PROPOSAL
2017-76-015
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : BIOSINTESIS NANOPARTIKEL PERAK EKSTRAK
ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI
ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN
NAMA : JUAN CARLOS STEVANNO RISTERUW
NIM : 2017 – 76 – 015
MENGETAHUI
KATA PENGANTAR
Puji syukur di panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah menyertai dan
memberkati penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan
judul Biosintesis Nanopartikel Perak Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica
papaya) Sebagai Antibakteri dan Antioksidan. Proposal ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains (S.Si) pada Program Studi S1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Pattimura Ambon. Penulis menyadari sungguh bahwa penulisan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis hargai untuk
penyempurnaan penulisan ini kedepan. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu biologi.
Ambon, 2020
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………… vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
E. Antibakteri ……………………………………………………. 9
E. Antioksidan ……………………………………………………. 12
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu jenis nanopartikel yang memiliki manfaat yang luas yaitu
nanopartikel perak. Nanopartikel perak memiliki sifat antimikroba dan juga
antioksidan yang dapat digunakan dalam berbagai macam produk kesehatan (Xiu,
Zhang, Puppala, Colvin, & Alvarez, 2012). Keefektifan nanopartikel perak pada
umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsentrasi, bentuk dan
ukuran nanopartikel perak serta jumlah dan jenis bakteri yang berinteraksi dengan
nanopartikel itu sendiri (Sondi & Salopek-Sondi, 2004). Ukuran partikel yang
semakin kecil menyebabkan keefektifan nanopartikel perak semakin besar, oleh
sebab itu ukuran partikel perak menjadi penting dalam sintesis nanopartikel
perak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Carica papaya L.
Pepaya diperbanyak dengan biji, biasanya biji yang digunakan adalah biji
yang berwarna hitam dan biji yang putih dibuang karena bersifat abortus, yakni
tidak mempunyai embrio dan mati sejak buah pentil, sehingga untuk
menghasilkan tanaman pepaya yang sempurna sebaiknya biji yang akan dibiakkan
diambil dari buah pepaya yang telah matang dari pohon (Sunarjono, 2000).
Buah pepaya yang akan diambil bijinya untuk bakal benih harus memenuhi
persyaratan yaitu berasal dari jenis atau varietas unggul, buahnya matang dipohon,
dan bebas dari serangan hama ataupun akibat pemeraman, tidak dianjurkan untuk
diambil bijinya sebagai benih karena akan menghasilkan turunan yang kurang
baik (Putra, 2015).
1. Aktivitas antisicling
Penyakit sel sabit (SCD) hasil dari mutasi hemoglobin di dalam sel darah
merah, di mana asam glutamat di posisi ke-6 digantikan oleh valine. Studi
yang dilakukan Odoula (2006) menunjukkan bahwa ekstrak buah pepaya
mentah memiliki aktivitas anti sel sabit. Dalam penelitian lain yang dilakukan
oleh Imaga (2009), dikatakan bahwa ekstrak daun C. pepaya ditemukan
memiliki aktivitas antisickling yang cukup kuat dan sangat mempengaruhi
proses terjadinya sickling pada dosis yang paling efektif 5 dan 10 mg / ml.
2. Aktivitas anthelmintic
Berbagai macam tanaman dan ekstrak tanaman telah digunakan secara
tradisional untuk pengobatan infeksi cacing termasuk pepaya, yang kaya akan
enzim proteolitik yang dikenal untuk mencerna kutikula nematoda, memiliki
toksisitas yang rendah dan telah digunakan dalam pengobatan tradisional
terhadap nematoda gastrointestinal selama beberapa dekade. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Roy et al (2012) hasilnya menunjukkan bahwa Carica
pepaya memiliki aktifitas anthelmintic yang kuat.
13
3. Aktivitas fungal
Lateks dari C. papaya bersama dengan Flukazanol dapat menghambat
pertumbuhan Candida albicans dengan mendegradasi dinding sel parsial
karena kurangnya polisakarida di bagian terluar lapisan dinding sel jamur dan
pelepasan kepingan sel. Protein lateks berperan sebagai antifungal dan
konsentrasi protein minimum untuk menghasilkan penghambatan pada
konsentrasi sekitar 138 mg/dl (Giordiani et al, 1997).
4. Aktivitas antibakteri
Benih Carica papaya L. ditemukan memiliki aktivitas bakteriostatik
terhadap beberapa enteropatogen seperti bacillus subtilis, enterobacter
cloacae, escherichia coli, salmonella typhi, staphylococcus, proteas vulgaris,
pseudomonas aeruginosa dan klebsiella pneumonia. Di antara bakteri gram
positif dan gram negatif yang diuji ditemukan bahwa bakteri gram negatif
lebih rentan terhadap ekstrak (Giordiani et al, 1991).
5. Aktivitas antioksidan
Studi tentang Carica pepaya untuk aktivitas antioksidannya, kandungan
fenoliknya menggunakan berbagai bagian pepaya. Total konten fenolik
ekstrak ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu dan aktivitas antioksidan
adalah diuji menggunakan metode DPPH. Total konten fenolik dan aktivitas
antioksidan dari ekstrak sebagai asam galat ekivalen ditemukan tertinggi
dalam ekstrak segar. Berdasarkan penelitian Sugihartini dan Nuryanti (2017),
aktivitas antioksidan yang sangat aktif disebabkan kombinasi zat aktif ekstrak
etanol daun muda pepaya yang mengandung asam askorbat, β-karoten, asam
tocopherol, flavonoid, fenolat, karetenoid, dan derivat asam hidroksinamit.
C. Nanopartikel Perak
Nanopartikel adalah material dengan rentang ukuran 1-100 nm (Lalena et al.,
2008). Ariyanta et al. (2014) menyebutkan bahwa munculnya puncak absorbansi
pada panjang gelombang ±410 nm yang mengindikasikan terbentuknya
nanopartikel perak.
14
Secara umum sintesis nanopartikel dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu
sintesis dengan menggunakan metode fisik, sintesis dengan menggunakan metode
kimia, dan sintesis dengan menggunakan metode biologi (Dhand et al., 2015).
E. Antibakteri
F. Antioksidan
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dan reaksi tersebut menghasilkan
hasil samping berupa radikal bebas, selanjutnya radikal bebas yang terbentuk ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya. Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas lain yang siap menyerang molekul yang lainnya lagi.
Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakan. Tetapi bila
terdapat antioksidan, radikal bebas akan segera bereaksi dengan antioksidan
membentuk molekul yang stabil dan reaksinya terhenti. Selain jenis antioksidan
18
enzimatis, juga dikenal jenis antioksidan non enzimatis. Jenis ini dapat berupa
golongan vitamin seperti vitamin C, A, dan E, golongan mineral seperti selenium
dan seng serta golongan senyawa senyawa fenolik, flavonoid dan karotenoid
(betakaroten, likopen, lutein) dan yang khusus dari hewan yaitu astaxanthin
(Saurisari, 2006). Antioksidan sintetik yaitu yang dibuat dari bahan-bahan kimia
secara sintetis, antara lain butyl hidroksi anisol (BHA), butyl hidroksi toluene
(BHT), terbutil hidroksi quinon (TBHQ), propil galat (PG), dan
nordihidroguairatic acid (NDGA).
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak
stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan. Atom tersebut berusaha untuk memiliki
pasangan elektron, sehingga sifatnya sangat reaktif. Atom ini cenderung mencari
partikel dari molekul lain dan kemudian membuat senyawa baru yan tidak normal.
Partikel atau elektron yang dijadikan pasangan baru itu bisa diambil dari DNA,
membran/selaput sel, membran lisosom (bagian sel yang mengandung enzim
hidrolitik), mitokondria (tempat produksi energi sel), enzim-enzim, lemak, protein
serta komponen jaringan lain (Kosasih dkk., 2005). Pembentukan radikal bebas
dan reaksi oksidasi pada biomolekul akan berlangsung sepanjang hidup. Penyebab
utama dari proses penuaan sel dan berbagai penyakit degeneratif seperti strok,
asma, gangguan paru, hati, ginjal, diabetes militus, radang usus, penyumbatan
kronis pembuluh darah jantung (jantung koroner), nerogeneratif seperti parkinson
dan dementia/pikun, bahkan radikal bebas dapat juga menyebabkan AIDS.
Radikal bebas yang sangat berbahaya antara lain adalah golongan hidroksil (OH),
superoksida (O2), nitrogen monoksida peroksida (NO) dan peroksil (RO 2).
Sedangkan golongan yang bukan radikal tetapi dengan mudah dapat menjurus ke
reaksi-reaksi radikal bebas antara lain adalah peroksinitrit (ONOO), asam
hipoklorit (HOCl) dan hidrogenperoksida (H2O2) (Silalahi, 2006).
Radikal bebas bisa berasal dari dalam tubuh kita sendiri maupun
lingkungan. Di dalam tubuh, setiap proses sel normal yang melibatkan oksigen
misalnya pernafasan atau pencernaan akan menghasilkan radikal bebas, maka
radikal bebas dapat berasal dari endogen maupun eksogen yang terjadi melalui
19
1. Klasifikasi antioksidan
a. Vitamin C
b. Flavonoid
c. Polifenol
Hasil perhiyungan
No Peneliti Sampel Golongan
IC50 (ppm)
1 Suhaling S, (2010 Kacang merah 164,44 Lemah
2 Handayani V dkk. (2014) Daun patikala 30,65 Kuat
3 Handayani V dkk. (2014) Bunga patikala 101,84 Lemah
4 Widianingsih (2016) Buah naga 67,42 Kuat
merah
5 Petrina R dkk. (2017) Kulit biji pinang 29,42 Kuat
sirih
Mahatriny dkk (2014), melakukan penelitian untuk mengetahui kadar air dan
kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun pepaya (Carica
papaya L.) yang diperoleh dari daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali
berdasarkan uji skrining fitokimia. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu yaitu ekstraksi dengan maserasi mengunakan etanol 96%, penetapan kadar
air ekstrak, dan skrining fitokimia. Adanya komponen bioaktif Carica papaya L.
disajikan pada Tabel 5.
23
Minyak atsiri -
Alkaloid +
Triterpen -
Steroid -
Flavanoid +
Saponin -
Tanin +
Glikosida +
Keterangan: + = Terdeteksi
- = Tidak terdeteksi
Sumber: (Mahatriny dkk, 2014)
Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan ini adalah pengukuran aktivitas
antioksidan secara kuantitatif, yaitu dengan melakukan pengukuran penangkapan
radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dengan
24
a b
Gambar 6. Struktur molekul DPPH. a. Diphenylpicrylhydrazyl (radikal bebas) b.
Diphenylpicrylhydrazine (non radikal)
Larutan DPPH berwarna ungu menyerap kuat pada panjang gelombang 515
nm. Metode DPPH telah digunakan luas untuk menguji kemampuan sebagai
antioksidan dari suatu senyawa atau komponen dari berbagai sampel berbentuk
padat atau cair (Darmawan dkk., 2004). Jika larutan DPPH ditambahkan pada
bahan yang mengandung antioksidan, intensitas warna larutan DPPH akan
menurun sesuai dengan konsentrasi dan daya hambat bahan yang mengandung
antioksidan, (Gambar 7). Parameter yang digunakan untuk menginterpretasikan
hasil pengujian dengan metode DPPH adalah EC50 (efficient concentration) atau
disebut dengan IC50 (inhibitionconcentration). IC50 merupakan konsentrasi larutan
sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50%
(Molyneux, 2004).
DPPH* + AH DPPH-H + A*
H. Eschericia coli
Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup
dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Nama bakteri
ini diambil dari nama seorang bacterialogist yang berasal dari Germany yaitu
Theodor Von Escherich, yang berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertama kali
pada tahun 1885. Dokter Escherich juga berhasil membuktikan bahwa diare dan
gastroenteritis yang terjadi pada infant adalah disebabkan oleh bakteri
Escherichia coli (Jawetz dkk., 1995).
filamentous. Tidak ditemukan spora. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasang, dan
dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Escherichia coli membentuk
koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Jawetz dkk.,
1995). Biasanya sel ini bergerak dengan flagella petrichous. Escherichia coli
memproduksi macam-macam fimbria atau pili yang berbeda, banyak macamnya
pada struktur dan speksitifitas antigen, antara lain filamentus, proteinaceus, seperti
rambut appendages di sekeliling sel dalam variasi jumlah. Fimbria merupakan
rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh panas atau organ spesifik yang
bersifat adhesi. Hal itu merupakan faktor virulensi yang penting. Escherichia coli
merupakan bakteri fakultatif anaerob, kemoorganotropik, mempunyai tipe
metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya paling sedikit
banyak di bawah keadaan anaerob (Collier, 1998).
Pertumbuhan yang baik pada suhu optimal 37oC pada media mengandung 1%
pepton sebagai sumber karbon dan nitrogen. Escherichia coli memfermentasikan
laktosa dan memproduksi indol.
I. Staphyllococcus aureus
Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat, yang
tersusun dalam bentuk gerombolan tak beraturan seperti buah anggur.Bakteri ini
dapat melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam
pigmen dari warna putih hingga kuning gelap. S.aureus tumbuh dengan sangat
baik pada temperature 25-35⁰C. Koloni pada media padat berbentuk bulat dan
mengkilat. Bakteri ini memiliki 4 karakteristik khusus yaitu factor virulensi yang
menyebabkan penyakit berat pada normal host, factor diferensiasi yang
menyebabkan penyakit berbeda pada tempat, factor persisten yaitu bakteri pada
lingkungan dan manusia membawa gejala carrier, dan factor resistensi terhadap
berbagai antibiotic yang sebelumnya masih aktif. S. aureus menghasilkan katalase
yang mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen (Jawetz et al, 2001)
dalam (Wasitaningrum, 2009).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram-positif yang berdiameter 0,5-
1,5 µ , tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Pada media biakan, bakteri ini
berbentuk bulat yang terlihat tunggal, berkelompok atau bankan dapat tersusun
seperti rantai beberapa strain dari bakteri ini memiliki kapsul. (Vasanthakumari,
2007).
Bakteri ini pertama kali diamati dan dibiakan oleh Pasteur dan Koch,
kemudian diteliti secara lebih terinci oleh Ogston dan Rosenbach pada era tahun
1880-an. Nama genus Staphylococcus diberikan oleh Ogston karena bakteri ini,
pada pengamatan mikroskopis berbentuk seperti setangkai buah anggur,
sedangkan nama spesies aureus diberikan oleh Rosenbach karena pada biakan
murni, koloni bakteri ini terlihat berwarna kuning-keemasan. Rosenbach juga
mengungkapkan bahwa S. aureus merupakan penyebab infeksi pada luka dan
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
D. Prosedur Kerja
1. Preparasi sampel
Daun pepaya (Caricia papaya) diambil dan dibersihkan dari kotoran.
Setelah bersih daun papaya dicuci dengan aquades kemudian ditimbang 25 g
dan dihaluskan menggunakan blender.
2. Ekstraksi sampel
Ekstraksi sampel dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol. Sampel yang telah sihaluskan dimasukan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan pelarut etanol 200 mL hingg sampel terendam. Selanjutnya
dimaserasi menggunakan shaker 12 jam pada suhu ruang. Hasil ekstraksi
disaring menggunakan pompa vakum, kemudian filtrate diuapkan
menggunakan rotary evaporator. Hasil ekstraksi yang diperoleh dalam
keadaan kental kemudian ditimbang. Setelah ditimbang tambahakan etanol
sampai sampel terendam dan diamkan selama 1 malam.
campuran dari kuning muda menjadi kuning kecoklatan. Ratio yang akan
dipakai adalah 1:9, 2:8, 3:7, 4:5, dan 5:5 ratio yang menghasilkan
nanopartikel yang paling stabil (tidak terjadi agregasi) selama minimal 2
minggu setelah dibuat.
gelas Erlenmeyer tersebut diatas shaker dan dishaker selama 12-16 jam.
Encerkan bakteri yang telah ditumbuhkan dengan aquades steril dan
diukur dengan menggunakan spektrofotometer untuk mendapatkan OD
620 antara 0,08-0,13 dengan konsentrasi bakteri sebesar 1x108cfu/ml.
A 0− A 1
I= x 100 % ……………Pers 1
A1
Keterangan :
I = Persentasi Inhibisi/Penghambat (%)
A0 = Absorbansi Blanko (Pelarut + DPPH)
konsentrasi IC50.
34
E. Analisa Data
Hasil uji antibakteri yang diperoleh dari pengukuran menggunakan
metode difusal disk kemudian dianalisi secara statistik menggunakan uji T.
35
DAFTAR PUSTAKA
Collier, L. B., & A Sussman, M. (1998). Topley & Wilson's Microbiology and
microbial infections, Vol 3-Bacterial infections.
Darmawan, A., Sundowo, A., Fajriah, S., & Artanti, S. (2004). Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Aktif Antioksidan Metode Peredaman Radikal Bebas
DPPH(1, 1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dari Ekstrak Daun Benalu Cemara
(Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.), Uji Aktivitas Antioksidan dan
Toksisitas Ekstrak Metanol Beberapa Jenis Benalu, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jurnal Kimia Indonesia.
Dhand, C., Dwivedi, N., Loh, X. J., Ying, A. N. J., Verma, N. K., Beuerman, R.
W., ... & Ramakrishna, S. (2015). Methods and strategies for the synthesis
of diverse nanoparticles and their applications: a comprehensive
overview. Rsc Advances, 5(127), 105003-105037.
36
Food and Drug Administration. (2012). Bad bug book, foodborne pathogenic
microorganisms and natural toxins. Gram-positive bacteria. Second edition.
Lampel K, Al-Khaldi S, Cahill S, editors. Silver Spring: Center for Food
Safety and Applied Nutrition of the Food and Drug Administration (FDA),
US Department of Health and Human Services.
Giordani, R., Siepaio, M., Moulin‐Traffort, J., & Regli, P. (1991). Antifungal
action of Carica papaya latex: Isolation of fungal cell wall hydrolysing
enzymes: Die antimyzetische Wirkung von Carica papaya‐Milchsaft:
Nachweis pilzzellwandhydrolysierender Enzyme. Mycoses, 34(11‐12), 469-
477.
Guzman, M.G., Jean D., dan Stephan G. 2009. Synthesis of silver nanoparticles
by chemical reduction method and their antibacterial activity. International
Journal of Chemical and Biomolecular Engineering 2:3
Hamid, A. A., Aiyelaagbe, O. O., Usman, L. A., Ameen, O. M., & Lawal, A.
(2010). Antioxidants: Its medicinal and pharmacological
applications. African Journal of pure and applied chemistry, 4(8), 142-151.
Haryono, A. dan S.B. Harmami. 2010. Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat
Katun sebagai Produk Jadi Tekstil Antimikroba. Jurnal Kimia Indonesia, 5
(1): 1-6
Haryono, A., Sondari, D., Harnami, S. B., & Randy, M. (2008). Sistesa
Nanopartikel Perak Dan Potensi Aplikasinya. Journal of Industrial
Research (Jurnal Riset Industri), 2(3).
37
Imaga, N. O. A., Gbenle, G. O., Okochi, V. I., Akanbi, S. O., Edeoghon, S. O.,
Oigbochie, V., ... & Bamiro, S. B. (2009). Antisickling property of Carica
papaya leaf extract. African Journal of Biochemistry Research, 3(4), 102-
106.
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., Brooks, G. F., Butel, J. S., & Morse,
S. A. (1995). Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi
20. EGC, Jakarta.
Kosasih, E. N., Tony, S., & Hendro, H. (2006). Peran Antioksidan pada Lanjut
Usia. Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta.
Lalena, J.N., D.A. Cleary, E.E. Carpenter dan N.F. Dean. 2008. Inorganic
Materials Synthesis and Fabrication. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
211-230
Oduola, T., Adeniyi, F. A. A., Ogunyemi, E. O., Bello, I. S., & Idowu, T. O.
(2006). Antisickling agent in an extract of unripe pawpaw (Carica papaya):
is it real?. African Journal of Biotechnology, 5(20).
Okawa, M., Kinjo, J., Nohara, T., & ONO, M. (2001). DPPH (1, 1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl) radical scavenging activity of flavonoids obtained from
some medicinal plants. Biological and Pharmaceutical Bulletin, 24(10),
1202-1205.
Putra, W. S. (2015). Kitab Herbal Nusantara: Aneka Resep dan Ramuan Obat
untuk Berbagai Gangguan Kesehatan.
Roy, S. D., Goswami, R., Das, S., Shil, D., Baniya, R., & Haldar, S. (2012).
Pharmacognostic evaluation and anthelmintic activity of leaf and stem
extract of carica papaya. Journal of Pharmacy Research, 5(9), 4763-4766.
Silvia, D., Katharina, K., Hartono, S. A., Anastasia, V., & Susanto, Y. (2016).
Pengumpulan Data Base Sumber Antioksidan Alami Alternatif Berbasis
Pangan Lokal di Indonesia. Surya Octagon Interdisciplinary Journal of
Science and Technology, 1(2), 181-198.
Simanjuntak, P., Parwati, T., Lenny, L. E., Tamat, S. R., & Murwani, R. (2004).
Isolasi dan identifikasi senyawa antioksidan dari ekstrak benalu teh
(Scurrula oortiana (Korth) Danser). Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia, 2(1), 19-24.