Anda di halaman 1dari 43

KEMAMPUAN ANTIBAKTERI DARI ISOLAT BAKTERI

PADA TUBUH LALAT HIJAU (Chrysomya megacephala) ASAL


TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR (TPA)
KEBON KONGOK, LOMBOK BARAT

SKRIPSI

OLEH
AURIRA THRISNA DWI APRIANTI
G1A015004

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2019

i
KEMAMPUAN ANTIBAKTERI DARI ISOLAT BAKTERI PADA TUBUH
LALAT HIJAU (Chrysomya megacephala) ASAL TEMPAT PEMBUANGAN
SAMPAH AKHIR (TPA) KEBON KONGOK, LOMBOK BARAT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S1) Bidang Biologi
Pada Program Studi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mataram

DISUSUN OLEH

AURIRA THRISNA DWI APRIANTI


G1A015004

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2019

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi ini murni karya saya sendiri dan
di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah dituliskan atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang
tertulis pada situasi dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Mataram, 15 November 2019

Yang menyatakan,

Aurira Thrisna Dwi Aprianti


NIM. G1A015004

iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrhamanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Subhanahu wata’ala, Tuhan
Yang Maha Esa, yang atas berkat segala nikmat rahmat, karunia, serta segala
petunjuk-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
senantiasa dicurahkan atas Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umat manusia ke jalan yang diterangi dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini mengangkat judul “Kemampuan Antibakteri dari Isolat
Bakteri pada Tubuh Lalat Hijau (Chrysomya Megacephala) Asal Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Kebon Kongok, Lombok Barat ”.
Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana (S1) Sains Bidang Biologi pada Program Studi Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram.

Setiap hal yang tertuang dalam penulisan ini tidak akan pernah terwujud
tanpa bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
melalui lembaran ini penulis ingin menyampaikan hormat dan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda Drs. Urip, M.Kes dan ibunda Rahmawati, S.Si., M.Sc yang selalu
mendoakan, memberikan semangat, dan memberikan segala dukungan
dalam bentuk moril maupun materil yang luar biasa sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan baik, serta kakak tercinta Muhammad Rama Imam
Saputra S.Kh., M.Si
2. Dr. Ernin Hidayati, S.Si., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Pertama dan
Ketua Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Mataram yang
telah memberikan ilmu, bimbingan dan arahan, serta semangat dalam
melaksanakan penelitian sehingga penyusunan skripsi berjalan dengan baik.
3. Dr. Faturrahman, S.Pt., M. Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
selalu memberikan ilmu, bimbingan dan arahan, serta semangat dalam
melaksanakan penelitian sehingga penyusunan skripsi berjalan dengan baik.

vi
4. Dr. Drs. H. Ahmad Jupri, M.Eng, selaku Dosen Pembahas yang telah
memberikan arahan, kritik dan saran yang bersifat konstruktif dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Suripto, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan saran selama proses perkulihan
6. Teman sepenelitian, Nita Rizky Utami, Siti Nurkomala Qullunada, Yuli
Handayani, Faisal Ansyarif yang telah menemani penelitian ini, baik susah
maupun senang, serta membantu mengumpulkan bahan penelitian dan juga
berbagi bahan-bahan penelitian sehingga penelitian ini berjalan lancar.
7. Ni Ketut Ayu Sutraningsih, Riyan Amrullah, Lukmanul Hakim, Athifah,
Maya Nuansa Putri, Nurkholisah Supiyani, Hastia Ningsih Apriani dan
seluruh Keluarga Besar Biologi 2015 yang tidak bisa penulis sebutkan
semua, selaku pemberi nasehat, semangat, serta membantu berjuang
bersama dalam suka maupun duka selama perjalanan kuliah di FMIPA
tercinta.
8. Seluruh Dosen dan Staf Akademik yang telah mengajarkan banyak hal
mengenai ilmu Biologi maupun pelajaran kehidupan lainnya yang tidak
akan didapatkan di kelas manapun, serta bantuan berupa informasi dan
sebagainya.
9. Bunda Dewi selaku Laboran Biologi yang telah memberikan banyak
bantuan selama penelitian.
10. Terima kasih kepada diri saya sendiri yang telah berusaha untuk kuat dan
mampu bertahan sampai ke tahap akhir perkuliahan ini.
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
selama penyelesaian skripsi ini menjadi salah satu amalan yang baik di sisi Allah
SWT dan dibalas dengan kebaikan yang lebih besar. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun sebagai pembelajaran bagi penulis
untuk tulisan yang lain kedepannya.
Mataram, November 2019

Penulis

vii
KEMAMPUAN ANTIBAKTERI DARI ISOLAT BAKTERI PADA TUBUH
LALAT HIJAU (Chrysomya megacephala) ASAL TEMPAT PEMBUANGAN
SAMPAH AKHIR (TPA) KEBON KONGOK, LOMBOK BARAT

AURIRA THRISNA DWI APRIANTI


G1A015004

ABSTRAK

Lalat hijau merupakan serangga yang sering ditemukan di tempat sampah.


Sampah mengandung berbagai jenis bakteri, termasuk bakteri penyebab penyakit,
dan bakteri penghasil antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakter isolat bakteri yang diisolasi dari tubuh lalat dan untuk mempelajari
kemampuan antibakteri yang dihasilkan oleh isolat tersebut. Pada penelitian ini
digunakan sampel berupa lalat hijau (Chrysomya megacephala). Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah teknik agar sebar. Koloni yang tumbuh pada
media Nutrient Agar selanjutnya dimurnikan lalu diamati karakter morfologi dan
selnya. Isolat yang diperoleh kemudian diuji tantang antar isolat bakteri dengan
menggunakan metode uji antagonistik dan metode spot. Diperoleh sebanyak
empat isolat bakteri yaitu isolat AT1, isolat AT2, isolat AT3, dan isolat AT4.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat AT3 mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan isolat lainnya. Isolat AT3 dapat menghambat
pertumbuhan isolat AT2 dan isolat AT4 dengan rerata sebesar 6,17 mm dan 7,67
mm. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat AT1 adalah Pediococcus
pentosaceus, isolat AT2 adalah Staphylococcus cohnii ssp cohnii, isolat AT3
adalah Aerococcus viridans, dan isolat AT4 adalah Streptococcus pneumoniae.

Kata kunci : lalat hijau, Chrysomya megacephala, antibakteri, sampah

viii
ANTIBACTERIAL CAPABILITY OF BACTERIAL ISOLATE IN GREEN
FLIES (Chrysomya megacephala) ORIGIN OF KEBON KONGOK,
LOMBOK BARAT LANDFILLS

AURIRA THRISNA DWI APRIANTI


G1A015004

ABSTRACT

Green flies are insects that are often found in trash bins. Garbage contains various
types of bacteria, including disease-causing bacteria, and antibiotic-producing
bacteria. The purpose of this study was to determine the character of bacterial
isolates isolated from the fly's body and to study the antibacterial ability produced
by these isolates. In this study a sample of green fly (Chrysomya megacephala)
was used. The method used in this study is the technique for spreading. Colonies
that grow on Nutrient media To be further purified then observed morphological
characters and cells. The isolates obtained were then challenged between bacterial
isolates using the antagonistic test method and the spot method. Four bacterial
isolates were obtained, namely AT1 isolate, AT2 isolate, AT3 isolate, and AT4
isolate. The results showed that AT3 isolates had the ability to inhibit the growth
of other isolates. AT3 isolates can inhibit the growth of AT2 isolates and AT4
isolates with a mean of 6.17 mm and 7.67 mm. The identification results showed
that AT1 isolate was Pediococcus pentosaceus, AT2 isolate was Staphylococcus
cohnii ssp cohnii, AT3 isolate was Aerococcus viridans, and AT4 isolate was
Streptococcus pneumoniae.

Keyword : green flies, Chrysomya megacephala, antibacterial, garbage

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

ABSTRAK........................................................................................................ vii

ABSTRACT .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

2.1. Lalat ............................................................................................................. 4

2.2. Lalat Hijau .................................................................................................... 4

2.3. Sampah ......................................................................................................... 7

x
2.4. Bakteri Pada Tubuh Lalat .............................................................................. 9

2.5. Aktivitas Antibakteri ................................................................................... 10

BAB III METODE .......................................................................................... 12

3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 12

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................... 12

3.3. Alat dan Bahan ........................................................................................... 12

3.4. Prosedur Kerja Penelitian ............................................................................ 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 16

4.1. Isolasi Bakteri dari Tubuh lalat hijau ........................................................... 16

4.2. Aktivitas Antibakteri Isolat ......................................................................... 17

4.3. Identifikasi Isolat Bakteri yang Ditemukan .................................................. 19

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 21

5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 21

5.2. Saran........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Lalat hijau (Chrysomya megacephala).............................................. 5

Gambar 2.2. Siklus hidup lalat ............................................................................. 6

Gambar 4.1. (A) Uji antagonistik yang menunjukkan bahwa isolat AT3 dapat
menghambat pertumbuhan isolat AT2 (B) Uji antagonistik yang
menunjukkan bahwa isolat AT3 dapat menghambat pertumbuhan
isolat AT4 ..................................................................................... 17

Gambar 4.2. (A) Zona bening yang menunjukkan aktivitas antibakteri AT3
terhadap AT4 (B) Zona bening yang menunjukkan aktivitas
antibakteri AT3 terhadap AT2. ...................................................... 18

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakter morfologi dan sel isolat bakteri pada tubuh lalat hijau ......... 16

Tabel 4.2. Kemampuan daya hambat dari isolat bakteri pada tubuh lalat hijau .... 18

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengamatan Morfologi Koloni, Uji Antagonistik, dan Uji Antibakteri


Metode Spot .................................................................................. 25

Lampiran 2. Proses Pewarnaan Gram Isolat Bakteri ........................................... 26

Lampiran 3. Proses Identifikasi Isolat Bakteri .................................................... 28

Lampiran 4. Laporan Hasil Uji (LHU) Identifikasi Bakteri................................. 30

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lalat merupakan salah satu serangga yang termasuk ke dalam ordo
Diptera. Beberapa spesies lalat yaitu lalat rumah (Musca domestica), lalat
kandang (Stomoxys calcitrans), lalat daging (Sarcophaga spp.), lalat kecil (Fannia
sp.) (Sukamto, 1999) dan lalat hijau (Chrysomya megacephala). Ada spesies lalat
yang berpengaruh dalam masalah kesehatan, yaitu sebagai vektor penularan
penyakit. Sebagai vektor mekanis, lalat juga membawa bibit penyakit melalui
anggota tubuhnya (Santi, 2001).
Lalat mempunyai kemampuan reproduksi cukup tinggi, dimana siklus
hidupnya dapat terjadi dalam waktu lima belas hari. Hal ini mengakibatkan lalat
selalu dapat ditemukan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Sebagai vektor
penyakit, lalat membawa beberapa jenis mikro organisme ditubuhnya diantaranya
adalah bakteri, virus, fungi, dan protozoa. Bakteri merupakan salah satu kelompok
mikroorganisme yang dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan. Hal ini
tampak dari kemampuan mikroorganisme menginfeksi manusia, hewan, serta
tanaman dan dapat menimbulkan penyakit mulai dari infeksi ringan dan dapat
menyebabkan kematian. Selain pada organisme hidup, mikroorganisme juga dapat
mencemari makanan sehingga mengakibatkan makanan tidak dapat dikonsumsi
karena rusak dan beracun.
Suryani (2011) melaporkan bahwa lalat dari jenis M. domestica dan C.
Megachepala yang ditangkap di tempat pembuangan sampah akhir di kota
Padang, permukaan tubuh luarnya terdeteksi mengandung bakteri Enterobacter
aerogenes, Escherichia coli, Proteus sp., Bacillus sp., dan Serratia marcescens.
Selanjutnya pada penelitian Hastutiek dan Fitri (2007), melaporkan bahwa pada
tubuh lalat M. domestica ditemukan bakteri Acinetobacter sp., Cirtobacter
freundii, Enterobacter aerogenes, Enterobacter agglomerans, Hafnia alvei,
Klebsiella pneumoniae, Morganella morganii, Proteus vulgaris, Pseudomonas
sp., Salmonella sp., Listeria sp., Shigella sp., Vibrio cholera, Staphylococcus
aureu,dan M. leprae.

1
Selain terdapat bakteri merugikan, pada tubuh lalat juga kemungkinan
terdapat bakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil antibiotik.
Berdasarkan hasil studi oleh ahli biosains Joanne Clarke yang tedapat dalam
Rehab (2014) menggunakan lalat sebagai sumber obat untuk melawan bakteri,
adapun hasil yang didapat adalah lalat dapat menghasilkan antibiotiknya sendiri
yang mengarah pada pengobatan yang lebih baik untuk infeksi manusia dari
Escherichia coli dan bakteri virulen lainnya seperti Staphylococcus aureus. Selain
itu peneliti dari Auburn University pada tahun 2005 mencoba untuk menemukan
protein dalam air liur lalat, dimana protein ini dapat mempercepat proses
pernyembuhan luka yang lama dan kulit pecah-pecah. Dan belum lama, menurut
peneliti dari Stanford University tahun 2007 menemukan zat pertama dalam lalat
yang dapat meningkatkan sistem kekebalan manusia. Selain itu, para peneliti
menemukan cara terbaik untuk melepaskan zat-zat tersebut adalah dengan
mencelupkan lalat ke dalam air karena zat-zat tersebut terkonsentrasi di
permukaan tubuh dan sayap lalat.
Beragamnya jenis bakteri pada tubuh lalat disebabkan oleh sifat lalat untuk
mempertahankan hidupnya dan daya tariknya terhadap bau-bau yang busuk, lalat
mencari tempat-tempat yang kotor untuk mencari sesuatu yang dimakannya.
Tempat-tempat tersebut merupakan habitatnya, diantaranya adalah Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yang banyak berhubungan dengan aktivitas manusia
(Yunita, 2018). Produk buangan atau hasil buangan di TPA tersebut beragam
sehingga memungkinkan adanya keragaman bakteri pada setiap jenis sampah
yang terdapat pada TPA. Hal itu juga dapat memungkinkan adanya asosiasi lalat
dengan beragam jenis bakteri pada sampah di TPA. Berdasarkan pernyataan diatas
maka penting untuk dilakukan penelitian tentang lalat yang berasosiasi dengan
beragam bakteri yang terdapat pada sampah di TPA Kebon Kongok dan untuk
mengetahui kemampuan antibakteri dari bakteri yang diperoleh.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah karakter bakteri yang didapatkan dari tubuh lalat yang
berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok?
b. Apakah ada diantara isolat tersebut yang mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan isolat lainnya?

2
1.3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui karakter bakteri yang diisolasi dari tubuh lalat yang
berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok.
b. Untuk mengetahui kemampuan antibakteri yang dihasilkan oleh isolat
bakteri dari tubuh lalat hijau asal Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Kebon Kongok
1.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai isolat
bakteri, karakter isolatnya, serta kemampuan antibakteri dari isolat bakteri pada
tubuh lalat yang hidup di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Kebon Kongok,
Lombok Barat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lalat
Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak menggunakan sayap
(terbang) yang berbentuk membrane. Hanya sesekali bergerak menggunakan
kakinya. Oleh karenanya daerah jajahan lalat cukup luas. Pada saat ini telah
ditemukan tidak kurang dari 60.000–100.000 spesies (Maryantuti, 2007). Jenis
lalat yang banyak merugikan manusia diantaranya adalah lalat rumah (Musca
domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megachephala). Lalat ini tersebar secara
kosmopolitan dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena
zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat seperti glukosa dan sedikit protein bagi
pertumbuhannya sebagian besar ada pada makanan manusia (Sitanggang, 2001).
Jenis lalat yang banyak merugikan manusia diantaranya adalah lalat rumah
(Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megachephala). Lalat ini tersebar
secara kosmopolitan dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan manusia
karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat seperti glukosa dan sedikit protein
bagi pertumbuhannya sebagian besar ada pada makanan manusia (Sitanggang,
2001).
2.2. Lalat Hijau (Chrysomya megacephala)
Chrysomya megacephala merupakan serangga yang berukuran sedang
dengan panjang tubuhnya berkisar antara 8–10 mm. Seperti halnya sebagian besar
anggota Diptera lain, C. megacephala juga mengalami metamorfosis sempurna
yang diawali dengan telur, kemudian menjadi larva, pupa, dan akhirnya menjadi
bentuk dewasa. Telur diletakkan oleh lalat dewasa dalam keadaan berkelompok.
Selama masa hidupnya lalat betina meletakkan telurnya sebnyak 4–6 kali.
Jangka waktu hidup tahap pra dewasa lalat C. megacephala adalah sekitar
8,5–9 hari pada suhu 24–28,5ᴼC dengan kelembaban 8,5–92%, sedangkan tahap
dewasanya berkisar antara 37,6–41,2 hari pada suhu 24–28ᴼC dengan kelembaban
86 – 94,6%.

4
Bentuk dewasa lalat ini sejak lama dikenal sebagai pengganggu pada
rumah pemotongan hewan, dan tempat-tempat penjualan daging, ikan, manias,
buah-buahan dan berbagai jenis makanan lain di pasar (Sitanggang, 2001).
2.2.1. Klasifikasi Lalat Hijau
Klasifikasi lalat hijau atau Chrysomya megacephala menurut Borror et al.,
(1992) dalam Putri, 2015 sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Calliphoridae
Genus : Chrysomya
Species : Chrysomya megacephala
2.2.2. Morfologi Lalat Hijau
Morfologi lalat C. megacephala yaitu warna tubuh hijau kebiruan metalik.
Panjang tubuh 9,5 mm, panjang venasi sayap 5 mm, thorax berwarna hijau
metalik kecoklatan, permukaan tubuh tertutupi dengan bulu-bulu pendek keras
dan jarang letaknya. Abdomen berwarna hijau metalik mempunyai garis-garis
transversal, pada bagian mulutnya berwarna kuning, mata berukuran besar dan
berwarna merah gelap, sayap jernih dengan guratan urat-urat yang jelas (Yunita,
2015).

Gambar 2.1. Lalat hijau (Chrysomya megacephala)


(Sumber : ES, Fuerteventura, Costa Calma. arthropodafotos.de)

5
2.2.3. Siklus Hidup Lalat Hijau
C. megacephala mengalami metamorphosis sempurna yaitu telur, larva,
pupa, dan dewasa. Lalat dewasa betina menyebabkan miasis fakultatif yang
meletakkan telurnya pada tepi luka terbuka sejumlah 95–245 butir dalam satu
kelompok. Telur C. megacephala berwarna putih transparan dengan panjang 1,25
mm dan diameter 0,26 mm, berbentuk silindris serta tumpul pada kedua ujungnya.
Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu sepuluh jam pada suhu 30ᴼC dan
masuk ke dalam jaringan serta memakan jaringan tersebut. Pada fase ini larva
banyak makan dengan tujuan mengumpulkan energi.
Stadium larva terdiri atas tiga stadium yaitu stadium larva instar I, II, dan
III. Perkembangan L1 sampai denga L3 memerlukan waktu enam hingga tujuh
hari. L3 akan membentuk pupa yang dalam waktu tujuh sampai delapan hari.
Pupa kemudian mejadi lalat yang akan bertelur setelah enam hingga tujuh hari.
Ketiga instar dapat dibedakan dari panjang tumbuh dan warnanya. Panjang L1
adalah 1,6 mm dengan diameter 0,25 mm dan berwarna putih. L2 mempunyai
panjang 3,5–5,5 mm dengan diameter 0,5–0,75 mm dan berwarna putih sampai
krem. L3 mempunyai panjang sekitar 6,1–15,7 mm dengan diameter 1,1–3,6 mm
dan berwarna krem atau merah muda. Larva kemudian menjatuhkan diri dari
jaringan kdan berkembang menjadi lalat pupa dalam waktu 2 jam pada suh 28ᴼC.
pupa akan menetas menjadi lalat dewasa dalam waktu seminggu pada suhu 25–
30ᴼC, sedangkan pada suhu yang lebih rendah akan lebih lama (Fitriani, 2013).

Gambar 2.2. Siklus hidup lalat


(Sumber : myhealth.gov.my)

6
2.3. Sampah
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan
limbah padat, sedangkan limbah itu sendiri pada dasarnya berarti suatu bahan
yang terbuang atau dibuang dari suatu hasil aktivitas manusia, maupun proses-
proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Sampah
dikatakan mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar, disamping juga dapat
mencemari lingkungan (Najmulmunir, 2000).
Sampah dalam pengertian ilmu kesehatan lingkungan, sebenarnya hanya
sebagian dari benda yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai
mengganggu kelangsungan hidup (Azrul, 1983).
Sampah adalah sisa kegiatan sehari - hari manusia dan atau proses alam
yang berbentuk padat. Para Ahli Kesehatan Amerika, membuat batasan, sampah
(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya.
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia
yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua benda padat
yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan demikian sampah
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.
b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.
Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (UU No. 18
tahun 2008).
2.3.1. Sumber-Sumber Sampah
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan
rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa
makanan baik yang sudah dimasak maupun yang belum dimasak, bekas

7
pembungkus baik kertas, plastik, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan
bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus,
stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik,
botol, daun, dan sebagainya.
c. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini berasal dari perkantoran baik perkantoran pendidikan,
perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebgainya. Sampah ini
berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya
sampah ini bersifat organik, dan mudah terbakar (rubbish).
d. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri
dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batua-batuan, pasir, sobekan
ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan
sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari industri (industrial waste)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang
berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari
proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam,
plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini berasal dari sisa hasil perkebunan/pertanian, misalnya
seperti jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting
kayu yang patah, dan sebagainya.
g. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya
tergantung usaha pertambangan itu sendiri, misalnya batu-batuan,
tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

8
h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa
kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003)
2.3.2. Jenis Sampah
Menurut Chandra (2007), sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu :
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:
a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat
membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
b. Sampah organik adalah sampah yang dapat membusuk, misalnya sisa-
sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar:
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas, dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas,
besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.
2.4. Bakteri Pada Tubuh Lalat
Bakteri yang terdapat pada tubuh lalat dapat disebabkan karena lingkungan
tempat hidupnya, dimana lalat tersebut tinggal didaerah yang kotor sehingga ada
kemungkinan berbagai jenis bakteri hidup atau berkoloni pada tubuh lalat
tersebut. Bakteri yang ditemukan pada tubuh lalat jenis Musca domestica,
Chrysomya megacephala, dan Sarchopaga haemorrhoidalis yang diteliti di
beberapa pasar di Surabaya adalah Staphylococcus, E. coli, Salmonella spp., dan
Shigella spp. (Safitri dkk, 2017). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Yunita, 2018 di TPA dan Pasar di Kota Palembang, bakteri yang ditemukan pada
tubuh lalat Musca domestica antara lain terdiri dari genus Salmonella,
Providencia, Eschericia, Vibrio, dan Proteus. Sedangkan berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Carneiro dkk, 2014 di Sinop, Mato Grosso, Brazil
bakteri yang ditemukan pada tubuh Chrysomya megacephala dapat bilang cukup
banyak yaitu sebanyak 11 jenis antara lain adalah Aquaspirillum polymorphum,
Bacillus subtilis, Burkholderia ambifaria, Burkholderia anthina, Burkholderia

9
cepacia, Burkholderia cenocepacia, Burkholderia pyrrocinia, Burkholderia
stabilis, Paenibacillus macerans, Photorhabdus luminescens and Virgibacillus
pantothenticus.
Bakteri yang berada pada lalat dapat bersifat patogen atau dapat
menyebabkan kerusakan, adapun bakteri yang bersifat patogen yang ditemukan
pada tubuh lalat dapat lihat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kassiri
(2012) di Rumah Sakit Ahwaz Iran, dimana lalat yang digunakan sebagai sampel
adalah lalat rumah atau Musca domestica antara lain adalah genus Pseudomonas,
Eshericia coli merupakan jenis bakteri yang memiliki tingkat infeksi tertinggi,
sedagkan pada genus Klebsiella, bacillus, dan Dipthroid memiliki tingkat infeksi
terendah. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim dkk, 2018
dilakukan pengujian terhadap lalat rumah Musca domestica dan ditemukan
beberapa jenis bakteri antara lain Eschericia coli, spesies Salmonella, spesies
Pseudomonas, spesies Klebsiella, spesies Shigella, spesies Staphylococcus,
spesies Streptococcus, spesies Bacillus, dan spesies Proteus.
2.5. Aktifitas Antibakteri
Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan
mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah
pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971).
Antimikrobia meliputi golongan antibakteri, antimikotik, dan antiviral
(Ganiswara, 1995).
Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa
antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan
permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan
makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,
penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu
substansi kimia yang dihasilkan olehmikroba dan dapat menghambat

10
pertumbuhan mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja secara
bakteriostatik, bakteriosidal, dan bakteriolitik (Pelczar dan Chan, 1988).
Menurut Madigan dkk. (2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,
senyawa antimikrob mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan mikrobia
yaitu:
1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi
tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis
protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
antimikrob pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik.
Penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel
total maupun jumlah sel hidup adalah tetap.
2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi
lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikrob
pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Penambahan zat
antimikrob pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap sedangkan
jumlah sel hidup menurun.
3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah
sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antimikrob. Hal ini
ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia yang
berada pada fase logaritmik. Penambahan zat antimikrob pada fase
logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.

Mekanisme penghambatan antibakteri dapat dikelompokkan menjadi lima,


yaitu menghambat sintesis dinding sel mikrobia, merusak keutuhan dinding sel
mikrobia, menghambat sintesis protein sel mikrobia, menghambat sintesis asam
nukleat, dan merusak asam nukleat sel mikrobia (Sulistyo, 1971).

11
BAB III

METODE

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu memaparkan dan
menggambarkan secara detail mengenai obyek yang dikaji yaitu karakter isolat
bakteri dan kemampuan aktivitas antibakteri dari isolat bakteri pada tubuh lalat
hijau.
3.2. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei–Agustus 2019.
Pengambilan sampel lalat bertempat di Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Kebon
Kongok, Lombok Barat dan dilanjutkan dengan isolasi dan karakterisasi bakteri di
Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas MIPA Universitas Mataram. Identifikasi
bakteri dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan, Pengujian dan Kalibrasi
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3.3. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah jaring ayun, botol
sampel, label, pulpen, autoklaf, laminar air flow, Microbiology analyzer (BD
PhoenixTM M50), phoenix panel caddy, phoenix specnephelometer, vortex,
inkubator, jarum ose, rak tabung reaksi, cawan petri, kaca benda, kaca penutup,
korek api, mikroskop, pinset, sarung tangan, dan masker.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lalat, Nutrien Agar
(Merck), NaCl fisiologis, 1 set pengecatan Gram, phoenix ID broth, Brain Heart
Infusion (BHI).
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Pembuatan Media NA (Nutrient Agar)
Media NA dibuat dengan melarutkan 10 gram serbuk NA ke dalam
Erlenmeyer yang berisi 500 ml aquades, setelah itu, ditutup dengan kapas steril
dan alumunium foil, dididihkan sampai homogen sambil diaduk, kemudian
disterilkan dengan autoclave selama 15 menit pada tekanan 1 atm, suhu 121°C.

12
3.4.2. Pengambilan Sampel
Sampel lalat diperoleh dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
Kebon Kongok, Lombok Barat. Sampel diambil menggunakan jaring khusus
serangga dan dimasukkan kedalam botol sampel.
3.4.3. Identifikasi Lalat
Sampel lalat yang telah terkumpul, kemudian dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan melihat warna dari tubuh lalat yang
didapatkan.
3.4.4. Isolasi Bakteri
3.4.4.1. Pengenceran Sampel
Tiga ekor lalat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL
NaCl steril, kemudian divortex hingga homogen, sehingga diperoleh pengenceran
10-1. Sebanyak 1 mL larutan dari pengenceran 10 -1 diambil kemudian dimasukkan
ke dalam 9 mL NaCl yang lain kemudian divortex hingga homogen, sehingga
diperoleh pengenceran 10 -2. Demikian seterusnya dibuat pengenceran bertingkat
sampai 10-7.
3.4.4.2. Penanaman Sampel
Sebanyak 0,1 mL diambil dari dua seri pengenceran (10-3, 10-5) ditanam
pada media nutrient agar (NA) dengan teknik agar sebar. Semua diinkubasi pada
suhu 37ᴼC selama 24 jam.
3.4.4.3. Pemurnian Koloni
Koloni yang memiliki kode berbeda dimurnikan dengan cara
menggoreskan sebanyak satu ose bakteri pada media nutrient agar yang baru,
kemudian diinkubasi pada suhu 37ᴼC selama 24 jam. Koloni yang telah murni
ditandai dengan karakter morfologi yang sama.
3.4.5. Karakterisasi Bakteri pada Tubuh Lalat
3.4.5.1. Pengamatan Morfologi Koloni
Pengamatan morfologi yang dilakukan meliputi morfologi sel dan
morfologi koloni meliputi warna, permukaan koloni, bentuk, tepian koloni dan
elevasi (lampiran).

13
3.4.5.2. Pewarnaan Gram
Pengamatan morfologi sel bakteri dilakukan dengan pewarnaan Gram.
Koloni bakteri diambil satu ose dan disebarkan pada kaca benda hingga merata.
Kaca objek dilewatkan beberapa kali diatas nyala api. Teteskan dengan larutan
kristal violet (Gram A) dan didiamkan selama satu menit, kemudian dicuci
menggunakan aquades pada botol semprot dan dikeringkan. Larutan iodin (Gram
B) kemudian ditetesi dan dibiarkan selama satu menit, dicuci menggunakan
aquades pada botol semprot dan dikeringkan. Larutan etanol 95% (Gram C)
kemudian ditetesi dan dibiarkan selama satu menit, dicuci menggunakan aquades
pada botol semprot dan dikeringkan, setelah itu ditetesi dengan larutan safranin
(Gram D) atau zat penutup dan didiamkan selama satu menit, kemudian dicuci
menggunakan aquades pada botol semprot dan dikeringkan. Diamati dengan
menggunakan mikroskop pada perbesaran kuat (Waluyo, 2010). Indikasi
pewarnaannya yaitu bakteri gram positif akan berwarna violet dan bakteri gram
negatif akan berwarna merah, dicatat dan difoto bentuk dari sel bakteri tersebut
apakah bulat (coccus), batang (bacil), maupun bergelombang (spiral), penataan
sel. Motilitas atau pergerakan sel digunakan media BHI. Isolat murni yang
didapatkan di tumbuhkan pada media BHI selama 24 jam pada suhu 37ᴼC. Satu
tetes diambil dan diletakkan pada kaca benda dan diamati pergerakannya dibawah
mikroskop.
3.4.6. Uji Aktivitas Antibakteri
3.4.6.1. Uji Antagonis
Isolat bakteri yang diperoleh diperlakukan seperti pada lampiran 1. Isolat
ke-1 merupakan isolat yang digunakan sebagai isolat utama yang di uji tantang
dan isolat ke-2, 3, 4, 5, dan 6 merupakan bakteri yang dihambat pertumbuhannya
oleh isolat 1, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam dan dilihat apakah ada isolat
bakteri yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan isolat lainnya.
3.4.6.2. Uji Antibakteri Metode Spot
Isolat bakteri yang dihambat pertumbuhannya disebar atau diswap pada
media NA yang baru dan untuk isolat yang menghambat pertumbuhannya diambil
menggunakan ose dan dibentuk bulat seperti pada lampiran 1. Inkubasi selama
24–48 jam, kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui besar zona hambat

14
yang dihasilkan. Metode ini digunakan untuk melihat seberapa besar
kemampuannya menghambat isolat bakteri yang lain sehingga dapat dinyatakan
bahwa bakteri tersebut mampu menghambat isolat bakteri tersebut.
3.4.7. Identifikasi Isolat Bakteri
Identifikasi isolat bakteri dilakukan menggunakan Microbiology
Analyzer. Cara pengerjaannya adalah isolat yang digunakan harus berupa isolat
murni, isolat diambil menggunakan ose lalu dimasukkan ke dalam tabung phoenix
ID broth dan di vortex agar homogen, setelah homogen kemudian diukur
kekeruhan dari larutan tersebut dengan menggunakan alat phoenix
spektrofotometer sampai didapatkan kekeruhan 0,4–0,6 McFarland. Larutan
dituangkan kedalam phoenix panel caddy dan ditutup rapat. Panel tersebut
dimasukkan kedalam alat Microbiology Analyzer untuk dilakukan pemeriksaan.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Isolat Bakteri dari Tubuh Lalat Hijau


Sebanyak empat isolat bakteri berhasil diisolasi dari tubuh lalat hijau asal
tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Kebon Kongok, yaitu AT1, AT2, AT3,
dan AT4 dengan karakter seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakter morfologi dan sel isolat bakteri pada tubuh lalat hijau
Kode Isolat Karakter Morfologi dan Sel Foto Sel Bakteri
AT1 Koloni berwarna kuning
cerah, dengan bentuk bulat
(pinggiran halus), elevasi
datar, tergolong kedalam
gram positif dengan bentuk
sel kokus dan penataan sel
bergerombol.
AT2 Koloni berwarna putih susu,
dengan bentuk bulat
(pinggiran halus), elevasi
datar, tergolong kedalam
gram positif dengan bentuk
sel kokus dan penataan sel
bergerombol.
AT3 Koloni berwarna putih susu,
dengan bentuk rizoid
(pinggiran rizoid), elevasi
datar, tergolong kedalam
gram positif dengan bentuk
sel kokobasil dan penataan
sel sendiri.
AT4 Koloni berwarna kuning
pucat, dengan bentuk tidak
teratur (pinggiran tidak
teratur), elevasi datar,
tergolong kedalam gram
positif dengan bentuk sel
kokobasil dan penataan
berpasangan

Keempat isolat merupakan bakteri gram positif dan memiliki perbedaan


bentuk sel, yaitu isolat AT1 memiliki bentuk sel kokus bergerombol, isolat AT2

16
memiliki bentuk sel kokus bergerombol, isolat AT3 memiliki bentuk sel kokobasil
tunggal, dan isolat AT4 memiliki bentuk sel kokobasil berpasangan. Banyaknya
jumlah isolat yang berhasil diisolasi dipengaruhi oleh jumlah sampel yang
digunakan untuk penelitian. Kebutuhan nutrisi, kesesuaian media pertumbuhan
serta pH media juga mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri yang diisolasi.
4.2. Aktivitas Antibakteri Isolat
Uji aktivitas antibakteri isolat dilakukan dengan dua cara, yaitu uji antagonis
dan uji antibakteri metode spot. Hasil uji antagonis menunjukkan bahwa isolat
AT3 mampu menghambat isolat AT2 dan AT4, seperti pada gambar 4.1.
A B

Gambar 4.1. (A) Uji antagonistik yang menunjukkan bahwa isolat AT3 dapat
menghambat pertumbuhan isolat AT2 (B) Uji antagonistik yang
menunjukkan bahwa isolat AT3 dapat menghambat pertumbuhan
isolat AT4.
Isolat AT3 selanjutnya diuji dengan metode spot untuk mengetahui besar
zona hambat yang dihasilkan isolat tersebut. Hasil uji antibakteri metode spot
isolat AT3 terhadap isolat AT2 dan isolat AT4 yang ditandai dengan terbentuknya
zona bening. Zona bening yang terbentuk diantara kedua isolat dapat dilihat pada
gambar 4.2. Hasil uji antagonistik menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori dari
isolat yang diperoleh. Kategori pertama adalah isolat yang dapat menghambat
pertumbuhan isolat lainnya yaitu isolat AT3. Kategori kedua adalah terdapat isolat
yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh isolat lainnya yaitu isolat AT2 dan
isolat AT4. Kategori ketiga adalah isolat yang tidak dapat menghambat maupun

17
dihambat pertumbuhannya yaitu isolat AT1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
bakteri yang terdapat pada tubuh lalat memiliki kemampuan untuk saling
menetralisir pertumbuhan antar bakteri satu dengan yang lainnya.

A B

Gambar 4.2. (A) Zona bening yang menunjukkan aktivitas antibakteri AT3
terhadap AT4 (B) Zona bening yang menunjukkan aktivitas
antibakteri AT3 terhadap AT2.
Tabel 4.2. Kemampuan daya hambat dari isolat bakteri pada tubuh lalat hijau
Rerata Zona Hambat (mm)
Ko kultur
AT1 AT2 AT3 AT4
AT1 - 0 0 0

AT2 0 - 0 0

AT3 0 6,17 - 7,67

AT4 0 0 0 -

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa isolat AT3 menghambat isolat AT2 sebesar
6,17 mm sedangkan isolat AT3 menghambat isolat AT4 sebesar 7,67 mm. Hasil
penelitian yang diperoleh, dipertegas dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syamsidi (2014) berhasil ditemukan bakteri simbion yang ada pada lalat buah
(Drosophilla melanogaster) yang menghasilkan antibiotika yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

18
4.3. Identifikasi Isolat Bakteri yang Ditemukan
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat AT1 adalah Pediococcus
pentosaceus, isolat AT2 adalah Staphylococcus cohnii ssp cohnii, isolat AT3
adalah Aerococcus viridans, dan isolat AT4 adalah Streptococcus pneumoniae.
Pediococcus pentosaceus merupakan mikroba dengan bentuk coccus,
tergolong kedalam bakteri gram positif, tidak motil, tidak membentuk spora, dan
dikategorikan kedalam bakteri asam laktat karena produk akhir dari metabolisme
bakteri ini adalah asam laktat. Bakteri ini toleran terhadap asam, dikarenakan hasil
akhir dari metabolismenya adalah asam laktat, bakteri ini juga tergolong bakteri
anaerob dan fermantasi gula seperti kebanyakan bakteri asam laktat. Berdasarkan
NCBI bakteri Pediococcus pentosaceus dapat ditemukan pada bahan nabati, keju
matang, dan berbagai daging olahan. Bakteri ini penting secara industri karena
kemampuannya sebagai biakan starter untuk memfermentasi makanan seperti
daging, sayuran, dan keju. Pediococcus pentosaceus sedang dibudidayakan dan
diteliti karena kemampuannya menghasilkan antimikroba atau bakteriosin serta
penggunaannya dalam pengawetan makanan. Berdasarkan hasil penelitian
Osmanagaoglu (2011) bakteriosin yang dihasilkan oleh Pediococcus pentosaceus
dapat menghambat bakteri gram positif, menghambat beberapa spesies patogen
makanan seperti Listeria monocytogenes yang dapat menyebabkan listeriosis.
Staphylococcus cohnii ssp cohnii merupakan gram positif, stafilokokus
koagulase-negatif dari genus bakteri Staphylococcus yang terdiri dari coccus
berkelompok. Organisme ini tergolong kedalam organisme yang tingkat
resistensinya tinggi terhadap antibiotik. Organisme ini dianggap sebagai mikroba
non-virulen dan sebagai mikroba kontaminan, tetapi organisme ini semakin
dikenal sebagai agen infeksi nosokomial yang signifikan secara klinis (Soldera,
2013). Staphylococcus cohnii ssp cohnii merupakan Staphylococcus yang resisten
terhadap novobiocin, organisme ini biasanya resisten metisilin dan sering
mengandung plasmid memediasi resisten terhadap beberapa antibiotik lain. Tidak
seperti Staphylococcus koagulase-negatif yang lainnya, Staphylococcus cohnii ssp
cohnii ini biasanya tidak patogen.
Aerococcus viridans merupakan bakteri gram positif, katalase dan oksidase
negatif, mikroaerofilik dan jarang dikaitkan dengan infeksi manusia seperti radang

19
sendi, bakteremia, endokardikis, dan meningitis. Bakteri ini memiliki kebutuhan
nutrisi yang kompleks. Organisme ini sering dianggap sebagai spesies
streptococci atau diperlakukan sebagai bakteri kontaminan (Ezechukwu, 2019).
Habitat bakteri berada pada udara, debu, kulit manusia dan digambarkan sebagai
organisme yang ditularkan melalui udara. Menurut Ballester (1980) Aerococcus
viridans memiliki bakteriosin yang disebut dengan viridicin. Viridicin ini terdiri
atas protein, karbohidrat, dan lipid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Aerococcus viridans (AT3) dapat menghambat pertumbuhan dari isolat AT2 dan
AT4 yang tergolong kedalam bakteri genus Staphylococcus dan Streptococcus,
hasil ini dipertegas dengan hasil studi yang dilakukan oleh Zaria (1993)
menunjukkan bahwa Aerococcus viridans dapat menghambat pertumbuhan
bakteri kelompok Staphylococcus dan Streptococcus.
Streptococcus pneumonia merupakan bakteri gram positif berbentuk coccus
yang sedikit runcing. Organisme ini biasanya ditemukan berpasangan atau
diplococci, tetapi juga ditemukan secara tunggal dan dalam rantai pendek.
Streptococcus pneumoniae dapat ditemukan di saluran pernapasan bagian atas,
termasuk tenggorokan dan saluran hidung. Streptococcus pneumoniae memiliki
tingkat pertumbuhan yang relatif cepat dan mencapai kepadatan sel yang tinggi di
lokasi infeksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan pada tubuh
lalat hijau yang dikoleksi di TPA Kebon Kongok tidak hanya membawa bakteri
yang bersifat merugikan tetapi juga terdapat bakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain yang juga hidup atau berkoloni pada tubuh lalat.

20
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Sebanyak empat isolat bakteri diisolasi dari tubuh lalat yang dikoleksi dari
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Kebon Kongok. Isolat tersebut yaitu
isolat AT1, isolat AT2, isolat AT3, dan isolat AT4. Isolat AT3 dapat menghambat
pertumbuhan isolat AT2 dan isolat AT4. Diameter zona hambat AT3 terhadap
AT4 sebesar 7,67 mm, sedangkan AT3 terhadap AT2 sebesar 6,17 mm. Hasil
identifikasi menunjukkan bahwa isolat AT1 adalah Pediococcus pentosaceus,
isolat AT2 adalah Staphylococcus cohnii ssp cohnii, isolat AT3 adalah
Aerococcus viridans, dan isolat AT4 adalah Streptococcus pneumoniae.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji apakah isolat yang
ditemukan dapat menghambat pertumbuhan bakteri jenis lain.

21
DAFTAR PUSTAKA

A. W. Ibrahim., Ajiboye, T. O., Akande, T.A., Anibaba, O. O. 2018. Isolation and


Identification of Pathogenic Microorganism from Houseflies. Global
Journal of Science Frontier Research: C Biological Science, 18(1).

Atta, Rehab Mohammed. 2014. Microbiological Studies on Fly Wings (Musca


domestica) Where Disease and Treat. World of Journal Medical Sciences,
11(4).

Ballester, J. M, M. Ballester, dan J. P. Belaich. 1980. Purification of the Viridicin


Produce by Aerococcus viridans. Antimicrobial Agents and Chemotherapy,
17(5) : 784–788.

Cappuccino, J. G. dan Sherman, N. 2013. Manual Laboratorium Mikrobiologi.


Edisi VIII. Jakarta: EGC.

Carneiro, J. S., E. M. Pires., R. M. Noguera., H. F. Shiomi., M. A. Soares., M. A.


Oliveira., dan I. S. Melo. 2014. Bacteria Carried by Chrysomya
megacephala (Fabricus, 1794) (Diptera : Calliphoridae) in Sinop, Mato
Grosso, Brazil. Scientific Electronic Archives (6) : 18–22.

Ezechukwu, Ifunanya., Manisa Singal., Osamuyimen Igbinosa. 2019. Aerococcus


viridans : Case Report, Microbiology, and Literature Riview. American
Journal of Case Report, 20 : 697–700.

Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Hastutiek, P dan L. E Fitri. 2007. Potensi MuscadomesticaLinn Sebagai Vektor


Beberapa Penyakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, XXIII(3) : 125–136.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses pada 21 Oktober 2019

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid 2.Jakarta.

Jawetz, E, J. Melnick, et al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Kassiri, Hamid., Kamran Akbarzadeh., dan Anvar Ghaderi. 2012. Isolation of


Pathogenic Bacteria on the House Fly, Musca domestica L. (Diptera:
Muscidae), Body Surface in Ahwaz Hospital , Southwestern Iran. Asian
Pacific Journal of Tropical Biomedicine.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Prosedur Pemeriksaan Bakteriologi Klinik.


Jakarta.

22
Madigan, M. T., Martinko, J. M., Parker, J., 2000, Brock Biology of
Microorganisms, Ninth Edition, Prentice-Hall, London

Maryantuti. 2007. Bakteri Patogen yang Disebabkan oleh Lalat Rumah (Musca
domestica, L) di Rumah Sakit Kota Pekan Baru. Skripsi Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau, Pekan Baru.

Nurjannah, Rezqi. 2017. Uji Aktivitas Bakteri Metode Difusi Sumuran.


Banjarmasin : Politeknik Kesehatan Banjarmasin.

Osmanagaoglu, Ozlem., Fadime Kirain., Ingolf F. Nes. 2011. A Probiotic


Bacterium, Pediococcus pentosaceus OZF, Isolate from Human Breast Milk
Produces pediocin AcH/PA-1. African Journal of Biotechnologi 10(11).

Pelczar, J., E.C.S Chan. 1988. Dasar - Dasar Mikrobiologi, Jakarta: UI Press.

Pendergast BF. 2011. Filthflies: Significance, surveillanceandcontrol in


contingencyoperation. In: USN, editor. Washington: Armed
ForcesPestManagementBoard.

Prabowo, K. 1992. Petunjuk Praktis Pengendalian Vektor dan Binatang


Pengganggu. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Putri, Yunita Panca. 2015. Keanekaragaman Spesies Lalat (Diptera) dan Bakteri
Pada Tubuh Lalat di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dan Pasar.
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 12 (2).

Putri, Yunita Panca. 2018. Identifikasi Bakteri pada Tubuh Lalat Rumah (Musca
domestica Linn) di Tempat Pembuangan Akhir Sampah(TPA) dan Pasar.
Jurnal Biota, 4(1).

Safitri, Venti., Poedji Hastutik, dan Arimbi. 2017. Identifikasi Bakteri pada
Eksoskeleton Lalat di Beberapa Pasar di Surabaya. Journal of Parasitology
Science, 1(1).

Santi, DN. 2001. Manajemen Pengendalian Lalat. Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital library. Hal : 1 – 5.

Sitanggang, Totianto. 2001. Skripi : Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik
Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan Eksternal. Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.

Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis


Kesehatan. Yogyakarta.

23
Soldera, Jonathan., Wagner Luis Nedel., Paulo Ricardo Cerveira Cardoso., Pedro
Alves d’Azevedo. 2013. Bacteremia Due to Staphilococcus cohnii ssp.
urealyticus Caused by Infected Presure Ulcer: Case Report and Review of
The Literature. Sao Paulo Med J, 131(1) : 59–61.

Sukamto IS. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.


Bandung: Alfabeta.

Sulistyo. 1971. Farmakologi dan Terapi. EKG. Yogyakarta.

Suraini. 2011. Jenis - Jenis Lalat (diptera) dan Berbagai Enterobacteriaceae yang
Terdapat di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Kota Padang.

Syamsidi, Armini dan Arni Fritriyanti. 2014. Skrining Bakteri Simbion pada
Tubuh Lalat Buah (Drosophilla melanogaster) sebagai Kandidat Penghasil
Senyawa Antibiotika. J. Trop. Pharm. Chem 2(5).

Volk, W.A., dan Wheeler, M.F. 1989. Mikrobiologi Dasar, Edisi Kelima, Jilid
Kedua ,Jakarta: Erlangga.

Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Lingkungan. Universitas Muhammadiyah


Malang Press. Malang

Yuriatni. 2011. Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha : Diptera) dan Parasit Usus


yang Dibawanya di Kabupaten dan Kota Solok Sumatera Barat. Tesis.
Padang : Program Pascasarjana Universitas Andalas.

Zaria, L. T. 1993. In Vitro Inhibition of Some Gram-Positive Bacteria by


Staphylococci and Aerococcus viridans of Porcine Origin. Cent Eur J Public
Health 1(2) : 96–100.

24
Lampiran 1. Pengamatan Morfologi Koloni, Uji Antagonistik, dan Uji
Antibakteri Metode Spot

1. Pengamatan Morfologi Koloni

Sumber : Leboffe & Pierce dalam www.jakbelajar.com

2. Uji Antagonis

3. Uji Antibakteri Metode Spot

25
Lampiran 2. Proses Pewarnaan Gram Isolat Bakteri

26
27
Lampiran 3. Proses Identifikasi Isolat Bakteri

28
29

Anda mungkin juga menyukai