SKRIPSI
Oleh :
ANISA FITRIA
NIM : 1704118
Puji Syukur ke Hadhirat Allah SWT yang telah mengaruniaku Hidayah yang
berlimpah, Shalawat dan Salam dikirim untuk Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan lurus lagi terang berderang dengan cahaya ilmu bagi
umatnya.
Dengan hati yang tulus ku persembahkan karya ini sebagai pertanda bakti dan
ungkapan terimakasih yang tulus kepada ibu (Zuarni N), ayah (Zubir DJ)
Terimakasih atas segala kasih sayang, do’a pijaran semangat darimu, menerangi
setiap langkahku dalam menulusuri lanjutan perjalanan untuk menggapai sebuah
cita-cita.
Teruntuk kak Rini, kak Linda, kak Wely, kak Pipit, bg Dady, kak Leli, bg
Hardy, dan untuk adik tercinta (Nadia), terimakasih atas segala
dukungan, canda tawa, dan semangat yang kalian beri selama
penyelesaian skripsi ini. Terimakasih telah membuat warna dalam
kehangatan keluarga.
Teruntuk semua dosen dan staf Universitas Perintis Indonesia Padang, terimakasih untuk
ilmu yang sangat berarti semoga berguna di masa depan. Teristimewa kepada ibu apt.
Verawati, M. Farm dan Bapak Sandra Tri Juli Fendri, M. Si yang telah membimbing
dengan penuh kesabaran, yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran sehingga
sampai di titik ini, serta ibu Dr. apt. Ifmaily, S. Si, M. Kes sebagai pembimbing
akademik yang sudah membantu, membimbing serta menasehati penulis selama ini.
Dan juga kuucapkan terimakasih kepada Roslina, Cahnia, Rizka, kak Tika,
Monica, Saudara Squad, dan seluruh rekan-rekan farmasi 2017, dan semua
teman- teman yang tak bisa disebutkan namanya satu – persatu atas
dukungan, bantuan dan keikhlasannya. Semoga teman- teman sukses untuk
ke tahap selanjutnya dan selalu di bawah lindungan Allah SWT.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari do’a, bantuan, dan bimbingan
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
dengan senang hati menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tak
terhingga kepada :
1. Bapak (Alm) Prof. Dr. apt. Elfi Sahlan Ben, M. Farm, selaku Rektor
2. Ibuk Dr. apt. Eka Fitrianda, M. Farm, selaku Dekan Fakultas Farmasi
3. Ibuk apt. Revi Yenti, M. Si, selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Universitas Perintis
Indonesia.
4. Ibuk apt. Verawati, M. Farm, selaku pembimbing I dan Bapak Sandra Tri Juli
skripsi ini.
ii
5. Ibuk Dr. apt. Ifmaily, S. Si, M. Kes, selaku Pembimbing Akademik yang telah
selama ini.
6. Bapak/Ibuk Dosen yang telah mendidik dan mencurahkan ilmu kepada penulis
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan yang bernilai bagi ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
DAFTAR ISI
vi
3.5 Evaluasi Ekstrak ......................................................................................... 26
3.5.1 Pemeriksaan Organoleptis................................................................ 26
3.5.2 Penentuan Rendemen ....................................................................... 26
3.5.3 Susut Pengeringan ............................................................................ 26
3.5.4 Kadar Abu ........................................................................................ 27
3.5.5 Pembuatan Reagen Kromatografi Lapis Tipis ................................. 27
3.5.6 Uji Kromatografi Lapis Tipis........................................................... 27
3.5.6.1 Uji Kromatografi Lapis Tipis Menggunakan Eluen
N-Hexan : Etil Asetat dengan Perbandingan (8 : 2) ............ 27
3.5.6.2 Uji Kromatografi Lapis Tipis Menggunakan Eluen
Etil Asetat : N-Hexan dengan Perbandingan (6 : 4) ............ 28
3.5.6.3 Uji Kromatografi Lapis Tipis Menggunakan Eluen
Etil Asetat : Metanol : Asam Asetat dengan
Perbandingan (8 : 1,5 : 0,5).................................................. 29
3.6 Pembuatan Larutan..................................................................................... 29
3.6.1 Pembuatan Larutan Induk DPPH 35 .................................... 29
3.6.2 Pembuatan Larutan Induk Asam Galat 500 .......................... 30
3.6.3 Pembuatan Larutan Sampel ............................................................. 30
3.7 Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH .......................... 30
3.7.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
DPPH .............................................................................. 30
3.7.2 Penentuan Aktivitas Antioksidan Standar Asam Galat ................... 30
3.7.3 Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sungkai ................ 31
3.7.3.1 Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Non Polar
Daun sungkai ....................................................................... 31
3.7.3.2 Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Semi Polar
Daun Sungkai ....................................................................... 31
3.7.3.3 Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polar
Daun Sungkai ....................................................................... 32
3.8 Analisa Data ............................................................................................... 33
3.8.1 Penentuan Aktivitas Antioksidan ..................................................... 33
3.8.2 Penentuan Nilai IC50 ........................................................................ 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 34
4.1 Hasil ........................................................................................................... 34
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 36
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 48
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 48
5.2 Saran........................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49
LAMPIRAN .................................................................................................... 53
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tumbuhan Sungkai (Peronema canescens Jack) ...................................... 53
2. Hasil Identifikasi Sungkai (Peronema canescens Jack) ........................... 54
3. Prosedur Kerja Penyiapan Sampel Daun P. canescens Jack ................... 55
4. Prosedur Kerja Ekstraksi Daun P. canescens Jack .................................. 56
5. Prosedur Kerja Evaluasi Ekstrak Daun P. canescens Jack ...................... 57
6. Hasil Evaluasi Ekstrak Non Polar, Semi Polar dan Polar
Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) .............................................. 58
7. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Non Polar
Daun Sungkai dengan Eluen N-Hexan : Etil Asetat (8 : 2) ...................... 61
8. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Semi Polar
Daun Sungkai dengan Eluen Etil Asetat : N-Hexan (6 : 4) ...................... 62
9. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Polar
Daun Sungkai dengan Eluen Etil Asetat : Metanol : Asam Asetat
(8 : 1,5 : 0,5) .............................................................................................. 63
10. Prosedur Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
DPPH 35 μg/ml ......................................................................................... 64
11. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Standar Asam Galat ............. 65
12. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Non Polar
Daun Sungkai ............................................................................................ 66
13. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Semi Polar
Daun Sungkai ............................................................................................ 67
14. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polar
Daun Sungkai ............................................................................................ 68
15. Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH 35 μg/ml ...................... 69
16. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Standar Asam Galat ................... 70
17. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Sampel ....................................... 72
18. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Sampel (Lanjutan) ..................... 74
19. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Sampel (Lanjutan) ..................... 76
20. Kesetaraan Aktivitas Antioksidan dengan Pembanding ........................... 78
21. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 79
22. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan) .......................................................... 80
viii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1. Tingkat Kekuatan Antioksidan Dengan Metode DPPH ........................... 20
2. Nilai Rf Ekstrak Non Polar Daun Sungkai (Peronema
canescens Jack) dengan Eluen N-Hexan : Etil Asetat (8 : 2) ................... 41
3. Nilai Rf Ekstrak Semi Polar Daun Sungkai (Peronema
canescens Jack) dengan Eluen Etil Asetat : N-Hexan (6 : 4).................... 42
4. Nilai Rf Ekstrak Polar Daun Sungkai (Peronema
canescens Jack) dengan Eluen Etil Asetat : Metanol :
Asam Asetat (8 : 1,5 : 0,5) ........................................................................ 43
5. Nilai IC50 Asam Galat, Ekstrak Non Polar, Ekstrak Semi Polar,
Ekstrak Polar Daun Sungkai ..................................................................... 45
6. Hasil Evaluasi Organoleptis Ekstrak Non Polar,
Semi Polar, dan Polar Daun Sungkai (Peronema camescens Jack).......... 58
7. Hasil Rendemen Ekstrak Non Polar, Semi polar dan Polar
Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) .............................................. 58
8. Hasil Susut pengeringan Ekstrak Non Polar, Semi Polar,
dan Polar Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) .............................. 59
9. Hasil Perhitungan Kadra Abu Ekstrak Non Polar, Semi
Polar dan Polar Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) ..................... 60
10. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Asam Galat ................................ 70
11. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Non Polar Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) ............................. 72
12. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Semi Polar Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) ............................ 74
13. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polar
Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) .............................................. 76
14. Kesetaraan Aktivitas Antioksidan dengan Pembanding ........................... 78
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur DPPH .......................................................................................... 18
2. Reduksi DPPH oleh senyawa Antioksidan ............................................... 19
3. Konfigurasi Dasar dari Spektrofotometer UV-Vis ................................... 21
4. Tumbuhan Sungkai (Peronema canescens Jack) ...................................... 53
5. Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) .............................................. 53
6. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan Sungkai (Peronema
canescens Jack) di Herbarium Universitas Andalas ................................. 54
7. Prosedur Penyiapan Sampel ...................................................................... 55
8. Prosedur Ekstraksi Daun P. canescens Jack ............................................. 56
9. Prosedur Evaluasi Ekstrak Daun P. canescens Jack ................................ 57
10. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Non Polar dengan
Eluen N-Hexan : Etil Asetat (8 : 2) ........................................................... 61
11. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Semi Polar dengan
Eluen Etil Asetat : N-Hexan (6 : 4) ........................................................... 62
12. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Polar dengan
Eluen Etil Asetat : Metanol : Asam Asetat (8 : 1,5 : 0,5) ......................... 63
13. Prosedur Penentuan panjang Gelombang Serapan Maksimum
DPPH 35 μg/ml ......................................................................................... 64
14. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Standar Asam Galat. ........... 65
15. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Non Polar
Daun Sungkai ............................................................................................ 66
16. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Semi Polar
Daun Sungkai ............................................................................................ 67
17. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polar
Daun Sungkai ............................................................................................ 68
18. Hasil panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH 35 μg/ml ............. 69
19. Kurva Kalibrasi Antioksidan Asam Galat ................................................ 70
20. Kurva Kalibrasi Antioksidan Ekstrak Non Polar Daun Sungkai .............. 72
21. Kurva Kalibrasi Antioksidan Ekstrak Semi Polar Daun Sungkai ............. 74
22. Kurva Kalibrasi Antioksidan Ekstrak Polar Daun Sungkai ...................... 76
23. Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan Pembanding Asam Galat ................. 79
24. Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Non Polar Daun
Sungkai ..................................................................................................... 79
25. Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Semi Polar Daun
Sungkai ..................................................................................................... 80
26. Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polar Daun Sungkai............ 80
x
BAB I. PENDAHULUAN
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif. Hal
ini disebabkan karena adanya elektron tidak berpasangan yang terdapat pada orbit
untuk memperoleh pasangan elektronnya dan menjadi stabil (Irianti dkk, 2017).
Radikal bebas pada konsentrasi yang tinggi dapat menghasilkan stress oksidatif
yang menyebabkan kerusakan struktur sel, termasuk kerusakan lipid, protein dan
DNA. Adanya radikal bebas dalam tubuh menjadi penyebab dari berbagai
vitamin E, beta karoten dan polifenol. Sedangkan antioksidan sintetik seperti BHT
(Butil Hidroksi Toluen) dan BHA (Butil Hidroksi Anisol) tidak digunakan lagi
karena dapat menyebabkan karsinogenesis (Choi dkk, 2004). Hal inilah yang
atsiri, tannin, alkaloid, dan steroid (Saifudin dalam Hidayati, 2020). Kemampuan
yang dimiliki suatu tanaman tergantung dari metabolit sekunder yang terkandung
di dalamnya. Suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin serta
1
keadaan tanah sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman hingga
muda sebagai obat pilek, demam, obat cacingan, dijadikan mandian bagi wanita
selepas bersalin dan sebagai obat kumur pencegah sakit gigi. Sebagian masyarakat
canescens Jack) sebagai antiplasmodium dan obat demam (Harmida dkk, dalam
Yani, 2014). Daun sungkai digunakan sebagai obat luka ringan oleh masyarakat
Kepulauan Riau. Rebusan daun sungkai digunakan sebagai obat kurap, dan
sebagai obat kumur untuk mengatasi infeksi gigi (Kusriani dkk, 2015).
ekstrak kulit kayu sungkai adalah fraksi etil asetat non hidrolisis, fraksi n-heksana,
dan fraksi etil asetat hidrolisis (IC50 43,67; 44,55; dan 53,34 µg/mL). Hasil
di peroleh kadar flavonoid total ekstrak etanol daun sungkai sebesar 1,057 ± 0,002
2
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah penelitian lebih lanjut yang
bertujuan untuk karakterisasi dan uji aktivitas antioksidan ekstrak non polar, semi
polar dan polar dari daun sungkai (Peronema canescens Jack). Parameter
ekstrak non polar, semi polar dan polar daun sungkai (Peronema
canescens Jack).
dari ekstrak non polar, semi polar dan polar daun sungkai (Peronema
canescens Jack).
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Peronema
batang lurus atau sedikit berlekuk, tidak berbanir, dan ranting dipenuhi dengan
bulu-bulu halus. Kulit luar batang berwarna kelabu atau cokelat muda. Sungkai
dapat tumbuh mencapai tinggi 30 m dengan diameter batang lebih dari 60 cm dan
hujan tropis (tipe iklim A sampai C), pada tanah kering dan tanah sedikit basah.
Ketinggian tempat minimal 0-600 dpl. Tajuknya berbentuk bulat telur dan
abu-abu kotor atau abu-abu terang. Dalam satu cabang terdapat lebih dari empat
4
helai daun. Tajuk pohon berbentuk avoid, skala tajuk halus sampai sedang. Daun
pertama pinateli, ujung daun ovate, bentuk daun petiolate. Bentuk kotiledon sama
daun sungkai menyirip berhadapan, bentuk lanset dengan panjang 8-12 cm, lebar
2-3,5 cm, ujung runcing, tepi rata, daun muda berwarna ungu, bagian bawah
Kalimantan. Tanaman ini di Jawa Barat sering disebut jati sabrang dan di
Pada penelitian Yani (2013), daun sungkai merupakan bahan baku obat
herbal yang digunakan oleh suku Lembak Delapan di Bengkulu untuk penyakit
pengobatan Suku Serawai daun sungkai ditumbuk dan ditampal untuk pengobatan
sakit memar. Sedangkan menurut Sunarti (dalam Badiarajo, 2014) sadapan air
Selatan, menggunakan daun sungkai untuk obat demam atau penurun panas
5
Kalimantan Timur, daun muda P. canescens digunakan sebagai obat demam
sedangkan akarnya sebagai obat diuretika dan pegal linu (Setyowati dalam
oleh penduduk lokal di daerah Curup, Bengkulu sebagai obat penyakit malaria.
mengobati sakit gigi dan penurun demam. Selain itu, daun sungkai juga
aktivitas antibakteri yang paling baik terhadap S. aureus dan E. coli dengan KHM
dan KBM 512 µg/ml. Sedangkan menurut Prasiwi (2018), fraksi etanol dari daun
sungkai mampu meningkatkan aktivitas anti malaria dengan sangat nyata pada
sebesar 54,06%.
sejenis senyawa aktif peronemin yang berfungsi sebagai obat anti malaria
(Kitagawa dkk, dalam Yani dkk., 2014). Hasil isolasi n-Heksan daun P. canescens
terdapat pada fraksi etil asetat daun P. canescens yaitu alkaloid, flavonoid, tanin
muda sungkai juga mengandung zat flavonoid, yang berperan besar sebagai
pigmen merah, biru dan ungu yang terdapat pada sebagian besar tumbuhan tingkat
6
tinggi. Daun sungkai mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid,
komponen kimia dari ekstrak kulit kayu sungkai menunjukkan terdapat senyawa
2.2.1 Ekstrak
yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Tujuan ekstraksi
adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
7
2.2.2 Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan
panas. Ekstraksi dengan cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi, sedangkan
ekstraksi dengan cara panas yaitu refluks, sokletasi, digesti, infusa, dan dekokta
(1) Maserasi
alam atau tumbuhan dalam cairan penyari pada waktu tertentu dengan beberapa
kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
(2) Perkolasi
lambat pada simplisia dalam suatu alat perkolator pada suhu kamar. Proses ini
terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
(3) Refluks
hingga mendidih, penyari akan menguap ke atas melalui serbuk simplisia, uap
8
Embun turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali
dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali sehingga dapat
(4) Sokletasi
dimana simplisia dimasukkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring,
dan sampel dibasahi cairan penyari yang dipanaskan dan menguap ke kondensor
melalui pipa samping. Kemudian turun untuk menyari simplisia dan masuk ke
labu alas bulat melalui pipa sifon, proses ini berlangsung hingga penyarian
(5) Digestasi
yang lebih tinggi dari suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40-
50 C. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu kamar tidak terekstraksi
dengan baik.
(6) Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan ekstraksi simplisia nabati
(7) Dekokta
Dekokta adalah suatu proses ekstraksi yang hampir sama dengan infusa,
tetapi dekokta dipanaskan selama 30 menit pada suhu 90 C. Cara ini dapat
dilakukan untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri atau simplisia
9
Selain metode ekstraksi di atas, terdapat juga metode ekstraksi modern
dilakukan tergantung pada beberapa faktor antara lain tujuan ekstraksi, skala
ekstraksi, sifat komponen yang akan diekstrak, dan sifat pelarut yang akan
yang banyak dilakukan adalah destilasi dan ekstraksi menggunakan pelarut (Zang
dkk, 2018).
menit dan telah ditara. Bahan dalam botol diratakan dengan menggoyangkan
suhu 105 C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan
dalam keadaaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang. Susut
10
b) Penetapan Bobot Jenis
dan diisi penuh dengan ekstrak, lalu ditimbang. Selanjutnya bobot jenis
Kerapatan ekstrak
Bobot jenis ekstrak = Kerapatan air
dimasukkan ke dalam labu kering. Lebih kurang 200 ml toluen jernih air
dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam
pendingin dicuci dengan toluen jenuh air, sambil dibersihkan dengan sikat
tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi
penerima didinginkan hingga suhu ruang. Tetes air yang melekat pada tabung
pendingin dan tabung penerima digosok dengan karet yang diikatkan pada
sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan toluen jenuh air hingga tetesan air
11
turun. Volume air dibaca setelah air dan toluen memisah sempurna. Kadar air
seksama dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara,
ditimbang. Untuk arang yang tidak dapat dihilangkan, air panas ditambahkan,
diaduk, disaring melalui kertas saring bebas abu. Kertas saring beserta sisa
krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung
terhadap berat bahan uji. Kadar abu total dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25
ml asam klorida encer P selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air
panas, dipijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut
asam dihitung terhadap bahan uji. Kadar abu tidak larut asam dapat dihitung
12
erat abu tidak larut asam
Kadar abu tidak larut asam (%) = 100
erat bahan uji
a. Organoleptik Ekstrak
mengetahui kekhususan bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstrak yang diuji.
dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105°C dan ditara, sisa
dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap. Kadar sari larut air dapat
filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah
dipanaskan 105°C dan ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot
tetap. Kadar sari larut etanol dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
13
Kadar sari larut etanol =
1. Uji Alkaloid
Bagian atas dari masing-masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi
2. Uji Flavonoid
Mg 0,1 g dan 2 tetes HCl pekat. Terbentuknya warna merah pada lapisan
3. Uji Tanin
warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan adanya senyawa steroid dan
14
senyawa terpenoid.
5. Uji Saponin
Positif mengandung saponin jika terbentuk buih setinggi 1-10 cm selama tidak
kurang dari 10 menit dan pada penambahan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang.
silika, selulosa, resin penukar ion, padatan yang porosnya dikendalikan sebagai
fase diam dan fase gerak cair dengan mekansime sorpsi yang utama yaitu partisi
lapisan tipis (fase diam) kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi fase
komponennya. Fase gerak terdiri dari satu atau beberapa pelarut (dengan
perbandingan volume total 100) yang akan membawa senyawa yang mempunyai
Menurut Gandjar dan Rohman (2007) data yang diperoleh dari KLT adalah
nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan
Rf selalu lebih kecil dari 1. Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada
15
Harga Rf didefinisikan sebagai berikut:
Radikal bebas adalah suatu molekul atau atom yang mempunyai satu atau
lebih elektron tidak berpasangan. Senyawa radikal bebas sangat reaktif dan selalu
berusaha mencari pasangan elektron agar kondisinya stabil. Radikal bebas pada
kerusakan struktur sel, termasuk kerusakan lipid, protein dan DNA. Adanya
radikal bebas dalam tubuh menjadi penyebab dari berbagai penyakit kronis dan
degeneratif (Pham-Huy, 2008). Radikal ini dapat berasal dari atom hidrogen,
molekul oksigen, atau ion logam transisi (Yuwono dalam Widyastuti, 2010). Sifat
sangat reaktif yang dimiliki oleh radikal bebas menyebabkan radikal ini dapat
bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat dan DNA untuk memperoleh kembali
2.4.2 Oksidan
(electron acceptor), yaitu senyawa yang dapat menarik elektron. kemiripan sifat
antara oksidan dan radikal bebas yaitu adanya sifat radikal bebas untuk menarik
dianggap sama dengan oksidan. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua
oksidan merupakan radikal bebas dan radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan
16
2.4.3 Antioksidan
oksidasi, yaitu suatu reaksi kimia yang mentransfer elektron dari satu zat ke
oksidator. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas dan memicu reaksi
reaksi oksidasi reduksi. Molekul antioksidan akan bereaksi dengan radikal bebas
(R*) dan membentuk molekul yang tidak reaktif (RH) sehingga reaksi berantai
oksidan yang berperan dalam menghentikan reaksi rantai radikal bebas dengan
berfungsi sebagai pendonor atom H atau elektron pada radikal bebas dan
reaksi berupa penyerapan sinar UV, deaktivasi ion logam (dengan pembentukan
memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas
(Kate, 2014).
alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial (Kate, 2014).
17
Berdasarkan sasarannya terbagi 2, pertama Preventive antioxidant, yaitu
kerjanya yaitu antioksidan akan mencegah terjadinya tahap inisiasi dan tahap
yang merupakan antioksidan yang bekerja dalam sitosol dan cairan ekstrasel
Senyawa DPPH adalah radikal nitrogen organik yang stabil berwarna ungu
tua dan bersifat stabil di suhu ruangan. DPPH bereaksi dengan atom hidrogen
yang berasal dari suatu senyawa antioksidan membentuk molekul yang stabil
18
Metode DPPH memiliki mekanisme yaitu penangkapan radikal bebas oleh
warna larutan DPPH dari warna ungu gelap menjadi warna kuning (Dehpour dkk,
2009). Makin kuat senyawa antioksidan untuk menangkal radikal DPPH, makin
yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH
19
Tabel 1. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH
yang digunakan untuk menguji sejumlah cahaya yang diabsorbsi pada setiap
panjang gelombang di daerah UV dan tampak. Dalam instrument ini suatu sinar
Hanya beberapa radiasi yang diabsorbsi tergantung pada panjang gelombang dari
sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan
diteruskan. Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya
yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur,
yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan
lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari
spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara
20
kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
hukum Lambert-Beer .
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan dan
Keterangan : A : absorbans
a : koefisien eksitasi
c : konsentrasi analit
Kerja alat ini adalah sebagai berikut: suatu radiasi dikenakan secara
bergantian melalui sampel dan blangko yang dapat berupa pelarut atau udara.
detektor, sehingga perbedaan intensitas ini diantara kedua berkas sinar ini dapat
memberikan gambaran tentang fraksi radiasi yang diserap oleh sampel. Detektor
alat ini mampu untuk mengubah informasi radiasi ini menjadi sinyal elektris yang
diamplifikasikan akan dapat menggerakkan pena pencatat diatas grafik khusus alat
Sumber Wadah
Radiasi Monokromator Sampel Detektor Rekorder
r
21
a. Sumber radiasi
b. Monokromator
pada daerah pengukuran 190-1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas dipakai
d. Detektor
kemudian dirubah menjadi sinar listrik oleh amplifier dan dalam rekorder
22
e. Visual display/recorder
2015).
23
BAB III. METODE PENELITIAN
3.2.1 Alat
Vis, KLT, seperangkat alat Rotary Vacum Evaporator, aluminium foil, kaca
arloji, beaker glass, pipet ukur, labu ukur, vial, pipet tetes, tabung reaksi, vorteks,
penangas air, krus, cawan porselin, blender, timbangan digital tipe ABJ 220-4M,
bola hisap, kertas saring, spatel, chamber kromatografi, penotol kapiler, lampu
3.2.2 Bahan
pikrilhidrazil (DPPH), plat silika gel 60 F254, vanillin, asam asetat, H2SO4 10%,
Barat. Sampel yang digunakan adalah sampel segar (basah) sebanyak 1 kg.
24
3.3.2 Identifikasi Tumbuhan
dengan cara di angin-anginkan terlindungi dari sinar matahari selama kurang lebih
ditempat gelap selama 2x24 jam (2 hari). Setiap hari di 6 jam pertama sesekali
diaduk dan 18 jam kemudian dibiarkan. Pisahkan hasil maserasi dengan penyaring
kembali dengan pelarut yang sama sebanyak 2 L selama 2x24 jam dan dibiarkan
tanpa pengadukan, sampai tiga kali pengulangan (filtrat terlihat tidak berwarna).
ekstrak non polar. Pada ampas yang sudah dikeringkan dilakukan maserasi
berturut-turut dengan pelarut etil asetat dan metanol dengan prosedur dan
perlakuan yang sama, sehingga akan diperoleh ekstrak kental etil asetat yang
selanjutnya disebut ekstrak semi polar dan ekstrak kental metanol yang
25
3.5 Evaluasi Ekstrak
Krus porselen beserta tutupnya dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105ºC
selama 30 menit, dinginkan kemudian ditimbang kurs (A), lalu masukkan masing-
masing ekstrak kedalam krus seberat 1 gram goyang krus perlahan supaya ekstrak
merata (B), kemudian masukkan kedalam oven selama 1 jam. Setelah itu
keluarkan dari dalam oven dan dinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
Lakukan hal seperti diatas sampai diperoleh berat yang konstan (C)
[( ) ( )]
Susut Pengeringan (%) = ( )
x 100 %
Keterangan :
26
3.5.4 Kadar Abu (Depkes RI, 2000)
krus yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Setelah itu dimasukkan
dalam furnes selama 7 jam pada suhu 600ºC, sehingga terbentuk abu, dinginkan
dalam desikator, lalu timbang berat abu yang diperoleh menggunakan rumus:
( )
% Kadar Abu = ( )
a. FeCl3 10 %
Sebanyak 10 gr FeCl3 dilarutkan dalam aqua dest hingga 100 mL.
b. Dragendorff
Sebanyak 20 mL larutan bismuth subnitrat P 40 % dalam asam nitrat P
dicampurkan dengan 50 mL kalium iodida P 54,4 %, diamkan sampai
memisah sempurna. Ambil larutan jernih dan encerkan dengan air
secukupnya hingga 100 mL.
c. Vanilin sulfat 10 %
Sebanyak 5 gr vanilin dilarutkan dalam asam sulfat 10 % hingga 100
mL.
3.5.6 Uji Kromatografi Lapis tipis
3.5.6.1 Uji kromatografi lapis tipis menggunakan eluen N-Hexan : Etil Asetat
dengan perbandingan ( 8 : 2 ) (Muharram dkk, 2009).
pada suhu 105ºC setelah itu dibuat garis lurus pada lempeng 0,5 cm dari bawah
dan 0,5 cm dari atas. Sistem kromatogram lapis tipis dengan fase diam silika gel
60 F254 dan eluen yang digunakan yaitu n-hexan : etil asetat (8 : 2). Lempeng yang
27
sudah ditotolkan ekstrak non polar dimasukkan ke dalam chamber yang berisi
eluen dengan posisi lempeng berdiri pada kemiringan 50 dari dinding chamber.
Warna noda diamati dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 366 nm dan
vanillin dalam H2SO4 10% untuk senyawa terpenoid dan steroid, serta DPPH
Tentukan berapa jumlah noda, warna dan bentuk, golongan dan nilai Rf.
pada suhu 50ºC - 60ºC setelah itu dibuat garis lurus pada lempeng 1 cm dari
bawah dan 0,5 cm dari atas. Sistem kromatogram lapis tipis dengan fase diam
silika gel 60 F254 dan eluen yang digunakan yaitu etil asetat : n-heksan (6 : 4).
chamber yang berisi eluen dengan posisi lempeng berdiri pada kemiringan 50
dari dinding chamber. Warna noda diamati dibawah sinar UV dengan panjang
gelombang 366 nm dan 254 nm. Setelah itu disemprot dengan penampak bercak,
senyawa alkaloid, vanillin dalam H2SO4 10% untuk senyawa terpenoid dan
steroid, serta DPPH untuk penampak aktivitas antioksidan, kemudian dilihat pada
sinar tampak. Tentukan berapa jumlah noda, warna dan bentuk, golongan dan
nilai Rf.
28
3.5.6.3 Uji kromatografi lapis tipis menggunakan eluen Etil asetat : Metanol
: Asam asetat (8 : 1,5 : 0,5) (Libretexts, 2019).
pada suhu 50ºC - 60ºC setelah itu dibuat garis lurus pada lempeng 1 cm dari
bawah dan 0,5 cm dari atas. Sistem kromatogram lapis tipis dengan fase diam
silika gel 60 F254 dan eluen yang digunakan yaitu etil asetat : metanol : asam
asetat (8 : 1,5 : 0,5). Lempeng yang sudah ditotolkan ekstrak polar dimasukkan
ke dalam chamber yang berisi eluen dengan posisi lempeng berdiri pada
dengan panjang gelombang 366 nm dan 254 nm. Setelah itu disemprot dengan
dragendorff untuk senyawa alkaloid, vanillin dalam H2SO4 10% untuk senyawa
kemudian dilihat pada sinar tampak. Tentukan berapa jumlah noda, warna dan
larutan DPPH masukkan kedalam labu ukur 50 mL, lalu tambahkan metanol
29
3.6.2 Pembuatan Larutan Induk Asam galat 500 (Hapsari dkk,
2018).
dalam labu ukur 25 mL, sehingga diperoleh larutan induk ekstrak 1000
(1:1) dan diamkan selama 30 menit ditempat yang gelap. Ukur serapan dengan
dalam campuran metanol dan aquadest (1:1) dalam labu ukur 100 mL sampai
tanda batas, sehingga diperoleh larutan standar asam galat dengan konsentrasi 25
kedalam labu ukur 25 mL, lalu tambahkan campuran metanol dan aquadest (1:1)
gelap sampai terbentuk warna kuning (terjadinya peluruhan warna DPPH dari
30
ungu menjadi kuning). Ukur serapan dengan Spektrofotometer UV-VIS pada
dalam labu ukur 25 mL sampai tanda batas, hingga diperoleh larutan standar
konsentrasi 1000 g/mL. Dari larutan standar dipipet (1; 1,6; 2,2; 2,8; 3,4) mL.
tanda batas. Sehingga diperoleh sampel dengan konsentrasi (100; 160; 220; 280;
340) .
IC50.
dalam labu ukur 25 mL sampai tanda batas, hingga diperoleh larutan standar
konsentrasi 1000 g/mL. Dari larutan standar dipipet (1; 1,6; 2,2; 2,8; 3,4) mL.
31
Kemudian tambahkan metanol : aquadest (1:1) dalam labu ukur 10 mL sampai
tanda batas. Sehingga diperoleh sampel dengan konsentrasi (100; 160; 220; 280;
340) .
IC50.
dalam labu ukur 25 mL sampai tanda batas, hingga diperoleh larutan standar
konsentrasi 1000 g/mL. Dari larutan standar dipipet (0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8) mL.
tanda batas. Sehingga diperoleh sampel dengan konsentrasi (40; 50; 60; 70; 80)
32
Tentukan aktivitas antioksidan dengan menghitung % inhibisi (hambatan) dan
IC50.
menggunakan rumus :
μg/mL
50% aktivitas radikal bebas. Nilai IC50 dicari dengan persamaan regresi sebagai
berikut. Nilai IC50 dicari dengan memasukkan angka 50% sebagai nilai sumbu y
y = a + bx
33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
2. Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak non polar, semi polar dan polar
3. Dari 300 gram serbuk kering daun sungkai diperoleh ekstrak dengan
2,426 %.
4,958 %.
11,499 %.
34
4. Persen susut pengeringan ekstrak non polar, semi polar, dan polar daun
sungkai secara berturut-turut adalah 5,279 %; 6,68 %; 9,66 %
(Lampiran 6, tabel 8).
5. Persen kadar abu ekstrak non polar, semi polar, dan polar daun sungkai
tabel 9).
0,16; 0,21; 0,28; 0,45; 0,56; 0,65; 0,7; 0,78; 0,9 (Tabel 4).
IC50 adalah :
35
b. Ekstrak non polar daun sungkai = 410,959 μg/mL, mempunyai
sungkai
sungkai
sungkai
4.2 Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sungkai Peronema
Sumatera Barat. Tumbuhan ini diidentifikasi terlebih dahulu dengan tujuan untuk
digunakan pada penelitian ini benar adalah Peronema canescens Jack yang
36
merupakan famili Lamiaceae dengan nomor identifikasi 242/K-
ID/ANDA/VII/2020.
dengan air, lalu dilakukan pengeringan selama kurang lebih 5 hari. Tujuan dari
pengeringan ini adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak dan
tahan lama. Berkurangnya kadar air dapat menghentikan reaksi enzimatik yang
dalam simplisia tersebut (Prasetyo dkk, 2013). Setelah itu, sampel diserbukkan
sehingga pelarut dapat berpenetrasi secara cepat kedalam simplisia dan proses
ekstraksi dapat lebih optimal. Sampel yang telah diserbukkan ditimbang sebanyak
300 g.
karena pengerjaannya sederhana, mudah, dan faktor kerusakan zat aktif lebih kecil
karena dalam metode maserasi tidak menggunakan panas yang mungkin dapat
merusak zat aktif yang disari (Supriningrum dkk, 2019). Alasan pemilihan pelarut
heksan, etil asetat dan metanol adalah karena tingkat kepolaran dari masing-
berdasarkan sifat dari senyawa tersebut. Pelarut heksan bersifat non polar
sehingga memudahkan untuk menarik senyawa bersifat non polar, pelarut etil
asetat bersifat semi polar sehingga akan menarik senyawa bersifat semi polar, dan
pelarut metanol bersifat polar sehingga akan menarik senyawa bersifat polar yang
37
metanol. Remaserasi dilakukan sebanyak 3 kali. Pengadukan pada maserasi
dengan pelarut sehingga zat-zat aktif dalam simplisia banyak yang tersari dalam
larutan penyari. Maserat yang diperoleh diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak non polar daun sungkai diperoleh rendemen : 2,426 %, ekstrak semi
polar daun sungkai diperoleh rendemen : 4,958 %, ekstrak polar daun sungkai
terbawa oleh pelarut tersebut, namun tidak dapat menentukan jenis senyawa yang
yang berbeda-beda. Ekstrak non polar daun sungkai berupa cairan kental,
berwarna oranye kecoklatan, dan bau khas. Ekstrak semi polar daun sungkai
berupa cairan kental, berwarna hijau pekat, dan bau khas. Ekstrak polar daun
sungkai berupa cairan kental, berwarna hijau pekat kehitaman, dan bau khas.
banyak senyawa yang terkandung dalam ekstrak dan hilang atau mudah menguap
105 C karena pada suhu 105 C ini air akan menguap dan senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih yang lebih rendah dari air akan ikut menguap juga. Susut
38
pengeringan menjadi parameter suatu ekstrak untuk menjaga kualitas agar
terhindar dari pertumbuhan jamur. Hasil penentuan susut pengeringan ekstrak non
polar daun sungkai yaitu 5,279 %, ekstrak semi polar daun sungkai yaitu 6,68 %,
dan ekstrak polar daun sungkai sebesar 9,66 %. Tingginya susut pengeringan pada
ekstrak polar diakibatkan pelarut metanol yang digunakan mengandung air dan
pada suhu 600 C dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan
memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuk ekstrak (Safitri, 2008). Pada penelitian ini
didapatkan kadar abu ekstrak non polar daun sungkai yaitu 0, 287 %, ekstrak semi
polar daun sungkai yaitu 0,455 %, dan ekstrak polar daun sungkai sebesar 3,605
%. Tingginya kadar abu pada ekstrak polar diakibatkan banyaknya mineral yang
Pemisahan senyawa yang terdapat pada ekstrak non polar, semi polar dan
Digunakan plat silika gel 60 F254 sebagai fase diam dan 3 macam pelarut sebagai
fase gerak. Pelarut yang digunakan memiliki kepolaran yang berbeda-beda, agar
Plat silika gel dipanaskan pada suhu 105 C selama 30 menit bertujuan untuk
menghilangkan air yang diserap oleh permukaan silika gel dari atmosfer, karena
air dapat mendeaktifkan permukaan silika gel dengan menutupi sisi aktif silika
gel. Untuk mendeteksi adanya noda pada plat KLT dapat dilihat secara fisika
39
seperti visual, sinar UV 254 nm dan 366 nm. Sinar UV 254 nm digunakan untuk
bercak yang berpendar dan berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
Menurut Harbone (dalam Alen dkk, 2017) penampak noda yang digunakan
untuk mendeteksi noda secara kimia yaitu FeCl 3, Dragendorff, vanillin sulfat 10
senyawa fenol yang terdapat dalam ekstrak, hasil positif ditandai dengan warna
hijau, biru gelap, atau hitam kuat setelah pemanasan. Padmawinata (dalam
senyawa yang mengandung basa nitrogen secara umum dan senyawa alkaloid,
yang ditandai adanya bercak berwarna coklat jingga berlatar belakang kuning
minyak atsiri. Hasil positif senyawa steroid jika menunjukkan bercak berwarna
biru dan hijau, dan bercak berwarna merah muda sampai ungu kecoklatan untuk
senyawa terpenoid setelah pemanasan (Alen dkk, 2017). Penampak noda lainnya
ditandai dengan terbentuknya warna kuning pucat dengan latar belakang ungu
memisahkan ekstrak non polar dihasilkan 10 noda dengan nilai Rf 0,06; 0,13;
40
0,16; 0,2; 0,26; 0,28; 0,36; 0,46; 0,66; 0,96. Terdapat 5 noda dengan nilai Rf 0,13;
0,26; 0,36; 0,46; 0,66 dibawah sinar uv 254 nm. Deteksi noda dengan vanilin
sulfat 10% didapatkan 4 noda dengan nilai Rf 0,06; 0,2 memberikan noda
berwarna ungu menunjukkan adanya senyawa terpenoid, dan nilai Rf 0,28 dan
0,16, namun ini belum bisa memastikan bahwa zat tersebut adalah alkaloid,
karena senyawa alkaloid akan bereaksi memberikan warna coklat jingga dengan
dragendroff, kemungkinan noda tersebut dari golongan lain yang sensitif terhadap
asam-asam kuat yang terdapat pada reagen dragendorff. Penampak noda DPPH
Tabel 2. Nilai Rf Ekstrak Non Polar Daun Sungkai (P. canescens Jack)
dengan Eluen N-Hexan : Etil asetat (8 : 2)
Sampel Jumlah Nilai Rf ekstrak non polar daun sungkai dengan eluen n-
noda heksan : etil asetat
yang
Vis. Uv Uv Drag- FeCl3 Vanilin DPPH
dihasil-
254 366 endorf sulfat
kan
nm nm 10 %
menghasilkan 8 noda yang dideteksi dengan nilai Rf 0;4; 0,45; 0,5; 0,55; 0,57;
0,65; 0,78; 0,88. Deteksi noda dibawah sinar UV 254 nm akan terlihat noda
dengan nilai Rf 0,45; 0,55; 0,65; 0,78. Diduga Rf 0,45; 0,55; 0,65; 0,78
41
merupakan senyawa fenol karena setelah disemprot FeCl3 menghasilkan warna
kekuningan dengan nilai Rf 0,4; 0,5; 0,57 menunjukkan positif steroid, dan noda
noda DPPH menghasilkan 2 noda berwarna kuning dengan nilai Rf yang sama
dengan senyawa fenol dan terpenoid yaitu 0,65 dan 088, sehingga dapat
antioksidan.
Tabel 3. Nilai Rf Ekstrak Semi Polar Daun Sungkai (P. canescens Jack)
dengan Eluen Etil asetat : N-Hexan (6 : 4)
Sampel Jumlah Nilai Rf ekstrak semi polar daun sungkai dengan eluen
noda etil asetat : n-heksan
yang Vis. Uv Uv Drag- FeCl3 Vanilin DPPH
dihasil- 254 366 endorf sulfat
kan nm nm 10
Ekstrak 8 0,45 0,45 - - 0,45 0,4 0,65
semi 0,55 0,55 - - 0,55 0,5 0,88
polar 0,65 0,65 - - 0,65 0,57 -
0,78 0,78 - - 0,78 0,88 -
asetat (8 : 1,5 : 0,5) untuk memisahkan ekstrak polar dihasilkan 11 noda dengan
nilai Rf 0,11; 0,13; 0,16; 0,21; 0,28; 0,3; 0,45; 0,56; 0,65; 0,7; 0,78; 0,9. Deteksi
noda dibawah sinar UV 254 nm didapatkan nilai Rf 0,16; 0,45; 0,56; 0,65; 0,7;
0,78. Dibawah sinar UV 366 nm akan menampakkan noda dengan Rf 0,16; 0,45
kekuningan dengan nilai Rf 0,13 dan 0,9 menunjukkan adanya senyawa steroid.
42
Noda dengan nilai Rf 0,11; 0,21; 0,28; 0,56 terdapat senyawa fenol karena noda
kuning pada plat dengan nilai Rf yang sama dengan senyawa fenol dan steroid
yaitu 0,13; 0,16; 0,21 dan 0,45, hal ini menunjukkan bahwa noda yang dihasilkan
dan steroid.
Tabel 4. Nilai Rf Ekstrak Polar Daun Sungkai (P. canescens Jack) dengan
Eluen Etil asetat : Metanol : Asam Asetat (8 : 1,5 : 0,5)
Sampel Jumlah Nilai Rf ekstrak polar daun sungkai dengan eluen etil
noda asetat : metanol : asam asetat
yang Vis. Uv Uv Drag- Fecl3 Vanilin DPPH
dihasil- 254 366 endroff sulfat
kan nm nm 10 %
Ekstrak 11 - 0,16 0,16 - 0,11 0,13 0,13
polar - 0,45 0,45 - 0,21 0,9 0,16
- 0,56 - - 0,28 - 0,21
- 0,65 - - 0,56 - 0,45
- 0,7 - - - - -
- 0,78 0,78 - - - -
Hexan : Etil asetat (8: 2) cocok untuk memisahkan senyawa pada ekstrak non
polar daun sungkai, eluen Etil asetat : Hexan (6 : 4) cocok untuk memisahkan
senyawa pada ekstrak semi polar daun sungkai dan eluen Etil asetat : Metanol :
Asam asetat (8 : 1,5 : 0,5) cocok untuk memisahkan senyawa pada ekstrak polar
daun sungkai. Ketiga ekstrak juga bereaksi dengan reagen DPPH yang ditandai
dengan adanya bercak berwarna kuning dengan latar fase diam ungu. Warna noda
43
Terdeteksinya senyawa golongan terpenoid dan steroid pada ekstrak non
polar, semi polar dan polar diakibatkan senyawa terpenoid tersusun dari rantai
panjang hidrokarbon C30 yang menyebabkan sifatnya non polar dan beberapa
semi polar. Sedangkan senyawa golongan steroid bisa terdapat dalam bentuk
glikosida yang terdiri dari gula dan aglikon. Adanya gula yang terikat dan bersifat
polar menyebabkan glikosida mampu larut dalam pelarut polar, sehingga steroid
terdeteksi dalam ekstrak polar. Namun sebaliknya, aglikon berupa steroid yang
bersifat non polar menyebabkan steroid lebih larut dalam pelarut non polar,
sehingga steroid dapat terdeteksi pada ekstrak semi polar dan polar (Prabowo dkk,
2014)
sederhana, mudah, peka, dan hanya memerlukan sedikit sampel dengan waktu
pengerjaan yang relatif lebih singkat. DPPH merupakan radikal bebas yang stabil
pada suhu kamar dan mudah teroksidasi karena cahaya dan udara. Senyawa yang
perubahan warna dari ungu violet menjadi kuning karena terjadi donor atom
sangat sensitif, yaitu dapat mendeteksi kadar suatu senyawa yang sangat kecil,
serta larutan yang berwarna. Nilai absorbansi DPPH berkisar antara 515-520 nm.
44
Hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum DPPH adalah 518 nm
serapan antara absorban DPPH dengan absorban sampel yang diukur dengan
konsentrasi sampel maka semakin kecil absorbansi dan akan semakin tinggi
Pada penelitian ini penggunaan asam galat sebagai pembanding karena asam
disimpan dalam waktu lebih kurang 2 minggu di dalam lemari pendingin dan
Tabel 5. Nilai IC50 Asam Galat, Ekstrak Non Polar, Eksrak Semi Polar
dan Polar Daun Sungkai.
45
Hasil uji aktivitas antioksidan pada pembanding asam galat dan sampel
didapatkan hasil asam galat memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat, ekstrak
non polar dan semi polar daun sungkai memiliki aktivitas antioksidan lemah.
polar dan non polar diakibatkan banyaknya senyawa yang aktif sebagai
antioksidan terlarut dalam pelarut polar seperti senyawa fenolik dan steroid.
Kesetaraan aktivitas antioksidan ekstrak non polar, semi polar dan polar
daun sungkai dengan asam galat didapatkan hasil sebesar 139,166 mg ekstrak non
polar, 98,689 mg ekstrak semi polar dan 18,785 mg. Artinya 1 mg asam galat
setara dengan 139,166 mg ekstrak non polar, 98,689 mg ekstrak semi polar, dan
18,785 mg ekstrak polar daun sungkai. Semakin kecil hasil yang diperoleh maka
etanol (polar) daun sungkai mempunyai nilai IC50 sebesar 44,933 ppm, yang
kuat. Hal ini berbeda dengan hasil yang di dapatkan kemungkinan karena
lingkungan, faktor tumbuhan itu sendiri dan metode ekstraksi yang digunakan.
46
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua ekstrak memiliki aktifitas
antioksidan kuat, ekstrak semi polar memiliki aktivitas antioksidan lemah dan
ekstark non polar memiliki aktivitas antioksidan paling lemah. Perbedaan ini
diakibatkan karena kandungan dan jenis senyawa aktif yang terdapat dalam
antioksidan dari golongan senyawa fenol, terpenoid dan steroid, sehingga bisa
47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan
antioksidan ekstrak non polar daun sungkai yaitu secara organoleptis berupa
cairan kental, berwarna oranye kecoklatan, bau khas, dengan susut pengeringan
5,279%, kadar abu 0,287%, dan mengandung senyawa terpenoid dan steroid, serta
memiliki aktivitas antioksidan paling lemah dengan nilai IC50 yaitu 410, 959 ppm.
Ekstrak semi polar daun sungkai berupa cairan kental, berwarna hijau pekat, bau
terpenoid, steroid dan fenol, serta memilki aktivitas antioksidan lemah dengan
nilai IC50 yaitu 291, 430 ppm. Ekstrak polar daun sungkai berupa cairan kental,
berwarna hijau pekat kehitaman, bau khas, susut pengeringan 9,66%, kadar abu
5.2 Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
Alen, Y., Agresa, F.L., Yuliandra, Y. 2017. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) Dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum
brachycladum Kurz (Kurz) Pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains
Farmasi Dan Klinis, 3 (2), (146-152).
Artini, Astuti K.W, dan Warditiani N.K, 2013. Uji Fitokimia Ekstrak Etil Asetat
Rimpang bangle. Jurnal Volume 2. Nomor 4. Bali : Universitas udayana.
Badarinath, A.V., Mallikarjuna, K, Chetty, C.M., Ramkanth, S., Rajan, T.V., dan
Gnanaprakash, K., 2010, A Review on In-vitro Antioxidant Methods:
Comparison, Correlation and Considerations. Int. J. Pharm. Tech. Research,
2 (2), 1276-1285.
Badiarajo, Panji. H. 2014. Uji Potensi Antipiretik Daun Muda Sungkai (Peronema
canescens) Pada Mencit (Mus musculus) Serta Implementasinya Dalam
Pembelajaran Sistem Imun di SMA. Skripsi. Bengkulu : Universitas
Bengkulu.
Choi, Y.W., LO, S.C, dan Han, S., 2004, Antioxidant Activity of Crude Exctract
and Pure Compounds of Acer ginnata Max. Bull Korean Chem Soc, 25, 389-
391.
49
Hidayat, R. 2008. Penentuan Mutu Bibit Sungkai (peronema canescens) di
Pembibitan Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Desa
Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Hidayati, Isnaini. 2020. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari
Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) Serta Uji Toksisitas
Menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Skripsi. Bandar
Lampung : Universitas Lampung.
Kate, Desi. 2014. Penetapan Kandungan Fenolik Total dan Uji Aktivitas
Antioksidan Dengan Metode Dpph (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazil) Ekstrak
Metanolik Umbi Bidara Upas (Merremia mammosa (Lour) Hallier f.).
Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Kuncahyo, I., dan Sunardi, 2007, Uji Aktivitas Ekstrak Belimbing Wuluh
(Averhoa bilimbi, L.) terhadap DPPH. Seminar Nasional Teknologi (SNT),
1-9.
Kusriani, R. Dkk. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Dan Fraksi Kulit
Batang Dan Daun Sungkai (Peronema Canescens Jack) Terhadap
Staphylococcus Aureus Atcc 25923 Dan Escherichia Coli ATCC 25922.
Jurnal Farmasi Galenika Volume 02 No. 01.
Mentari, D., Naima, M., Wulansari, R., Widada, J., Nuringtyas, T. R., Wibawa,
T., Wijayanti, N. 2019. Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Metabolit
Sekunder Streptomyches sp. GMR22 Terhadap Toksisitas Pada Sel BHK-
21. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 16, No. 1, (2019).
Molyneux, P., 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin, J.Sci. Technol.,
26 (2), 211-219.
50
Muharram, dan Nur Jannah B. 2009. Isolasi dan Identifikasi Sterol dari Ekstrak n-
heksana Daun Meniran Hijau Phyllanthus niruri L. (Euphorbiaceae).
Bionature Vol. 10 (2).
Prabowo, Y., Irawan, H., Pratomo, A. 2014. Ekstraksi Senyawa Metabolit Yang
Terdapat Pada Daun Mangrove Xylocarpus Granatum Dengan Pelarut
Yang Berbeda. Jurnal FKIP, UMRAH.
Prasiwi, D., Sundaryono, A., Handayani, D. 2018. Aktivitas Fraksi Etanol dari
Ekstrak Daun Peronema canescens Terhadap Tingkat Pertumbuhan
Plasmodium berghei. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, Universitas
Bengkulu 2018:2(1):25 –32.
Priyani, Tanti. 2010. Uji Mutagenisitas Fraksi Ekstrak Terhadap Kloroform Daun
Ambre (Geranium radula Cavan.) Terhadap Bakteri Salmonella
typhimurium TA 98, TA 100 Dan TA 1535 Serta Profil kandungan Kimia
Fraksi Teraktif. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Ramadenti, F., Sundaryono, A., Handayani, D. 2017. Uji Fraksi Etil Asetat Daun
Peronema canescens Terhadap Plasmodium berghei Pada Mus musculus.
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, Universitas Bengkulu. 2017: l (2) : 89-
92.
Rosdiana, N. A. 2014. Fraksi Aktif Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Kayu Sungkai
(Peronema canescens Jack). Skripsi. Bogor : Insttitut Pertanian Bogor.
51
Sadeli, Richard A. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl) Ekstrak Bromelin Buah Nanas (Ananas comosus
(L.) Merr.). Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Safitri, Ratih. 2008. Penetapan Beberapa Parameter Spesifik Dan Non Spesifik
Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.). Skripsi. Depok :
Universitas Indonesia.
Sopiah, B., Muliasari, H., Yuanita, E. 2019. Skrining Fitokimia Dan Potensi
Aktivitas Antioksidan Estrak Etanol Daun Hijau Dan Daun Merah Kastuba.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol 17 (1) 2019 : 27-23.
Utami, Y.P., Umar, A.H., Syahruni, R., Kadullah, I. 2017. Standardisasi Simplisia
dan Ekstrak Etanol Daun Leilem (Clerodendrum minahassae Teisjm. &
Binn.). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences 2017. 2(1): pp
32-39.
Yani, A.P., Putranto, A.M.H. 2014. Examination Of The Sungkai’s Young Leaf
Extract (Peronema canescens) As An Antipiretic, Immunity,
Antiplasmodium And Teratogenity In Mice (Mus muculus). International
Journal of Science and Engineering, Vol. 7(1) 2014:30-34.
Yani, Ariefa Primair. 2013. Kearifan Lokal Penggunaan Tumbuhan Obat oleh
Suku Lembak Delapan di Kabupaten Bengkulu Tengah Bengkulu.
Prosiding Semirata Universitas Lampung 2013.
Zhang, Q. W., Lin, L. G., Ye, W. C. 2018. Thechnique For Extraction And
Isolation Of Natural Products: A Comprehemsive Review. Journal Of
Chinese Medicine 2018.(13:20).
52
Lampiran 1. Tumbuhan Sungkai (Peronema canescens Jack)
53
Lampiran 2. Hasil Identifikasi Sungkai (Peronema canescens Jack)
54
Lampiran 3. Prosedur Kerja Penyiapan sampel Daun P. canescens Jack
1 kg sampel
- Dikumpulkan, dibersihkan,
kemudian dikeringkan dengan
di angin-anginkan tanpa sinar
matahari, lalu diserbukkan
Serbuk simplisia
55
Lampiran 4. Prosedur Kerja Ekstraksi Daun P. canescens Jack.
Rotary evaporator
-maserasi dengan etil asetat
Ekstrak kental non polar
(7,2806 g)
Rotary evaporator
56
Lampiran 5. Prosedur Kerja Evaluasi Ekstrak Daun P. canescens Jack.
Pemeriksaan organoleptis
Perhitungan rendemen
Susut Pengeringan
57
Lampiran 6. Hasil Evaluasi Ekstrak Non Polar, Semi Polar, dan Polar
Daun Sungkai (Peronema canescens Jack)
Tabel 6. Hasil Evaluasi Organoleptis Ekstrak Non Polar, Semi Polar dan
Polar Daun Sungkai (Peronema canescens Jack)
NO Pemeriksaan Pengamatan
Ekstrak non Ekstrak semi Ekstrak polar
polar polar
1. Bentuk Cairan kental Cairan kental Cairan kental
2. Warna Oranye Hijau pekat Hijau pekat
kecoklatan kehitaman
3. Bau Khas Khas Khas
Tabel 7. Hasil Rendemen Ekstrak Non Polar, Semi Polar dan Polar Daun
Sungkai (Peronema canescens Jack)
( )
% Rendemen = ( )
300
= 2,426 %
58
Tabel 8. Hasil Susut Pengeringan Ekstrak Non Polar, Semi Polar dan Polar
Daun Sungkai (Peronema canescens Jack)
( ) ( )
Susut pengeringan = ( )
( ) ( )
Susut pengeringan = ( )
= 5,289 %
59
Tabel 9. Hasil Perhitungan Kadar Abu Ekstrak non polar dan semi polar
dan polar daun sungkai ( Peronema canescens Jack).
( )
Kadar Abu (%) = ( )
39,5803 – 37,5664
= 0,287 %
60
Lampiran 7. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Non Polar Daun
Sungkai dengan Eluen N-Hexan : Etil Asetat (8 : 2)
1) 2) 3) 4)
5) 6) 7)
Gambar 10. Hasil Kromatografi Lapis Tipis dengan Eluen N-Hexan : Etil Asetat
(8 : 2) H. Ekstrak Non Polar di deteksi dengan 1) Visual, 2) UV
254 nm, 3) UV 366 nm, 4) Vanilin sulfat 10 %, 5) FeCl 3, 6)
Dragendroff, 7) DPPH.
61
Lampiran 8. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Semi Polar Daun
Sungkai dengan Eluen Etil Asetat : N-Hexan (6 : 4)
1) 2) 3) 4)
5) 6) 7)
Gambar 11. Hasil Kromatografi Lapis Tipis dengan Eluen Etil Asetat : N-Hexan
(6 : 4) E. Ekstrak Semi Polar di deteksi dengan 1) Visual, 2) UV
254 nm, 3) UV 366 nm, 4) Vanilin sulfat 10 %, 5) FeCl 3, 6)
Dragendroff, 7) DPPH.
62
Lampiran 9. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Polar Daun
Sungkai dengan Eluen Etil Asetat : Metanol : Asam Asetat
(8: 1,5 : 0,5)
1) 2) 3) 4)
5) 6) 7)
Gambar 12. Hasil Kromatografi Lapis Tipis dengan Eluen Etil Asetat : Hexan (6
: 4) M. Ekstrak Polar di deteksi dengan 1) Visual, 2) UV 254 nm,
3) UV 366 nm, 4) Vanilin sulfat 10 %, 5) FeCl 3, 6) Dragendroff, 7)
DPPH.
63
Lampiran 10. Prosedur Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
DPPH 35
Tambahkan 2 ml campuran
metanol : aquadest (1:1)
Diamkan selama 30 menit
ditempat gelap
64
Lampiran 11. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Standar Asam
Galat.
Diperoleh konsentrasi 1; 2; 3; 4; 5
Dipipet 2 ml masing-masing
konsentrasi, masukkan
kedalam vial
Tambahkan 4 ml larutan
DPPH
Diamkan selama 30 menit
ditempat yang gelap.
65
Lampiran 12. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Non Polar
Daun Sungkai
Dipipet 2 ml masing-masing
konsentrasi, masukkan
kedalam vial
Tambahkan 4 ml larutan
DPPH
Diamkan selama 30 menit
ditempat yang gelap.
Gambar 15. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Non Polar Daun
Sungkai.
66
Lampiran 13. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Semi
Polar Daun Sungkai
Dipipet 2 ml masing-masing
konsentrasi, masukkan
kedalam vial
Tambahkan 4 ml larutan
DPPH
Diamkan selama 30 menit
ditempat yang gelap.
Gambar 16. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Semi Polar Daun
Sungkai.
67
Lampiran 14. Prosedur Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polar
Daun Sungkai
Dipipet 2 ml masing-masing
konsentrasi, masukkan
kedalam vial
Tambahkan 4 ml larutan
DPPH
Diamkan selama 30 menit
ditempat yang gelap.
68
Lampiran 15. Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH 35
69
Lampiran 16. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Standar Asam Galat
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi (μg/mL)
linear, dengan persamaan ini dapat dihitung konsentrasi larutan standar asam
70
Y = a + bx
50 = 21,0534 + 9,8006x
50 – 21, 0534
x
9, 8006
x = 2,953 µg/mL
dimana :
Y = Persen inhibisi
71
Lampiran 17. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Sampel
Tabel 11. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Non Polar Daun
Sungkai (Peronema canescens Jack).
25
20
15
10
5
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Konsentrasi (μg/mL)
0, 702 – 0, 597
Inhibisi
0, 702
72
Perhitungan IC50 larutan ekstrak non polar daun sungkai :
regresi linear, dengan persamaan ini dapat dihitung konsentrasi larutan ekstrak
Y = a + bx
50 = 2,9719 + 0,114435x
50 – 2, 9719
x
0, 114435
x = 410,959 µg/mL
dimana :
Y = Persen inhibisi
73
Lampiran 18. (Lanjutan)
Tabel 12. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Semi Polar Daun
Sungkai (Peronema canescens Jack).
60
50 y = -8,12 + 0,19943x
r = 0,9992
% Inhibisi
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Konsentrasi (μg/mL)
Gambar 21. Kurva Kalibrasi Antioksidan Ekstrak Semi Polar Daun Sungkai.
0, 702 – 0, 621
Inhibisi 100 11, 538
0, 702
74
Perhitungan IC50 larutan ekstrak semi polar daun sungkai :
linear, dengan persamaan ini dapat dihitung konsentrasi larutan ekstrak semi
Y = a + bx
50 = -8,12 + 9,8006x
50 8, 12
x
9, 8006
x = 291,430 µg/mL
dimana :
Y = Persen inhibisi
75
Lampiran 19. (Lanjutan)
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Konsentrasi (μg/mL)
0, 702 – 0, 421
Inhibisi 100 40, 028
0, 702
76
Perhitungan IC50 larutan ekstrak polar daun sungkai :
linear, dengan persamaan ini dapat dihitung konsentrasi larutan ekstrak polar
Y = a + bx
50 = 14,0444 + 0,64816x
50 – 14, 0444
x
0, 64816
x = 55,473 µg/mL
dimana :
Y = Persen inhibisi
77
Lampiran 20. Kesetaraan Aktivitas Antioksidan dengan Pembanding
I 50 Sampel
Perhitungan kesetaraan antioksidan = I 1 mg sam galat
50 sam galat
= 139,166 mg
= 98,689 mg
= 18,785 mg
78
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 24. Pemeriksaan aktivitas antioksidan ekstrak non polar daun
sungkai
Keterangan
79
Lampiran 22. (Lanjutan)
(a) (b)
Gambar 25. Pemeriksaan aktivitas antioksidan ekstrak semi polar daun
sungkai
(a) (b)
Gambar 26. Pemeriksaan aktivitas antioksidan ekstrak polar daun sungkai
Keterangan :
(a) = Variasi konsentrasi sampel
(b) = Variasi konsentrasi sampel setelah penambahan DPPH
80