Anda di halaman 1dari 6

BAB III

METODE PENELTIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari-Agustus 2019 dan

dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Dasar, analisis FTIR

dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura. Uji edible film dilakukan di

Universitas Hassanudin, Makassar.

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

Alat-alat yang akan digunakan adalah:

1. Pisau

2. Blender

3. Seperangkat alat refluks

4. Cawan porselen

5. Cawan Petri (Pyrex)

6. Desikator (Duran)

7. Oven (Mammert)

8. Termometer

9. Stopwatch

10. Hot plate dan magnet stirrer (Cimarec 2)

21
11. Penyaring vakum

12. Statif dan Klem

13. Seperangkat alat gelas (Pyrex)

14. Timbangan analitik (Denver Instrument XP-3000)

15. Tanur

16. FT-IR (Prestige 21 Shimadzsu)

17. pH meter (Cultiline)

18. Mikrometer

19. Tensile strength meter

20. Elongation tester industriesmodel SSB 0500

III.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan adalah:

1. Limbah kulit buah kakao

2. Akuades

3. HCl (p.a Merck)

4. Alkohol 96%

5. Etanol 95% (p.a Merck)

6. Indikator pp (p.a Merck)

7. NaCl (p.a Merck)

8. NaOH (E. Merck)

9. Gliserol 0,65%

10. CaSO4 0,05%

11. Tepung Tapioka

22
12. Kertas saring

III.3 Prosedur Penelitian

III.3.1 Pengambilan sampel

Sampel kulit buah kakao di ambil dari desa Sepa, Kecamatan Amahai,

Kabupaten Maluku Tengah.

III.3.2 Isolasi pektin

III.3.2.1 Preparasi kulit kakao

Kulit buah kakao dibersihkan dari kotoran dengan cara dikupas kulit

terluarnya kemudian dicuci. Setelah itu dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dalam

oven pada suhu 105 °C selama 24 jam. Selanjutnya dihaluskan menggunakan

blender.

III.3.2.2 Ekstraksi pektin

Kulit kakao halus ditambahkan akuades dan larutan HCl 5% hingga pH 2,8.

Ekstraksi dilakukan dengan cara direfluks selama 120 menit pada 95 °C. Campuran

yang telah diekstrak disaring untuk memisahkan filtrat. Selanjutnya filtrat dipekatkan

dengan pemanasan pada suhu 95 °C sehingga volumenya setengah dari volume

awalnya. Filtrat ini disebut filtrat pektin.

III.3.2.3 Pengendapan pektin

Filtrat dipekatkan lalu didinginkan, kemudian dilakukan pengendapan pektin

dengan menambahkan alkohol 96%. Perbandingan filtrat dengan alkohol yang

ditambahkan adalah 1:1,5 campuran diaduk kemudian didiamkan selama 12 jam.

Endapan pektin yang terbentuk disaring dengan saringan vakum.

23
III.3.2.4 Pencucian dan pengeringan pektin

Endapan pektin yang diperoleh ditambahkan alkohol 96% kemudian diaduk,

selanjutnya dilakukan penyaringan dengan penyaring vakum. Hal ini dilakukan

beberapa kali sampai pektin tidak bereaksi dengan asam. Pektin yang tidak bereaksi

dengan asam ialah pektin yang tidak berwarna merah bila ditambah dengan indikator

phenolphtalein (indikator pp). Pengeringan pektin dilakukan terhadap pektin basah

dan hasil pencucian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 °C selama 8 jam.

III.3.3 Analisis FTIR

Pektin hasil pencucian dan pengeringan diambil 0,2 g kemudian dianalisis

menggunakan spektrofotometer FTIR.

III.3.4 Analisis Pektin

III.3.4.1 Berat Ekivalen (BE)

Pektin sebanyak 0,2 g ditambahkan 2 mL etanol 95% dan dilarutkan dalam

NaCl 2,5%. Larutan hasil campuran dititrasi dengan indikator pp sebanyak 5 tetes dan

dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah, volume titran

dicatat.

bobot sampel(mg)
BE = ...(1)
V NaOH ( mL ) x N NaOH

III.3.4.2 Kadar metoksi

Larutan hasil analisis berat ekivalen (BE) ditambah 25 mL larutan NaOH 0,2

N diaduk dan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar pada keadaan tertentu.

Kemudian ditambahkan 25 mL larutan HCl 0,2 N dan ditetesi dengan indikator pp

24
sebanyak 5 tetes kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi

perubahan volume titran.

V NaOH x N NaOH
Kadar metoksi = x 100 % ...(2)
Bobot sampel ( mg )

III.3.4.3 Kadar asam galakturonat

Pengaruh kadar asam galakturonat dihitung dari mL ekivalen (mek) NaOH

yang diperoleh dari penentuan bilangan ekivalen dan kadar metoksi.

( mEq NaOH dari BE+ mEq metoksi ) 176


Kadar asam galakturonat = x 100 %
bobot sampel ( mg )

...(3)

III.3.4.4 Kadar air

Sebanyak 0,2 g pektin dalam cawan porselen dikeringkan dalam oven pada

suhu 105 °C selama 3 jam, kemudian didinginkan dan ditimbang. Sampel dipanaskan

lagi dalam oven selama 30 menit lalu didinginkan dan ditimbang hingga konstan.

bobot sampel awal−bobot sampel akhir


Kadar air = x 100 %
bobot sampel a wal

...(4)

III.3.4.5 Kadar abu

Sebanyak 0,2 g pektin diletakkan dalam cawan pengabuan, dimasukkan dalam

tanur dalam 600 °C selama 90 menit, kemudian abu didinginkan sampai suhu kamar

dan ditimbang bobotnya.

gram abu
Kadar abu = x 100 % ...(5)
gram sampel

III.3.4.6 Derajat esterifikasi

25
Pengukuran derajat esterifikasi dihitung dari kadar metoksi dan asam

galakturonat yang dihasilkan.

% metoksi x BM metoksi
Derajat esterifikasi = x 100% ...(6)
% AG x BM AG

III.3.5 Pembuatan Edible Film (Amaliyah, 2014)

Dalam pembuatan edible film, dua jenis larutan disiapkan. Pertama pektin

dilarutkan kedalam CaSO4 0,05% (b/b pektin) dalam 150 mL akuades. Larutan kedua

berisi 4 g tapioka dilarutkan kedalam akuades 150 mL, dipanaskan pada hot plate

selama 30 detik (sampai berubah menjadi bening). Kemudian larutan tapioka dituang

ke dalam beaker glass yang telah berisi larutan pektin dan CaSO4 0,05%. Selanjutnya

ditambahkan gliserol 0,65% (b/v) kemudian diaduk dan dipanaskan hingga suhu 80–

85 °C (dipertahankan selama 10 menit). Larutan ini siap dicetak dan dikeringkan

pada suhu 80 °C selama 12 jam.

Edible Film tersebut diuji kuat tarik, pH, ketebalan, persen elongasi, dan laju

transmisi uap air.

26

Anda mungkin juga menyukai