PENDAHULUAN
Maluku terkenal dengan sumber daya Alam yang melimpah, bukan hanya sumber daya
alam, sumber daya laut yang dimiliki juga beraneka ragam seperti ikan, udang, kepiting,
teripang, kerang mutiara, rumput laut, dan lain-lain. Daerah di Maluku yang memiliki potensi
rumput laut terbesar dan menjadikan rumput laut sebagai komoditas utama adalah Kabupaten
Maluku Tenggara (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 2012)
Anggur laut yang tersebar di Maluku tenggara salah satu jenisnya yaitu: Caulerpa
racemosa. Masyarakat mengenal-nya dengan sebutan “lat”. Untuk menikmati lat dapat dimakan
sebagai salad, maupun dimasak sebagai sayuran. Lat kaya akan serat, iodium, mineral-mineral
penting lainnya, serta mengandung senyawa fenol yang berperan penting sebagai antioksidan
Antioksidan baik bagi kesehatan dan penting untuk tetap menjaga mutu produk pangan
(Trilaksani; 2003). Antioksidan berasal dari makanan dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu
antioksidan zat gizi dan antioksidan non gizi. Antioksidan Sintesis harus diktonrol dengan baik
penggunaan pada bahan karena fungsi antioksidan dapat menjadi menjadi racun di dalam tubuh
akibat pemakaian yang berlebihan. Sehingga disarankan menggunakan antioksidan alami untuk
menambah asupan antioksidan yang dibutuhkan tubuh. Salah satu bahan pangan yang menjadi
sumber antioksidan alami adalah alga laut (Widyaningsih dkk.; 2017). Antioksidan berfungsi
untuk mengikat radikal bebas dengan meghambat reaksi oksidasinya. Senyawa radikal baru
1
dapat dihasilkan dari radikal bebas yang menyerang beberapa molekul di sekelilingnya dan
terjadi reaksi berantai dan terbentuk senyawa radikal baru (Sadikin; 2008).
Tubuh kita secara alami dapat menghasilkanradikal bebas misalnya pada proses
pernapasan. Radikal bebas terdiri dari berbagai macam spesies oksigen reaktif yang mampu
menyerang membran lipid, asam nukleat, protein dan enzim. Radikal bebas dapat
menghancurkan struktur sel-sel tubuh serta mengubah ukuran dan bentuknya. Kerusakan sel-sel
menggunakan metode DPPH. Salah satu-nya informasi reaktivitas dengan suatu radikal stabil
dapat diketahui dengan metode DPPH. Dalam identifikasi suatu senayawa dapat diketahui pada
panjang gelombang 517 terjadi serapan kuat dan ditandai dengan perubahanan warna mejadi
violet (ungu) gelap (Sunarni; 2005). (Nursandi; 2014), melakukan karakterisasi kimiawi rumput
laut lokal (Caulerpa sp.) dan potensinya sebagai antioksidan. Analisis kualitatif menunjukkan
bahwa ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) mengandung senyawa alkaloid, fenolik, flavonoid, dan
triterpenoid dengan tingkat yang berbeda. Senyawa alkaloid, fenolik, dan flavonoid telah banyak
dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan. (Chew dkk.; 2008) menyatakan bahwa didalam
rumput laut memgandung asam folat,tiamin, dan asam askobat yang berfungsi untuk menangkal
radikal bebas. Rumput laut juga mengandung senyawa caulerpenyne yang dapat menghentikan
terjadinya kanker,tumor,dan Pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak
anggur laut (Caulerpa racemosa) melalui penentuan aktivitas penangkal radikal bebas DPPH
antioksidan sangat kuat jika nilai IC50<50 ppm, kuat 50<IC50<100 ppm, sedang 100<IC50<150
ppm, lemah 150 ppm<IC50<200 ppm, dan sangat lemah IC50>200 ppm (Molyneux; 2004).
2
Penelitian yang dilakukan meliputi penentuan kadar air anggur laut, ekstraksi anggur laut
dilakukan menggunakan metode maserasi ditambahkan etil asetat, kemudian dilakukan uji
fitokimia terhadap ekstrak, yaitu uji fenolik, uji flavonoid, uji tanin, penentuan kandungan total
fenolik, dan penentuan kandungan total flavonoid. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan melakukan penelitian dengan judul “Aktivitas Antioksidan Anggur laut
3
I.2 Permasalahan
Permasalahan pada penelitian ini adalah berapa aktivitas antioksidan anggur laut
Adapun tujuan penelitian ini yaitu menentukan aktivitas antioksidan anggur laut
masyarakat umum tentang potensi antioksidan alami dari anggur laut asal perairan Kei, Maluku
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dari rumput laut Caulerpa racemosa menurut Dawson (1946) dalam
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Famili : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Kabupaten Maluku Tenggara merupakan penghasil rumput laut khususnya anggur laut
(Caulerpa racemosa) di Provinsi Maluku. Potensi laut yang tinggi ini menyadarkan masyarakat
untuk melestarikan lumbung ikan di perairannya dan meningkatkan pembudidayaan anggur laut
yang bernilai ekonomis tinggi dengan melakukan inovasi dengan daya jual yang tinggi sehingga
target produksi anggur laut dapat ditingkatkan dan dapat bermanfaat secara optimal (Labetubun;
2015).
5
a b c d
Gambar 1. Jenis-jenis Anggur Laut pada Perairan Kei, Maluku Tenggara. a. Caulerpa lentifera b.
Caulerpa racemosa c. Caulerpa serrulata d. Caulerpa taxifolia
Sumber: (Labetubun; 2015)
Anggur laut yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara hanya 5 jenis, yaitu Caulerpa
lentifera, Caulerpa racemosa, Caulerpa serrulata, dan Caulerpa taxifolia yang tumbuh subur di
perairan Kepulauan Kei dan dapat ditemukan sepanjang tahun. Namun, hanya terdapat 2 jenis
anggur laut yang bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat Maluku Tenggara, tanpa dimasak
yaitu Caulerpa lentifera dan Caulerpa racemosa (Labetubun; 2015). Deskripsi lima jenis anggur
a) Caulerpa lentifera
Anggur laut jenis ini banyak ditemukan pada daerah pasang surut, tumbuh pada dasar
berpasir dan berlumpur. Akar menancap pada subtrat pasir atau menempel pada batu, tetapi
6
sering juga tumbuh epifitik pada sela-sela padang Halimeda opuntia atau menempel pada sela-
sela karang. Caulerpa lentifera dimanfaatkan masyarakat sebagai sayuran dan lalapan dan
tanaman hias pada aquarium untuk ikan hias air laut (Labetubun; 2015).
b) Caulerpa racemosa
Thalus dengan cabang bulat yang merambat dan cabang lurus seperti anggur, tetapi
susunan ranting berbeda. Beberapa cabang atau tangkai padat dengan bentuk bola atau setengah
bola, kadang-kadang tangkai rata, setiap ranting tersusun dari tangkai pendek dan sebuah bola
pada ujungnya. Warna hijau sampai hijau terang. Caulerpa racemosa juga dimanfaatkan
masyarakat sebagai sayuran dan lalapan selain itu, alga jenis ini juga memiliki aktifitas anti
bakteri terhadap tiga jenis bakteri pathogen yang sering menyerang udang windu yaitu
2015).
c) Caulerpa serrulata
Thalus dengan cabang bulat yang merambat dan cabang-cabang lurus tersusun
menyempit, rata, gulungan spiral dan tali seperti daun pakis dengan gerigi yang jelas pada kedua
pinggirnya. Bagian bawah bulat seperti thalus bagian pangkal. Warnanya hijau pucat sampai
hijau gelap, sering warna hijau terang kekuningan pada bagian ujungnya. Tumbuh pada perairan
dangkal dengan akar menancap pada substrat pasir, atau menempel pada pecahan karang atau
batu. Ganggang laut jenis ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat (Labetubun; 2015).
d) Caulerpa taxifolia
Thalus dengan cabang silindris yang merambat dan cabang lurus seperti bulu ayam,
ranting berbentuk benang atau berbentuk bulu ayam dengan ujung bulat dan panjang. Warna
hijau sampai hijau terang. Caulerpa taxifolia bersifat sebagai antioksidan dan ekstrak methanol.
7
Thalus tumbuh menjalar didasar laut (terbenam dalam pasir), berwarna hijau tua, daunnya
menyerupai pakis dan tumbuh secara vertikal. Caulerpa taxifolia sekilas terlihat seperti
Caulerpa sertularoides, perbedaannya terdapat pada bentuk thalus. Batang dari Caulerpa
taxifolia berbentuk pipih dan agak keras bila di bandingkan dengan Caulerpa sertularoides.
Ganggang jenis ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat luas, hanya digunakan sebagai
tanaman hias aquarium untuk jenis ikan air laut (Labetubun; 2015).
Caulerpa racemosa disebut sebagai anggur laut karena tumbuh secara bergerombol atau
berumpun. Umumnya jenis alga ini berkembang biak dengan cara perkawinan gamet, persporaan
dan fragementasi thalus atau dikenal dengan vegetatif. Untuk pembuahan-nya gamet jantan
mengguakan cambuk atau flagella untuk membentu pergerakan saat proses pembuahan. Ciri khas
yang dimiliki Caulerpa racemosa yaitu berwarna hijau, dan memiliki thalus dengan stolon,
perakaran yang besar dan berbentuk runcing dan terlihat seperti paku. Juga memiliki ramuli
berdiameter antara 2-4 mm dan panjang hingga 8 cm, yang merupakan percabangan dari organ
8
utama atau stolo. (Dwihandita; 2009). Caulerpa racemosa stersebar luas karena sering tumbuh
Jenis ini tidak tahan pada kekeringan tumbuh pada kedalaman perairan yang pada saat
pasang surut rendah dan masih tergenang air, namun jenis ini sangat kuat melekat pada substrat
karena akarnya kokoh dan bercabang pendek. Komposisi kimia Caulerpa racemosa (Santoso
Kelompok alga laut genus Caulerpa mempunyai senyawa metabolit sekunder yang cukup
banyak. Metabolit yang dihasilkan dari Caulerpa adalah glikogliserolipid dan kelompok enol
sebagai anthelmintik (zat pembunuh cacing), juga alkaloid yang digunakan sebagai penurun
tekanan darah (Faulkner 2001 dalam Suhartini; 2003). Hasil penelitian Aryudhani;
2007)Caulerpa racemosa memiliki komponen non gizi seperti senyawa fenol yang diketahui
sebagai antioksidan. Kemampuan menghambat radikal bebas dari ekstrak rumput laut Caulerpa
9
II.2 Fitokimia
Dalam tumbuhan terdapat senyawa bioaktif yang memberikan efek kesehatan pada
manusia. Metode ini digunakan karena cara pengerjaannya yang sederhana, cepat, sedikit
menggunakan peralatan, dapat memberikan keterangan keberadaan senyawa dari golongan yang
di uji serta selektif. Selain itu, bagian tumbuhan yang digunakan hanya sedikit yang dibutuhkan
sehingga tidak akan merusak tumbuhan itu secara keseluruhan (Najib; 2018) Golongan senyawa
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan kelompok terbesar kandungan kimia sekunder dan sebagian besar
dibuat dari senyawa amonia. Lebih dari 12.000 alkaloid diketahui terdapat pada 20% jenis
tanaman dan hanya sedikit telah dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan. Dalam penggunaan
klinis, tanaman dengan turunan alkaloid digunakan sebagai analgesik, relaksan otot, antibiotik,
antikanker, antiaritmia, obat penenang, antipiretik (penurun demam), dan perangsang aditif.
Salah satu contoh senyawa turunan alkaloid adalah kafein yang digunakan sebagai perangsang
O
CH3
H3C N
N
O N N
CH3
Kafein
Penentuan golongan senyawa alkaloid secara KLT dapat dilakukan dengan menggunakan fasa
diam yaitu silika gel GF254 dan fasa gerak yaitu Etil asetat: Metanol: Air (100:13:10). Sampel
10
akan dilakukan penyemprotan dengan perekasi Dragendorff, dan memberikan noda yang
berwarna jingga sampai coklat, dan perekasi mayer akan memberikan noda warna putih dan
pereaksi Wagner akan memberikan noda warna coklat sampai kuning (Wagner dkk.; 1996).
2. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok penting dari polifenol yang secara luas terdapat di tanaman.
Lebih dari 4000 flavonoid diketahui ada dan beberapa dari mereka adalah pigmen pada
tumbuhan tingkat tinggi Contoh senyawa turunan flavonoid dari tumbuhan yang penting secara
OH
HO O
CH3
OH O
Flavanol
Penentuan golongan senyawa flavonoid dapat menggunakan serbuk seng (Zn) atau
magnesium (Mg), dan HCl. Senyawa flavonoid dapat ditunjukkan dengan menimbulkan warna
3. Fenolik (13%)
Fenolik dikenal sebagai komponen kimia yang memberi warna alami pada buah-buahan
dari tanaman. Fenolik mewakili sejumlah antioksidan alami yang digunakan sebagai
nutraceutical, antikanker, pencegah penyakit jantung dan kadang-kadang juga sebagai agen anti-
inflamasi. Salah satu contoh senyawa turunan fenolik adalah asam kafeat yang dapat dilihat pada
Gambar 5.
11
O
HO
OH
HO
Asam Kafeat
Penentuan golongan senyawa fenolik dapat dilakukan dengan menggunakan fase gerak
yaitu kloroform: metanol (9:1), sedangkan fase diam yaitu silika gel GF254. Senyawa fenolik
dapat ditunjukkan dengan pereaksi semprot FeCl3 yang memberikan bercak warna hijau
kehitaman, hijau atau biru kehijauan pada sinar tampak (Doughary; 2012).
4. Steroid
Steroid merupakan senyawa organik yang memiliki 17 karbon dan tersusun menjadi 4
cincin. Selain itu, steroid mengandung gugus –OH pada C3 dan juga beberapa pada posisi yang
berbeda seperti ikatan rangkap dua C5-C6 serta cincin aromatik. Secara luas steroid terdistribusi
dalam hewan dan tumbuhan. Steroid adalah senyawa bioaktif, beberapa steroid penting yaitu
vitamin D, asam-asam empedu, hormon seks, kortison atau kortisol (Talapatra dan Talapatra;
2015). Contoh senyawa turunan steroid adalah stigmasterol (Gambar 6) yang dapat digunakan
H3C CH3
CH3
CH3
CH3
HO
Stigmasterol
Gambar 6. Struktur dasar dari senyawa turunan steroid
12
Penentuan golongan senyawa steroid banyak diuji dengan dengan menggunakan reaksi
Lieberman-Burchard (anhidrat asetat-H2SO4) dan terjadi perubahan warna menjadi hijau atau
5. Saponin
Senyawa glikosida salah satu-nya adalah saponin, salah satu contoh senyawa turunan
saponin adalah asam oleanolat 3-O-β-D-glukuronida (Gambar 7) dari tumbuhan Aralia elata
yang berkhasiat sebagai antidiabetes (Cutler dan Cutler; 1999). Uji saponin yang sederhana ialah
mengkocok ekstrak alkohol-air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan diamati perubahannya,
jika terbentuk busa tahan lama pada permukaan cairan maka terkandung saponin dalam sampel
(Harborne; 2006).
H3C CH3
O
CH3 H3C
OH OH
O CH3
O
O
OH
H3C CH3
OH H
OH
6. Tanin
Tanaman obat yang banyak memiliki kandungan tanin digunakan sebagai antiseptik
karena adanya kelompok fenolik dan theaflafin (dari teh) merupakan salah satu con toh senyawa
13
Theaflavin
a) Tanin dapat mengendapkan protein, sebagai pereaksi digunakan larutan gelatin 1% atau
tannin gelatin-NaCl.
b) Tanin dengan pereaksi FeCl3 memberikan warna biru kehitaman karena terjadi
pembentukkan tanin galat atau perubahan warna hijau kehitaman karena pembentukkan
tannin katekol.
7. Antrakuinon
Antrakuinon banyak digunakan sebagai zat warna dan obat cuci perut atau laksatif. Salah satu
contoh senyawa turunan antrakuinon adalah aloe emodin dari tumbuhan Cascara seperti
OH
Aloe emodin
Gambar 9. Struktur dasar dari salah satu senyawa turunan antrakuinon
14
Penentuan golongan senyawa antrakuinon secara KLT dapat dilakukan dengan
menggunakan fase diam yaitu Silika gel GF 254 dan fase geraknya yaitu n-Propanol: Etil asetat:
Air (40:40:30). Antrakuinon dapat diketahui jika setelah dilakukan penyemprotan dengan larutan
5% KOH dalam mtanol memberikan noda berwarna ungun kemerahan pada sinar tampak dan
berflouresensi merah dibawah sinar UV 356 nm. Antron memberikan noda berwarna kuning
pada sinar tampak (Wagner dkk.; 1996). Antron merupakan suatu trisiklik aromatik keton yang
dihasilkan dari reduksi antrakuinon dan terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida. Struktur
Antron sering digunakan dalam uji selulosa dan penentuan kolorometrik dari karbohidrat.
Sama seperti antrakuinon, dalam farmasi antron juga digunakan sebagai laksatif. Namun
stimulasi antron lebih kuat antrakuinon dan itu sebabnya hanya digunakan dalam jumlah sdikit.
Selain itu juga, ada beberapa simplisia yang boleh digunakan setelah disimpan selama 1 tahun
untuk mengubah senyawa tersebut menjadi antrakuinon (Troy dan Beringer; 2006).
(Asmara; 2015) melakukan penelitian tentang kandungan senyawa fenol anggur laut
segar rebus (Caulerpa sp.) dari perairan Tual, Maluku. Analisis fitokimia dilakukan terhadap
rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus untuk Adanya komponen bioaktif Caulerpa sp.
15
Tabel 3. Fitokimia rumput laut Caulerpa sp.
II.3 Antioksidan
Antioksidan adalah komponen yang mampu melawan proses oksidasi.Reaksi ini akan
mendapatkan rekasi sampingan. Hasil reaksi dapat menghasilkan radikal bebas lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi. Radikal bebas akan segera bereaksi dengan antioksidan
Antioksidan dapat berubah menjadi radikal bebas jika salah satu elektron
didonorkan(Dekkers dkk., 1996 dalam (Helwig; 2008). Bersifat tidak stabil sehinga untuk
menjadi reaktif maka atom yang tidak berpasangan harus mencari dan memiliki pasangan
Radikal bebas akan berlangsung sepanjang hidup yang menjadi penyebab utama dari
proses penuaan sel dan berbagai penyakit degeneratif seperti strok, asma, gangguan paru, hati,
ginjal, diabetes militus, nerogeneratif seperti parkinson dan dementia atau pikun, bahkan radikal
16
bebas dapat juga menyebabkan AIDS. Radikal bebas yang sangat berbahaya antara lain adalah
golongan hidroksil (OH), superoksida (X2), nitrogen monoksida peroksida (NO) dan peroksil
(RO2). Senyawa golongan yang bukan radikal tetapi dengan mudah dapat menjurus ke reaksi-
reaksi radikal bebas antara lain adalah peroksinitrit (ONOO), asam hipoklorit (HOCl), dan
Antioksidan yang memiliki cincin benzena yang tidak jenuh dan gugus hidroksi atau
gugus amino yang pada umumnya mengandung struktur khusus. Menurut (Ketaren; 1986)
1. Golongan fenol
Antioksidan yang dimiliki golongan fenol umumnya memiliki intensitas warna yang
rendah atau bahkan tidak muncul warna saat di identifikasi, golongan fenol ini banyak digunakan
karena tidak beracun. Antioksidan dihasilkan dari alam sanatlah besar dibandingkan antioksidan
sintesis yang kecil jumlahnya,dan banyak digunakan untuk bahan pangan yang berlemak.
Adapun contoh antioksidan yang termsuk golongan fenol antara lain: hidrokuinon, gossipol,
2. Golongan amina
Antioksidan yang berpotensi tinggi dimiliki golongan amina yang mengandung gugus
amina yang umumnya terikat pada gugus benzena, namun beracun dan ketika direkasikan
dengan ion logam biasanya memunculkan warna yang intensif ketika dioksidasi. Golongan ini
stabil atau tahan panas, ekstraksi dengan dengan kaustik. Antioksidan jenis ini banyak digunakan
dalam industri non pangan, terutama pada industri karet. Beberapa contoh antioksidan ini adalah:
17
N, N’ difenil p-fenilendiamina, difenilhidrazin, difenilguanidin dan difenil amina. Antioksidan
3. Golongan amina-fenol
Golongan amina-fenol yang umumnya mengandung gugus fenolat dan amina merupakan
ini banyak digunakan dalam industri petroleum untuk mencegah terbentuknya gum dalam
gasoline. Beberapa contoh dari antioksidan golongan ini yaitu -butil-p-amino-fenol dan N-
sikloheksil-p-amino-fenol.
(Silvia dkk.; 2016) melakukan pengumpulan data base sumber antioksidan alami
alternatif berbasis pangan lokal di Indonesia. Beberapa bahan pangan lokal yang memiliki
18
tannin 2013
9 Kiwi (Actinidia deliciosa) Vitamin C, flavonoid, Inggrid dan
betakaroten, senyawa Santoso, 2014
Fenolik
10 Lidah Buaya (Aloe vera) Fenolik, flavonoid Baradaran dkk.,
2014
19
organic, 2012
enzim, asam fenolat,
flavonoid, beta-karoten
30 Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer) Flavonoid Latifah, 2013
Metode ini sangat banyak digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan . Senyawa
DPPH (2,2-difenil-1-fikrilhidrazil) merupakan senayawa stabil radikal bebas yang dapat bereaksi
dengan atom hidrogen dan membentuk DPPH tereduksi (Simanjuntak dkk.; 2000).
Prinsip pengujian dalam metode ini adalah senyawa yang diduga memiliki
aktivitas antioksidan akan melalui tahapan pengukuran dan penangkapan radikal DPP yang
nilai aktivitas IC 50 (Sulandi; 2013). Struktur molekul dari DPPH (Molyneux; 2004) dapat dilihat
pada Gambar 2.
a b
Gambar 3. Struktur molekul DPPH. a. Diphenylpicrylhydrazyl (radikal bebas) b.
Diphenylpicrylhydrazine (non radikal)
maka warna larutan yang muncul memiliki intensitas warna rendah dan menurun berdasarkan
konsentrasi dari bahan, maka dapat diketahui bahan gtersebut mengandung antioksidan (Gambar
20
4). Menggunakan IC50 sebagai konsentrasi dari larutan sampel sehingga terjadinya reduksi
aktivitas DPPH 50% dan merupakan paremeter pengujian metode DPPH (Molyneux; 2004).
Jika larutan DPPH ditambahkan pada bahan yang diduga mengandung antioksidan,
intensitas warna larutan DPPH akan menurun sesuai dengan konsentrasi dan daya hambat maka
bahan tersebut mengandung antioksidan(Gambar 4). IC50 (efficient concentration) atau disebut
dengan IC50 (inhibitionconcentration). IC50 merupakan konsentrasi larutan sampel yang akan
menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50% yang merupakan paremeter
DPPH* + AH DPPH-H + A*
Ekstraksi dilakukan dengan mencampurkan pelarut kedalam sampel uji dan dapat
dilakuan denhan dua cara ekstraksi yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstraksi cara panas
a. Maserasi
Simplisia yang digunakan untuk ekstraksi dicampur dan diaduk dengan pelarut
pada suhu ruang. Maserasi juga dapat dilakukan secara teknologi yang mememiliki
21
yaitu penambahan pelarut secara berulang, dimulai dengan penyaringan maserasi
b. Perkolasi
bahan selanjutnya tahapan maserasi yaitu tahap penampungan ekstrak sehingga diperoleh
ekstrak yang jumlahnya lebih dari bahan ekstraksi ini biasanya,ekstraksi ini terjadi pada
temperatur ruangan. Perkolasi sendiri adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut baru
a. Refluks
Ekstraksi ini dilakukan dengan titik didihnya, dengan jumlah pelarut yang terbatas
dan selama waktu yang tertentu yang stabil atau konstan karena pendingin balik.
Pengulangan yang dilakukan pada residu hingga 3-5 kali dilakukan hingga poses
Ekstaksi ini dilkukan dengan alat khsus sampai ekstraksi berkalnjutan dengan
pelarut yang jumlahnya relatif stabil atau konstan karena adanya pendingin balik.
atau molekul mengabsorpsi dan memancarkan cahaya. Sinar tampak (visible) adalah sinar
polikromatis yang dengan bantuan monokromator misalnya prisma dapat diuraikan menjadi
beberapa sinar monokromatis dengan berbagai panjang gelombang (Wiley dan Sons; 2007).
22
Spektrofotometri Uv-Vis melakukan analisis berbagai jenis sampel baik yang berwarna
maupun tidak, untuk senyawa yang tidak berwarna diukur pada panjang gelombang 200-400 nm,
dan untuk senyawa yang memilki warna pada 200-700 nm. Sel spektrofotometri baku (1x1 cm)
hanya dapat memuat 3 mL larutan sehingga untuk analisis diharapkan menggunakan sampel atau
bahan secukupnya. Adanya orbital ikatan (bonding) atau ikatan anti-bonding menyebabkan hal
ini terjadi karena panjang gelombang yang memiliki perbedaan tingkatan energi orbital yang
Kegunaan utama spektroskopi ini adalah untuk mengidentifikasi jumlah ikatan rangkap
atau konjugasi aromatik. Pelarut yang banyak digunakan untuk spektroskopi UV–Vis adalah
etanol 95% atau etanol absolut karena kebanyakan golongan senyawa larut dalam pelarut
23
BAB III
METODE PENELITIAN
III.2.1 Alat
4. Mikropipet (Eppendorf)
5. Spatula
8. Vortex (Scilogex)
III.2.2 Bahan
24
2. 1,1-diphenyl-2-picryhydrazil p.a (E. Merck)
12. Akuades
Anggur laut (Caulerpa racemosa) dari perairan Kei Kecil, Maluku Tenggara diambil
kemudian dimasukkan ke toples dan ditambahkan air laut, sampel ini dapat bertahan selama
kurang lebih 5-7 hari. Kemudian, sampel dibiarkan dalamtemperatur ruangan, dan dipreparasi.
Anggur laut yang diambil kemudian dibersihkan kotoran seperti dari pasir, batu, dan rumput
laut jenis lainnya. Setelah bersih, anggur laut dicuci dengan air sebanyak 3 kali kemudian
dikeringkan didalam oven pada suhu 90 oC sampai berat konstan, kemudian dihitung kadar air.
25
III.3.3 Pembuatan Ekstrak (Souhoka dkk.; 2019)
Ekstrak sampel dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil asetat. Sampel
asetat hingga sampel terendam. Selanjutnya dimaserasi selama 12 jam. Hasil ekstraksi disaring,
kemudian filtrat diuapkan menggunakan rotavapor. Hasil ekstrak anggur laut yang diperoleh
ditambahkan 2 tetes FeCl3 1% kemudian dikocok. Uji positif apabila menghasilkan warna
biru pekat.
ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 mL HCL 1%. Uji positif apabila menimbulkan
ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1% dan dikocok. Uji positif apabila menghasilkan warna
26
analisis dengan dua kali pengukuran. Sebanyak 0,1 mL ekstrak anggur laut (Caulerpa
racemosa) dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,1 mL reagen Folin-
2 mL larutan natrium karbonat 2%. Selanjutnya larutan disimpan dalam ruang gelap
selama 30 menit. Absorbansi diamati pada panjang gelombang 750 nm. Kandungan total
M ×V
Kandungan total Fenolik = × FP
W
Keterangan:
selanjutnya dianalisis dengan dua kali pengukuran. Sebanyak 0,1 mL ekstrak anggur laut
2%. Campuran diaduk kemudian absorbansinya diamati pada panjang gelombang 415
nm. Kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin dalam mg/g
ekstrak.
E× V × FP× 10−6
Kandungan total flavonoid =
W
Keterangan:
27
FP= Faktor pengenceran
Larutan DPPH (40 ppm) dibuat dengan cara menimbang 0,01 g DPPH, kemudian
dilarutkan dalam 250 mL kemudian ditambahkan metanol hingga tanda batas. Larutan segera
digunakan dan dijaga pada temperatur rendah dan terlindung dari cahaya.
Sebanyak 5 mL larutan DPPH (40 ppm) diamati serapannya pada rentang panjang
III.3.6 Penentuan aktivitas penangkal radikal bebas DPPH (Mulyani dkk.; 2013)
Sebanyak 2 mg ekstrak anggur laut dibuat larutan hingga didapati masing-masing larutan
sampel dengan beberapa konsentrasi yakni 10, 20, 30, 40, 50 dan 100 ppm. Larutan pembanding
kuersetin dibuat dengan konsentrasi 2,5; 5,0; 7,5; 10; dan 20 ppm. Larutan yang akan diuji
masing-masing dipipet sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi dan ditambah 2 mL larutan DPPH
0,004% (40 ppm) yang telah dibuat, kemudian didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar.
dihitung nilai nilai IC50 berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh. Semakin kecil nilai IC 50,
28
29