Anda di halaman 1dari 76

FORMULASI GEL SEMPROT EKSTRAK ETANOL DAGING

BUAH ALPUKAT (Persea americana M.) DAN PENENTUAN NILAI


SUN PROTECTIVE FACTOR (SPF) SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Oleh :

RIF’ATIN AL BAEHAQI KUSBANDINI


12613316

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
OKTOBER 2018

i
FORMULASI GEL SEMPROT EKSTRAK ETANOL DAGING
BUAH ALPUKAT (Persea americana M.) DAN PENENTUAN NILAI
SUN PROTECTIVE FACTOR (SPF) SECARA IN VITRO

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta

Oleh :
RIF’ATIN AL BAEHAQI KUSBANDINI
12613316

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
OKTOBER 2018

i
SKRIPSI

FORMULASI GEL SEMPROT EKSTRAK ETANOL DAGING


BUAH ALPUKAT (Persea Americana M.) DAN PENENTUAN NILAI
SUN PROTECTIVE FACTOR (SPF) SECARA IN VITRO

Yang diajukan oleh :

RIF’ATIN AL BAEHAQI KUSBANDINI


12613316

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Hady Anshory T., M. Sc., Apt Lutfi Chabib, M. Sc., Apt

ii
SKRIPSI

FORMULASI GEL SEMPROT EKSTRAK ETANOL DAGING


BUAH ALPUKAT (Persea Americana M.) DAN PENENTUAN NILAI
SUN PROTECTIVE FACTOR (SPF) SECARA IN VITRO

Yang diajukan oleh :

RIF’ATIN AL BAEHAQI KUSBANDINI


12613316

Telah lolos uji etik penelitian


Dan dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia

Tanggal :

Ketua Penguji : Hady Anshory T., M. Sc., Apt ( )


Anggota Penguji : 1. Lutfi Chabib., M. Sc., Apt ( )
2. Ari Wibowo, M.Sc., Apt ( )
3. Bambang Hernawan N., M.Sc., Apt ( )

Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia

Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D.

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan diterbitkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Oktober 2018


Penulis,

Rif’atin Al Baehaqi Kusbandini

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas rahmat, hidayah dan
karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Formulasi Gel Semprot Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat (Persea
Americana M.) Dan Penentuan Nilai Sun Protective Factor (SPF) Secara In
Vitro”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan
bantuan serta masukan yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak Hady Anshory T., M.Sc., Apt. dan Bapak Lutfi Chabib, M.Sc.,
Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan serta dorongan selama penelitian hingga penyusunan
skripsi.
2. Bapak Ari Wibowo, M. Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran untuk menyempurnakan naskah skripsi.
3. Bapak Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
4. Bapak Yandi Syukri, S.Si., M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia.

v
5. Bapak Saepudin, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt. selaku Ketua Program Studi
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia.
6. Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu memberikan semangat
serta do’a hingga akhir penyusunan naskah ini.
7. Seluruh dosen pengajar Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia atas bekal ilmu dan
nasehatnya selama kuliah.
8. Pak Har, Mas Angga, Pak Yon, Pak Riyanto, Mba Puteri dan seluruh staf
laboratorium Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia
yang telah membantu dengan sabar selama penelitian.
9. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas


segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Sebagai manusia biasa
dengan keterbatasan dan ketulusan hati penulis memohon maaf seandainya dalam
penulisan skripsi terdapat kekhilafan. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
masyarakat pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya,
Amin.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, Oktober 2018


Penulis,

Rif’atin Al Baehaqi Kusbandini

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini. Karya
sederhana ini penulis persembahkan untuk:

Orang tua tercinta, Bapak Drs. Sukaryadi dan Ibu Martini, S. Pd yang selalu sabar
dan memberikan semangat serta do’a kepada adinda hingga
akhir penyusunan naskah ini

Kakak dan adik tersayang, Mbak Vita dan Adik Nizar atas semangat dan
dukungannya setiap saat

Rekan Satu Team Gel Semprot Iis Siti Mashitah terimakasih atas kesabaran dan
semangatnya selama penelitian

Sahabat terbaik Asti, Kiki, Bibah terima kasih atas semangat, dukungan, dan
waktu terbaik dari kalian selama kuliah sampai saat ini

Keluarga besar Pharmacist E dan teman angkatan INJECTIO yang memberikan


dukungan dalam suka maupun duka

Almamaterku UII

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………...... iv
KATA PENGANTAR………………….……………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN.………………………………………………. vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………..………….... xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………..………........ xiv
INTISARI......................................................................................................... xv
ABSTRACT...................................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 3
BAB II. STUDI PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka................................................................................. 4
2.1.1 Buah Alpukat............................................................................ 4
2.1.1.1 Klasifikasi Tanaman....................................................... 4
2.1.1.2 Deskripsi Tanaman......................................................... 5
2.1.1.3 Khasiat............................................................................ 5
2.1.1.4 Kandungan Kimia........................................................... 6
2.1.2 Tabir Surya............................................................................... 7
2.1.3 Gel Semprot.............................................................................. 8
2.1.4 Monografi Bahan...................................................................... 9
2.1.4.1 Karbopol….................................................................... 9

viii
2.1.4.2 Trietanolamin............................................................... 10
2.1.4.3 Propilen Glikol............................................................ 10
2.1.4.4 Metil Paraben............................................................... 11
2.1.4.5 Propil Paraben.............................................................. 11
2.1.4.6 Aquadest...................................................................... 12
2.1.5 Ekstraksi................................................................................... 12
2.1.6 Spektrofotometri....................................................................... 13
2.2 Landasan Teori................................................................................... 15
2.3 Hipotesis Penelitian............................................................................ 16
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan................................................................................... 17
3.1.1 Alat........................................................................................... 17
3.1.2 Bahan........................................................................................ 17
3.2 Cara Penelitian................................................................................... 17
3.2.1 Determinasi Tanaman............................................................... 17
3.2.2 Pengolahan Sampel.…………………………………...…….... 17
3.2.3 Ekstraksi................................................................................... 17
3.2.4 Formulasi Sediaan Gel Semprot.............................................. 18
3.2.5 Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Semprot........................................ 19
3.2.5.1 Pemeriksaan Organoleptik............................................. 19
3.2.5.2 Pemeriksaan Homogenitas........................................... 19
3.2.5.3 Pengukuran Viskositas................................................... 19
3.2.5.4 Pengukuran PH............................................................... 20
3.2.5.5 Uji Stabilitas.................................................................. 20
3.2.6 Uji Aktivitas Tabir Surya......................................................... 20
3.3 Skema Penelitian................................................................................ 22
3.4 Analisis Hasil..................................................................................... 23
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Buah Alpukat Penelitian…………………………...….... 24
4.2 Ekstraksi Buah Alpukat………………………………………………. 25
4.3 Formulasi Sediaan Gel Semprot……………………………………… 26

ix
4.4 Uji Sifat Fisik Gel Semprot Ekstrak Etanol Daging
Buah Alpukat………………….………………...……………….…… 29
4.4.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptik............................................. 29
4.4.2 Hasil Pemeriksaan Homogenitas........................................... 32
4.4.3 Hasil Pengukuran Viskositas.................................................. 33
4.4.4 Hasil Pengukuran PH.............................................................. 34
4.4.5 Hasil Uji Stabilitas Dipercepat..................................................... 35
4.5 Uji Aktivitas Tabir Surya……………………………….…………..… 37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……………………………………………………..…….. 42
5.2 Saran…………………………………………………………….……. 42
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 43

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Persea americana M………………………………………......... 4


Gambar 2.2. Struktur Carbopol ……..………………………………………....10
Gambar 2.3. Struktur Trietanolamin………………………………………..… 10
Gambar 2.4 Struktur Propilen Glikol……………………………………...…. 11
Gambar 2.5 Stuktur Metil Paraben………………………………………..…. 11
Gambar 2.6 Stuktur Propil Paraben………………………………………..… 12
Gambar 3.1 Skema Penelitian……………………………………………..…. 22
Gambar 4.1 Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat…………………………... 26
Gambar 4.2 Gel Semprot Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat………….... 29
Gambar 4.3 Gel Semprot Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat………….... 30
Gambar 4.4 Hasil Uji Homogenitas………………………………………….. 32

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Uji Komponen Bioaktif Pada Alpukat………………………. 6


Tabel 3.1 Formula Acuan Sediaan Spray Gel………………........................... 18
Tabel 3.2 Formula Sediaan Spray Gel Ekstrak Etanol Daging Buah
Alpukat……………………………………………………………. 18
Tabel 4.1 Hasil Rendemen Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat……….…. 25
Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol Daging Buah
Alpukat…………………………………………………………..... 26
Tabel 4.3 Formula Basis Sediaan Spray Gel Ekstrak Etanol Daging Buah
Alpukat…………………………………………………………..... 27
Tabel 4.4 Formula Sediaan Spray Gel Ekstrak Etanol Daging Buah
Alpukat…………………………………………………………….. 28
Tabel 4.5 Hasil Uji Organoleptis Spray Gel Ekstrak Etanol Daging Buah
Alpukat…………………………………………………………..... 30
Tabel 4.6 Hasil Uji Gelembung Udara dan Kekeruhan Sediaan Spray Gel
Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat…………………………..… 31
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Gel Semprot Ekstrak Alpukat………….... 32
Tabel 4.8 Hasil Uji Viskositas Gel Semprot Ekstrak Alpukat……………….. 33
Tabel 4.9 Hasil Uji pH Gel Semprot Ekstrak Alpukat……………………….. 35
Tabel 4.10 Hasil Uji Stabilitas Dipercepat Organoleptik..…………..………... 36
Tabel 4.11 Hasil Uji Stabilitas Dipercepat Viskositas………………………… 37
Tabel 4.12 Nilai EE x I normal pada panjang gelombang 290-320 nm……….. 38
Tabel 4.13 Hasil Uji Nilai SPF Sediaan Basis Gel Semprot…….…………….. 38
Tabel 4.14 Hasil Uji Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat
Konsentrasi 5 %.....................................…….………………….... 39
Tabel 4.15 Hasil Uji Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat 39
Konsentrasi 7 %.....................................…….………………….
Tabel 4.16 Hasil Uji Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat 40
Konsentrasi 9 %.....................................…….…………………...

xii
Tabel 4.17 Total Hasil Uji Nilai SPF Sediaan Gel Semprot Ekstrak Etanol
Daging Buah ..........................................…….…………………... 40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi...................................................................... 46


Lampiran 2. Hasil Uji Sifat Fisik .................................................................. 47
Lampiran 3. Hasil Uji Aktivitas Tabir Surya (SPF)……………................... 50
Lampiran 4 Alat-alat yang digunakan…………..……………………….... 58

xiv
FORMULASI GEL SEMPROT EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH
ALPUKAT (Persea americana M.) DAN PENENTUAN NILAI SUN
PROTECTIVE FACTOR (SPF) SECARA IN VITRO

RIF’ATIN AL BAEHAQI KUSBANDINI


PRODI FARMASI

INTISARI

Alpukat (Persea americana Mill) termasuk dalam famili tumbuhan


Lauraceae yang mengandung senyawa kimia seperti flavonoid, tanin, saponin,
dan alkaloid. Kandungan kimia yang terdapat pada alpukat dapat berguna bagi
kulit yaitu sebagai perlindungan terhadap sinar UV. Produksi alpukat di Indonesia
mengalami peningkatan tiap tahunnya, tetapi tidak banyak masyarakat yang
menyukai rasa dari buah ini sehingga potensi alpukat belum dimanfaatkan secara
maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan sediaan gel semprot dari
ekstrak daging alpukat menggunakan carbopol sebagai gelling agent dan uji
aktivitas tabir surya atau nilai Sun Protective Factor (SPF) menggunakan
spektrofotometri uv-vis. Gel semprot merupakan salah satu dari pengembangan
sediaan gel yang lebih praktis dan memiliki kemampuan mencegah kontaminasi
terhadap sediaan selama penggunaan. Pembuatan sediaan gel semprot ekstrak
etanol daging buah alpukat dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap ekstraksi
menggunakan metode maserasi dan tahap formulasi gel semprot dari ekstrak
etanol daging Alpukat (Persea Americana Mill) yang dibuat dengan variasi
konsentrasi 5%, 7% dan 9%. Uji sifat fisik yang dilakukan yaitu PH, organoleptis,
viskositas, homogenitas dan uji stabilitas dipercepat. Metode pengujian nilai Sun
Protective Factor (SPF) dilakukan secara in vitro yaitu menggunakan alat
spektrofotmetri UV-VIS. Hasil dari penelitian ini yaitu melalui uji sifat fisik
sediaan gel semprot meliputi warna hijau jernih, wujud cairan kental, bau khas
ekstrak alpukat, sediaan yang homogen, gelembung udara yang terperangkap
sedikit, transparan, pH dibawah 7, dan viskositas berada pada rentang 500-5000
cPs. Sediaan gel semprot memiliki aktivitas SPF sedang pada konsentrasi 5%, dan
aktivitas SPF maksimal pada konsentrasi 7% dan 9%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa nilai SPF ekstrak daging buah alpukat setelah diformulasikan dalam
sediaan gel semprot mengalami peningkatan.

Kata Kunci : Persea americana M, gel semprot, ekstrak etanol daging buah
alpukat, uji spf.

xv
SPRAY GEL FORMULATION OF AVOCADO ETHANOL EXTRACT
(Persea americana M.) AND DETERMINATION OF SUN PROTECTIVE
FACTOR (SPF) VALUE IN VITRO

RIF’ATIN AL BAEHAQI KUSBANDINI


PRODI FARMASI

ABSTRACT

Avocado (Persea americana Mill) is included in the family of Lauraceae


plants containing chemical compounds such as flavonoids, tannins, saponins, and
alkaloids. Chemical content contained in the avocado can be useful for the skin
that is as protection against UV rays. Avocado production in Indonesia has
increased every year, but not many people who like the taste of this fruit so that
avocado potential has not been fully utilized. This research was conducted to
obtain spray gel preparation from avocado meat extract using carbopol as gelling
agent and sunscreen activity test or Sun Protective Factor (SPF) value using uv-vis
spectrophotometry. Spray gel is one of the more practical development of gel
preparations and has the ability to prevent contamination of the preparations
during use. Preparation of spray gel preparation of ethanol extract of avocado
meat was done in two stages: extraction stage using maceration method and spray
gel formulation stage from ethanol extract of Avocado (Persea Americana Mill)
made with variation of concentration 5%, 7% and 9%. Physical properties test are
PH, organoleptis, viscosity, homogeneity and accelerated stability test. The Sun
Protective Factor (SPF) test method was performed in vitro using UV-VIS
spectrophotometry. The result of this research is through the physical properties of
spray gel preparation covering clear green color, viscous liquid form, typical odor
of avocado extract, homogeneous preparation, air bubbles trapped slightly,
transparent, pH below 7, and viscosity is in the range 500-5000 cPs. The spray gel
preparation has moderate SPF activity at 5% concentration, and maximum SPF
activity at 7% and 9% concentration, so it can be concluded that SPF value of
avocado fruit extract after formulated in spray gel preparation has increased.

Keywords: Persea americana M, spray gel, ethanol extract of avocado fruit flesh,
spf test

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sinar matahari memiliki radiasi-radiasi yang ketika sampai
dipermukaan bumi akan terpecah menjadi beberapa spektrum diantaranya
yaitu sinar infra merah, sinar tampak, sinar ultra violet (UV-A), sinar UV-
B dan sinar UV-C. Sinar ultraviolet (UV) merupakan spetkrum terkecil
dari sinar matahari yang berakibat buruk bagi kulit sehingga dianggap
paling berbahaya dibandingkan dengan spektrum sinar yang lainnya. Sinar
tersebut dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti fotosensitivitas,
pigmentasi, eritema, dan penuaan dini (Fahlman and Krol, 2009).
Antioksidan dapat diberikan melalui sediaan oral ataupun topikal.
Antioksidan yang diberikan secara topikal saja diyakini tidak cukup untuk
dapat diserap ke dalam kulit, sehingga aktivitas antioksidan topikal tidak
dapat melindungi kulit lebih baik dari serangan radiasi sinar ultraviolet
sendiri. Oleh karena itu sediaan antioksidan topikal harus mempunyai nilai
minimal Sun Protective Factor (SPF) atau kapasitas sebagai tabir surya
(Leslie Baumann, 1951).
Indonesia merupakan negara produsen alpukat yang menduduki
peringkat keempat terbesar didunia setelah negara Mexico, Republik
Dominika dan Peru. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai produsen
alpukat terbesar di wilayah Asia. Sebagian besar masyarakat Indonesia
hanya mengetahui manfaat alpukat sebagai buah yang dikonsumsi sebagai
makanan. Padahal tidak banyak orang yang menyukai rasa dari buah ini.
Sehingga potensi dari buah alpukat belum digunakan secara maksimal.
Sebuah penelitian dari Suryanto (2009) mengatakan alpukat memiliki
manfaat sebagai pelindung dari sinar UV karena banyak mengandung
senyawa yang bersifat antioksidan. Flavonoid dan tannin merupakan
beberapa senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan yang dapat

1
berpotensi sebagai tabir surya (Suryanto, Katja and Wehantouw, 2009).
Penelitian dari Tri Puji (2014) menyebutkan bahwa ekstrak etanol daging
buah alpukat (Persea america Mill) dengan konsentrasi 0,25% , 0,50% , 1
% semuanya memiliki aktivitas sebagai tabir surya dengan konsetrasi 1%
memiliki nilai SPF 8,740 yaitu termasuk kategori proteksi ekstra (Tri Puji
et al., 2014). Ade Novie Mokodompit (2013) dalam pembuatan krim
ekstrak kulit alpukat dengan konsentrasi 5%, 7,5%, dan 10% menunjukan
bahwa semuanya termasuk dalam tingkat kemampuan tabir surya dengan
konsentrasi 10% termasuk dalam kategori proteksi ekstra (Novia
Mokodompit, Jaya Edy and Wiyono, 2013).
Produk kosmetik yang beredar dipasaran saat ini terdiri dalam
bentuk krim, lotion, bedak dingin, sabun, masker dan lulur. Sediaan gel
semprot yang beredar dikalangan masyarakat saat ini hanya sebatas
antiseptik sedangkan sediaan gel semprot untuk kosmetik masih belum
terlalu populer dikalangan masyarakat. Padahal sediaan gel tidak
mengandung minyak sehingga sesuai dengan jenis kulit wajah yang
berminyak (Warnida, 2015). Bentuk gel mampu menyebar dengan baik
dikulit, memberikan efek dingin, mudah dicuci dengan baik, dan
pelepasan senyawa aktifnya baik (Rudolf, 1994).
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
menggunakan daging buahnya untuk mengembangkan bentuk sediaan
dengan melakukan studi formulasi sediaan gel semprot dan dilanjutkan
dengan uji Sun Protective Factor (SPF) dari sediaan gel semprot ekstrak
etanol daging buah alpukat (Persea americana M.) secara in vitro
menggunakan spektrofotometri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ekstrak etanol daging buah alpukat (Persea americana M.)
dapat diformulasikan menjadi sediaan gel semprot yang baik ?
2. Bagaimana aktivitas tabir surya dari formulasi sediaan gel semprot
ekstrak etanol daging buah alpukat (Persea americana M.)?

2
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daging buah alpukat (Persea
americana M.) dapat diformulasikan menjadi sediaan gel semprot
yang baik.
2. Untuk mengetahui aktivitas tabir surya dari formulasi sediaan gel
semprot ekstrak etanol daging buah alpukat (Persea americana M.).

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini kedepannya diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk berbagai pihak baik untuk kalangan industri farmasi maupun
masyarakat. Bagi masyarakat diharapkan hasil dari penelitian ini
nantinya dapat menambah wawasan pengetahuan klinis terkait khasiat
dari buah alpukat dan bagi industri farmasi atau kosmetika dapat
mengembangkan sediaan dari bahan alami ekstrak etanol daging buah
alpukat (Persea americana M.). Diharapkan nantinya sediaan gel semprot
dari buah alpukat (Persea americana M.) ini menjadi sediaan yang lebih
efisien dan lebih praktis dan nyaman dalam penggunaanya dalam
melindungi dari sinar UV serta memaksimalkan manfaat dari buah
alpukat itu sendiri.

3
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Buah Alpukat (Persea americana M)
2.1.1.1 Klasifikasi Tanaman

Gambar 2.1. Persea americana M (Anonim, 2017)

Alpukat (Persea americana mill) merupakan buah yang


berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan memiliki beberapa
varietas yang tersebar di berbagai negara. Alpukat terdiri atas
beberapa tipe yaitu tipe tipe Mexican, West Indian dan tipe
Guatemalan (Gómez-López, 1992). Kedudukan tanaman buah alpukat
dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae

4
Genus : Persea
Spesies : Persea americana mill (Integrated Taxonomic
Information System, 2011)

2.1.1.2 Deskripsi Tanaman


Tanaman alpukat memiliki bentuk pohon yang tegak dan
tumbuh hingga mencapai tinggi 9 sampai 18 meter, diameter batang
mulai dari 30-60 cm, berakar tunggang, batang berkayu berbentuk
bulat dan ranting berambut halus. Daun tunggal dan memiliki bentuk
lonjong, tebal, ujung dan pangkal runcing, bertulang menyirip, panjang
daun 7,5-40 cm. Daging buah memiliki ukuran 7,5-33 cm dan lebar 15
cm, berwarna hijau di bagian bawah kulit dan menguning kearah biji.
Warna kulit buah bervariasi, warna hijau karena kandungan klorofil
atau hitam karena pigmen antosiasin (Morton, 2004).

2.1.1.3 Khasiat
Beberapa penelitian menyebutkan tentang manfaat klinis dan
efek farmakologis dari buah alpukat yaitu: antihipertensi oleh
Ogokuchu, et al (2009), analgesik dan antiinflamsi oleh Deyemi, et al
(2002), antikonvulsan oleh Ojewole dan Amabeoku (2006),
hipoglikemi and hipokolesterol oleh Brai, et al (2007), vasorelaxant
dan penurunan tekanan darah oleh Owolabi et al, (2005) pada hewan
uji (Sutrisna et al., 2015)
Buah alpukat (Persea americana M) juga dikenal dapat
membuat kulit terasa lebih halus karena mengandung banyak vitamin
E serta senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin sebagai
antioksidan.(13) Vitamin E dapat dengan mudah teroksidasi sehingga
dianggap sebagai antioksidan karena dapat melindungi senyawa lain
dari oksidasi. Karena fungsinya tersebut, vitamin E merupakan
pertahanan utama dalam melawan radikal bebas dan menghentikan
reaksi berantai dari radikal bebas (Lamid, 1995).

5
Sedangkan kandungan flavonoid dalam buah alpukat berperan
sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan antara oksidan
dengan antioksidan didalam tubuh dengan mendonorkan ion hidrogen
dari gugus hidroksilnya dan berikatan dengan senyawa radikal bebas
sehingga menetralisir efek toksik dari radikal bebas tersebut. Flavonoid
dalam hal ini mentransfer sebuah elektron ke senyawa radikal bebas
dan membentuk komplek dengan logam. Mekanisme tersebut
mengakibatkan flavonoid memiliki beberapa efek, diantara nya
menghambat beberapa enzim, menghambat peroksidasi lipid dan
menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas (Lamid, 1995).

2.1.1.4 Kandungan Kimia


Buah dan daun alpukat banyak mengandung beberapa senyawa
metabolit sekunder diantaranya tanin, saponin, alkaloida dan
flavonoida. Berikut adalah tabel hasil uji komponen bioaktif dari buah
alpukat oleh Ana F., (Vinha, Moreira and Barreira, 2013) :

Tabel 2.1 Hasil uji komponen bioaktif dari buah alpukat


Ekstrak Flavonoids Phenolics
Daging Buah 21.9±1.0 b 410.2±69.0 b
Kulit 44.3±3.1 a 679.0±117.0 a
Biji 47.9±2.7 a 704.0±130.0 a
Keterangan : Nilai direpresentasikan sebagai rata-rata ± standar deviasi mg
/ 100g
Dari uji komponen bioaktif yang dilakukan pada ekstrak
alpukat Algarvian varian Hass tersebut dapat disimpulkan bahwa
ekstrak dari biji alpukat memiliki hasil aktivitas antioksidan lebih
tinggi (43%) dibandingkan kulit (35%) dan bijinya (23%) di setiap
100 gram buah alpukat varian tersebut. Selain itu dari daunnya
terdapat kandungan polifenol dan quarsetin. Dalam setiap 100 gram
buahnya mengandung vitamin A, B6, B12, C, E, thiamin, riboflavin,

6
niasin, asam pantothenik, folat dan beberapa mineral seperti kalsium,
magnesium, besi, phospor, potassium, sodium dan selenium (Morton,
2004). Diantara kandungan yang terdapat dalam buah alpukat,
kandungan flavonoid dan tanin merupakan komponen terpenting yang
berguna sebagai antioksidan dan aktivitas tabir surya pada penelitian
yang telah dilakukan, salah satunya oleh (Tri Puji et al., 2014)

2.1.2 Tabir Surya


Sediaan tabir surya dapat menyerap sinar matahari sedikitnya
85% pada panjang gelombang 290-320 nm untuk UVB dan dapat
meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nm untuk
(3).
UVA Oleh karena itu, dibutuhkan tabir surya yang dapat melindungi
kulit dengan baik dari bahaya radiasi sinar matahari terutama sinar
ultraviolet tersebut (Tri Puji et al., 2014).
Tingkat perlindungan ( efektivitas ) produk tabir surya terhadap
sinar UV dapat dinilai dari jumlah SPF yang dimiliki. Sun protection
faktor adalah perbandingan waktu yang di butuhkan radiasi UV untuk
menimbulkan eritema pada kulit yang terlindung dengan kulit yaang
tidak terlindung. Menurut regulasi yang dikeluarkan FDA (Food and
Drug Administration ), produk tabir surya harus memiliki nilai SPF
minimal 2. Nilai SPF tertinggi yang diperkenankan oleh FDA adalah SPF
15, namun banyak yang merekomendasikan tabir surya dengan SPF 15
atau lebih tinggi untuk memperoleh perlindungan maksimum (Tri Puji et
al., 2014).
FDA mengatur keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai
SPF yang dimiliki yaitu (Tri Puji et al., 2014):
1.Tabir surya dengan nilai SPF 2-4, memberikan proteksi minimal
2.Tabir surya dengan nilai SPF 4-6, memberikan proteksi sedang
3.Tabir surya dengan nilai SPF 6-8, memberikan proteksi ekstra
4.Tabir surya dengan nilai SPF 8-15, memberikan proteksi maksimal
5.Tabir surya dengan nilai SPF ≥ 15,memberikan proteksi ultra

7
2.1.3 Gel Semprot
Holland (2002) dalam penelitian Sayudi (2014) mendefinisikan
gel semprot atau spray gel sebagai “gel atau hidrogen”, yaitu mengacu
pada bahan yang memiliki fase berair dengan kandungan 10% sampai
90% dari berat sediaan, dan istilah semprot atau spray yang mengacu
pada komposisi yang dikabutkan, seperti terdiri dari tetesan cairan yang
berukuran kecil atau besar yang diaplikasikan melalui alat indikator
aerosol atau pompa semprot (Holland et al., 2015).
Gel semprot memiliki rentang viskositas antara 500-5000 cps .
Viskositas gel semprot dibawah 500 cPs menyebabkan kondisi gel
semprot terlalu cair sehingga tidak melekat dan akan menetes dari kulit
setelah disemprotkan. Sedangkan viskositas gel semprot diatas 5000 cPs
akan menyebabkan sediaan sulit disempotkan melalui alat aplikator
(Takuzo, Takashi and Okuno, 1993).
Teknik semprot saat ini lebih banyak diminati karena memiliki
beberapa keuntungan diantaranya teknik semprot memungkinkan
sediaan dihantarkan ke target secara langsung tanpa melalui kontak,
sehingga dapat meminimalkan limbah, mengurangi kemungkinan adanya
kontaminasi atau infeksi serta trauma pada pasien (Jáuregui et al., 2009).
Produk kosmetik yang beredar dipasaran saat ini terdiri dalam
bentuk krim, lotion, bedak dingin, sabun, masker dan lulur. Sediaan gel
semprot yang beredar dikalangan masyarakat saat ini hanya sebatas
antiseptik saja sedangkan sediaan gel semprot untuk kosmetik masih
belum terlalu populer dikalangan masyarakat. Padahal sediaan gel tidak
mengandung minyak sehingga sesuai dengan jenis kulit wajah yang
berminyak (Warnida, 2015). Bentuk gel menyebar dikulit dengan baik,
memberikan efek dingin, mudah dicuci dengan baik, dan pelepasan
senyawa aktifnya baik (Voigt, 1994).

8
2.1.4 Monografi Bahan
2.1.4.1 Karbopol (Gelling Agent)
Carbopol merupakan gelling agent yang lebih sering digunakan
dalam suatu formulasi. Gelling agent (basis) harus bersifat inert, aman
dan tidak reaktif terhadap komponen yang lainnya. Karakteristik
gelling agent yang digunakan juga harus disesuaikan dengan bentuk
sediaannya. Semakin tinggi viskositas gel maka struktur gel semakin
kuat (Lieberman, Rieger and Banker, 1989).
Carbopol merupakan gelling agent yang lebih dikenal dengan
nama carbomer. Range konsentrasi carbopol sebagai gelling agent
yaitu 0,5%-2%. Secara kimia, carbopol merupakan polimer sintetik
dari asam akrilat dengan bobot molekul yang tinggi. Carbopol
berbentuk serbuk, berwarna putih dan higroskopis, memiliki bulk
density 208 kg/m3, dengan pH yang dihasilkan jika 1% terdispersi di
air adalah 2,5-3,0 dan apabila 0,5% terdispersi di air adalah 2,7-3,5.
Jika konsentrasi carbopol rendah, gel bersifat pseudoplastis,
sebaliknya jika konsentrasi carbopol tinggi akan menjadi plastis.
(Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Carbopol tidak toksis dan tidak
mempengaruhi aktivitas biologi obat tertentu.
Carbomer mempunyai viskositas antara 40.000-60.000 cPs
digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viskositasnya tinggi,
menghasilkan gel yang bening. Mekanisme pembentukan gel terjadi
saat struktur polimer dari carbomer terikat dengan pelarut, dan terjadi
ikatan silang pada polimer-polimer sehingga molekul pelarut akan
terjebak didalamnya, kemudian terjadi immobilisasi molekul pelarut
dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya
maupun tekanan tertentu (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

9
Gambar 2.2 Struktur carbopol

2.1.4.2 Trietanolamin
TEA memiliki penampilan yang jernih, berupa cairan kental
yang berwarna kuning serta sedikit memiliki bau amonia. TEA
memiliki pH 10,5 dalam 0,1 N larutan, sangat higroskopis, berwarna
coklat apabila terpapar udara dan cahaya. Triethanolamine (TEA)
digunakan sebagai agen pembasa dan dapat juga digunakan sebagai
emulsifying agent (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

Gambar 2.3 Struktur triethanolamin (TEA)


2.1.4.3 Propilen Glikol
Propilen glikol berbentuk cairan kental, jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, rasa agak manis dan bersifat higroskopik. Nama kimia
dari propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus kimia
CH3CH8O2. Kelarutan yaitu dapat bercampur dengan air, dengan etanol
95% P, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat dicampur dengan eter
minyak tanah dan minyak lemak (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

10
Gambar 2.4 Struktur propilen glikol

2.1.4.4 Metil Paraben


Metil Paraben berbentuk serbuk kristal, berwarna putih dan tidak
berbau. Nama kimia metil paraben adalah methyl-4-hydroxybenzoate
dengan rumus kimia C8H8O3. Kelarutan metil paraben terhadap pelarut
etanol yakni 1:2, sedangkan terhadap air yakni 1:400, 1:50 (pada suhu
50oC), dan 1:30 (pada suhu 80oC). Range konsentrasi yang digunakan
dalam sediaan topikal yaitu (0,02-0,3)% (17). Cara penyimpanan dengan
wadah tertutup dan memiliki khasiat sebagai zat tambahan atau
pengawet (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

Gambar 2.5 Struktur metil paraben

2.1.4.5 Propil Paraben


Propil paraben merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau dan tidak
memiliki rasa. Kelarutannya yaitu sangat sukar larut dalam air, larut
dalam 3,5 bagian etanol, dalam 3 bagian aseton , dalam 140 bagian
gliserol, dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam alkali
hidrosida. Memiliki titik lebur 95-98oC. Cara penyimpanan dalam

11
wadah tertuyup dan memiliki khasiat sebagai zat pengawet (Rowe,
Sheskey and Quinn, 2009).

Gambar 2.6 Struktur propil paraben

2.1.4.6 Aquadest
Aquadest merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa. Aquadest memiliki rumus kimia H2O
dengan titik didih 100oC dan cara penyimpanannya dengan disimpan
pada wadah tertutup (Anonim, 2013).

2.1.5 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dua zat atau lebih
dengan pelarut yang tidak saling campur, pemisahan ini dapat berupa
pemisahan dari zat cair-zat cair atau dari zat padat-zat cair. Dengan kata
lain pemisahan ini terjadi berdasarkan prinsip perbedaan konsentrasi dan
kelarutan Ekstraksi biasanya dilakukan untuk mengisolasi senyawa alami
dari jaringan asli tumbuh-tumbuhan yang sudah dikeringkan (Harborne,
1987).
Ekstraksi padat-cair adalah suatu proses pemisahan zat padat yang
terlarut dari campurannya dengan pelarut yang tidak saling larut.
Pemisahan zat padat dari campurannya tersebut biasanya melibatkan
pemutusan yang selektif, dengan atau tanpa proses difusi. Pemindahan zat
dari bahan padat ke dalam pelarut pada ekstraksi padat-cair dapat melalui
3 tahapan, yakni difusi oleh pelarut ke dalam pori-pori padatan atau
dinding sel, kemudian terjadi pelarutan padatan oleh pelarut di dalam
dinding sel, dan terakhir adalah pemindahan larutan dari pori-pori menjadi
larutan ekstrak. Ekstraksi dari suatu zat padat menjadi zat cair dapat cair

12
dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya ialah waktu ekstraksi, suhu
yang digunakan, pengadukan dan banyaknya pelarut yang digunakan
(Harborne, 1987).
Ekstraksi padat-cair dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu cara
Soxhlet dan perkolasi dengan atau tanpa pemanasan, serta dengan cara lain
yang lebih sederhana untuk mengekstrak zat aktif dari padatan yaitu
dengan maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan
pelarut organik pada temperature atau suhu ruangan tertentu. Teknik ini
dilakukan untuk mengekstrak jaringan tanaman yang belum diketahui
kandungan senyawanya yang mungkin bersifat tidak tahan panas
(Harborne, 1987). Pemisahan secara maserasi pada prosesnya memiliki
prinsip kelarutan like dissolve like yaitu pelarut polar akan melarutkan
senyawa polar, dan pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa nonpolar.
Sehingga pada saat menggunakan metode ini disarankan dapat memilih
pelarut yang tepat karena pemilihan pelarut sangat berpengaruh terhadap
hasil ektraksi. Pelarut yang digunakan harus dapat menarik komponen
yang diinginkan semaksimal mungkin. Factor-faktor penting yang perlu
diperhatikan saat memilih pelarut yang sesuai antara lain: selektivitas, sifat
pelarut dan kemampuan mengekstraksi, tidak toksik, mudah diuapkan dan
relatif murah. Pelarut yang dapat digunakan pada metode ekstraksi
maserasi antara lain: etil asetat, etanol, aseton dan air (Simpen, 2008).

2.1.6 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan singkatan dari spektrometer dan
fotometer. Alat ini terdiri dari rangkaian spektrometer dan fotometer. Pada
spektrometer, bagian ini berfungsi menghasilkan spektrum-spektrum sinar
pada panjang gelombang tertentu. Sedangkan pada bagian fotometer
fungsinya adalah alat pengukur intensitas suatu cahaya yang kemudian
akan ditransmisikan atau diabsorbsi. Sehingga spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang.

13
Spektrofotometri memberikan suatu kelebihan dibandingkan alat analisis
lain yaitu dapat lebih mendeteksi panjang gelombang dari sinar putih dan
cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti grating, prisma atau celah
optis. Pada fotometer, filter dari berbagai jenis warna kemudian
melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar and
Rohman, 2007). Kelebihan metode spektrofotometri yaitu merupakan
metode yang lebih sederhana yang dapat digunakan untuk mengukur
kuantitas zat yang memiliki ukuran molekul sangat kecil. Selain itu, hasil
yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang telah terbaca langsung
dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun
grafik yang sudah diregresikan.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan
metode spektrofotometri yaitu:
a. Alat-alat pengenceran harus steril dari zat pengotor
b. Dalam penggunaan alat-alat harus benar-benar steril
c. Jumlah zat yang digunakan harus sesuai dengan yang telah
ditentukan
d. Sampel harus benar-benar jernih dan tidak keruh
e. Dalam penggunaan spektrofotometri uv-vis, sampel harus
berwarna.
Pada metode ini sumber sinar atau energi yang digunakan
merupakan visible atau cahaya tampak. Cahaya tampak termasuk suatu
spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia.
Panjang dari suatu gelombang sinar tampak berkisar antara 400 nm sampai
750 nm. Sehingga seluruh sinar, baik sinar yang memiliki warna selama ia
dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam visible atau
sinar tampak. Sumber sinar tampak yang umumnya digunakan pada
spektrofotometer uv vis adalah lampu Tungsten. Kelemahan dari metode
ini yaitu hanya dapat menganalisis sampel yang memiliki warna.
Sehingga, untuk sampel yang tidak berwarna harus terlebih dulu dibuat

14
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik (Gandjar and Rohman,
2007).

2.2 Landasan Teori


Alpukat (Persea americana M.) merupakan tanaman berupa buah-
buahan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Sebuah penelitian dari
Suryanto (2009) mengatakan alpukat memiliki manfaat sebagai pelindung
dari sinar UV karena banyak mengandung senyawa yang bersifat
antioksidan. Flavonoid dan tannin merupakan beberapa senyawa yang
memiliki aktivitas antioksidan yang dapat berpotensi sebagai tabir surya
(Suryanto, Katja and Wehantouw, 2009). Penelitian dari Tri Puji (2014)
menyebutkan bahwa ekstrak etanol daging buah alpukat (Persea america
Mill) dengan konsentrasi 0,25% , 0,50% , 1 % semuanya memiliki
aktivitas sebagai tabir surya dengan konsetrasi 1% memiliki nilai SPF
8,740 yaitu termasuk kategori proteksi ekstra (Tri Puji et al., 2014). Ade
Novie Mokodompit (2013) dalam pembuatan krim ekstrak kulit alpukat
dengan konsentrasi 5%, 7,5%, dan 10% menunjukan bahwa semuanya
termasuk dalam tingkat kemampuan tabir surya dengan konsentrasi 10%
termasuk dalam kategori proteksi ekstra (Novia Mokodompit, Jaya Edy
and Wiyono, 2013). Oleh karena itu, ekstrak etanol daging buah alpukat
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi suatu bentuk sediaan
topikal yaitu sebagai tabir surya.
Sediaan topikal secara oles dalam bentuk salep atau gel saja masih
berpotensi menyebabkan terjadinya kontaminasi selama kontak dengan
pasien atau pengguna. Sediaan gel semprot merupakan pilihan yang tepat
sebagai salah satu pengembangan dari sediaan topikal karena teknik
semprot memungkinkan sediaan dihantarkan ke target secara langsung
tanpa melalui kontak, sehingga dapat meminimalkan limbah, mengurangi
kemungkinan adanya kontaminasi atau infeksi dan trauma pada pasien
(Jáuregui et al., 2009).

15
Formulasi sediaan gel semprot dengan zat aktif ekstrak etanol
daging buah alpukat (Persea americana M.) yang dilakukan peneliti
memiliki variasi konsentrasi ekstrak etanol daging buah alpukat (Persea
americana M. yaitu 5%, 7%, dan 9%. Variasi tersebut dipilih karena pada
konsentrasi 8%, ekstrak etanol dalam bentuk sediaan sudah memiliki
aktivitas tabir surya (Ade Novie Mokodompit, 2013) sehingga peneliti
menggunakan konsentrasi 5% sebagai batas minimal dan konsentrasi 9%
sebagai batas maksimal penggunaan ekstrak etanol daging buah alpukat
dalam penelitian ini (Novia Mokodompit, Jaya Edy and Wiyono, 2013).
Sediaan gel semprot atau spray gel yang telah jadi kemudian
dievaluasi melalui serangkaian pengujian sifat fisik yaitu uji organoleptik,
uji homogenitas, uji viskositas, uji pH, dan uji stabilitas dan kemudian
disimpan dalam wadah semprot sehingga dapat berpenetrasi baik kedalam
kulit dengan efek yang telah diharapkan (Jáuregui et al., 2009).

2.3 Hipotesis Penelitian


1. Formula gel semprot dengan zat aktif ekstrak etanol daging buah
alpukat (Persea americana M.) dapat memiliki hasil pengujian sifat
fisik yang baik
2. Gel semprot dengan zat aktif ekstrak etanol daging buah alpukat
(Persea americana M.) dapat memiliki aktivitas tabir surya dan
perlindungan terhadap sinar UV

16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat


3.1.1. Alat Penelitian
Timbangan analitik, blender, pH meter (Horiba) , cabinet dryer,
spatula, batang pengaduk, gelas beker, cawan, waterbath (Memmert), botol
semprot, lemari pendingin, hot plate, rotary evaporator, viscometer
(Brookfield KU-2), spektrofotometri UV-1800 (Shimadzu doublebeem)
(Novia Mokodompit, Jaya Edy and Wiyono, 2013).
3.1.2. Bahan Penelitian
Buah alpukat (Persea americana M.), aquadest, karbopol, propilen
glikol, trietanolamin (TEA), metil paraben, propil paraben, etanol 70 %,
Tisu, aluminium foil (Novia Mokodompit, Jaya Edy and Wiyono, 2013).

3.2 Cara Penelitian


3.2.1 Determinasi Tanaman
Tanaman alpukat yang akan digunakan berupa daging buahnya
saja, kulit dan bijinya dibuang. Determinasi tanaman dilakukan untuk
memastikan jenis spesies tanaman yang didapatkan telah sesuai dan
determinasi dilakukan di Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Fakultas
Biologi, Universitas Gadjah Mada.
3.2.2 Pengolahan Sampel
Alpukat yang telah dideterminasi dicuci hingga bersih. Lalu
dikupas, dibuang kulit dan bijinya. Kemudian daging buahnya dipotong
tipis-tipis. Selanjutnya dikeringkan di dalam cabinet dryer dengan suhu 50-
60oC sampai benar-benar kering. Setelah kering, kemudian diserbuk
dengan alat grindel (Novia Mokodompit, Jaya Edy and Wiyono, 2013).
3.2.3 Ekstraksi
Ekstraksi daging buah alpukat menggunakan pelarut etanol 70%,.
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 85 g serbuk daging

17
buah alpukat dimasukkan ke dalam wadah lalu ditambahkan pelarut 1000
ml hingga sampel terendam semuanya. Kemudian disaring dan filtrat
diuapkan untuk menghilangkan pelarutnya menggunakan rotari evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental daging buah alpukat (Suryanto, Katja
and Wehantouw, 2009).
3.2.4 Formulasi Sediaan Gel Semprot
Formula yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada formula
Sediaan Spray Gel Lidah Buaya (Luly et al, 2015)

Tabel 3.1 Formula Acuan Sediaan Spray Gel Ekstrak Lidah Buaya
Bahan Konsentrasi (%)
F1 F2 F3
Aloe Vera 30,00 30,00 30,00
Carbopol 0,50 1,00 0,50
HPMC 0,50 0,50 1,00
Propilen glikol 10,00 10,00 10,00
Metil paraben 0,18 0,18 0,18
Propil paraben 0,02 0,02 0,02

Formula tersebut telah dimodifikasi menjadi formula baru pada tabel 2.

Tabel 3.2 Formula Sediaan Spray Gel Ekstrak Etanol Daging Buah
Alpukat
FORMULA
NAMA FUNGSI
(ml)
BAHAN BAHAN
Basis A B C
Alpukat Zat Aktif - 5 7 9
Gelling
Karbopol 1 1 1 1
agent
Trietanolamin Buffer 2 Tetes qs 2 Tetes qs 2 Tetes qs 2 Tetes qs
Propilen
Humektan 10 10 10 10
Glikol
Metil Paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil
Pengawet 0,02 0,02 0,02 0,02
Paraben
Aquadest Pelarut Ad 100 qs Ad 100 qs Ad 100 qs Ad 100 qs

18
Cara pembuatan sediaan :
1. Bahan-bahan yang telah disiapkan ditimbang dalam gram (b/b atau b/v)
kecuali Trietanolamin (TEA) yang diberikan dalam bentuk tetes.
2. Karbopol didispersikan di air dingin dan ditambahkan dengan air panas
hingga karbopol terdispersi seluruhnya, kemdian ditambahkan
Trietanolamin (TEA) hingga terbentuk masa gel yang transparan. (Bahan
A)
3. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam propilen glikol (Bahan
B)
4. Bahan A dan B dicampur ke dalam gelas beker, sediaan diaduk
menggunakan batang pengaduk hingga semua bahan tercampur.
5. Tambahkan ekstrak alpukat lalu aduk hingga homogen, lalu ad dengan
aquadest hingga sediaan mencapai 100 ml.
6. Masukkan sediaan ke dalam wadah spray yang telah disiapkan (Suyudi,
2014).

3.2.5 Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Semprot


3.2.5.1 Pemeriksaan Organoleptik
Dilakukan pengamatan secara visual terhadap bentuk gel, warna,
bau, kekeruhan dan ada atau tidaknya gelembung udara pada gel semprot
segera setelah dibuat (Suyudi, 2014).
3.2.5.2 Pemeriksaan Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan gel
semprot pada permukaan kaca segera setelah sediaan selesai dibuat.
Diamati ada atau tidaknya partikel-partikel terpisah atau butiran kasar
yang mempengaruhi bentuk dan warna sediaan (Suyudi, 2014)
3.2.5.3 Pengukuran Viskositas
Sediaan dimasukkan kedalam gelas beker 100 ml dan kemudian
disetel dengan spindel pada nomor dan kecepatan yang telah ditentukan.
Semakin tinggi nilai viskositas sediaan maka semakin kecil kemampuan
sediaan tersebut untuk mengalir. Viskositas dari spray gel berkisar antara

19
500-3000 cPs sehingga viskositas dari spray gel ekstrak etanol daging
buah alpukat ini diharapkan berada pada rentang tersebut (Takuzo, Takashi
and Okuno, 1993). Evaluasi viskositas dilakukan dengan kecepatan 30 rpm
(Suyudi, 2014).
3.2.5.4 Pengukuran PH
Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter yang dicelupkan
ke dalam sediaan gel semprot dan diamati pH yang terukur. Pengukuran
dilakukan setelah sediaan dibuat dengan replikasi sebanyak 3 kali untuk
masing-masing formula (Vinha, Moreira and Barreira, 2013). pH sediaan
yang diharapkan berada pada rentang pH kulit yaitu rentang pH 4,5 – 6,5
(Sudjono, Honniasih and Pratimasari, 2012).
3.2.5.5 Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan metode uji stabilitas dipercepat.
Masing-masing dari formula sediaan gel semprot disimpan pada suhu 4oC
selama 24 jam. Setelah itu sampel dipindahkan kedalam climate chamber
dengan suhu 40oC selam 24 jam. Waktu penyimpanan dua suhu tersebut
dianggap satu siklus. Uji stabilitas dilakukan sebanyak 3 siklus kemudian
diamati perubahan fisik yang terjadi (Warnida, 2015).

3.2.6 Uji Aktivitas Tabir Surya Secara In Vitro


Uji efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai Sun
Protective Factor (SPF) secara in vitro menggunakan alat
spektrofotometri UV-Vis. Gel semprot ekstrak daging buah alpukat
diencerkan 4000 ppm, dengan cara masing-masing gel semprot ekstrak
buah alpukat (5%, 7% dan 9%) ditimbang sebanyak 0,8 g; 0,57 g dan 0,44
, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan
etanol 70%. Larutan tersebut selanjutnya diukur absorbansinya pada
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 290-320 nm yang
merupakan daerah UV A dan UV B. Dilakukan replikasi sebanyak 3
kali(5).
Spektrofotometer UV-Vis dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan etanol 70%. Dimasukkan etanol 70% kedalam kuvet

20
kemudian kuvet dimasukkan kedalam spektrofotometer UV-Vis untuk
proses kalibrasi. Dibuat kurva serapan uji dalam kuvet, dengan panjang
gelombang antara 290-320 nm, gunakan etanol 70% sebagai blanko.
Selanjutnya tetapkan serapan rata-ratanya (Ar) dengan interval 5 nm.
Hasil absorbansi masing-masing konsentrasi sediaan gel semprot dicatat
dan kemudian nilai SPFnya dihitung (Novia Mokodompit, Jaya Edy and
Wiyono, 2013).

21
3.3 Skema Penelitian

Determinasi Tanaman
Alpukat

Dipotong

Dikeringkan suhu
40oC selama 5 hari

Diserbuk

Diekstraksi

Ekstrak kental
etanol daging buah
alpukat

Formulasi Gel
Uji Sifat Fisik Semprot Ekstrak

Uji Organoleptik
Uji Stabilitas Dipercepat
Uji Homogenitas
Uji Viskositas
Uji PH Uji SPF

Pembahasan Hasil
dan Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Kerja Penelitian

22
3.4 Analisis Hasil
Uji Sun Protecting Factor (SPF) dari ekstrak etanol daging buah alpukat
(Persea americana M.) dilakukan secara in vitro yaitu menggunakan
spektrofotometri uv-vis. Hasil didapatkan dari persamaan Mansur (1986) yaitu :
SPFin vitro = ∑320
290 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆) 𝑥 𝐶𝐹 (Fonseca and Rafaela, 2013)

Dimana EE (λ) adalah efek eritmogenik radiasi pada panjang gelombang


(λ), Abs (λ) adalah nilai absorbansi spektrofotometrik pada panjang gelombang
(λ) dan CF adalah factor koreksi bernilai 10. Nilai absorbansi yang didapatkan
Abs (λ) dikalikan dengan masing-masing nilai EE (λ)×I (λ) kemudian dihitung
hasil penjumlahannya dan dikalikan dengan faktor koreksi (10). Nilai SPF ini
berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik
berada diatas SPF 15.

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman Buah Alpukat (Persea Americana M)


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah alpukat yang
didapatkan dari Gentan, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten
Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta. Buah alpukat kemudian diidentifikasi secara
makroskopik meliputi bagian akar, batang, daun dan buah yang dilakukan di
Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.
Determinasi dilakukan untuk memastikan kebenaran bahan yang akan digunakan
pada penelitian.
Kode determinasi merupakan kode yang didapatkan setelah mencocokkan
bahan yang akan digunakan dengan literatur. Determinasi tanaman alpukat
dilakukan dengan mengidentifikasi golongan tanaman tersebut kemudian spesifik
menuju famili dan spesiesnya. Adapun hasil dari determinasi tanaman alpukat
ditunjukkan dengan data berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Familia : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea Americana Mill
Sinonim : Laurus persea L.
Persea gratissima C. F. Gaertn.
Persea nubigena L. O. Williams
Persea persea (L.) Cockerell
Nama lokal : Alpukat, apokat, buah mentega
Berdasarkan hasil determinasi tersebut maka tanaman yang digunakan
pada penelitian terbukti kebenarannya yaitu merupakan tanaman alpukat yang
berasal dari family lauraceae dan spesies Persea Americana Mill.

24
4.2 Ekstraksi Buah Alpukat (Persea Americana M)
Metode yang digunakan pada ekstraksi daging buah alpukat (Persea
Americana M) adalah metode maserasi. Metode ini umumnya digunakan untuk
menyari kandungan suatu bahan atau zat aktif yang memiliki sifat tidak tahan
terhadap pemanasan tinggi (Harborne, 1987). Proses maserasi dengan metode ini
lebih sederhana dan mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan metode
ekstraksi lain seperti sokletasi dan destilasi.
Sebelum dimaserasi, sebanyak 3275 gram buah alpukat dicuci bersih
kemudian dikupas dan diambil daging buahnya. Daging buah yang didapatkan
sebanyak 1972 gram Setelah itu lalu dipotong tipis-tipis dan dikeringkan.
Pengeringan daging buah dilakukan menggunakan cabinet dryer selama 16 jam
pada suhu 40oC. Cabinet dryer dipilih karena suhu yang dihasilkan bersifat lebih
stabil dibandingkan dengan pemanasan menggunakan suhu matahari. Pemilihan
suhu 40oC dikarenakan daging buah alpukat mengandung senyawa seperti
flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid yang akan rusak oleh pemanasan tinggi
sehingga digunakan suhu 40oC. Setelah kering kemudian diserbuk menggunakan
alat grinder. Hasilnya didapatkan sebanyak 85 gram serbuk kering daging alpukat.
Maserasi serbuk kering alpukat dilakukan dengan melarutkan sebanyak 85
gram serbuk dengan pelarut etanol 70% sebanyak 1000 ml yang dilakukan selama
5 hari dengan dilakukan pengadukan sewaktu-waktu. Hasilnya didapatkan ekstrak
etanol daging buah alpukat sebanyak 21,79 ml. Rendemen yang dihasilkan pada
penelitian ini sebesar 25% dengan perhitungan sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (21,79 𝑔)


% Rendemen = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑝𝑢𝑘𝑎𝑡 (85,7 𝑔)𝑥 100 %

Tabel 4.1.Hasil Rendemen Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat


Bobot Awal Bobot Akhir Perolehan
Rendemen 85 gram 21,79 gram 25%

25
Gambar 4.1 Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat

Lamanya waktu ekstraksi akan memberikan pengaruh terhadap kualitas


ekstrak yang akan diperoleh. Semakin lama waktu ekstraksi dilakukan, maka
kuantitas bahan yang terekstrak akan semakin meningkat karena kesempatan
untuk bersentuhan antara bahan atau simplisia dengan pelarut akan semakin besar
(Winata and Enesty, 2015). Hasil rendemen penelitian ini cukup baik jika
dibandingkan dengan penelitian oleh Nico Kemit, et al (2015) dengan hasil
rendemen daun alpukat sebesar 27,84 % untuk maserasi dalam jangka waktu 36
jam dengan bantuan alat shaker (Kemit, Widarta and Nocianitri, 2010).

Tabel 4.2.Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat


Wujud Warna Aroma
Cairan Kental Hijau Tua Khas alpukat

4.3 Formulasi Sediaan Gel Semprot


Formulasi sediaan gel semprot yang digunakan pada penelitian ini
mengacu pada formula yang sudah ada yaitu Formula Sediaan Spray Gel Lidah
Buaya oleh Luly et al, 2015 (Luly, Sihombing and Cikal Lestari, 2015). Formula
tersebut kemudian dimodifikasi dengan mengganti zat aktif dengan Alpukat dan

26
menambahkan eksipien berupa Trietanolamin sebagai buffer dalam formulasi gel
semprot ekstrak etanol daging buah alpukat.
Pembuatan sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat diawali
dengan pembuatan basis gel. Basis gel dibuat dengan mengacu pada formula oleh
Luly et al, 2015 (Luly, Sihombing and Cikal Lestari, 2015). Adapun pembuatan
basis gel semprot dilakukan dengan menggunakan komponen-komponen
diantaranya Karbopol sebagai gelling agent, Trietanolamin sebagai pembentuk
basa (buffer), Propilenglikol sebagai humektan, metil dan propil paraben sebagai
pengawet dan aquades sebagai pelarut. Formulasi basis gel semprot dapat dilihat
pada tabel 4.2.

Tabel 4.3 Formula Basis Sediaan Spray Gel Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat
FORMULA
NAMA BAHAN (ml)
BASIS I BASIS II BASIS III
Karbopol 0,5 1 1,5
Trietanolamin 2 Tetes 2 Tetes 2 Tetes
Propilen Glikol 10 10 10
Metil Paraben 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben 0,02 0,02 0,02
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100

Basis dibuat dengan perbedaan konsentrasi karbopol sesuai dengan


formula acuan. Perbedaan konsentrasi karbopol mempengaruhi kekentalan atau
viskositas dari sediaan, sehingga diharapkan akan didapatkan sediaan gel semprot
dengan konsistensi berbeda pula. Hal ini untuk mengetahui viskositas optimal
bagi sediaan gel semprot agar dapat diaplikasikan melalui aplikator semprot
dengan mudah. Viskositas sediaan sesuai standar viskositas sediaan gel semprot
yaitu 500-5000 cPs (Takuzo, Takashi and Okuno, 1993). Penambahan
trietanolamin pada sediaan berfungsi sebagai buffer atau pembasa pada yang
menjaga pH sediaan agar sesuai dengan kondisi pH kulit, juga dapat membantu
proses pengembangan karbopol untuk menjadi gel. Selanjutnya, basis yang telah

27
terpilih kemudian ditambahkan dengan ekstrak etanol daging buah alpukat dengan
konsentrasi 5%, 7% dan 9%. Formulasi gel semprot ekstrak etanol daging buah
alpukat dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.4 Formula Sediaan Spray Gel Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat
FORMULA
NAMA BAHAN FUNGSI BAHAN (ml)
A B C
Alpukat Zat Aktif 5 7 9
Karbopol Gelling agent 1 1 1
Trietanolamin Buffer 2 Tetes 2 Tetes 2 Tetes
Propilen Glikol Humektan 10 10 10
Metil Paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben Pengawet 0,02 0,02 0,02
Aquadest Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100

Setelah basis selesai dibuat, kemudian dilakukan penambahan ekstrak


dengan konsentrasi masing-masing 5%, 7% dan 9%. Dasar pemilihan konsentrasi
yaitu pada penelitian terdahulu oleh Ade Novie Mokodompit dengan konsentrasi
krim tabir surya ekstrak kulit alpukat masing-masing 5%, 7,5% dan 10% (Novia
Mokodompit, Jaya Edy and Wiyono, 2013). Peneliti menggunakan konsentrasi
berbeda yaitu dengan interval konsentrasi sebesar 2 interval, yaitu pada
konsentrasi 5%, 7% dan 9%.

28
F1 F2 F3 F4

Gambar 4.2 Gel Semprot Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

4.4 Uji Sifat Fisik Gel Semprot Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat
4.4.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptik
Pada uji organoleptis dilakukan pengamatan secara visual mengenai
bentuk, warna dan aroma dari ekstrak alpukat dan sediaan gel semprot daging
buah alpukat yang telah dihasilkan. Hasil uji organoleptis dari ekstrak alpukat
dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 sedangkan untuk hasil uji organoleptis
sediaan gel semprot daging buah alpukat dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar
4.3

29
Tabel 4.5 Hasil Uji Organoleptis Spray Gel Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat
FORMULA WUJUD WARNA BAU
I Cairan Kental Jernih Khas
II Cairan Kental Hijau Muda Khas Ekstrak
III Cairan Kental Hijau Khas Ekstrak
IV Cairan Kental Hijau Tua Khas Ekstrak

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

F1 F2 F3 F3

Gambar 4.3 Gel Semprot Ekstrak Etanol Daging Buah Alpukat

Berdasarkan dari data hasil uji organoleptis dapat diketahui bahwa variasi
konsentrasi ekstrak etanol daging buah alpukat yang digunakan pada formulasi
berpengaruh terhadap warna sediaan yang semakin pekat dan berwarna hijau
kecoklatan. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah zat aktif dari ekstrak
etanol daging buah alpukat pada sediaan gel semprot dapat mempengaruhi warna
sediaan tetapi tidak pada bentuk atau wujud dari sediaan tersebut.

30
Tabel 4.6 Hasil Uji Gelembung Udara dan Kekeruhan Sediaan Spray Gel Ekstrak
Etanol Daging Buah Alpukat
GELEMBUNG
FORMULA KEKERUHAN
UDARA
I - +
II + +
III + +
IV + +
Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

Keterangan :
Gelembung Udara
̶ : Tidak ada
+ : Gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan sedikit
++ : Gelembung udara yang terperangkap berjumlah setengah dari
sediaan
+++ : Gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan banyak

Kekeruhan
+ : Bening atau transparent
++ : Perubahan dari bening menjadi keruh
+++ : Keruh
Hasil pemeriksaan kekeruhan pada seluruh sediaan gel semprot
menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya kekeruhan pada sediaan. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh komponen bahan pada sediaan tecampur menjadi
satu fase sehingga sediaan gel semprot menjadi bening atau transparan.
Hasil pemeriksaan gelembung udara pada sediaan basis menunjukkan
bahwa tidak ada gelembung udara pada sediaan. Hal ini dikarenakan viskositas
sediaan basis paling kecil sehingga gelembung udara yang terperangkap lebih
mudah keluar dari sediaan. Sedangkan pada sediaan gel semprot dengan

31
penambahan ekstrak terdapat sedikit gelembung pada permukaan sediaan gel
semprot. Namun setelah penyimpanan sediaan selama 3 siklus, jumlah gelembung
udara pada sediaan gel semprot ekstrak semakin berkurang.

4.4.2 Hasil Pemeriksaan Homogenitas


Uji homogenitas pada sediaan gel semprot dilakukan untuk melihat ada
atau tidaknya butiran kasar yang terdapat pada sediaan gel semprot ekstrak etanol
daging buah alpukat. Suatu sediaan farmasetika dapat dikatakan baik apabila
distribusi dari bahan-bahan didalam sediaan telah homogen atau merata.
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang telah dilakukan, formula I, II, III, dan IV
sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat dapat dikatakan
memenuhi syarat uji homogenitas karena sediaan gel yang dihasilkan homogen
dan tidak terdapat partikel terpisah atau butiran kasar yang terlihat pada kaca
preparat, Hal ini menunjukkan bahwa gel semprot ekstrak alpukat memiliki
homogenitas yang baik. Hasil uji homogenitas sediaan gel semprot ekstrak etanol
daging buah alpukat dapat dilihat pada gambar 4.4.

1 2 3 4

Gambar 4.4 Hasil Uji Homogenitas

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Gel Semprot Ekstrak Alpukat


FORMULA HOMOGENITAS
I Homogen
II Homogen
III Homogen
IV Homogen

32
Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

4.4.3 Hasil Uji Viskositas


Penentuan nilai viskositas dilakukan dengan mengukur kekentalan
sediaan gel semprot ekstrak alpukat. Viskositas pada sediaan gel semprot akan
menunjukkan mudah atau tidaknya ketika sediaan tersebut dihantarkan melalui
aplikator semprot atau dituangkan ke wadah. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan viskometer Brookfield DV2T karena sediaan nanoemulgel sedikit
cair dan kecepatan yang digunakan yaitu 30 rpm (Suyudi, 2014). Semakin tinggi
nilai viskositas sediaan maka akan semakin kecil kemampuan dari sediaan
tersebut untuk mengalir. Hasil uji viskositas gel semprot ekstrak alpukat dapat
dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.8 Hasil Uji Viskositas Gel Semprot Ekstrak Alpukat


30 Rpm 30 Rpm 30 Rpm Rata-rata ±
Formula
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 SD
I 572,11 cPs 572,11 572,09 cPs 572,10 ± 0,01
II 617,46 cPs 617,45 617,45 cPs 617,44 ± 0,004
III 654,24 cPs 654,23 654,24 cPs 654,20 ± 0,004
IV 697,96 cPs 697,94 697,97 cPs 697,95 ± 0,01

Hasil uji viskositas menunjukkan adanya peningkatan nilai viskositas pada


masing-masing formula. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan konsentrasi
ekstrak etanol daging buah alpukat pada masing-masing sediaan gel semprot.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sediaan, maka
semakin tinggi pula nilai viskositasnya dan menyebabkan sediaan gel semprot
menjadi semakin kental.

33
Nilai viskositas sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat
berkisar antara ± 570-698 cPs. Standar viskositas sediaan gel semprot berada pada
rentang 500-5000 cPs. Nilai viskositas dibawah 500 cPs menyebabkan sediaan
akan langsung menetes ketika disemprotkan ke kulit, sedangkan apabila nilai
viskositas lebih dari 5000 cPs menyebabkan sediaan sulit disemprotkan melalui
aplikator karena ukuran partikel sediaan menjadi tidak beraturan dan kurang
menyebar pada permukaan kulit (Takuzo, Takashi and Okuno, 1993). Berdasarkan
kesimpulan tersebut, viskositas sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah
alpukat secara keseluruhan baik karena masih berada pada rentang viskositas gel
semprot yaitu 500-5000 cPs.

4.4.4 Hasil Pengukuran PH


Pemeriksaan nilai pH suatu sediaan farmasetika merupakan salah satu
syarat penting dalam uji sifat fisik sediaan. pH dari sediaan topikal yang baik yaitu
pada pH yang tidak menimbulkan iritasi bagi kulit. pH kulit memiliki rentang pH
yaitu antara pH 4,0 – 6,0 (Sudjono, Honniasih and Pratimasari, 2012). Sediaan gel
semprot merupakan sediaan topikal yang digunakan pada permukaan kulit
sehingga range pH yang aman untuk sediaan ini diharapkan berada pada rentang
pH yang sesuai dengan kondisi pH kulit.
Setelah di uji PH, adanya perbedaan konsentrasi ekstrak alpukat pada
masing-masing formula gel semprot menunjukkan perbedaan nilai pH dari 3 kali
replikasi uji pH yang telah dilakukan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak alpukat
pada formula gel semprot maka pH yang dihasilkan semakin tinggi yaitu
mendekati pH basa. Hasil rata-rata uji pH sediaan gel semprot ekstrak etanol
daging buah alpukat dapat dilihat pada Tabel 4.4.

34
Tabel 4.9 Hasil Uji pH Gel Semprot Ekstrak Alpukat
pH (Rata-rata
FORMULA
± SD)
I 6,44 ± 0,02
II 5,54 ± 0,01
III 5,35 ± 0,01
IV 5,03 ± 0,02

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

Dari 3 replikasi uji pH yang telah dilakukan dihasilkan nilai pH yang


berkisar antara 5 hingga 6,4 dan semakin cenderung asam pada konsentrasi
ekstrak alpukat yang semakin tinggi. Kesimpulan yang didapatkan dari pengujian
nilai pH sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat menunjukkan
bahwa sediaan telah memenuhi persyaratan uji pH yang aman bagi kulit sesuai
dengan yang disebutkan dalam penelitian oleh Sudjono et al (2012) yaitu pH kulit
berada pada rentang 4,5 – 6,5 (Sudjono, Honniasih and Pratimasari, 2012). Dan
dari hasil yang telah didapatkan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak alpukat semakin rendah nilai pH yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
ekstrak alpukat selain mengandung flavonoid juga mengandung fenol yang
memiliki sifat asam.

4.4.6 Hasil Uji Stabilitas Dipercepat


Pengujian stabilitas dipercepat merupakan metode pengujian stabilitas
dengan simulasi adanya perubahan suhu setiap harinya pada sediaan selama
beberapa siklus. Sediaan disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam dan 40oC selama
24 jam pada climate chamber (1 siklus). Karena uji ini dilakukan pada suhu dan
kelembapan dengan interval waktu tertentu maka diharapkan sediaan gel semprot

35
akan mengalami stress yang bervariasi . Hasil uji stabilitas dipercepat gel semprot
ekstrak alpukat dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.10 Hasil Uji Stabilitas Dipercepat Gel Semprot Ekstrak Alpukat
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
F
4oC 40oC 4oC 40oC 4oC 40oC
I Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-)
Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-)
II Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-)
Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-)
III Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-)
Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-)
IV Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-) Warna (-)
Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-) Bentuk (-)

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

Berdasarkan hasil uji stabilitas secara organoleptic, tidak ada perubahan


bentuk dan warna yang dapat diamati pada fisik sediaan. Hal ini menunjukkan
bahwa sediaan memiliki sifat yang baik dan stabil selama disimpan pada kondisi
yang berubah-ubah suhu dan kelembapan udaranya.
Pada hasil uji stabilitas viskositas sediaan terjadi penurunan nilai
viskositas setelah disimpan selama 3 siklus. Penurunan nilai viskositas sediaan
terjadi setelah penyimpanan 3 siklus pada suhu 4oC dan 40oC pada climate
chamber. Hal ini disebabkan adanya pengaruh cahaya dan kelembapan udara
selama penyimpanan. Hasil uji stabilitas viskositas gel semprot ekstrak alpukat
dapat dilihat pada tabel 4.11

36
Tabel 4.11 Hasil Uji Stabilitas Viskositas Gel Semprot Ekstrak Alpukat
Formula 30 Rpm 30 Rpm Rata-rata ± SD
(Awal) (Akhir)
I 572,11 cPs 572,01 cPs 572,1 ± 0,05
II 617,46 cPs 617,40 cPs 617,42 ± 0,03
III 654,24 cPs 654,17 cPs 654,20 ± 0,03
IV 697,96 cPs 697,90 cPs 697,93 ± 0,03

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

4.5 Uji Aktivitas Tabir Surya (Nilai SPF)


Pengujian secara in vitro menggunakan metode spektrofotometri dilakukan
untuk mengetahui nilai efektivitas tabir surya pada sediaan gel semprot.
Penentuan nilai SPF pada masing-masing konsentrasi dilakukan dengan diukur
serapannya pada panjang gelombang 290-320 nm. Hasil serapan kemudian
dihitung menggunakan rumus Mansur (1992) yaitu SPFin vitro =
∑320
290 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆) 𝑥 𝐶𝐹
(29)
. Dimana EE (λ) adalah efek eritmogenik
radiasi pada panjang gelombang (λ), Abs (λ) adalah nilai absorbansi
spektrofotometrik pada panjang gelombang (λ) dan CF adalah faktor koreksi
bernilai 10. Berikut merupakan tabel nilai Efek Eritmogenik pada panjang
gelombang 290-320.

37
Tabel 4.13 Nilai EE x I normal pada panjang gelombang 290-320 nm
Panjang Gelombang (𝝺) EE x I
290 0.744
295 0.594
300 0.527
305 0.464
310 0.389
315 0.318
320 0.267

Nilai absorbansi (λ) sediaan yang didapatkan dari panjang gelombang 290-
320 dikalikan dengan masing-masing nilai EE (λ)×I (λ) kemudian dihitung hasil
penjumlahannya dan dikalikan dengan faktor koreksi (10).
Hasil uji SPF sediaan basis gel semprot ekstrak alpukat dapat dilihat pada
tabel 4.14 :

Tabel 4.14 Hasil Uji Nilai SPF Sediaan Basis


Panjang Gelombang Nilai Serapan EE x I Hasil
290 1.02 0.0015 0.00153
295 0.859 0.0817 0.0701803
300 0.764 0.2874 0.2195736
305 0.44 0.3278 0.144232
310 0.265 0.1864 0.049396
315 0.141 0.0839 0.0118299
320 0.092 0.018 0.001656
320

∑ 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆) 0.498398


290

Pada hasil uji SPF sediaan basis, nilai SPF yang dihasilkan dibawah 5
yaitu sebesar 4,9. Hal ini dapat diartikan bahwa sediaan basis memiliki SPF
tingkat kategori sedang. Sedangkan untuk hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot
Ekstrak Alpukat Konsentrasi 5 % dapat dilihat pada tabel 4.15 :

38
Tabel 4.15 Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 5 %
Panjang Gelombang Nilai Serapan EE x I Hasil
290 0.972 0.0015 0.001458
295 0.727 0.0817 0.0593959
300 0.716 0.2874 0.2057784
305 0.614 0.3278 0.2012692
310 0.391 0.1864 0.0728824
315 0.276 0.0839 0.0231564
320 0.192 0.018 0.003456
320
0.567396
∑ 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆)
290

Pada hasil uji SPF sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat
konsentrasi 5%, nilai SPF yang dihasilkan sebesar 5,9. Hal ini dapat diartikan
bahwa sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat dengan konsentrasi
5% memiliki SPF tingkat kategori sedang. Sedangkan untuk hasil Uji Nilai SPF
Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 7 % dapat dilihat pada tabel 4.16 :

Tabel 4.16 Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 7 %
Panjang Gelombang Nilai Serapan EE x I Hasil
290 0.988 0.0015 0.001482
295 0.956 0.0817 0.0781052
300 0.915 0.2874 0.262971
305 0.712 0.3278 0.2333936
310 0.685 0.1864 0.127684
315 0.564 0.0839 0.0473196
320 0.476 0.018 0.008568
320

∑ 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆) 0.7595234


290

Pada hasil uji SPF sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat
konsentrasi 7%, nilai SPF yang dihasilkan sebesar 7,5. Hal ini dapat diartikan
bahwa sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat dengan
konsentrasi 7% memiliki SPF tingkat kategori maksimal. Sedangkan untuk hasil
Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 9 % dapat dilihat pada
tabel 4.17 :

39
Tabel 4.17 Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 9 %
Panjang Gelombang Nilai Serapan EE x I Hasil
290 1.174 0.0015 0.001761
295 1.094 0.0817 0.0893798
300 0.937 0.2874 0.2951598
305 0.894 0.3278 0.3159992
310 0.857 0.1864 0.1657096
315 0.785 0.0839 0.0686302
320 0.767 0.018 0.013806
320

∑ 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆) 0.8929001


290

Pada hasil uji SPF sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat
konsentrasi 9%, nilai SPF yang dihasilkan sebesar 8,9. Hal ini dapat diartikan
bahwa sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat dengan konsentrasi
9% memiliki SPF tingkat kategori ekstra. Data kesimpulan dari seluruh hasil uji
nilai SPF sediaan gel semprot dapat dilihat pada tabel 4.18 :

Tabel 4.18 Total Hasil Uji Nilai SPF Sediaan Gel Semprot Ekstrak Etanol Daging
Buah Alpukat
Formula Hasil SPF Nilai SPF Keterangan
I 4,9 5 Sedang
II 5,6 6 Sedang
III 7,5 7 Ekstra
IV 8,9 9 Maksimal

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

40
Dari data hasil uji nilai SPF sediaan, dapat disimpulkan bahwa sediaan
basis gel semprot kurang berpotensi sebagai tabir surya karena nilai SPF yang
dihasilkan masih dibawah nilai SPF standar regulasi FDA dengan nilai SPF
sebesar 4,9. Sedangkan gel semprot ekstrak etanol daging buah alpukat dengan
konsentrasi 5%, 7% dan 9% berpotensi sebagai tabir surya dengan nilai SPF
tertinggi pada konsentrasi 9% yaitu sebesar 8,9.
FDA merekomendasikan penggunaan sediaan tabir surya pada pukul 10
a.m sampai 02 p.m, yaitu pada saat sinar matahari paling intens. Dengan lama
perlindungan kulit selama 1 jam pada pukul 9 pagi dan 15 menit pada pukul 2
siang. Kualitas perlindungan sediaan tabir surya juga berbeda-beda pada orang
dengan beberapa warna kulit. Pada kategori 1 yaitu pada orang dengan kulit putih
terlindungi selama 10 menit; kategori 2 pada warna kulit kuning langsat selama 15
menit dan kategori 3 dengan warna kulit coklat kehitaman selama 20 menit
(Administration, 2017).
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk ras Malayan
Mongoloid. Memiliki warna kulit sawo matang dan masuk dalam kategori 2.
Sehingga dengan hasil nilai SPF sediaan gel semprot ekstrak etanol daging buah
alpukat sebesar 8,9 pada penelitian ini dapat melindungi selama : 15 menit x 8,9 =
133.5 menit (2,2 jam).
Dari penelitian gel semprot ekstrak alpukat ini dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak alpukat maka nilai SPF yang dihasilkan akan
semakin tinggi.

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan :
1. Ekstrak etanol daging buah alpukat (Persea americana M.) dapat
diformulasikan menjadi sediaan gel semprot yang baik dengan hasil uji
sifat fisik berupa warna yang bening atau transparan, sediaan yang
homogen, nilai pH dibawah 7 dan nilai viskositas berada pada rentang
viskositas spray gel.
2. Aktivitas tabir surya dari formulasi sediaan gel semprot ekstrak etanol
daging buah alpukat (Persea americana M.) pada konsentrasi 5% memiliki
SPF sebesar 5,6 yang termasuk dalam kategori sedang; pada konsentrasi
7% memiliki SPF sebesar 7,5 yang termasuk dalam kategori maksimal dan
pada konsentrasi 9% memiliki SPF sebesar 8,9 yang termasuk dalam
kategori ekstra

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan uji iritasi akut dermal pada kulit hewan coba untuk
melihat ada atau tidaknya efek samping iritasi
2. Perlu dilakukan formulasi sediaan gel semprot dengan variasi gelling
agent yang berbeda
.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Administration, U. S. F. and D. (2017) ‘About the Center for Drug Evaluation and
Research - Sun Protection Factor (SPF)’, p. 1. Available at:
https://www.fda.gov/aboutfda/centersoffices/officeofmedicalproductsandtobacco/
cder/ucm106351.htm.
2. Anonim (2013). Farmakope Indonesia. Edisi Kelima.
3. Anonim (2017). ‘Inilah 6 Manfaat & Cara Tepat Budidaya Tanaman Alpukat -
Informasi Dunia Pertanian’, [Internet].[cited 2018 Feb 9]. Available from:
http://www.pertanian99.com/2017/10/18/inilah-6-manfaat-cara-tepat-budidaya-
tanaman-alpukat/ p. 1.
4. Fahlman, B. M. and Krol, E. S. (2009) ‘UVA and UVB radiation-induced
oxidation products of quercetin’, Journal of Photochemistry and Photobiology B:
Biology. Elsevier B.V., 97(3), pp. 123–131. doi:
10.1016/j.jphotobiol.2009.08.009.
5. Fonseca, A. and Rafaela, N. (2013) ‘Determination of Sun Protection Factor by
UV-Vis Spectrophotometry’, Health Care Current Reviews, 1(1), pp. 1–4. doi:
10.4172/2375-4273.1000108.
6. Gandjar, I. G. and Rohman, A. (2007) Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
7. Gómez-López, V. M. (1992) ‘Fruit characterization of high oil content avocado
varieties’, Scientia Agricola, 59(2), pp. 403–406. doi: 10.1590/S0103-
90162002000200030.
8. Harborne, J. B. (1987) Metode fitokimia : penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan. Edited by S. Niksolihin. Bandung: ITB.
9. Holland, T. et al. (2015) ‘Spray Hydrogel Wound Dressings’, 002(15), p. 354.
doi: 10.1037/t24245-000.
10. Integrated Taxonomic Information System (2011) ‘ITIS Standard Report Page:
Persea americana’. Available at:
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_val
ue=18154#null.

43
11. Jáuregui, K. M. G. et al. (2009) ‘A new formulated stable papin-pectin aerosol
spray for skin wound healing’, Biotechnology and Bioprocess Engineering, 14(4),
pp. 450–456. doi: 10.1007/s12257-008-0268-0.
12. Kemit, N., Widarta, I. W. R. and Nocianitri, K. A. (2010) ‘Pengaruh Jenis Pelarut
dan Waktu Maserasi terhadap Kandungan Senyawa Flavonoid dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat ( Persea Americana Mill )’, Teknologi
Pertanian Udayana, pp. 130–141.
13. Lamid, A. (1995) ‘vitamin E sebagai antioksidan’, Media Litbangkes, pp. 14–16.
Available at:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/701/921.
14. Leslie Baumann, M. (1951) Cosmetic dermatology., Zeitschrift fur Haut und
Geschlechtskrankheiten. Edited by M. Leslie Baumann. The McGraw-Hill
Companies. doi: 10.1016/j.det.2013.10.001.
15. Lieberman, H. A., Rieger, M. M. and Banker, G. S. (1989) ‘Pharmaceutical
Dosage Form: Disperse System Volume 2’, Journal of Pharmaceutical Science.
16. Luly, N., Sihombing, B. and Cikal Lestari, P. (2015) ‘Formulasi dan Evaluasi
Sediaan Spray Gel Lidah Buaya (Aloe Vera L.) dengan Variasi Konsentrasi
Carbomer dan HPMC’, Journal of Pharmaceutical Science, 1(1), p. 10.
17. Morton, J. F. (2004) Fruits of Warm Climates, Fruits of Warm Climates. Creative
Resource Systems, Inc.
18. Novia Mokodompit, A., Jaya Edy, H. and Wiyono, W. (2013) ‘Penentuan Nilai
Sun Protective Factor (SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol
Kulit Alpukat’, PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(03), pp. 2302–2493.
19. Rowe, R., Sheskey, P. and Quinn, M. (2009) Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Handbook of pharmaceutical excipients, Sixth edition. doi:
10.1016/S0168-3659(01)00243-7.
20. Simpen, I. N. (2008) ‘Isolasi Cashew Nut Shell Liquid Dari Kulit Biji Jambu Mete
(Anacardium occidentale L.) Dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko Kimianya’, Jurnal
Kimia, 2, pp. 71–76.
21. Sudjono, T. A., Honniasih, M. and Pratimasari, Y. R. (2012) ‘Pengaruh
Konsentrasi Gelling Agent Carbomer 934 dan HPMC Pada Formulasi Gel Lendir

44
Bekicot (Achatina fulica) Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Pada
Punggung Kelinci’, Pharmacon, 13(1), pp. 6–11.
22. Suryanto, E., Katja, D. G. and Wehantouw, F. (2009) ‘Potensi Daun Alpukat (
Persea Americana Mill ) Sebagai Sumber Antioksidan Alami’, Chem.Prog., 2(1),
pp. 58–64.
23. Sutrisna, E. M. et al. (2015) ‘Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70 % Biji Alpukat (
Persea Americana Mill ) Dengan Metode Dpph’, (1), pp. 167–170.
24. Suyudi, S. D. (2014) ‘Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol
940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) sebagai Pembentuk Gel.’, Jurnal
Kedokteran.
25. Takuzo, K., Takashi, M. and Okuno, Y. (1993) ‘Spray Gel Base And Spray Gel
Preparation Using Thereof’, 96(19), pp. 62–66. doi: US005485919A.
26. Tri Puji, L. et al. (2014) ‘Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70 % Daging Buah Alpukat
(Persea America Mill) Sebagai Tabir Surya’, pp. 342–347. Available at:
http://publikasi.unjani.ac.id/filemakalah/publikasi_unjani_makalah_54_77.pdf.
27. Vinha, A. ., Moreira, J. and Barreira, S. V. P. (2013) ‘Physicochemical
Parameters, Phytochemical Composition and Antioxidant Activity of the
Algarvian Avocado (Persea americana Mill.)’, Journal of Agricultural Science,
5(12), pp. 100–109. doi: 10.5539/jas.v5n12p100.
28. Voigt, R. (1994) Buku pelajaran teknologi farmasi. Edited by S. Soendani
Noerono. Gadjah Mada University Press.
29. Warnida, H. (2015) ‘Formulasi Gel Pati Bengkuang ( Pachyrhizus Erosus ( L .)
Urb .) Dengan Gelling Agent Metilselulosa’, 1(2), pp. 121–126. Available at:
https://jurnal.akfarsam.ac.id/index.php/jim_akfarsam/article/view/23/22.
30. Winata and Enesty, W. (2015) ‘Ekstraksi Antosianin Buah Murbei ( Morus Alba
L . ) Metode Ultrasonic Bath ( Kajian Waktu Dan Rasio Bahan : Pelarut )
Extraction of Anthocyanin Mulberry ( Morus alba L .) with Ultrasonic Bath (
Study of Extraction Time and Solid : liquid Ratio )’, 3(2), pp. 773–783.

45
LAMPIRAN I
Hasil Determinasi

46
LAMPIRAN II
Hasil Uji Sifat Fisik

1. Orgnoleptis
FORMULA WUJUD WARNA BAU
I Cairan Kental Jernih Khas
II Cairan Kental Hijau Muda Khas Ekstrak
III Cairan Kental Hijau Khas Ekstrak
IV Cairan Kental Hijau Tua Khas Ekstrak

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

Gelembung Udara dan Kekeruhan


GELEMBUNG
FORMULA KEKERUHAN
UDARA
I - +
II + +
III + +
IV + +

Keterangan :
Gelembung Udara
̶ : Tidak ada
+ : Gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan sedikit
++ : Gelembung udara yang terperangkap berjumlah setengah dari
sediaan
+++ : Gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan penuh
Kekeruhan
+ : Bening atau transparent

47
++ : Perubahan dari bening menjadi keruh
+++ : Keruh

2. Homogenitas
FORMULA HOMOGENITAS
I Homogen
II Homogen
III Homogen
IV Homogen

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

3. pH
Replikasi Replikasi Replikasi pH (Rata-
FORMULA
I II III rata ± SD)
I 6,42 6,44 6,44 6,44 ± 0,02
II 5,53 5,52 5,54 5,54 ± 0,01
III 5,35 5,33 5,35 5,35 ± 0,01
IV 5,01 5,03 5,02 5,03 ± 0,02

Keterangan:
Formula I tidak mengandung ekstrak etanol daging buah alpukat (basis)
Formula II mengandung 5 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula III mengandung 7 % ekstrak etanol daging buah alpukat
Formula IV mengandung 9 % ekstrak etanol daging buah alpukat

48
4. Viskositas
Form 30 Rpm 30 Rpm 30 Rpm
Rata-rata ± SD
ula Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I 572,11 cPs 572,11 572,09 cPs 572,10 ± 0,01
II 617,46 cPs 617,45 617,45 cPs 617,44 ± 0,004
III 654,24 cPs 654,23 654,24 cPs 654,20 ± 0,004
IV 697,96 cPs 697,94 697,97 cPs 697,95 ± 0,01

49
LAMPIRAN III
Hasil Uji Aktivitas Tabir Surya
1. Hasil Uji Nilai SPF Sediaan Basis

50
Tabel 4.14 Hasil Uji Nilai SPF Sediaan Basis
Panjang Gelombang Nilai Serapan EE x I Hasil
290 1.02 0.0015 0.00153
295 0.859 0.0817 0.0701803
300 0.764 0.2874 0.2195736
305 0.44 0.3278 0.144232
310 0.265 0.1864 0.049396
315 0.141 0.0839 0.0118299
320 0.092 0.018 0.001656
320

∑ 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆) 0.498398


290

SPFin vitro = 0.498398 x 10


= 4,9

51
2. Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 5 %

52
Tabel 4.15 Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 5 %
Panjang Gelombang Nilai Serapan EE x I Hasil
290 0.972 0.0015 0.001458
295 0.727 0.0817 0.0593959
300 0.716 0.2874 0.2057784
305 0.614 0.3278 0.2012692
310 0.391 0.1864 0.0728824
315 0.276 0.0839 0.0231564
320 0.192 0.018 0.003456
320
0.567396
∑ 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆)
290

SPFin vitro = 0.567396 x 10


= 5,6

53
3. Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 7 %

54
Tabel 4.16 Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 7 %
Panjang Gelombang Nilai Serapan EE x I Hasil
290 1.288 0.0015 0.001482
295 1.006 0.0817 0.0781052
300 0.915 0.2874 0.262971
305 0.812 0.3278 0.2333936
310 0.685 0.1864 0.127684
315 0.564 0.0839 0.0473196
320 0.476 0.018 0.008568
320

∑ 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆) 0.7595234


290

SPFin vitro = 0.7595234 x 10


= 7,5

55
4. Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 9 %

56
Tabel 4.17 Hasil Uji Nilai SPF Gel Semprot Ekstrak Alpukat Konsentrasi 9 %
Panjang Gelombang Nilai Serapan EE x I Hasil
290 1.174 0.0015 0.001761
295 1.094 0.0817 0.0893798
300 0.937 0.2874 0.2951598
305 0.894 0.3278 0.3159992
310 0.857 0.1864 0.1657096
315 0.785 0.0839 0.0686302
320 0.767 0.018 0.013806
320

∑ 𝐸𝐸 (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝑎𝑏𝑠 (𝜆) 0.8929001


290

SPFin vitro = 0.8929001 x 10


= 8.9

57
LAMPIRAN IV
Alat-alat yang digunakan.

Cabinet Dryer

Rotary Evaporator

58
Wadah Maserasi Viscometer Brookfield DVT2

Spektrofotometer UV-1800

PH Meter Horiba

59

Anda mungkin juga menyukai