk bakteri gram negatif dan Staphylococcus aureus untuk
bakteri gram positif. Kemampuan NP perak daun genjer untuk menghambat
pertumbuhan bakteri E. coli dan S.aureus dibuktikan dengan terbentuknya zona
hambat berturut-turut sebesar 1.27 cm ± 0.06 cm dan 1.2 cm ± 0.1 cm (Gambar
4.7, 4.8 dan Tabel 4.1) pada konsentasi 675.6 nM. Hasil pengujian statistik
menunjukkan bahwa NP perak daun Genjer memiliki kemampuan yang sama dalam
menghambat pertumbuhan kedua bakteri setelah diinkubasi selama 24 jam dengan
suhu 370C (ρ > 0,05). Kemampuan yang sama dalam menghambat pertumbuhan
32

bakteri gram negatif dan positif menunjukan bahwa perbedaan ketebalan lapisan
peptidoglikan yang dimiliki bakeri gram negatif dan positif tidak mempengaruhi
kemampuan NP perak daun genjer dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri.

Nanopartikel berukuran kecil yang menyediakan luas permukaan kontak yang


lebih besar dengan permukaan sel bakteri. Dengan demikian nanopartikel yang
berukuran kecil ini dapat melekat dan terakumulasi dengan jumlah yang banyak
pada permukaan membran sel bakteri. Ion Ag+ pada nanopartikel berinteraksi
dengan ion negatif pada molekul-molekul membran sel bakteri yang dapat
menyebabkan kerusakan membrane sel bakteri. Interaksi antara ion Ag+ dari
nanopartikel dan ion- dari molekul-molekul pada membran sel bakteri ini
dilaporkan merupakan kunci utama penyebab terjadinya penghambatan
pertumbuhan bakteri (Dibrov et al, 2002). Selain komponen Ag+ pada nanopartikel,
senyawa lain pada ekstrak air daun Genjer yang berfungsi sebagai pendonor
elektron dalam mereduksi Ag+, diduga juga berkontribusi bagi penghambatan
pertumbuhan bakteri. Ekstrak air daun Genjer telah diketahui memiliki metabolit
sekunder berupa flavonoid dan fenol yang dapat teroksidasi dengan melepas H+
sehingga dapat mereduksi ion Ag+ menjadi Ag0. Keberadaan flavonoid, fenol dan
senyawa-senyawa lain dari ekstrak tanaman pada NP perak daun Genjer bersama-
sama dengan Ag+ berkontribusi tehadap daya hambat antibakteri NP perak daun
Genjer. Sifat antibakteri nanopartikel dilaporkan tergantung dari komposisi
senyawa pembentuk nanopartikel (Sun et al, 2013).

Mekanisme lain yang dapat menjelaskan penghambatan pertumbuhan bakteri


oleh nanopartikel yaitu pembentukan radikal bebas seperti ROS (reactive oxygen
species) seperti O2-, hydroxyl (-OH), peroxy (RCOO-) dan hidrogen peroksida
(H2O2) (Soenen et al, 2011) akibat kehadiran nanopartikel. ROS diketahui dapat
merusak membran sel dengan menginduksi peroksidasi lipid, juga dapat merusak
DNA, protein, lipid dan klorofil. ROS bersifat netral, tetapi sangat berbahaya
karena dapat melewati membran sel dan mencapai kompertemen sel jauh dari situs
pembentukannya (Michalak, 2016).
33

Selain komponen Ag+ pada NP daun Genjer, nanopartikel-nanopartikel lain


yang disintesis dari tanaman lain seperti daun alifuru dan daun cengkih yang
dijelaskan peneliti sebelumnya juga mempunyai aktivitas antibakteri (Silooy, 2019
dan Reniwuryaan, 2019). Selain itu, semakin kecil ukuran nanopartikel
menghasilkan aktivitas antibakteri yang lebih baik, sehingga mudah mencapai
bagian-bagian sel yang sulit dijangkau oleh nanopartikel yang berukuran besar.
Berdasarkan hasil FTIR, nanopartikel perak daun genjer mempunyai potensi untuk
dipakai sebagai antioksidan karena diduga memiliki senyawa yang bersifat
antioksidan. Perlu dilakukan uji antioksidan untuk membuktikan dugaan ini. Jika
keberadaan senyawa antioksidan dibuktikan maka NP daun Genjer selain dapat
berperan sebagai antibakteri dapat juga berperan sebagai antioksidan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Nanopartikel perak dapat sintesis dengan menggunakan campuran ekstrak


air daun Genjer dan larutan AgNO3 dengan perbandingan 1:9
2. Nanopartikel perak ekstrak daun Genjer terbentuk dengan puncak absorban
pada UV-Vis yaitu 425 nm, yang memiliki bentuk Spherical atau bola
dengan rata-rata ukuran diameter nanopartikel perak ekstrak daun Genjer
sebesar 16.92 nm ± 5.36 nm.
3. Nanopartikel perak ekstrak daun Genjer terbukti memiliki potensi sebagai
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
B. Saran

1. Melakukan uji potensi antibakteri pada jenis bakteri-bakteri lain dan juga
pada jamur.
2. Melakukan uji antioksidan nanopartikel daun genjer.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A., M. Kaleem, Z. Ahmed and H. Shafiq. 2015. Therapeutic potential of


flavonoids and their mechanism of action against microbial and viral
infections - a review. Food Research International 77(2):221-235.

Arifin, N., Harjono, dan N. Wijayati. 2016. Sintesis Nanopartikel Perak


menggunakan Bioreduktor daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) dengan
Irradiasi Microwave. Indonesian Journal of Chemical Science, 5(3): 195-201

Apriandanu, D.O.B. 2013. Sintesis Nanopartikel Perak Mengggunakan Metode


Poliol dengan Agen Stabilisator Polivinilalkohol (PVA). Skripsi. Semarang:
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang

Amiruddin, M.A. dan Titik Taufikurrohmah. 2013. Sintesis dan Karakterisasi


Nanopartikel Emas menggunakan Matriks Bentonit sebagai Material
Peredam Radikal Bebas dalam Kosmetik. Journal of Chemistry. 2(1): 68- 75

Abdullah, M dan Khairurrijal. 2009. Review: Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal


Nanosains dan Nanoteknologi, 2(1): 4-5

Abilash, P.C., Pandey, V.C., Srivastava, P., Rakesh, P. S., Chandran, S., Singh, N.,
and Thomas A. P. 2009. Phytofiltration of cadmium from water by
Limnocharis flava (L.) Beuchenau grown in free-floating culture system.
Journal of Hazardous Materials. Vol. 170: 791-797

Beasley, M.M., E.J. Bartelink, L. Tailor & R.M. Miller. 2014. Comparison of
Transmission FT-IR, ATR, and DRIFT Spectra: Implications for Assessment
of Bone Bioapatite Diagenesis. Journal of Archaeological Science, 46(1): 16-
22

Barandozi, Nejatzadeh. 2012. FTIR study of the polysaccharides isolated from the
skin juice, gel juice, and flower of Aloe vera tissues affected by fertilizer
treatment. Organic and medical Chemistry, 2:3.

35
36

Chatwall, G. 1985. Spectroscopy Atomic and Molecule. Bombay: Himalaya


Publishing House

Dibrov P., J Dzioba, K.K. Gosink amd C.C. Hase. 2002. Chemiosmotic Mechanism
of Antimicrobial Activity of Ag+ in Vibrio cholera. Antimicrobial Agents and
Chemotherapy 46(8):2668-2670.
Elzey SR. 2010. Applications and physicochemical characterization of
nanomaterials in environmental, health, and safety studies. Iowa: University
of Iowa. Jurnal Sainsmat, 4(1): 28-41

Fardias, S. 1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Perhipa. Jakarta: PAU pangan dan
Gizi IPB

Franca J., L.M. De, T.G. Ribeiro, and R.O. Castilho. 2014. Propolis - based
chitosan varnish: drug delivery, controlled release and antimicrobial activity
against oral pathogen bacteria. BMC Complementary and Alternative
Medicine 14(478):1-11

Garitty. G. M., Bell. J. A. and Lilburn. T. G, Taxonomic Outline of The Prokaryotes


Bergey’s Mannual of Systematic Bacteriologi, 2th Edition. United State of
America, Springer, New York Berlin Hendelberg. 2004. Hal 24-187.

Gusti, A. 2014. Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L.)


Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Sebagai Penyebab Abses
Periodontal Secara In Vitro. Universitas Mahasaraswati Denpasar. Bali.

Hendra R, Ahmad S, Sukari A, Shukor MY, Oskoueian E. Flavonoid analyses and


antimicrobial activity of various parts of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl
fruit. Int J Mol Sci. 2011;12: 3422-3431.

Herlina N, Fifi A, Aditia DC, Poppy DH, Qurotunnada dan Baharuddin T. 2015.
Isolasi dan identifikasi Staphylococcus aureus dari susu mastitis subklinis di
Tasikmalaya, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(3): 413-417

Hidayat, R & Napitupulu, M, 2015, Kitab Tumbuhan Obat, Jakarta Timur, Agriflo.
37

Iravani, S., Korbekandi, H., Mirmohammadi, S. V, & Zolfaghari, B. (2014).


Synthesis of silver nanoparticles: chemical, physical and biological methods,
9, 385–406.

J. Rodrigues, Oskar Faix, Jurgen Plus, and Helena Pereiral. 2001. Determination of
Monosaccharide Composition of Eucalyptus globulus Wood by FTIR
Spectroscopy. Holzforschung. 265-269.

Jawetz, Melnick, Adelberg‟s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba


Medika.

Jacoeb AM, A Abdullah dan R Rusydi. 2010. Karakteristik mikroskopik dan


komponen bioaktif tanaman genjer (Limnocharis flava) dari Situ Gede Bogor.
Akuatik. Jurnal Sumber daya Perairan 2, 1-6.

Kumar V. and S. K. Yadav. 2009. Plant mediated synthesis of silver and gol
nanoparticles and their application. J.. Chem. Technol. Biotechnol. 84(2):
151-157.

Kim, Y. (2015). Biogenic silver and gold nanoparticles synthesized using red
ginseng root extract, and their applications. Artificial Cells, Nanomedicine,
and Biotechnology. Jurnal PSR, 6(2): 1-13

Kalishwaralal K., S. BarathManiKanth, S.R.K. Pandian, V. Deepak, and S.


Gurunathan. 2010. Silver nanoparticles impede the biofilm formation by
Psedomonas aeruginosa and Staphylococcus epidermis. Colloids and
Surfaces B: Biointerfaces 47: 340-344.
Kubmarawa D, IFH Andenyang and AM Magomya. 2009. Amino acid profile of
two non-conventional vegetables, Sesamum indicum and Balanit aegyptiaca.
African Journal of Biotechnology 19, 3502-3504.

Kholoud MM. 2009. Synthesis and applications of silver nanoparticles. Arabian


Journal of Chemistry. 3: 135–140.
38

Khaydarov, R.R., Khaydarov, R.A., Estrin, Y., Evgrafova, S., Scheper, T., Endres,
C. and Cho, S.Y. 2009. Silver Nanoparticles. Nanomaterials: Risks and
Benefits, 4: 287-297

Kim, Y., Yang, D., Singh, P., Kim, Y., & Zhang, D. (2016). Biological Synthesis
of Nanoparticles from Plants and Microorganisms. Jurnal PSR, 6(2): 1-13

Li Q., S. Mahendra, D. Y. Lyon, L. Brunet, M. V. Liga, D. Li, and P.J.J. Alvarez.


2008. Antimicrobial nanomaterials for water disinfection of active
biomolecule in the water extract of Cacumen platcladi. Chem. Res. 56 (18):
5262-5270

Labar, J.L., O. Gezti, G. Safran, B.P Barna, L. Szekely, F. Misjak dan G. Radnoczi.
2009. Process Diffraction: A SAED- Based Method to Analyze Phases
Texture in Nano- Crystalline Thin Films in The TEM. Instrumentation and
Methodology,17(1): 540-54

Mariabel G., D. J. Guzman, and S. Godet. 2008. Synthesis of silver nanoparticles


by chemical reduction method and their antibacterial activity. International
Journal of Chemical and Biomolecular Engineering 2(7): 91-98

Michalak A. 2006. Phenolic compounds and their antioxidant activity in plants


growing under heavy metal stress. Review. Polish J. of Environ. Stud. 15(4):
523-530.
Nurjanah, A., Jacoeb,M., Nugraha, R., Permatasari, M., dan Sejati, T. K. A. 2014.
Perubahan Komposisi Kimia, Aktivitas Antioksidan, Vitamin C dan Mineral

Nurjanah, Jacoeb A. 2014. Tanaman Genjer (Limnocharis flava) Akibat


Pengukusan. Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. IPB. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Vol 3(3): 185-195

Parubak, A. S., 2013. Senyawa flavonoid yang bersifat antibakteri dari akway
(Drimys beccariana Gibbs). Papua: Universitas Negeri Papua

Pal S., Y.K. Tak, and J.M. Song. 2007. Does the antibacterial activity of silver
nanoparticles depend on the shape of the nanoparticle? A study of the
39

gramnegative bacterium Escherichia coli. Applied and Environmental


Microbiology p. 1712–1720.
Plantamor. (2008). Informasi Spesies. http://www.plantamor.com. (diakses tanggal
3 Oktober 2019)

Prastisi, I. A. (2019). Produksi Es Krim Kaya Serat Berbasis Bubur Genjer


(Limnocharis flava). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.

Reniwuryaan A.A. 2019. Sintesis Nanopartikel Perak Menggunakan Ekstrak Daun


Cengkih (Syzygium aromaticum L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri
Escherchia coli dan Staphylococcus aureus. Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pattimura Ambon.

Rahmi Y, Darmawi, Mahdi A, Faisal J, Fakhrurrazi, dan Yudha F. 2015.


Identification of Staphylococcus aureus in preputium and vagina of horses
(Equus caballus). Journal Medika Veterinaria. 9(2): 15-158

Ronson. 2012. UV/Vis/IR Spectroscopy Analysis of Nanoparticles.


NanoComposix, 1(1): 1-6

Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen


bioaktif dari kijing Taiwan (Anadonata woodiana Lea). Sebagai seyawa
antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. II (2): 119-132.

Sun J., J. Li, H. Fan, and S. Ai. 2013. Ag nanoparticels and vancomycin comodifed
layered double hydroxides for simultaneous capture and disinfection of
bacteria. J. Mater. Chem. B. 1:5436-5442.

Silooy. D.R. 2019. Sifat Antimikroba Nanopartikel Perak yang Disintesa Dengan
Menggunakan Daun Alifuru (Graptophyllum pictum L.) Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pattimura. Ambon.

Smith-Keary P.F. 1988. Genetic Elements in Escherichia coli. London: Macmillan


Molecular biology series.
40

Sondi, I. and Sondi, B.S. 2004. Silver Nanoparticle as Antimicrobacterial Agent: a


Case Study on E. coli as a Model for Gram-Negative Bacteria. J.
ColloidInterface Sci., 275: 177-182

Sileikaite, A.P, Igoris, P., Judita, J., Algimantas, G.A. 2006. Analysis of Silver
Nanoparticles Produced by Chemical Reduction of Silver Salt Solution.
Journal Material Science, 12(4): 1392-1320

Shankar, S.S. 2004. Rapid Synthesis of Au, Ag and Bi, metallic Au Core–Ag Shell
Nanoparticles using Neem (Azadirachta indica) Leaf Broth. Journal Coloid
Interface Science, 275(4): 496-502

Taylor, J.L., C. Lynch dan J.F. Dlugos. 2013. Particle Characterization of UV


Blocking Sunscreens and Cosmetics using UV/ Visible Spectroscopy.
PerkinElmer, 01136201:1-11

Wahyudi, T., Sugiyana, D., Helmy, Q., 2011. Sintesis Nanopartikel Perak dan Uji
Aktivitasnya terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus. Arena Tekstil, 26(1): 1-
60

Zhu, C., J. Harel, M. Jacques, C. Desautels, M. S. Donnenberg, M. Beaudury, and


J. M. Fairbrother. 1994. Virulence properties and attaching effacing activity
of E.coli O45 associated from swine post weaning diarrhea. Infection and
immunity 62: 4153-4
41

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Diffusal Disc Perak Nitrat

A. Perak nitrat pada bakteri Escherchia coli

B. Perak nitrat pada bakteri Staphylococcus aureus


42

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

A. Proses Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat yang disterilisasi basah Alat yang disterilisasi Bahan yang disterilisasi
kering menggunakan oven basah menggunakan
menggunakan autoclaf autoclaf

B. Pembuatan Ekstrak Daun Genjer

Pembersihan daun Genjer


Mengeringkan daun
Mencuci daun Genjer menggunakan aquades
menggunakan tisu
menggunakan air mengalir steril

Menimbang daun Genjer


sebanyak 10 gram Menggunting kecil-kecil Daun Genjer dipanaskan
daun Genjer selama 7 menit
43

Ekstrak air daun Genjer


Menyaring ekstrak air daun
yang sudah siap untuk
Genjer menggunakan
disintesis
vacum
C. Pembuatan Larutan Perak Nitrat

Menimbang AgNO3 Larutan AgNO3

D. Pembuatan Nanopartikel Perak menggunakan Ekstrak daun Genjer

E. Uji Antibakteri

Pengambilan ekstrak air Pencampuran dengan


daun Genjer larutan AgNO3
44

E. Uji Antibakteri

Pengukuran zona hambat


Metode Difusal Disc pada cawan petri

Anda mungkin juga menyukai