HASIL PENELITIAN
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
kekurangan yang perlu disempurnakan, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan hasil penulisan ini. Hasil penelitian ini
dapat terselesaikan bukan karena kemampuan penulis, namun berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan
beserta staf.
2. Dr. Yusthinus T. Male, M.Si. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Pattimura.
iii
meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga proses
S.Si., M.Si selaku Penguji III yang sudah memberikan motivasi serta nasihat
yang baik kepada penulis sehingga proses penelitian dan penulisan hasil
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Pattimura yang telah
pelaksanaan penelitian.
pelaksanaan penelitian.
9. Kepada yang tercinta Papa dan Mama yang telah memberikan dukungan moral,
spiritual serta doa yang tulus dalam menunjang penulis selama berada di
bangku perkuliahan.
10. Adikku tersayang, Ahmad Mandaya, serta keluarga lainnya yang selalu
iv
11. Sepupu-sepupuku tersayang: Erna, Erni, Annisa, dan Sondi terima kasih atas
penulis selama proses penelitian hingga penulisan hasil penelitian ini dapat
terselesaikan.
awal proses perkuliahan, penelitian, hingga penulisan hasil penelitian ini dapat
terselesaikan.
13. Teman-teman tersayang: kk Syaid, kk Adhi, Ella, Indah, Pinky, Blessing, Lia,
dan Sukma terima kasih atas kebersamaan selama ini dan selalu memberikan
14. Teman-teman Cyanide’16, Kakak bina C’13, dan Adik Bina 2019, terima kasih
15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang selalu memberikan
dukungan, doa, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian dengan
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………......... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………….................. ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
ABSTRAK ………………………………………………………………… xiii
ABSTRACT .................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
I.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
I.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8
II.1 Ikan Baronang (Siganus guttatus) .................................................... 8
II.2 Protein ............................................................................................. 11
II.3 Asam Amino ................................................................................... 12
II.3.1 Sifat-sifat asam amino ......................................................... 13
II.3.2 Fungsi asam amino………………………………………... 13
II.3.3 Jenis-jenis asam amino……………………………………. 15
II.3.3.1 Asam amino esensial………………………………………….. 15
II.3.3.2 Asam amino non esensial……………………………………... 18
II.4 Hidrolisis Protein………………………………………………….. 21
II.5 Prinsip Analisis Metode Kjeldhal………………………………… 21
vi
II.6 Ultra Performance Liquid Chromatograpy (UPLC)…………… 25
II.7 Mineral…………………………………………………………... 28
vii
IV.3 Analisis Asam Amino….……………………………………………42
IV.3.1 Isolasi protein bebas lemak………………………………….42
IV.3.2 Analisis komponen aam amino yang dihidrolisis
secara asam…………………………………………………..44
IV.3.3 Analisis komponen asam amino yang dihidrolisis
secara basa………………………………………………….46
IV.4 Kadar Abu Daging Ikan Baronang (Siganus guttatus)……….……....48
IV.5 Kandungan Mineral dalam Daging Ikan Baronang
(Siganus guttatus).................................................................................48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 52
V.1 Kesimpulan ..................................................................................... 52
V.2 Saran ............................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54
LAMPIRAN .................................................................................................... 60
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
Analisis Asam Amino dan Mineral (Kalsium, Magnesium, dan Besi) pada Ikan
Baronang (Siganus guttatus) Asal Pulau Osi Kabupaten Seram Bagian Barat
Abstrak
Telah dilakukan penelitian analisis asam amino dan mineral (Kalsium, Magnesium,
dan Besi) pada Ikan Baronang (Siganus guttatus) Asal Pulau Osi Kabupaten Seram
Bagian Barat. Identifikasi komponen asam amino menggunakan UPLC. Hidrolisis
asam amino dilakukkan secara asam menggunakan H2SO4 pekat 6 M dan hidrolisis
secara basa menggunakan Ba(OH) 6 M. Hasil analisis diperoleh kandungan asam
amino pada sampel ikan baronang yang dihidrolisis secara asam diperoleh 15 jenis
asam amino yaitu: serin (307,29 mg/kg), asam glutamat (2163,10 mg/kg), fenilalanin
(881,01 mg/kg), isoleusin (1119,05), valin (1181,21 mg/kg), alanin (1220,18 mg/kg),
arginin (967,49 mg/kg), glisin (708,96 mg/kg), lisin (1543,21 mg/kg) asam aspartat
(520,47 mg/kg), leusin (1682,54 mg/kg), tirosin (216,07 mg/kg) prolin (704,81 mg/kg),
treonin (678,66 mg/kg), dan histidin (455,76 mg/kg). Ikan Baronang yang dihidrolisis
secara basa diperoleh 14 jenis asam amino yaitu: asam glutamat (444,61 mg/kg),
fenilalanin (430,80 mg/kg), isoleusin (464,95 mg/kg) valin (525,27 mg/kg), alanin
(734,00 mg/kg), glisin (428,40 mg/kg), lisin (384,77 mg/kg), asam aspartat (107,91
mg/kg) leusin (853,50 mg/kg) tirosin (327,03 mg/kg), prolin (364,07 mg/kg), histidin
(39,41 mg/kg), metionin (38,17 mg/kg), dan triptofan (63,73 mg/kg). Hasil analisis
kandungan mineral menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) menunjukkan
bahwa sampel ikan baronang memiliki kandungan Kalsium (Ca) sebanyak 232.185,09
mg/kg, Magnesium (Mg) sebesar 153.176,66 mg/kg dan Besi (Fe) 1.507,09 mg/kg.
Kata Kunci : Asam amino, besi, ikan baronang, kalsium, magnesium, SSA, UPLC.
xiii
Analysis of Amino Acids and Minerals (Calcium, Magnesium, and Iron) in
Baronang Fish (Siganus guttatus) from Osi Island, West Regency
Abstract
Amino acid and mineral analysis research has been carried out (Calcium,
Magnesium, and Iron) on Baronang Fish (Siganus guttatus) from Osi Island, West
Seram Regency. Identification of amino acid components using UPLC.Hydrolysis
of amino acid as acid used 6 M H2SO4 and 6 M Ba(OH) as hydrolysis base. The
analysis showed that the content in the baronang fish sample as acid yield 15 kinds
of amino acid: serine (307.29 mg). /kg), glutamic acid (2163.10 mg/kg),
phenylalanine (881.01 mg/kg), isoleucine (1119.05), valine (1181.21 mg/kg),
alanine (1220.18 mg/kg) ), arginine (967.49 mg/kg), glycine (708.96 mg/kg), lysine
(1543.21 mg/kg) aspartic acid (520.47 mg/kg), leucine (1682.54 mg/kg ), tyrosine
(216.07 mg/kg), proline (704.81 mg/kg), threonine (678.66 mg/kg), and histidine
(455.76 mg/kg). Hydrolysis of Baronang Fish as base yield 14 kinds of amino acid:
glutamic acid (444.61 mg/kg), phenylalanine (430.80 mg/kg), isoleucine (464.95
mg/kg) valine (525.27 mg/kg). kg), alanine (734.00 mg/kg), glycine (428.40
mg/kg), lysine (384.77 mg/kg), aspartic acid (107.91 mg/kg) leucine (853.50
mg/kg), kg) tyrosine (327.03 mg/kg), proline (364.07 mg/kg), histidine (39.41
mg/kg), methionine (38.17 mg/kg), and tryptophan (63.73 mg/kg). kg). The of the
mineral content analysis using atomic absorption spectrophotometer (SSA) showed
that the baronang fish sample contained Calcium (Ca) of 232,185.09 mg/kg,
Magnesium (Mg) of 153,176.66 mg/kg and Iron (Fe) 1,507.09 mg /kg.
Keywords : Amino acids, baronang fish, calcium, iron, magnesium, SSA, UPLC
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
yang luar biasa banyaknya. Luas laut Indonesia dua pertiga dari daratannya. Total
luas laut Indonesia adalah 3,544 juta km2. Indonesia memiliki garis pantai
terpanjang kedua didunia, Indonesia juga memiliki jumlah pulau terbanyak yaitu
17.504 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke (Dinas Kelautan dan
Perikanan, 2003).
memiliki keadaan fisik yang unik. Ditinjau dari luas wilayah laut, perairan
Maluku memiliki berbagai sumber daya laut baik hayati seperti ikan, kerang,
udang dan lainnya, dan non hayati yang dapat dimamfaatkan untuk kehidupan,
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh
yang diperlukan oleh tubuh, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah
dicerna. Hal penting adalah harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan
sumber protein lain. Ikan juga dapat digunakan sebagai bahan-bahan obat-obatan,
pakan ternak, dan lainnya. Kandungan kimia, ukuran, dan nilai gizinya
tergantung pada jenis, umur kelamin, tingkat kematangan, dan kondisi tempatnya
(Adawiyah, 2007).
1
Ikan baronang merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai
ekonomis penting dan potensial untuk dibudidayakan (Chan, 1981; Lam, 1974)
Ikan tersebut hidup pada daerah berkarang, dasar perairan berpasir yang banyak
ditumbuhi rumput laut dan sering masuk dalam tambak. Ikan baronang jenis
pelabuhan, dan kadang-kadang masuk dalam sungai serta danau (Lam, 1974).
merupakan jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar
perairan. Ikan ini banyak ditemukan di daerah terumbu karang dan padang lamun.
Ikan baronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda seperti keakea,
(Pulau Seribu) biawas (Jawa Tengah) dan samandar (Maluku) (Turang dkk., 2019)
Hasil identifikasi asam amino pada ikan baronang dari Kepulauan Seribu
mengandung 16 asam amino yang terdiri dari 9 asam amino esensial dan 7 asam
amino non esensial. Asam amino esensial yang terdapat pada ikan baronang
fenilalanina, dan lisina. Asam amino non esensial yang terdapat pada ikan
baronang adalah asam aspartat, asam glutamat, serina, glisina, alanina, dan
yang mempunyai kandungan asam amino esensial yang tinggi dan sangat
diperlukan oleh tubuh karena tubuh manusia tidak dapat menghasilkan asam
2
Beberapa penelitan tentang kandungan mineral pada ikan air tawar dan air
Miefthawati dkk. (2013), memperoleh hasil kadar kalium pada ikan kembung
Kadar kalsium pada ikan kembung 9.197,6607 mg/100 g, sedangkan pada ikan
gabus adalah 21.369,7065 mg/100 g. Kadar kalium dan kalsium pada ikan
kembung dan ikan gabus sangat berbeda karena perbedaan habitat. Muchatadi
(2010), memperoleh kandungan kalium ikan nila asal Danau Mawang 4,782 mg,
sedangkan ikan nila asal Danau Unhas 3,027 mg. Kandungan fosfor ikan nila asal
Danau Mawang 360 mg, sedangkan ikan nila asal Danau Unhas 610 mg.
Kandungan besi ikan nila asal Danau Mawang 2,756 mg, sedangkan ikan nila asal
cakalang, asal Srilangka diperoleh mineral makro kadar natrium sebesar 1373,3
mg/100 g, kalsium sebesar 359,7 mg/100 g, dan kalium sebesar 2938,4 mg/100 g,
sedangkan mineral mikro besi sebesar 32,9 mg/100 g dan zink sebesar 17,0
Rainbow trout diperoleh mineral makro kadar natrium yang diproleh sebesar 455
mg/100 g, kalium sebesar 3060 mg/100 g dan kalsium sebesar 632 mg/100 g serta
mineral mikro berupa besi, seng dan tembaga dengan kadar berturut-turut sebesar
2,10 mg/100 g, 9,68 mg/100 g dan 0,33 mg/100 g. Perbedaan komposisi mineral
dapat dipengaruhi oleh perbedaan kondisi lingkungan, jenis spesies, umur dan
musim penangkapan.
3
Mineral memegang peran penting dalam memelihara fungsi tubuh, baik
pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh, secara keseluruhan.
protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca),
fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi
(Fe), tembaga (Cu), zink (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium
(Se).
Kalsium (Ca) adalah satu dari beberapa mineral yang berperan dalam
pembentukan tulang dan sebanyak 99% kalsium di dalam tubuh berada di dalam
tulang. Pada awal kehidupan, asupan kalsium yang cukup dapat mengoptimalkan
dalam sintesis protein dalam sel ribosom dan sebagai aktivator enzim dalam
mengatur P dalam darah dan juga mengatur gerakan otot (Gregorio dkk., 1999).
4
Selanjutnya, heme akan berikatan dengan rantai polipeptida yang nantinya akan
mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh tubuh.
dalam proses kehidupan, misalnya Ca, P, Fe, Zn, dan Mg (Darmono, 1995). Besi
berperan sebagai pembawa oksigen menuju jaringan dan ke dalam jaringan atau
mengkonsumsi bahan pangan, baik yang berasal dari tumbuhan (mineral nabati)
maupun hewan (mineral hewani) dari darat ataupun laut. Berbagai jenis bahan
pangan asal laut yang banyak dikonsumsi adalah ikan, kerang, dan lainnya.
Informasi mengenai kandungan mineral pada bahan pangan perlu diketahui, untuk
dapat mengevaluasi asupan makanan dan kecukupan mineral dari bahan pangan
tersebut.
memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Salah satu jenis ikan yang jumlahnya
melimpah dan sering dikonsumsi serta dijual oleh masyarakat, yaitu ikan
5
baronang. Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Analisis Asam Amino dan Mineral Kalsium, Magnesium, dan
Besi pada ikan baronang (Siganus guttatus) Asal Pulau Osi Kabupaten Seram
Bagian Barat. Mineral Kalsium dan Magnesium merupakan mineral makro yang
mineral Besi merupakan mineral mikro yang mempunyai peranan esensial untuk
1. Apa saja jenis dan kadar asam amino yang terkandung pada ikan baronang
2. Berapa kadar kalsium, magnesium, dan besi yang terdapat pada ikan
1. Menentukan jenis dan kadar asam amino yang terkandung pada ikan
2. Menentukan kadar kalsium, magnesium, dan besi yang terdapat pada ikan
6
I.4 Manfaat Penelitian
ikan baronang asal Pulau Osi khususnya kandungan asam amino dan mineral
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempunyai badan pipih dan mulut kecil. Ikan ini bernama umum spotted
rabbitfish atau baronang tutul karena memiliki bercak kuning hingga orange. Jenis
ikan baronang tutul tergolong berukuran besar, yaitu dapat mencapai 1 kg per ekor
(Woodland, 1990). Menurut Ayson dkk. (2014), ikan baronang (Gambar 1) hidup
di perairan pesisir tropis hingga subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik Barat
Pyllum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Spesies : S. Guttatus
8
Habitat ikan baronang di sekitar ekosistem terumbu karang, lamun,
1990). Salah satu wilayah penyebaran ikan baronang tutul di perairan Indonesia
para pelayan dengan sebutan ikan samandar. Ikan baronang dikenal juga oleh
baronang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki rasa yang enak dan
banyak dipasarkan dalam bentuk segar. Ikan merupakan hasil laut terbesar dan
memiliki kandugan gizi yang diperlukan oleh tubuh karena mengandung protein,
Tubuh ikan baronang lebar dan pipih, ditutupi oleh sisik-sisik halus
hijauaan. Pada bagian punggung terdapat bintik putih, coklat, kelabu, atau emas,
seperti garis-garis. Dibagian belakang tutup insang sebelah atas titik-titik ini
berwarna hitam atau hilang sama sekali. Warna ikan baronang dapat berubah-ubah
dengan cepat sesuai dengan kondisi lingkungan dan untuk menghindari diri dari
bahaya (kamuflase). Ikan baronang yang hidup di alam mempunyai warna tubuh
yang terang atau cerah sedangkan ikan baronang yang hidup ditambak
mempunyai duri-duri yang beracun yang terdapat pada 13 duri keras sirip
9
punggung, 4 duri keras sirip perut, dan 7 duri keras sirip dubur (Alvarage dkk.,
2005).
ikan herbivora yang dapat memakan lamun. Ikan baronang memiliki panjang
mencapai 23 cm, lebar badan antara 2,4–2,7 kali dari panjang standar dengan
2005).
terumbu karang yang banyak tumbuhan lautnya dan di daerah padang lamun
baronang biasanya hidup di daerah yang berumput di padang lamun dan hutan-
hutan mangrove sebagai daerah asuhan dan pembesaran, dan saat dewasa akan
sebagian masa dewasanya pada ekosistem tersebut. Ikan ini dapat beradaptasi dari
habitat satu ke habitat lain yang kondisi lingkungannya berbeda, seperti dari air
laut yang bersalinitas tinggi (lebih dari 30 ppt) ke perairan payau (10–20 ppt).
tetapi sangat sensitif pada perubahan yang drastis. Ikan baronang dapat mentolerir
dan beradaptasi dengan baik bila perubahan terjadi secara perlahan-lahan. Selain
salinitas ikan baronang juga sensitif terhadap perubahan suhu dan oksigen yang
10
drastis. Oksigen di bawah 2 ppt dapat membuat baronang stress dengan kisaran
II.2 Protein
Istilah protein berasal dari kata Yunani “protos” yang berarti yang utama
atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seseorang ahli kimia Belanda,
Gerardus Mulder (1802–1880). Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan
merupakan bagian besar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah
protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang, dan tulang
rawan, sepersepuluh di dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan
Protein adalah makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu
hingga beberapa juta. Protein merupakan senyawa organik kompleks yang terdiri
nitrogen (±16%). Banyak pula protein yang mengandung belerang (S), dan fosfor
(P) dalam jumlah sedikit (1–2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung
Fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk strukur sel, misalnya
untuk pembentukan kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan
beberapa organ penting lainnya. Kemudian terdapat pula protein yang mempunyai
fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa di antaranya adalah enzim yang
11
hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh, dan antibodi untuk
waktu lama yang dapat mengganggu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh
serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Almatsier, 2002).
Protein di dalam tubuh diperoleh dari bahan makanan, baik berasal dari
hewan maupun tumbuhan. Protein dalam makanan yang dikonsumsi akan dipecah
menjadi asam-asam amino dalam proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim
seperti pepsin dan tripsin. Asam-asam amino yang dihasilkan kemudian diserap
oleh usus dan dibawa oleh darah ke hati atau didistribusikan ke jaringan-jaringan
yang membutuhkan. Selain untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein dapat pula
digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh kita tidak
dihubungkan dengan ikatan peptida. Suatu protein jika dihidrolisis dengan asam,
alkali, atau enzim akan menghasilkan campuran asam-asam amino. Struktur kimia
12
Sebuah asam amino terdiri dari sebuah gugus amino, sebuah gugus
karboksil, sebuah atom hidrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C
membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnaya (Winarno, 2008).
Asam amino dalam kondisi netral (pH isolistrik, pI) berada dalam bentuk ion
dipolar atau disebut juga ion zwitter. Pada asam amino yan dipolar, gugus amino
suatu ion amonium (-NH3) dalam sebuah molekul. Oleh karena itu asam amino
Hampir semua asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut non
polar seperti eter, klorofom, dan aseton. Sifat-sifat ini tidak sesuai dengan asam
karboksilat dan amina organik pada umumnya, asam karboksilat baik alifatik
maupun aromatik terutama yang mengandung beberapa atom karbon sangat sukar
larut dalam air, tetapi mudah larut dalam pelarut organik. Begitu juga amina tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Girindra, 1993).
13
gugus metil guna sintesis kolin dan kreatinin. Di samping itu metionin merupakan
prekusor sistein dan ikatan yang mengandung sulfur lain. Fenilalanin adalah
epinefrin. Tirosin merupakan prekursor bahan yang membentuk pigmen kulit dan
rambut. Arginin dan sentrulin terlibat dalam sintesis uranium dalam hati
(Almatsier, 2002).
hemoglobin dan merupakan bagian dari asam empedu. Histidin diperlukan untuk
sintesis histamin. Kreatinin yang disintesis dari arginin, glisin, dan metionin
berenergi tinggi di dalam sel. Glutamin yang dibentuk dari asam glutamat dan
asparagin dari asam aspartat merupakan simpanan asam amino di dalam tubuh. Di
samping itu, asam glutamat adalah prekursor pengantar saraf asam gamma amino
karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai
penyusun protein termasuk enzim. Selain itu asam amino juga berfungsi sebagai
hormon, dan asam nukleat) dan sebagai pengikat ion logam penting yang
14
II.3.3 Jenis-jenis asam amino
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat dalam
tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein yang disebut juga asam
amino eksogen. Asam amino seringkali disebut dan dikenal sebagai zat
pembangun yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. Asam amino
Hames dan Hooper (2005), menyatakan ada 10 jenis asam amino esensial,
Lisin, dan Triptofan. Histidin merupakan asam amino yang diperoleh dari hasil
hidrolisis protein yang terdapat dalam sperma suatu jenis ikan (kaviar), asam
amino ini bermanfaat baik untuk kesahatan radang sendi dan memperkuat
15
arthritis, anemia serta dalam pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
(Harli, 2008).
Arginin adalah asam amino yang dibentuk di hati dan beberapa di antaranya
terdapat dalam ginjal. Arginin bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan meningkatkan kesuburan pria (Linder, 1992). Treonin merupakan asam amino
yang mempunyai rantai cabang gugus alifatik hidroksil (Winarno, 2008). Treonin
mampu meningkatan kemampuan usus dan proses pencernaan. Asam amino ini
dalam sistem saraf dan pencernaan. Selain itu, valin berfungsi untuk membantu
gangguan saraf otot, mental dan emosional, insomnia, dan keadaan gugup.
menjadi sangat sensitif terhadap rasa sakit, panas, dan dingin (Edison, 2009).
Metionin adalah suatu asam amino dengan gugus sulfur yang diperlukan
tubuh dalam pembentukan asam nukleat dan jaringan serta sintesis protein. Juga
menjadi bahan pembentuk asam amino lain (sistein) dan vitamin (kolin). Metionin
bekerja sama dengan vitamin B12 dan asam folat dalam membantu tubuh
mengatur pasokan protein berlebihan dalam diet tinggi protein. Selain itu, fungsi
penting lain metionin adalah membantu menyerap lemak dan kolesterol. Karena
itu, metionin merupakan kunci kesehatan bagi hati yang berhubungan banyak
16
dengan lemak. Defisiensi metionin dapat berakibat rematik kronis, pengerasan
kelenjar timus dan kelenjar pituitari (Harli, 2008). Leusin merupakan asam amino
yang bekerja untuk memacu fungsi otak, menambah tingkat energi otot,
Fenilalanin merupakan asam amino esensial yang menjadi bahan baku bagi
impuls saraf. Fenilalanin juga berperan sebagai prekursor tirosin dan bersama
(Almatsier, 2006).
Menurut (Sundari dkk., 2013), lisin merupakan asam amino yang sangat
berguna bagi tubuh karena merupakan bahan dasar antibodi darah, dapat
normal prolina serta vitamin C yang akan membentuk jaringan kolagen,dan dapat
menurunkan kadar trigliserida darah yang berlebihan. Menurut (Alam dkk., 2005),
17
lisin dapat meningkatkan keseimbangan pemanfaatan asam amino lainnya
yang penting, seperti asam nikotinik, asam kinurenic, serotonin dan melatonin.
sindrom kekurangan niasin dan pellagra sering ditemukan. Hal inilah yang
Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat dibuat dalam
tubuh disebut juga asam amino endogen (Winarno, 1997). Beberapa asam amino
Asam amino non esensial memiliki manfaat yang baik untuk makhluk
hidup. Di bawah ini akan dibahas beberapa asam amino non esensial serta
merupakan stimulan pada organ olfaktori berbagai jenis ikan. Selain stimulan
18
organ olfaktori Alanin juga peranggsang nafsu makan pada ikan sehingga
komponen paling penting dalam pembentukan cita rasa yang merangsang organ
gustatori juga merangsang organ olfaktori ikan (Mutia Rahayu dkk., 2014).
tipe syaraf yang ada pada lidah manusia. Asam glutamat dan asam aspartat
memberikan cita rasa pada seafood, namun dalam bentuk garam sodium yaitu
pada MSG akan memberikan rasa umami (Uju dkk., 2009). Asam glutamat
ingatan. Selain itu, asam glutamat juga bermanfaat untuk membantu dalam
amino utama pada kolagen dan kadarnya paling tinggi jika dibandingkan dengan
asam amino lainnya. Fungsi glisin pada kolagen yaitu membentuk tiga rantai alfa
gerakdalam otak (Rengenstein dan Zhou, 2013). Selain glisin, kandungan asam
amino prolin pada kolagen berperan juga menjaga intergritas struktur kolagen
(Tamilmozhi dkk., 2013). Prolin merupakan asam amino yang unik selain
pirolidina yang berfungsi menahan struktur superheliks pada kolagen (Nagai dkk.,
2008).
19
Asam amino serin merupakan komponen pada fosfolipid yang mengandung
gugus hidroksil. Serin digunakan sebagai prekursor etonalamin dan kolin yang
sebagai prekursor taurin yang dihasilkan bila dua molekul Sistein yang berikatan
kovalen sebagai jembatan disulfida atau ikatan disulfida. Sistin berperan dalam
sebagai antibodi dan keratin yang ditemukan pada rambut, kulit, dan kuku
(Hawab, 2007).
Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai gugus fenol dan bersifat
asam lemah. Asam amino ini dapat diperoleh dari kasein, yaitu protein utama
yang terdapat dalam keju. Tirosin memiliki beberapa manfaat yaitu, dapat
mengurangi stres, anti depresi serta detoksifikasi obat dan kokain (Linder, 1992).
Beberapa penelitian tentang Kandungan asam amino pada beberapa jenis ikan
laut. Jenis ikan yang mengandung asam amino disajikan pada Tabel 3.
20
II.4 Hidrolisis Protein
adalalah rusaknya asam amino oleh hidrolisis asam. Resiko menjadi lebih tinggi
karena justru asam amino esensial pembatasan yang lebih sering mengalami
kerusakan, seperti metionin dan sistein, lisin, tereonin, dan tritofan karena itu ada
suatu prosedur baku yang dapat mengurangi sebanyak mungkin kerusakan asam
Kimiawi dibelakang analisis asam amino tidak lebih dari hidrolisis katalis
asam dari ikatan amida. Peptida dihidrolisis oleh panas dalam HCl 6 M selama 24
jam dan menghasilkan larutan yang mengandung semua asam amino. Campuran
memisahkan asam amino berdasarkan pada sifat asam basanya (Carey, 2000).
beberapa asam amino seperti triptofan, sebagian serin dan treonin. Selain itu asam
dan aspartat. Hidrolisis protein dengan basa biasanya dikerjakan untuk mencerna
tritofan yang rusak karena hidrolisis asam tetapi serin dan treonin rusak dengan
bahan makanan secara tidak langsung karena yang dianalisis hanya kadar
21
nitrogenya dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25
berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16%
nitrogen, dan untuk keperluan analisis kadar protein diperlukan satu gram sampel.
Cara Kjehdahl umumnya dapat dibedakan atas dua acara, yaitu cara makro
dan semimikro. Cara makro digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi
dan besar, contoh 1-3 g. Sedangkan semimikro dirancang untuk contoh ukuran
kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Kekurangan cara
analisis ini ialah bahawa purina, purimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar,
kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein.
Walaupun demikian cara ini kini masih digunakan dan diangap cukup teliti untuk
Penentuan kadar protein metode Kjeldahl terdiri dari tiga tahap, yaitu
destruksi, destilasi, dan titrasi. Tahap destruksi dilakukan hingga seluruh karbon
dan hidrogen teroksidasi dan nitrogen diubah menjadi ammonium sulfat (larutan
berwarna jernih). Pada tahap destilasi, ammonium sulfat akan dipecah menjadi
gas amoniak yang akan menguap lalu ditangkap oleh asam. Dalam tahap titrasi,
asam borat terlepas kembali dan terbentuk ammonium klorida. Jumlah asam
klorida yang digunakan untuk titrasi serta dengan jumlah gas NH3 yang
Analisis protein cara Kjeldahl pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahapan,
22
1. Tahap Destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya akan berubah menjadi
(NH4)2SO4. Asam sulfat yang digunakan minimum 10 mL (18,4 g). Sampel yang
dianalisa sebanyak 0,4-3,5 g. Untuk cara mikro Kjehdahl bahan yang digunakan
macam Na2SO4 dan HgO (20:1). Selama destruksi akan terjadi reaksi sebagai
berikut:
2. Tahap Destilasi
Pada tahap ini terjadi pembebasan gas amoniak dari larutan sampel seperti reaksi:
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar tidak terjadi
pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang benar maka dapat
ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang dapat dipakai adalah
23
asam klorida atau asam borat. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan
maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau pp. destilasi diakhiri bila semua
3. Tahap titrasi
klorida yang tidak bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1
N). Akhir ini ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda
dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator pp. Jumlah nitrogen
borat yang bereaki dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan
asam klorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Jumlah nitrogen dapat
24
diketahui komposisi unsur-unsur penyusunnya secara pasti, maka faktor konversi
berasal dari gabungan kata chroma (warna) dan graphein (menuliskan). Prinsip
diam dan fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan
dipisahkan. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu
oleh fase diam (Sudarmadji dkk., 1996). Ada 4 jenis kromatografi berdasarkan
digunakan pada senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih yang tidak dapat
25
dianalisis menggunakan kromatografi gas. UPLC merupakan modifikasi dari
proses pemisahan dalam kolom, dibantu dengan pompa bertekanan tinggi serta
mengurangi waktu analisis dan penggunaan bahan. Dengan adanya tekanan yang
tinggi, cairan fasa gerak akan mengalir dengan kecepatan yang tinggi pula
Prinsip dasar dari UPLC adalah hubungan van Deemter yang menjelaskan
korelasi antara laju alir dan tinggi pelat. Persamaan van Deemter menunjukkan
bahwa rentang aliran dengan partikel yang lebih kecil, jauh lebih besar
dibandingkan dengan partikel yang lebih besar untuk hasil yang lebih baik.
26
B
H=A+ v +Cv .…… (1)
Keterangan:
A , B, C : Konstanta
v : Laju Alir
Prinsip kerja dari UPLC adalah sama dengan prinsip kromatografi lainnya,
asam amino. Reaksi antara OPA dan asam amino memiliki beberapa keuntungan
yaitu reaksinnya berjalan dengan cepat, mudah atau sederhana, dapat diatomisasi,
27
dan waktu analisis relatif cepat (Kosasi dkk., 1992). Reaksi antara reagen OPA
dan asam amino menghasilkan alkiltiol-isoindiol (Kosasi dkk., 1992) (Gambar 4).
S-R
CHO
R-SH
+ R-NH2 N-R
CHO
II.7 Mineral
Dalam ilmu gizi biasanya disebut unsur-unsur mineral atau nutrien/zat terdapat
gizi anorganik. Mineral yang terdapat dalam tubuh dan makanan terutama dalam
bentuk ion-ion yang terdapat dalam ion positif adalah Na +, K+, Ca2+, sedangkan
ion negatif adalah kalsium, sulfat, fosfor, dan sebagainya, ion-ion ini terdapat
dalam cairan tubuh. Keseimbangan ion-ion mineral dalam tubuh mengatur proses
mengalami dua bagian yaitu makroelemen (lebih dari 0,005% dari berat badan)
yaitu kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), natrium (Na), klor (Cl), dan
magnesium (Mg), sedangkan mikroelemen (kurang dari 0,005% dar berat badan)
28
yaitu besi (Fe), iodium (I), tembaga (Cu), zink (Zn), mangan (Mn), dan kobalt
(Co). Logam dan mineral tersebut ada yang berikatan dengan protein dengan
katalisator, dan diemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya
sangat terbatas.
Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik ringan maupun logam
berat jumlahnya sangat sedikit dalam air. Beberapa logam bersifat esensial dan
sangat dibutuhkan dalam proses kehidupan, misalnya Ca, P, Fe, Zn, dan Mg, yang
merupakan logam ringan berguna untuk pembentukan kutikula/sisik pada ikan dan
udang. Beberapa macam logam biasanya dominan dari ada logam lainnya. Dalam
air, hal ini sangat tergantung pada asal sumber air (air tanah dan air sungai). Di
samping itu, jenis air juga mempengaruhi kandungan logam didalamnya (air
Logam ringan biasanya terdapat dalam air yang mengandung garam yang
larut di dalamnya (air laut). Lapisan sel (membran) pada biota air biasanya
berlapis dua dan berbentuk lipida yang pada permukaannya mengandung beberapa
yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg.
Berdasarkan jumlah tersebut, 99% berada dalam jaringan keras, yaitu tulang dan
gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit dan sisanya tersebar di dalam tubuh
29
membentuk tulang. Mineral ini tergantung dalam enzim antioksdan yang berperan
sangat rendah juga dapat menyebabkan tetanus atau kejang. Konsumsi kalsium
menimbulkan gangguan ginjal dan konstipasi (susah buang air besar) (Almatsier,
2004). Retensi kalsium sebagai tulang pada usia presekolah adalah 100 mg/hari,
pada remaja perempuan retensinya dua kali lipat dan remaja dua kali lipat dan
remaja laki-laki tiga kali lipat. Sebuah studi menunjukan bahwa asupan kalsium
1.500 mg/hari mungkin diperlukan oleh gadis remaja berusia 14 tahun untuk
karbohidrat, lipida dan protein (Effendi, 2003). Dalam keadaan normal dalam
tubuh, unsur magnesium biasa diperkirakan dalam tubuh yaitu sekitar 0,5 gram
30
per kilogram jaringan bebas lemak, kira 60% dari pada berada dalam jaringan
bercampur dengan unsur fosfat, sedangkan sisanya dalam keadaan bebas melekat
serta telapak kaki dan tangan gemetar (Budiyanto, 2009). Selain itu, defisiensi
magnesium dalam tubuh dapat terjadi sebagai akibat gangguan absorpsi yang
pada keadaan lemas dan lesu karena energi yang banyak dikelurkan
sistem saraf pusat, halusinasi, koma dan gagal jantung. Kelebihan magnesium
Besi adalah mineral makro yang paling banyak terdapat dalam tubuh
manusia dan hewan yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Zat
31
besi mempunyai fungsi esensial di dalam tubuh yaitu, sebagai alat angkut oksigen
dari paru-paru kejaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan
sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Besi
merupakan bagian penting dari hemoglobin, miglobin, dan enzim. Besi tergolong
zat gizi esensial sehingga harus disuplai dari makanan. Sumber utama besi adalah
pangan hewani terutama berwarna merah, yaitu hati, daging, ayam, dan ikan,
sedangkan sumber ialah sayuran berdaun hijau. Hampir 90% besi dalam tubuh
hewan berikatan dengan protein, tetapi yang terpenting ialah ikatannaya dengan
Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbaga reaksi biokimia,
antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh jarigan tubuh. Zat besi berperan sebagai pembawa
oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam
unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara
analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan titik
tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok
untuk analisis logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi
32
Spektroskopi serapan atom di dasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom.
pada sifat unsurnya. Sebagai contoh kalium menyerap cahaya pada panjang
gelombang 766,5 nm, kalsium menyerap cahaya pada panjang gelombang 422,7
nm, natrium menyerap cahaya pada panjang gelombang 589 nm dan magnesium
menyerap cahaya pada panjang gelombang 285,2 nm. Cahaya panjang gelombang
ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.
Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga
suatu atom pada keadaan dasar dapat dinaikkan tingkat energinya ke tingkat
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli 2020 sampai Januari 2021 di
(SSA) pada Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Ambon. Analisis
komponen asam amino pada UPLC dilakukan pada PT. Saraswanti Indo Genetech
Bogor.
III.2.1 Alat
2. Mikropipet (Epenndorf)
5. Lumpang porselin
6. Oven (Memmert)
8. Labu Kjeldahl
9. Alat destilasi
34
12. Ultra Performance Liquid Chromatograpy (UPLC) (Acquity UPLC H-Class)
III.2.2 Bahan
35
18. HNO3 p.a. (E. Merck)
22. Akuades
23. Akuabides
ikan baronang dikeringkan dalam oven pada suhu 50 °C sampai beratnya konstan
kemudian dihitung kadar air. Sampel dihaluskan dengan lumpang hingga menjadi
serbuk.
0,5334 g sampel daging ikan baronang segar dimasukkan ke dalam labu takar,
36
35 mL NaOH, dan indikator pp. Destilat ditampung dalam Erlenmeyer yang telah
berisi 25 mL larutan asam borat (H3BO3) dan beberapa tetes indikator metil merah
dan indikator metil biru. Larutan yang diperoleh kemudian dititrasi dengar HCl
III.3.3.1 Isolasi protein bebas lemak (Estien dan Lisda Nursanti, 2006)
metanol (2:1). Campuran dishaker pada kecepatan 200 rpm selama 180 menit
pada suhu 30 °C, kemudian disaring. Residu dicuci dengan kloroform dan
suhu ruang dan disimpan dalam botol untuk selanjutnya digunakan dalam
III.3.3.2 Hidrolisis asam amino secara asam (Estien dan Lisda Nursanti, 2006)
dalam labu alas bulat dan ditambahakan 20 mL H2SO4 pekat, kemudian direfluks
37
III.3.3.3 Hidrolisis asam amino secara basa (Estien dan Lisda Nursanti, 2006)
sambl dicek pH-nya sampai netral (pH=7). Larutan disaring dengan kertas saring
100-5C18 dengan panjang kolom 250 x 4,6 mm x 1/4 , fase gerak yaitu
A=CH3OH : 50 natrium asetat: Tetra hidro furan (2:96:2) pH= 6,8 dan B= 65%
38
III.3.4 Analisis mineral Ca, Mg, dan Fe
Cawan dikeluarkan dari tanur, didinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu
kamar kemudian ditimbang beratnya dan ditentukan kadar abu. Abu ikan
dalam sampel hasil pengabuan. Larutan dipanaskan selama 3 jam sampai menjadi
kandungan mineral Ca, Mg, dan Fe pada panjang gelombang maksimum dari
larutan induk 1000 ppm, kemudian diencerkan dalam labu takar 100 mL dengan
diencerkan dalam labu takar 100 mL dengan akuabides hingga tepat volumenya.
39
Kemudian dibuat deret larutan standar Ca masing-masing 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm,
induk 1000 ppm, kemudian diencerkan dalam labu takar 100 mL dengan
0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 ppm. Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang
larutan induk 1000 ppm, kemudian dincerkan dalam labu takar 100 mL dengan
dari larutan standar kerja 100 ppm, kemudian diencerkan dalam labu takar 100
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
ikan baronang dikeringkan dalam oven pada suhu 50 °C sampai beratnya konstan
kemudian dihitung kadar air. Kadar air sampel daging ikan baronang adalah
83,26% (Lampiran 1). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Arnanda dkk.,
(2015), yang menyatakan kadar air dalam ikan dan hewan moluska laut berkisar
antara 50-85% tergantung dari jenis spesies dan kondisi nutrisi dalam tubuhnya.
dalam bahan makanan secara tidak langsung. Tahap proses analisis dengan
menggunakan metode Kjeldahl secara tidak langsung karena memiliki tiga tahap,
yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pada tahap destruksi, sampel daging ikan
mejadi CO, CO2, dan H2O, dalam hal ini untuk nitrogen diubah menjadi
menjadi amoniak (NH3) yang nantinya pada tahap terakhir akan dianalisis kadar
mengkalikan nilai tersebut dengan angka konversi 6,25 diperoleh kadar protein.
41
Angka 6,25 brasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung
dilakukan empat kali pengukuran dan diperoleh kadar protein rata-rata dalam
daging ikan baronang sampel ikan kering sebesar 80,39% dan sampel ikan basah
sebesar 79,91 (Lampiran 2). Rata-rata kandungan protein pada ikan segar
dari daging ikan baronang dilakukan menggunakan metode Bligh dan Dyer
sebagai pelarut karena sifatnya lebih selektif terhadap senyawa non polar seperti
polar dan semipolar. Senyawa polar hanya akan larut dalam pelarut polar,
sedangkan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar sesuai dengan
Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air dari sampel
42
daging ikan baronang, sehingga tidak menghalangi masuknya pelarut ke dalam
masuk ke dalam sampel dan mengikat seluruh minyak yang ada pada sampel
mengikat minyak dengan residu atau isolat protein. Isolat protein bebas lemak
kemudian dihidrolisis secara asam dan basa untuk menentukan komponen asam
amino yang terkandung dalam daging ikan baronang. Analisis kadar lemak dalam
sampel daging ikan baronang dilakukan menggunakan metode Bligh dan Dyer.
Kadar lemak sampel daging ikan baronang hasil analisis adalah 11,76%
(Lampiran 3).
Kandungan lemak ikan berkisar antara 1-20%. Lemak ikan sebagian besar
adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat
bervariasi, ada yang tinggi dan ada juga yang rendah. Lemak merupakan salah
Analisis asam amino pada sampel daging ikan baronang dilakukan dengan
43
menggunakan 18 asam amino standar yang tersedia, kecuali asparagin dan
asam amino pada sampel daging ikan baronang yang dihidrolisis secara asam
Tabel 6. Hasil analisis komponen asam amino yang dihidrolisis secara asam
histidin, (455,76 mg/kg). Pada asam amino esensial terdapat lisin dan leusin yang
memiliki nilai tertinggi di antara asam amino esensial lainnya (Harli, 2008).
Kandungan asam amino non esensial yang tertinggi adalah asam glutamat
44
(2163,10 mg/kg), sedangkan yang terendah adalah tirosin (216,07 mg/kg). Asam
amino yang tertinggi pada asam glutamat yang tergolong dalam asam amino non
esensial diperoleh dari glutamin dapat diubah menjadi gugus karboksilat melalui
Kandungan asam amino pada sampel ikan bervariasi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siahaya (2020) yang menganalisis asam amino
pada ikan julung (Hemiramphus) segar dan kering degan perolehan asam amino
sebanyak 15 jenis asam amino, yang terdiri dari 9 asam amino esensial dan 6 asam
amino non esensial. Asam amino esensial yang terkandung dalam daging ikan
leusin, dan lisin. Asam amino non esensial yang terkandung dalam daging ikan
julung adalah asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, alanin, dan tirosin.
analisis komponen asam amino pada ikan layang (Decapterus makrosa) yang
tertinggi adalah lisin (0,6197 mg/kg) dan yang terendah adalah histidin (0,0079
mg/kg), sedangkan kandungan asam amino non esensial tertinggi adalah asam
glutamat (0,6157 mg/kg) dan yang terendah adalah serin (0,0009 mg/kg).
45
menggunakan 18 asam amino standar yang tersedia, kecuali asparagin dan
asam amino pada ikan baronang yang dihidrolisis secara basa disajikan pada
Tabel 7. Hasil analisis komponen asam amino yang dihidrolisis secara basa
Data Tabel 7, kandungan asam amino esensial ikan baronang adalah leusin
yaitu sebesar 853,50 mg/kg, sedangkan yang terendah adalah metionin yaitu
sebesar 38,17 mg/kg. Kandungan asam amino non esensial yang tertinggi adalah
alanin sebesar 734,00 mg/kg dan yang terendah adalah asam aspartat yaitu sebesar
46
107,91 mg/kg. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Lumamuly
dkk., (2019) tentang analisis komponen asam amino pada ikan layang
asam amino esensial tertinggi adalah leusin (0,6837 mg/kg) dan yang terendah
adalah treonin (0,0070 mg/kg). Sedangkan kandungan asam amino non esensial
tertinggi adalah alanin (0,4768 mg/kg), dan yang terendah adalah serin (0,0169
Berdasarkan Tabel 6 dan 7 dari 18 jenis asam amino sistin, metionin, dan
triptofan hanya diperoleh dari hasil hidrolisis asam, sedangkan treonin hanya
diperoleh pada hidrolisis basa. Ada beberapa jenis asam amino yang tidak terdapat
pada hasil hidrolisis basa, sebaliknya beberapa jenis asam amino tidak terdapat
pada hasil hidrolisis asam. Berdasarkan struktur dari tiap asam amino, terdapat
asam amino yang mempunyai sifat asam dan basa (Hatane, 2017). Menurut
Girindra (1993). Asam amino baik bersifat asam atau basa mempunyai gugus
yang bermuatan polar yaitu karboksil dan gugus asam amino. Tidak semua asam
amino ditemukan di dalam sampel ikan baronang. Hal ini disebabkan karena asam
dapat dilihat bahwa asam amino secara keseluruhan pada sampel ikan baronang
mengandung 17 jenis asam amino, yang terdiri dari 10 asam amino esensial dan
47
IV.4 Kadar Abu Daging Ikan Baronang (Siganus guttatus)
sampel kering pada suhu 550 °C selama 2 jam dan diperoleh kadar abu sebesar
2,58% (Lampiran 7). Hasil ini lebih rendah dibandingkan penelitian yang
dilakukan oleh Jacoeb dkk., (2015) pada ikan baronang dari Kepulauan Seribu
dengan perolehan kadar abu sebesar 1,01%. Menurut Sadiaotama (1886) dalam
Purukan dkk., (2013) semakin tinggi kadar abu dalam suatu bahan makanan, maka
Kandungan mineral Ca, Mg, dan Fe pada sampel daging ikan baronang
dalam daging ikan baronang. Kalsium merupakan mineral yang cukup berlimpah
dalam perairan dan mempunyai fungsi esensial dalam tubuh ikan serta merupakan
makromineral yaitu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif
besar. Kalsium banyak ditemukan dalam jaringan lunak hewan, biasanya terdapat
dalam bentuk klorida atau karbonat baik sebagai garam kompleks atau garam
48
dengan komposisi mineral tertinggi untuk mineral kalsium dan komposisi mineral
lebih tinggi dari kadar Ca yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan (2019) dengan kisaran 5-750 mg/100g atau 50-7500 mg/kg. Kadar Ca
dalam sampel daging ikan baronang juga lebih besar dibandingkan penelitian
Nazudin (2019) pada daging ikan kakap putih (Lates calcalifer) yang hanya 15,10
mg/kg, serta penelitian Miefthawati (2013) pada ikan air tawar dengan kadar Ca
diperoleh lebih kecil dibandingkan penelitian dan penelitian Susanti dkk. (2016)
pada daging ikan air laut dengan kadar Ca sebesar 29.197,66 ± 17,77 mg/100g
49
atau 291.976,61 mg/kg. Kalsium sangat berperan penting dalam tubuh ikan karena
berfungsi sebagai komponen utama pembentuk tulang, gigi, kulit, sisik, dan
(Batubara, 2009).
Mg yang diperoleh dari penelitian ini lebih besar dibandingkan kisaran kadar Mg
mg/100g atau 100-2300 mg/kg dan lebih besar dibandingkan penelitian yang
dilakukan oleh Nazudin (2019) dengan kadar Mg yang hanya sebesar 475 mg/kg.
makromineral, yaitu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah
relatif besar, serta banyak ditemukan dalam jaringan lunak pada hewan, sehingga
Kadar Fe pada sampel daging ikan baronang sebesar 1.507,09 mg/kg. Nilai
ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kisaran kadar Fe yang ditetapkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (2019) yakni sebesar 0,01–50 mg/100g atau
0,1-500 mg/kg. Kadar Fe juga lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mulyaningsih (2015) dengan kadar Mg yaitu 4,50 mg/100g
atau 45,08 mg/kg serta penelitian Nazudin (2019) yaitu 65 mg/kg. Mineral Fe
lainnya. Pada myoglobin terdapat satu molekul hame inilah zat besi melekat dan
menghantarkan O2 dan CO2 melalui darah, zat ini pula yang menyebabkan darah
berwarna merah. Pada mamalia menyelam seperti paus dan jenis-jenis ikan
50
pelagis yang meyelam cukup lama maka konsentrasi hemoglobin dan myoglobin
berbeda-beda tergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa
jenis atau spesies ikan, jenis kelamin, umur, dan fase reproduksi pada ikan. Faktor
eksternal berupa faktor yang ada pada lingkungan hidup ikan berupa habitat,
ketersediaan pakan, dan kualitas perairan tempat ikan hidup serta habitat ikan
dalm semua jaringan serta cairan tubuh komposisi mineral dan kandungannya
dalam suatu bahan makanan tergantung dari cara pengabuannya dan bahan yang
diabukan. Pengabuan yang dilaukukan dalam penelitian ini adalah pengabuan cara
kering (destruksi kering) dengan menggunkan suhu 550 °C, sehingga adanya
unsur-unsur mineral yang dapat hilang karena mineral terkomposisi dan meguap
penelitian ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti faktor fisiologi ikan,
misalnya ikan tersebut berukuran besar atau kecil, serta faktor lingkungan atau
51
BAB V
V.1 Kesimpulan
bahwa:
1. Jenis asam amino yang terkandung pada ikan baronang asal Pulau Osi, yaitu
kandungan asam amino yang dihidrolisis secara asam diperoleh 15 jenis asam
tirosin (216,07 mg/kg) prolin (704,81 mg/kg), treonin (678,66 mg/kg), dan
jenis asam amino yaitu: asam glutamat (444,61 mg/kg), fenilalanin (430,80
mg/kg), glisin (428,40 mg/kg), lisin (384,77 mg/kg), asam aspartat (107,91
mg/kg) leusin (853,50 mg/kg) tirosin (327,03 mg/kg), prolin (364,07 mg/kg),
histidin (39,41 mg/kg), metionin (38,17 mg/kg), dan triptofan (63,73 mg/kg).
52
V.2 Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
Akinneye, J.O., Ammo, I.A., dan Bakere, O.O. 2010. Effect Of Drying Methods
On The Chemical Composition Of Three Species Of Fish (Bonga spp,
sardinella spp, and heterotis niloticu) African Of Biotechnology, 9 (28),
4369-4373.
Alam, M.S., Teshima, S., Kashio, S., Ishikawa, M., Uyan, L.H., Hernandez, H.,
dan Michael, F.R. 2005. Supplemental Effect Of Coated Methionine And
Lysin To Soy Protein Isolate Diet For Juvenil Kuruma Shrimp
(Marsupennaeusjaponicus). Aquaculture. 248, (13-19).
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Almatsier. S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Alvarage, M.A., F.O., papa, F.C., dan Landim-Alvarange, A.S.L. 2005. Amides as
Cryoprotectants for Freezing Stallion Semen: A. Review Anim. Reprod
89, 105-113.
Andarwulan Nuri, Kusnandar, F., dan Dian Herawati. 2011. Analisis Pangan,.
Dian Herawati, Jakarta.
Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam System Biologi
Dan Metode Analisisnya. Jurnal Libang Pertanian. 27(3), 99–105.
Ayson, F.G., Reyes, O.S., dan Ayson, E. 2014. Seed Production Of Rabbitfish
Siganus Guttatus. Aguaculate ExtensionManual. (59), 1–9.
54
Batubara, U.N. 2009. Analisa Protein, Kalsium dan Lemak Pada Ikan Pora-Pora.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara 42.
Bligh Dyer. 1959. A. Repid Metod For Total Lipid Extraction and Purification,
Can. J. Biochem Physiol 37, 911–917.
Budianto, A.K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang:UMM Press. 2, 83-85, 89.
Carey, F.A. 2000. Organik Chemstry 4th ed, McGraw-Hill Higher Educatio.
McGraw-Hill Higher Educatio, . North America.
Chan, W.L. 1981. The culuture of marine finfish in floating net cages indonesia, 1
ed. Jakarta.
Estien, dan Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Analisis.
Yogyakarta.
Gandjar, I.G., dan Roman, A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
55
Gokoglu, N., Yerlikaya, P., dan Cengiz, E. 2004. Effects of Cooking Methods on
The Proximate Composition And Mineral Contents Of Rainbow Trout
(Oncorhynchus Mykiss). Food Chemistry. 84:1, 19–22.
Gregorio, G.B., .Senadhira, D., Htut, H., dan Graham, R.D. 1999. Breeding For
Trace Mineral Density In Rice. Food And Nutrition Bulletin. 21(4), 382–
386.
Gundermann, N., Popper, D.M., dan Lichatowich, T. 1983. Biology and Life
Cycle Of Siganusvermiculatus (Siganidae, Pisces). Pacific Sci. 37 (2),
165–180.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 12, ed.
EGC, Jakarta.
Hafiluddin. 2015. Analisis Kandungan Gizi Pada Ikan Bendeng Yang Berasal
Dari Habitat Yang Berbeda. Jurnal Kelautan. 8(1), 38.
Hames, D., dan Hooper. 2005. Biochemistry, Ed ke-4. Taylor dan Francis Group.,
New York.
Hatane, I. 2017. Profil Protein Dan Asam Amino Esensial Dari Udang Pasir
(Scyllorus sp), Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universita Pattimura, Ambon.
Jakobe Agoes, M., Nurilmala, M., dan Butet, N.A. 2005. Karakteristik Ikan
Baronang Dari Kepulauan Seribu Sebagai Bahan Pangan Dan Non Pangan
Melalui Kajian Molekuler, Kimia Dan Mikroskopi. Institut Pertanian
Bogor., Bogor.
Kartasapoetra, G., dan Marsetyo, H. 1995. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan
dan Produktivitas Kerja). Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
Halaman 93-97.
Karunarathna, K.A.A.U., dan Attygalle, M.V.E. 2009. Mineral Spectrum In
Different Body Parts of Five Species Of Tuna Consumed In Sri Lanka.
Vidyodaya J OfSci. 14, 103–111.
56
Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitatif Hidup. Gramedia,
Jakarta.
Kittiphattanabawon, P., Soottawat Benjakul, S., Visessanguan, W., Nagai, T., dan
Tanaka, M. 2005. Characterisation Of Acid-Soluble Collagen From Skin
And Bone Of Bigeye Snapper (Priacanthus Tayenus). Food Chemistry. 89,
363–372.
Kosasi, H., Adijuwana, H., dan Nur, M. 1992. Penuntun Praktikum Teknik
Laboratorium. Bogor. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor., Bogor.
Lam, T.J. 1974. Siganid: Their Biology And Mariculture Potensial. Departement
of Zoology University Of Singapore. 1:2, 352–354.
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara
Kimia. UI Press, Jakarta.
Lumamuly, V.E., Hattu, N., dan Unwakoly, S. 2019. Analisis komponen Asam
Amino Ikan Layang deles (Decapterus Makrosoma) hasil olahan
tradisional berdasarkan lama penyimpanan. Molluca Journal Of Chemistry
Education (MJoCE). 9:2, 123–132.
Miefthawati, N.P., Gusrina, L., dan Axela, F. 2013. Penetapan Kadar Kalsium
Pada Ikan Kembung Segar Dan Ikan Kembung Asin Secara
Kompleksiometri 1, 1–9.
Mutia Rahayu, Pramonowibowo, dan Taufik Yulianto. 2014. Profil Asam Amino
Yang Terdistribusi Ke Dalam Kolom Air Laut Pada Ikan Kembung
(Rastrelliger Kanagurta) Sebagai Umpan (Skala Laboratorium). Journal
Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology. Hlm.
3(3), 238 – 247.
57
Nagai, T., Suzuki, N., dan Nagashima, T. 2008. Collagen From Common Minke
Whale (Balaenoptera Acutorostrata) Unesu. Food Chemistry. 111, 296–
301.
Nazudin, N., dan Wattimena, H. 2019. Analisis komponen Asam Lemak dan
Mineral (Ca, Mg, Fe, Zn) Ikan Kakap Putih (Lates Calcalifer). Molluca
Journal Of Chemistry Education (MJoCE). 9:2, 109–115.
Rengenstein, J., dan Zhou, P. 2013. Collagen And Gelatin From Marine By-
Product, Maximising The Value of Marine Byproduct. Florida. CRC
Press. 54, 1499–1505.
Retno, D.P. 2002. Isolasi Dan Identifikasi Asam Lemak Dari Minyak Ikan
Lemuruk (Sardinella longiceps) Dengan Metode GC-MS Skripsi. FMIPA
Universitas Negeri : Malang.
Riansyah, A., Supriadi, A., dan Nopianti, R. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu Dan
Waktu Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
(Trichogaster Pectoralis) Dengan Menggunakan Oven. Fishtech.
Solihin, P. 1997. ilmu gizi dan anak edisi III. balai pertanian fakultas kedokteran,
Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1996. Analisis Bahan Makanan Dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Siahaya, R.A. 2020. Profil Asam Amino Dan Asam Lemak Ikan Julung
(Hemiramphus Sp.) Kering Di Desa Keffing Kabupaten Seram Bagian
Timur. JUSTE (Journal Of Science And Technology). 1:1, 75–93.
58
Susanti, N.N., Sukmawardani, Y., dan Musfiroh, I. 2016. Analisis Kalium Dan
Kalsium Pada Ikan Kembung Dan Ikan Gabus. IJPST 3(1), 26–27.
Turang, R., Watung, V.N.R., dan Lohoo, A.V. 2019. Size Structure, Growth
Pattern And Factors of The Condition Of Baronang Fish (Siganus
Canaliculatus) From Ratatotok Waters, Ratatotok District, Southeast
Minahasa Regency. Jurnal Ilmiah Platax. 7:1, 193.
Uju, Nurhayati, T., Ibrahim, B., Trilaksani, W., dan Siburian, M. 2009.
Karakterisasi Dan Recovery Protein Dari Air Cucian Minced Fish Dengan
Membrane Resrved Osmosis. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan. 12(2),
115–127.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi edisi terbaru. Gramedia Pustaka
Utama., Jakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Woodland, D.J. 1990. Revision of the Fish Family Siganidae with Descriptions of
Two New Species and Comments on Distribution and Biology. Bernice
Pauahi Bishop Museum, Honolulu, Hawaii.
Yuarni, D., Kadirman, D., dan Jamaluddin. 2015. Laju Perubahan Kadar Air,
Kadar Protein Dan Uji Organoleptik Ikan Lele Asin Menggunakan Alat
Pengering Kabinet (Cabinet Dryer) Dengan Suhu Terkontrol Jurnal
Teknologi Pertanian. Vol: 1. Hal: 12-21.
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air
56,87 g-9,52 g
% Air= x 100%
56,87 g
% Air =83,26%
61
Lampiran 2. Perhitungan Kadar Protein
80,85 %+79,94 %
Rata-rata kadar protein =
2
=80,39%
62
Lampiran 3. Perhitungan Kadar Lemak
% Lemak=11,78%
63
Lampiran 4. Hasil Analisis Asam Amino pada Daging Ikan Baronang
(Siganus guttatus) yang Dihidrolisis secara Asam
64
Lanjutan Lampiran 4.
65
Lanjutan Lampiran 4.
66
Lanjutan Lampiran 4.
67
Lanjutan Lampiran 4.
68
Lanjutan Lampiran 4.
Simplo +Duplo
L-Serin=
2
Ket:
309,20 +305,38
L-Serin=
2
= 307,29
69
Lampiran 5. Hasil Analisis Asam Amino pada Daging Ikan Baronang
(Siganus guttatus) yang Dihodrolisis secara Basa
70
Lanjutan Lampiran 5.
71
Lanjutan Lampiran 5.
72
Lanjutan Lampiran 5.
73
Lanjutan Lampiran 5.
74
Lanjutan Lampiran 5.
Simplo +Duplo
L-Asam glutamat=
2
Ket:
444,91+444,31
L- Asam glutamat = = 444.61
2
75
Lampiran 6. Perhitungan Kadar Air
9,1610 g - 2,3449 g
Kadar air U1 = x 100%
9,1610 g
6,8161 g
Kabar air = x 100%
9,1610
9,16103g - 2,2877 g
Kadar air U2 = x 100%
9,1603 g
6,8726 g
Kabar air = x 100%
9,1603 g
74,40 %+75,02%
Rata- rata kadar abu=
2
= 74,71%
76
Lampiran 7. Perhitungan Kadar abu
berat abu
Kabar abu= x 100%
berat sampel kering
0,0694 g
Kadar abu U1 = x 100%
2,3449 g
=2,9596 %
berat abu
Kabar abu= x 100%
berat sampel kering
0,0504 g
Kadar abu U2 = x 100%
2,2877 g
=2,2030 %
2,9596%+2,2030%
Rata- rata kadar abu=
2
= 2,5813%
77
Lampiran 8. Hasil Kurva Standar Kalsium (Ca)
78
Lanjutan Lampiran 8.
79
Lampiran 9. Perhitungan Kadar Mineral Ca pada Daging Ikan Baronang
Logam Konsentrasi fp Fp x Konsentrasi
(mg/L) konsentrasi (mg/kg)
(mg/L)
Ca1 5,5345 50 x 276,7230 199368,1556
Rata-rata 232.185,0917
Keterangan : fp = faktor pengenceran
80
Lampiran 10. Hasil Kurva Standar Magnesium (Mg)
81
Lanjutan Lampiran 10.
82
Lampiran 11. Perhitungan Kadar Mineral Mg pada Daging Ikan Baronang
Logam Konsentrasi fp Fp x konsentrasi Konsentrasi
(mg/L) (mg/L) (mg/kg)
Mg1 7,1425 25 x 178,5620 128646,9741`
Rata-rata 153.176,6617
Keterangan : fp = faktor pengenceran
83
Lampiran 12. Hasil Kurva Standar Besi (Fe)
84
Lanjutan Lampiran 12.
85
Lampiran 13. Perhitungan Kadar Mineral Fe pada Daging Ikan Baronang
Logam Konsentrasi fp Fp x konsentrasi Konsentrasi
(mg/L) (mg/L) (mg/kg)
Fe1 1,7609 - 1,7609 1268,6599
Rata-rata 1.507,0978
86
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian
87
Lanjutan Lampiran 14.
(a) (b)
(a) Lemak ikan baronang
(b) Proses hidrolisis asam amino secara asam
88
Lanjutan Lampiran 14.
89
Lanjutan Lampiran 14.
(d)
90