Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS ASAM AMINO DAN MINERAL KALSIUM,

MAGNESIUM, DAN BESI PADA IKAN BARONANG


(Siganus guttatus) ASAL PULAU OSI KABUPATEN
SERAM BAGIAN BARAT

ISNA FEBRYANI MANDAYA


2016-78-005

Pembimbing I, Pembimbing II,

Eirene G. Fransina, S.Si., M.Si Fensia A. Souhoka, S.Si., M.Sc


NIP. 197304112000032001 NIP. 198506282014042001
PENDAHULUAN

INDONESIA PULAU OSI

ASAM AMINO

MINERAL

IKAN BARONANG
(Siganus guttatus)
PENELITIAN SEBELUMNYA

Wahyuningtyas (2015)

Sampel ikan baronang segar mengandung 16 asam amino yang terdiri


dari 9 asam amino esensial dan 7 asam amino non esensial.

Miefthawati dkk (2013)

Kadar kalium pada ikan kembung adalah 64.391,16 mg/100 g sedangkan


pada ikan gabus adalah 30.988,70 mg/100 g.
Kadar kalsium pada ikan kembung adalah 29.197,6607 mg/100 g
sedangkan pada ikan gabus adalah 21.369,7065 mg/100 g.

Muchtatadi (2010)
Kandungan kalium ikan asal Danau Mawang 4,782 mg sedangkan ikan
asal Danau Unhas 3,027 mg.
Kandungan fosfor ikan asal Danau Mawang 360 mg sedangkan ikan
asal Danau Unhas 610 mg.
Kandungan besi ikan asal Danau Mawang 2,756 mg sedangkan ikan
asal Danau Unhas 0,835 mg.
1. Apa saja jenis asam amino yang
terkandung pada ikan baronang
asal Pulau Osi?
RUMUSAN MASALAH
2. Berapa kadar kalsium,
magnesium, dan besi yang
terdapat pada ikan baronang asal
Pulau Osi?

1. Menentukan jenis dan kadar


asam amino yang terkandung
pada ikan baronang asal Pulau
Osi.
TUJUAN PENELITIAN
2. Menentukan kadar kalsium,
magnesium, dan besi yang
terdapat pada ikan baronang
asal Pulau Osi.
MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang kandungan


gizi pada ikan baronang asal Pulau Osi khususnya kandungan asam
amino dan mineral kalsium, magnesium, dan besi.

2. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, yang


terkait dengan protein dan mineral pada ikan.
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama enam


bulan di Laboratorium Biokima Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Pattimura
Ambon.
Alat-alat yang akan digunakan

Peralatan gelas (pyrex), Mikropipet (Epenndrof), Seperangkat alat


soxhlet, Blender, Lumpang porselin, Oven (Memmert), Timbangan
analitik (AND GR-300), Labu Kjeldahl, Alat destilasi, Buret dan statif,
Mikro pipet (Eppendorf), Revaporator R-215 (Buchi) Chamber KLT,
Dual wavelength TLC scanner (CS-9301 PC, Shimadzu) dan
Spektrofotometer Serapan Atom (A-6300, Shimadzu) .

Bahan-bahan yang akan digunakan

Ikan baronang, asam sulfat pekat (Merck), K2SO4 p.a (Merck), HgO p.a
(Merck), NaOH, Indikator phenophtaline, H3BO3 p.a (Merck), Indikator
metil merah, Indikator metil biru, HCl p.a (Merck), Kloroform (Merck),
Metanol(Merck), Ba(OH)2 p.a (Merck), Metanol (Merck), Butanol
(Merck), Ninhidrin 0,1 % dalam etanol,Kertas Lakmus, Larutan asam
nitrat (HNO3) p.a (Merck), Plat TLC silika gel 60 F254, larutan induk Ca,
larutan induk Mg, dan larutan induk Fe.
PROSEDUR KERJA

1. Tahap persiapan sampel (Mayunar,1992)

IKAN BARONANG

 Dibersihkan dan diambil dagingnya


 Dibersihkan dengan akuades
 Ditmbang beratnya
 Dikeringkan dalam oven pada suhu 50 °C
sampai beratnya konstan

SERBUK IKAN BARONANG KERING

 Dihaluskan dengan menggunakan lumpang

SERBUK DAGING IKAN BARONANG


2. Analisis Kadar Protein (Mayunar, 1992)
• Sampel Daging Ikang Baronang Segar
Daging Ikan Baronang Segar
 Dipotong kecil-kecil dan ditimbang sebanyak ±1 g
 Dimasukkan ke dalam labu takar
 Ditambahkan 10 mL H2SO4 dan 5 g campuran K2SO4
dan HgO (20:1)
 Didihkan hingga larutan jernih dan didinginkan
Larutan Jernih
 Dimasukkan ke dalam labu Kjelhldal
 Ditambahkan 100 mL aquades, 35 mL NaOH dan
indikator pp
 Ditampung destilasi dalam Erlenmeyer yang telah
berisi 25 mL H2BO3 dan beberapa tetes indikator
metil-merah biru.
Larutan
 Dititrasi dengan HCl 0,1 N
Kadar Protein
• Sampel Serbuk Daging Ikang Baronang

Serbuk daging Ikan Baronang


 Ditimbang sebanyak ±1 g
 Dimasukkan ke dalam labu takar
 Ditambahkan 10 mL H2SO4 dan 5 g campuran K2SO4
dan HgO (20:1)
 Didihkan hingga larutan jernih dan didinginkan

Larutan Jernih
 Dimasukkan ke dalam labu Kjelhdal
 Ditambahkan 100 mL aquades, 35 mL NaOH dan
indikator pp
 Ditampung destilasi dalam erlenmeyer yang telah
berisi 25 mL H2BO3 dan beberapa tetes indikator
metil-merah biru.
Larutan
 Dititrasi dengan HCl 0,1 N
Kadar Protein
3. Analisis Asam Amino
3.1 Isolasi Protein Bebas Lemak ( Estien dan Nursanti, 2006)
Serbuk Ikan Baronang

 Dihaluskan dan ditimbang sebanyak ±5 g


 Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
 Ditambahkan 100 mL kloroform dan 50 mL
metanol (2:1)
Campuran
 Dishaker selama 180 menit pada suhu 30 °C dan
kecepatan 200 rpm
 Disaring

Filtrat Residu
 Dicuci dengan 100 mL kloroform dan
50 mL metanol (2:1)
 Diuapkan pada suhu ruang dan
disimpan dalam botol.
Daging Ikan
Bebas Lemak
3.2 Hidrolisis Asam Amino Secara Asam ( Estien dan Nursanti, 2006)

Daging Ikan Bebas Lemak

 Ditimbang sebanyak ±1 g
 Dimasukkan dalam labu alas bulat
 Direfluks selama 12 jam dengan 10 mL H2SO4 pekat

Larutan
 Dinetralkan dengan menambahkan Ba(OH)2 6 M
sedikit demi sedikit sambil dicek pH-nya (pH = 7)
 Disaring dengan kertas saring Whatman nomor 1
dalam Erlenmeyer 50 mL.

Hidrolisat Asam
3.3 Hidrolisis Asam Amino Secara Basa ( Estien dan Nursanti, 2006)

Daging Ikan Bebas Lemak

 Ditimbang sebanyak ±1 g
 Dimasukkan dalam labu alas bulat
 Direfluks selama 12 jam dengan 10 mL Ba(OH)2 6 M

Larutan
 Dinetralkan dengan menambahkan H2SO4 pekat 10
mL sedikit demi sedikit sambil dicek pH-nya (pH = 7)
 Disaring dengan kertas saring Whatman nomor 1
dalam Erlenmeyer 50 mL
Hidrolisat Basa
3.4 Pembuatan Eluen ( Estien dan Nursanti, 2006)

50 mL Campuran butanol – asam asetat – air (8:1:1)

 Dibuat dengan cara mencampurkan 40 mL


butanol dengan 5 mL akuades
 Dikocok sampai homogen
 Ditambahkan 5 mL asam asetat sedikit
demi sedikit
 Dikocok sampai homogen

Eluen
3.5 Pemisahan Asam Amino Secara Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) (Ningsih, 2009)
a. Membuat Larutan Baku Asam
Amino
Asam Amino Baku

 Dilarutkan sebanyak 2 mg asam


amino baku dalam 2 mL HCl 0,1
M.

Larutan Asam Amino Baku


b. Pemisahan Asam Amino Secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Sampel Larutan Standar

 Ditotolkan masing-masing 1 L larutan asam


amino baku dan sampel sebanyak 2 L pada
KLT
 Dimasukkan lapisan tipis ke dalam chamber
KLT yang telah terisi eluen
 Dielusi sampai tanda batas pada plat KLT
 Dikeluarkan plat KLT dari chamber dan
dikeringkan di udara terbuka
 Disemprotkan dengan ninhidrin 0,1% dalam
etanol
 Dikeringanginkan pada suhu ruang selama
15 menit

Noda Sampel Pada Plat KLT


 Diidentifikasi secara kualitatif dengan
membandingkan nilai Rf dengan asam
amino standar
3.6 Identifikasi Asam Amino Dengan TLC Scanner (Ningsih, 2009)

Plat KLT

 Diidentifikasi secara kuantitatif menggunakan TLC


scanner pada panjang gelombang 370 nm untuk
penampak noda ninhidrin

Kromatogram
4. Analisis Mineral Ca, Mg, dan Fe (Khomsan, 2004)
4.1 Pembuatan Larutan Sampel (Khomsan, 2004)

Serbuk Daging Ikan Baronang


 Ditimbang sebanyak ±4 g
 Dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah
diketahui beratnya
 Dilakukan pengabuan pada suhu 550 °C sampai
berwarna keabu-abuan
Abu
 Dikeluarkan cawan dan didinginkan dalam
desikator sampai mencapai suhu kamar
 Ditimbang beratnya dan ditentukan kadar abu
 Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
 Ditambahkan secara perlahan-lahan 30 mL larutan
HCl dan 25 mL larutan HNO3
 Dipanaskan selama 3 jam sampai diperoleh larutan
bening
Larutan Bening
Larutan Bening

 Disaring dengan menggunakan kertas saring

Residu Filtrat

 Ditampung dalam labu takar 50 mL dan


ditambahkan akuades sampai tanda batas
 Diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer serapan
atom (SSA) untuk menentukan kandungan
mineral Ca, Mg, dan Fe pada panjang
gelombang maksimum dari masing-masing
mineral yang dianalisis.
Nilai Absorbansi
4.2 Pembuatan Kurva Standar Kalsium (Ca) (Khomsan, 2004)
Larutan Induk Ca
1000 ppm
 Diambil sebanyak 10 mL kemudian diencerkan
dalam labu takar 100 mL dengan akuades hingga
tepat volumenya
Larutan Standar
Ca 100 ppm
 Diambil sebanyak 10 mL kemudian diencerkan dalam
labu takar 100 mL dengan akuades hingga tepat
volumenya
Larutan Standar
Ca 10 ppm
 Dibuat deret larutan standar dengan mengambil
masing-masing 10; 20; 30; dan 40 mL kemudian
diencerkan dalam labu takar 100 mL dengan
akuades hingga tepat volumenya.
Deret Larutan Standar Ca 1, 2, 3,
 Diukur Absorbansinya pada panjang
dan 4 ppm
gelombang 422,7 nm dengan SSA
4.3 Pembuatan Kurva Standar Magnesium (Mg) (Almatsier, 2004)
Larutan Induk Mg
1000 ppm
 Diambil sebanyak 10 mL kemudian diencerkan
dalam labu takar 100 mL dengan akuades hingga
tepat volumenya
Larutan Standar
Mg 100 ppm
 Diambil sebanyak 10 mL kemudian diencerkan dalam
labu takar 100 mL dengan akuades hingga tepat
volumenya
Larutan Standar
Mg 10 ppm
 Dibuat deret larutan standar dengan mengambil
masing-masing 2; 4; 6; dan 8 mL kemudian
diencerkan dalam labu takar 100 mL dengan
akuades hingga tepat volumenya.

Deret Larutan Standar Mg 0,2; 0,4;  Diukur Absorbansinya pada panjang


0,6; dan 0,8 ppm gelombang 285,2 nm dengan SSA
4.4 Pembuatan Kurva Standar Besi (Fe) (Arifin, 2008)
Larutan Induk Fe
1000 ppm
 Diambil sebanyak 10 mL kemudian diencerkan
dalam labu takar 100 mL dengan akuades hingga
tepat volumenya
Larutan Standar
Fe 100 ppm
 Diambil sebanyak 10 mL kemudian diencerkan dalam
labu takar 100 mL dengan akuades hingga tepat
volumenya
Larutan Standar
Fe 10 ppm
 Dibuat deret larutan standar dengan mengambil
masing-masing 10; 20; 30 dan 40 mL kemudian
diencerkan dalam labu takar 100 mL dengan
akuades hingga tepat volumenya.

Deret Larutan Standar Fe 1, 2,  Diukur Absorbansinya pada panjang


3, dan 4 ppm gelombang 248,3 nm dengan SSA
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai