Anda di halaman 1dari 70

PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

DAN SITOTOKSIK EKSTRAK HEKSANA DAN ETIL ASETAT DAUN TUMBUHAN


BUNGA BANGKAI (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson)

SKRIPSI SARJANA KIMIA

Oleh:
DESILIA PUTRI REVANI
BP: 1610412025

Dosen Pembimbing 1 : Bustanul Arifin, M.Si


Dosen Pembimbing 2 : Dr. Suryati

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
DAN SITOTOKSIK EKSTRAK HEKSANA DAN ETIL ASETAT DAUN TUMBUHAN
BUNGA BANGKAI (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson)

Oleh:
DESILIA PUTRI REVANI
BP: 1610412025

Skripsi ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada


Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020

ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu


Dia telah menciptakan manusia dan segumpal darah
Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia
Yang mengajar manusia dengan pena
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya
(QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Ya Tuhan
Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada-Mu
Karena telah diberikan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini

Kupersembahkan karya kecil ini untuk kedua orang tuaku


Terima kasih untuk pengorbanan dan doa-doamu untukku hingga aku mampu menjalani kehidupan
hingga sampai ketitik ini

Semoga apa yang aku cita-citakan dan apa yang kalian harapkan dapat terwujud atas ridho-Nya
Aamiin

v
INTISARI
PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
DAN SITOTOKSIK EKSTRAK HEKSANA DAN ETIL ASETAT DAUN TUMBUHAN
BUNGA BANGKAI (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson)

Oleh:

Desilia Putri Revani (1610412025)


Bustanul Arifin, M.Si*, Dr. Suryati*
*Pembimbing

Tumbuhan bunga bangkai (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson)


termasuk keluarga Araceae dan telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk
mencegah pendarahan dan mengobati luka. Berdasarkan penelitian sebelumnya juga
sudah dilaporkan bahwa tumbuhan ini memiliki aktivitas analgesik, antioksidan,
antibakteri dan sitotoksik. Ekstraksi daun tumbuhan bunga bangkai telah dilakukan
dengan metode maserasi bertingkat dari pelarut non-polar hingga pelarut yang lebih
polar. Daun tumbuhan bunga bangkai mengandung senyawa fenolik dan triterpenoid
pada ekstrak heksana, sedangkan pada ekstrak etil asetat mengandung senyawa
fenolik dan steroid. Pada penelitian kali ini dilakukan penentuan kandungan fenolik
total, aktivitas antioksidan dan sitotoksik dari ekstrak heksana dan etil asetat daun
tumbuhan bunga bangkai. Penentuan kandungan fenolik total dilakukan dengan
metoda Folin-Ciocalteu, aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-
diphenyl-2-pycrilhydrazill) dan sitotoksik dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality
Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fenolik total pada ekstrak
heksana dan etil asetat berturut-turut adalah 42,22 mg GAE/g dan 37,22 mg GAE/g.
Aktivitas antioksidan ekstrak heksana bersifat lemah sebagai antioksidan dengan nilai
IC50 180,79 mg/L, sedangkan ekstrak etil asetat bersifat sangat lemah sebagai
antioksidan dengan nilai IC50 516,48 mg/L. Dari hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa
ekstrak heksana bersifat toksik dengan nilai LC50 346,74 mg/L dan ekstrak etil asetat
bersifat tidak toksik dengan nilai LC50 2137,9 mg/L.

Kata Kunci: Daun tumbuhan bunga bangkai, Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)


Nicolson, Araceae, kandungan fenolik total, antioksidan, sitotoksik

vi
ABSTRACT
DETERMINATION OF TOTAL PHENOLIC CONTENT, ANTIOXIDANT AND
CYTOTOXIC ACTIVITY TEST OF HEXANE AND ETHYL ACETATE EXTRACTS
OF CORPSE FLOWER PLANT LEAVES (Amorphophallus paeoniifolius
(Dennst.) Nicolson)

By:

Desilia Putri Revani (1610412025)


Bustanul Arifin, M.Si*, Dr. Suryati*
*Supervisor

Corpse flower plant (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson) belongs to the


Araceae family has been used in traditional medication for prevents bleeding and treats
wounds. Based on previous research, it has been reported that this plant have
analgesic, antioxidant, antibacterial and cytotoxic activity. The extraction of corpse
flower plant leaves has been carried out using a multilevel maceration method from
non-polar to more polar solvents. Corpse flower plant leaves contain phenolic and
triterpenoid compounds in hexane extract, whereas in ethyl acetate extract contain
phenolic and steroid compounds. In this research to determine the total phenol content,
antioxidants and cytotoxic activity of hexane and ethyl acetate extracts of corpse flower
plant leaves. Determination of total phenolic content by the Folin-Ciocalteu method,
antioxidant activity by the DPPH (1,1-diphenyl-2-pycrilhydrazill) method and cytotoxic
by BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method. The results showed that total phenolic
content contained in the hexane and ethyl acetate extract is 42,22 mg GAE/g and 37,22
mg GAE/g. Antioxidant activity of hexane extract is weak antioxidant with IC 50 value
180,79 mg/L, meanwhile ethyl acetate extract is the very weak antioxidant with IC 50
value 516,48 mg/L. From the cytotoxic activity showed that hexane extract is toxic with
LC50 value 346,74 mg/L and ethyl acetate extract is non-toxic with LC50 value 2137,9
mg/L.

Keywords: Corpse flower plant leaves, Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)


Nicolson, Araceae, total phenolic content, antioxidant, cytotoxic

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan


rahmat dan hidayah-Nya dan telah memberikan kekuatan serta melimpahkan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul, “Penentuan
Kandungan Fenolik Total, Uji Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksik Ekstrak
Heksana dan Etil Asetat Daun Tumbuhan Bunga Bangkai (Amorphophallus
paeoniifolius (Dennst.) Nicolson)”. Tidak lupa shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam yang telah
membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti
saat ini.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sains dari Program S-1 Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Penulis menyadari
bahwa terdapat banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa nasehat,
bimbingan, tenaga dan motivasi selama penyusunan skripsi ini dan selama menempuh
pendidikan dijurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis yaitu bapak Bakhrizal dan ibu Asmainar yang telah
mendidik dan memberikan dorongan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini, serta terimakasih kepada abang Hendra Agus Bastian, ST untuk semangatnya.
2. Seluruh keluarga besar yang menjadi penyemangat bagi penulis untuk segera
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Bustanul Arifin, M.Si sebagai dosen pembimbing I dan ibu Dr. Suryati
sebagai dosen pembimbing II yang telah menasehati dan membimbing penulis
dengan penuh kesabaran selama melakukan penelitian hingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
4. Bapak Prof. Dr. Adlis Santoni, bapak Emil Salim, M.Sc dan bapak Prof. Dr. Syukri
Arief selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam penyempurnaan
skripsi ini.
5. Ibu Admi, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan ke penulis selama perkuliahan.
6. Bapak Dr. Mai Efdi selaku ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Andalas.

viii
7. Bapak Dr. Syukri selaku Koordinator Pendidikan Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.
8. Bapak dan Ibu staf pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas yang telah
memberikan ilmu berharga selama perkuliahan yang berguna dalam pengerjaan
tugas akhir ini maupun untuk masa yang akan datang.
9. Analis Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, bang Yudi dan analis Biokimia,
bang Boy yang telah banyak memberikan bantuan, arahan serta semangat selama
penelitian.
10. Saudara sepembimbing, Rafil Hamdillah, Sandri Widia Oksadela dan Yuzia Siti
Nurhamimah yang telah banyak membantu, berbagi ilmu pengetahuan, semangat,
dukungan dan motivasi.
11. Rekan-rekan Ucul-Ucul KOBA yang telah bersama-sama berjuang selama ini,
kalian telah banyak memberikan bantuan, semangat serta menghadirkan
keceriaan selama penelitian di laboratorium.
12. Keluarga besar Kimia angkatan 2016 (OKS16EN)) Universitas Andalas, atas
kerjasama dan saling menyemangati untuk bisa menjalani ini bersama-sama,
semangat untuk kita semua agar bisa menjalani babak kehidupan berikutnya dan
terima kasih untuk masa-masa perkuliahan yang indah bersama kalian.
13. Sahabat-sahabat tersayang Hindie Lanina Araaf Serayn, Nisa Ayu Farma, S.Ked,
Zil Arifah, S.Si, Meyrizka Arnel, S.Si, Elin Novianti, S.Si, Annisa Rahmi ZJ, S.Si,
Rahma Ayni yang telah memberikan motivasi, semangat, dan saling
mengingatkan dalam kebaikan.
14. Saudara bp 025 (Yola) dan keluarga kecil bp 025 (kak Wulan, kak Fira, kak Pipit,
kak Dedek, Yola, Fifi, Fani, Dina, Sellin, Rida, Buty, Putri, Adyaksa) atas doa,
semangat dan motivasinya.
15. Saudara Penasihat Akademik (SOPA) Fauzan Rivaldo dan Yuzia Siti Nurhamimah
telah banyak membantu, memberi arahan selama perkuliahan.
16. Sahabat dan teman-teman KKN Nagari Nan Tujuah yang telah memberikan ide,
saran, motivasi, serta saling mengingatkan dalam hal kebaikan.
17. Serta semua pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu untuk
bantuan dalam menyelesaikan kuliah dan tugas akhir, memberikan saran, nasihat,
doa dan semangatnya kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allaah Subhanahu Wa Ta’ala membalas


kebaikan semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini dengan pahala yang berlipat ganda.

ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
untuk masa yang akan datang. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak.

Padang, 3 November 2020

Desilia Putri Revani

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii


HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
INTISARI .................................................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3
2.1 Tumbuhan Bunga Bangkai (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson). 3
2.1.1 Tinjauan Tumbuhan Bunga Bangkai ................................................................... 3
2.1.2 Kandungan Tumbuhan Bunga Bangkai .............................................................. 4
2.2 Kandungan Fenolik Total .................................................................................... 5
2.2.1 Uji Fenolik total dengan Metoda Folin Ciocalteu ................................................ 6
2.2.2 Kandungan Fenolik Total Tumbuhan Bunga Bangkai ......................................... 6
2.3 Antioksidan ......................................................................................................... 6
2.3.1 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metoda DPPH ................................................ 6
2.3.2 Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Bunga Bangkai ................................................ 7
2.4 Sitotoksik ............................................................................................................ 8
2.4.1 Uji Toksisitas dengan Metoda BSLT .................................................................. 8
2.4.2 Aktivitas Sitotoksik Tumbuhan Bunga Bangkai ................................................... 9
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 10
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................. 10
3.2.1 Alat.................................................................................................................... 10
3.2.2 Bahan ............................................................................................................... 10
3.3 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 10
3.3.1 Identifikasi Tumbuhan Bunga Bangkai .............................................................. 10
3.3.2 Persiapan Sampel Daun Tumbuhan Bunga Bangkai ........................................ 11
3.3.3 Ekstraksi dan Penentuan Kadar Air .................................................................. 11
3.3.4 Pembuatan Reagen .......................................................................................... 11
3.3.5 Uji Fitokimia Sampel Daun Tumnuhan Bunga Bangkai .................................... 12
3.3.6 Penentuan Kandungan Fenolik Total ................................................................ 13
3.3.7 Penentuan Aktivitas Antioksidan ....................................................................... 14
3.3.8 Uji Sitotoksik ..................................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 17
4.1 Persiapan dan Identifikasi Tumbuhan ............................................................... 17
4.2 Uji Kandungan Metabolit Sekunder .................................................................. 17
4.3 Hasil Preparasi Sampel .................................................................................... 18
4.4 Hasil Ekstraksi .................................................................................................. 18
4.5 Penentuan Kandungan Fenolik Total ................................................................ 19
4.6 Penentuan Aktivitas Antioksidan ....................................................................... 20
4.7 Uji Aktivitas Sitotoksik ....................................................................................... 22

xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 24
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 24
5.2 Saran ................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 25

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumbuhan bunga bangkai (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)


Nicolson) ..................................................................................................................... 3
Gambar 2.2 Ambylone (1), 3-5-diacetyltambulin (2) dan salviasperanol (3)................... 4
Gambar 2.3 Xantofil (1), antosianin (2) dan klorofil (3) ................................................ 5
Gambar 2.4 Struktur DPPH ......................................................................................... 7
Gambar 4.1 Persentase rendemen ekstrak yang dihasilkan ..................................... 18
Gambar 4.2 Kurva regresi asam galat ....................................................................... 19
Gambar 4.3 Kurva regresi penentuan nilai LC50 ........................................................ 23

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil uji Fitokimia....................................................................................... 17


Tabel 2.2 Data kandungan fenolik total ekstrak daun tumbuhan bunga bangkai ...... 19
Tabel 2.3 Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun tumbuhan bunga bangkai ...... 20
Tabel 2.4 Hasil pengamatan uji sitotoksik ekstrak daun tumbuhan bunga bangkai... 22

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel........................................................................ 27


Lampiran 2. Uji Metabolit Sekunder Daun Bunga Bangkai ........................................ 28
Lampiran 3. Ekstraksi dan Kandungan Hasil Ekstraksi ............................................. 30
Lampiran 4. Penentuan Kandungan Fenolik Total .................................................... 33
Lampiran 5. Penentuan Aktivitas Antioksidan ........................................................... 35
Lampiran 6. Uji Aktivitas Sitotoksik ............................................................................ 37
Lampiran 7. Hasil Uji Fitokimia Daun Bunga Bangkai ............................................... 38
Lampiran 8. Persentase Kadar Ekstrak dan Kandungan Air ..................................... 40
Lampiran 9. Penentuan Kandungan Fenolik Total .................................................... 41
Lampiran 10. Uji Aktivitas Antioksidan....................................................................... 44
Lampiran 11. Uji Sitotoksik ........................................................................................ 50

xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Pemakaian
Singkatan Nama pertama kali
pada halaman
% Persentase 2
cm Sentimeter 4
m Meter 4
pH Power of Hydrogen (Derajat Keasaman) 5
nm Nanometer 8
mg/g Miligram per gram 8
mg/L Mikrogram per mililiter (satuan konsentrasi) 10
LC50 Lethal Concentration 50% 10
ppm Part per million (satuan konsentrasi) 10
BSLT Brine Shrimp Lethality Test 11
mL Mililiter 11
N Normalitas 12
mM Milimolar 16
IC50 Inhibition Concentration 50% 17
R2 Koefisien Determinasi 21

xvi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan banyak memberikan manfaat dibidang kesehatan manusia dan dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia sejak lama dan telah melayani manusia dengan
baik sebagai komponen obat-obatan yang berharga, bumbu, minuman, kosmetik, dan
pewarna. Popularitas obatan herbal akhir-akhir ini didasarkan pada premis bahwa
tanaman mengandung zat alami yang dapat meningkatkan kesehatan dan
meringankan penyakit. Oleh karena itu, fokus pada penelitian tumbuhan telah
meningkat di seluruh dunia dan banyak bukti menunjukkan potensi besar tumbuhan
obat yang digunakan dalam berbagai sistem tradisional 1. Penemuan obat dari tumbuh-
tumbuhan obat telah banyak yang dapat digunakan sebagai pengobatan kanker.
Selama setengah abad terakhir sebagian besar metabolit sekunder dari tumbuhan dan
turunannya telah digunakan untuk memerangi kanker2.
....... Umumnya penyakit kanker ditimbulkan oleh adanya pengaruh radikal bebas
yang menyerang berbagai komponen sel dalam tubuh 3. Salah satu mekanisme untuk
mengatasi radikal bebas ialah melalui antioksidasi. Untuk menjalankan mekanisme
tersebut diperlukan antioksidan. Antioksidan alami dapat diperoleh dari berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan seperti sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian4.
Tumbuhan yang mengandung antioksidan adalah tumbuhan golongan talas.
Salah satu jenis golongan talas yang telah diketahui aktivitas antioksidannya adalah
tumbuhan bunga bangkai (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson) yang
termasuk keluarga Araceae dan berpotensi dapat mengobati penyakit kanker 5.
Tumbuhan ini sering digunakan masyarakat secara tradisional sebagai mencegah
pendarahan dan mengobati luka6.
Bagian tumbuhan ini yang dapat digunakan sebagai bahan makanan dan obat-
obatan dapat berasal dari daun, batang atau umbinya 7. Pada penelitian sebelumnya,
berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap sampel segar umbi
tumbuhan bunga bangkai didapatkan hasil bahwa umbi tumbuhan bunga bangkai ini
mengandung senyawa golongan alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan steroid8.
Tumbuhan ini dilaporkan memiliki sifat analgesik9, antioksidan pada ekstrak etanol
umbi10, senyawa hasil isolasi dari umbi mempunyai aktivitas antibakteri dan sitotoksik
yaitu ambylone11, 3,5-diacetyltambulin12 dan salviasperanol 13.
Berdasarkan studi pustaka, tumbuhan ini belum banyak diteliti, hanya yang telah
dilakukan adalah bioaktivitas ekstrak dari umbi tumbuhan bunga bangkai. Kemudian
belum banyak penelitian yang melaporkan senyawa hasil isolasi yang berpotensi

1
2

sebagai antioksidan dan sitotoksik dari ekstrak heksana dan etil asetat daun tumbuhan
bunga bangkai. Maka pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi dan uji profil
fitokimia serta penentuan kandungan fenolik total, uji aktivitas antioksidan dan
sitotoksik terhadap ekstrak heksana dan etil asetat daun tumbuhan bunga bangkai
(Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson).

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Apa saja kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak heksana
dan etil asetat daun tumbuhan bunga bangkai?
2. Berapa jumlah kandungan fenolik total dan bagaimana tingkat aktivitas
antioksidan dan sitotoksik dari ekstrak heksana dan etil asetat daun tumbuhan
bunga bangkai?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak
heksana dan etil asetat daun tumbuhan bunga bangkai.
2. Menentukan kandungan fenolik total, tingkat aktivitas antioksidan dan sitotoksik
dari ekstrak heksana dan etil asetat daun tumbuhan bunga bangkai.

1.4 Manfaat Penelitian


Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kandungan metabolit sekunder serta kandungan fenolik total, aktivitas antioksidan dan
sitotoksik ekstrak heksana dan etil asetat daun tumbuhan bunga bangkai
(Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson). Sehingga informasi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk penelitian-penelitian lainnya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Bunga Bangkai (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)


Nicolson)
2.1.1 Tinjauan Tumbuhan Bunga Bangkai
Tumbuhan bunga bangkai (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson) yang
berasal dari bahasa Yunani Kuno “Amorphos” berarti “cacat, tanpa bentuk” dan
“phallos” yang berarti “penis” 14. Tumbuhan ini termasuk keluarga Araceae adalah
tanaman yang berasal dari Asia Tenggara. Tumbuh liar di Filipina, Malaysia, Indonesia
dan negara-negara Asia Tenggara lainnya15. Tumbuhan bunga bangkai dapat tumbuh
baik pada tanah bertekstur ringan pada kondisi liat berpasir, kaya unsur hara dan
kandungan humus yang tinggi dengan pH tanah 6-7,5. Tumbuhan ini dapat tumbuh di
daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, di hutan primer sampai ladang
penduduk, serta di pinggiran sungai sampai tanah berkapur16.
Tumbuhan bunga bangkai ini merupakan tumbuhan yang memiliki daun lengkap
karena memiliki petiolus, vagina dan lamina. Petiolus memiliki diameter 3,3-10 cm.
Petiolus atau batang semu dari tumbuhan bunga bangkai ini berbentuk bulat berwarna
hijau muda sampai hijau tua dan memiliki totol-totol putih, permukaannya berbintik-
bintik. Batang sejati dari tumbuhan ini berada pada bagian bawah atau pada umbi yang
merupakan penjelmaan dari batang atau disebut umbi batang (tuber caulogenum),
umbi berwarna kuning kecoklatan. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua
dan permukaan daun licin. Panjang tangkai daun 75-100 cm. Bunga bertipe tongkol
atau spadix berwarna ungu atau merah lembayung dan menghasilkan bau yang
sangat busuk. Tinggi total tumbuhan ini mencapai 1,5 – 2 m16. Gambar tumbuhan
bunga bangkai dapat dilihat pada Gambar 2.1

A B

C D

Gambar 2 1 umbi (A) batang (B) daun (C) bunga (D) tumbuhan bunga bangkai

3
4

Adapun klasifikasi tumbuhan bunga bangkai ialah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperma
Kelas : Monokotil
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Amorphophallus
Spesies : Amorphophallus paeoniifolius
(Dennst.) Nicolson20

Tumbuhan bunga bangkai memiliki beberapa nama asing diberbagai negara


seperti Inggris (Elephant foot yam, Whitespot Giant Arum, Sweet Yam), Jepang
(Koniaku, Konjak, Konnyaku), dan Thailand (Buk Khang)17. Di Indonesia sendiri
tumbuhan ini memilki nama beragam seperti Palu (Omba), Jawa (Bunga bangkai) dan
Minang (Bungo bangkai)16.

2.1.2 Kandungan Tumbuhan Bunga Bangkai


Berdasarkan hasil studi pustaka, ekstrak etanol umbi tumbuhan bunga bangkai
mengandung alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan steroid8. Senyawa hasil isolasi dari
umbi tumbuhan bunga bangkai yang telah dilaporkan ada 3 yaitu ambylone, 3,5-
diacetyltambulin dan salviasperanol.

O
O

HO

(1)
O HO OH
O

O O

O OH O

HO O O
O

(2) (3)
Gambar 2.2 ambylone (1), 3-5-diacetyltambulin (2) dan salviasperanol (3)
5

Senyawa ambylone dan salviasperanol diisolasi dari fraksi petroleum eter,


karena pada fraksi petroleum eter memiliki aktivitas antibakteri yang baik, sedangkan
3,5-diacetyltambulin diisolasi dari fraksi kloroform yang memiliki aktivitas antibakteri
yang baik. Ketiga senyawa tersebut juga bersifat sangat toksik11,12,13. Pada bagian
umbi juga terdapat kalsium oksalat yang berbentuk seperti jarum. Kristal oksalat ini
dapat menyebabkan alergi atau rasa gatal jika di sentuh.
Pada hasil ekstraksi bunga bangkai dan pemisahan pigmen warna menggunakan
kromatografi kertas, terdapat pigmen warna yaitu pigmen xantofil, antosianin dan
klorofil.
OH

HO
(4)
R1
R2
N
R7 O
R3 N Mg N

N O
R6 R4
R5
O
O

O
C20
(5) (6)
Gambar 2.3 xantofil (4), antosianin (5) dan klorofil (6)
Warna kuning pada bunga bangkai menandakan adanya pigmen xantofil, warna
ungu menandakan adanya pigmen antosianin dan warna hijau menandakan adanya
pigmen klorofil16.

2.2 Kandungan Fenolik Total


Senyawa fenolik merupakan senyawa yang cukup luas penggunaannya, antara lain
sebagai antioksidan. Salah satu contoh sebagai antioksidan adalah mencegah dan
mengobati penyakit degeneratif, kanker, penuaan dini dan gangguaan sistem imun
tubuh18.
6

2.2.1 Uji Fenolik Total dengan Metoda Folin-Ciocalteau


Metoda Folin-Ciocalteau digunakan untuk menentukan kandungan fenolik total dalam
tumbuhan karena pengerjaannya lebih sederhana. Sebagai larutan standar digunakan
asam galat yang merupakan salah satu fenolik alami dan stabil. Asam galat
direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteau menghasilkan warna kuning yang
menandakan bahwa mengandung fenolik, setelah itu ditambahkan dengan larutan
Na2CO3 sebagai pemberi suasana basa. Selama reaksi berlangsung, gugus hidroksil
pada senyawa fenolik bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteau, membentuk
kompleks molibdenium-tungsten berwarna biru dengan struktur yang belum diketahui
dan dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Semakin besar konsentrasi senyawa
fenolik maka semakin banyak ion fenolik yang yang akan mereduksi asam heteropoli
(fosfomolibdatfosfotungstat) menjadi kompleks molibdenumtungsten sehingga warna
biru yang dihasilkan semakin pekat. Prinsip dari metoda Folin-Ciocalteau adalah
terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru yang dapat diukur absorbannya
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 765 nm19.

2.2.2 Kandungan Fenolik Total Tumbuhan Bunga Bangkai


Ekstrak metanol dan ekstrak hidro-alkoholik 70% dari umbi tumbuhan bunga bangkai
digunakan untuk menganalisis kandungan flavonoid dan kandungan fenolik total.
Kandungan flavonoid dari ekstrak metanol dan ekstrak hidro-alkoholik 70% didapatkan
masing-masing 46,33 mg/g dan 36,88 mg/g. Demikian pula kandungan fenolik total
dari ekstrak metanol dan ekstrak hidro-alkoholik didapatkan 12,67 mg/g dan 6,25 mg/g.
Namun kandungan flavonoid dan fenolik dari ekstrak metanol didapatkan lebih tinggi 20.

2.3 Antioksidan
Antioksidan adalah molekul yang menghambat atau memadamkan reaksi radikal
bebas dan menunda atau menghambat kerusakan sel 21. Aktivitas antioksidan
merupakan suatu senyawa atau ekstrak untuk menghambat reaksi oksidasi yang
dapat dinyatakan dengan persen penghambatan 22.

2.3.1 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metoda DPPH


DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picryhidrazyl) merupakan salah satu cara dalam menentukan
aktivitas antioksidan. Metode ini banyak digunakan karena cara pengerjaannya
mudah, cepat dan memberikan data yang akurat untuk menguji aktivitas antioksidan
pada senyawa tertentu atau ekstrak tumbuhan. Tujuan metoda ini adalah mengetahui
7

parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan


(IC50).
Metoda DPPH dapat memberikan informasi mengenai reaktifitas senyawa yang
diuji dengan suatu radikal yang stabil. Penangkap radikal bebas menyebabkan
elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan perubahan warna yang
sebanding dengan jumlah elektron yang diambil. DPPH hanya dapat mengukur
senyawa antioksidan yang terlarut dalam pelarut organik khususnya alkohol. DPPH
secara luas digunakan untuk mengukur dan membandingkan aktifitas antioksidan
senyawa-senyawa fenolik, dan evaluasi aktivitas antioksidan melalui perubahan
serapan yang terjadi. DPPH harus secara hati-hati diinterpretasikan setelah
direaksikan dengan senyawa antioksidan karena dapat didegradasi oleh cahaya,
oksigen, pH, dan jenis pelarut.

NO2

O2N N N

NO2

Gambar 2.4 Struktur DPPH radikal

DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang
dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk pengujian aktivitas
antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak. Karena adanya elektron yang
tidak berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat pada pada range 515-517 nm.
Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas,
maka absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil.
Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu
menjadi kuning. Perubahan absorbansi akibat reaksi ini telah digunakan secara luas
untuk menguji kemampuan beberapa molekul sebagai penangkap radikal bebas 22.

2.3.2 Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Bunga Bangkai


Ekstrak etanol umbi tumbuhan bunga bangkai menunjukkan aktivitas maksimum
radikal bebas DPPH 68,6% dan penghambatan maksimum dalam ABTS dan H2O2
masing-masing 74% dan 67,2%. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi
tumbuhan bunga bangkai memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan dapat
digunakan sebagai sumber antioksidan yang efektif dan aman 11.
8

2.4 Sitotoksik
Uji sitotoksik merupakan uji in vitro dengan menggunakan kultur sel yang digunakan
untuk mendeteksi tingkat ketoksikan suatu senyawa. Dasar dari percobaan tersebut
antara lain bahwa penetapan aktivitas biologis seharusnya memberikan kurva dosis
respon yang menunjukkan hubungan lurus dengan jumlah sel 23. Uji sitotoksik dapat
memberikan informasi konsentrasi obat yang masih memungkinkan sel mampu
bertahan hidup24.
Toksisitas merupakan suatu parameter untuk mengetahui gejala dan tingkat
kematian hewan uji akibat pemberian suatu senyawa 25. Uji sitotoksik digunakan untuk
menentukan parameter nilai LC5026. Lethal Concentration 50 (LC50) adalah suatu
perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa dengan
variasi konsentrasi yang mampu membunuh 50% hewan uji. Kematian hewan uji
digunakan untuk memperkirakan dosis kematian jika digunakan manusia. Suatu
ekstrak dapat dikatakan toksik atau berpotensi sebagai antikanker apabila memiliki
nilai LC50 kurang dari 1000 mg/L setelah waktu kontak 24 jam27. Apabila nilai LC50
pada ekstrak tanaman bersifat toksik dapat dikembangkan sebagai obat antikanker 28.

2.4.1 Uji Sitotoksik dengan Metoda BSLT


Prosedur screening toksisitas merupakan tahap awal dalam studi tanaman bioaktif.
Hewan pecobaan yang telah digunakan untuk tujuan ini adalah udang air asin, Artemia
salina Leach. Ketersediaan telur, kemudahan menetaskannya menjadi larva,
pertumbuhan nauplii yang cepat, dan relatif mudahnya mempertahankan populasi
dalam kondisi laboratorium telah menjadikan udang air asin sebagai tes hewan
sederhana dan efektif dalam ilmu biologi serta dalam toksikologi29.
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) pertama kali dilakukan oleh Meyer dkk30 dan
dapat digunakan sebagai petunjuk untuk senyawa sitotoksik, antiparasit, dan
insektisida27. Pada pengujian aktivitas dengan metode BSLT digunakan larva Artemia
salina. Secara umum senyawa yang bersifat sitotoksis juga menunjukkan sifat
toksiknya terhadap Artemia salina. Uji toksisitas akut dengan hewan uji Artemia salina
dapat digunakan sebagai uji pendahuluan pada penelitian yang mengarah ke uji
sitotoksik, karena ada kaitan antara uji toksisitas akut dengan uji sitotoksik jika harga
LC50 dari uji toksisitas akut < 1000 µg/mL28.
BSLT merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian
senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman. Metode BSLT telah terbukti
memiliki korelasi dengan aktivitas antikanker. Selain itu, metode ini juga mudah
dikerjakan, murah, cepat, dan cukup akurat 31.
9

2.4.2 Aktivitas Sitotoksik Tumbuhan Bunga Bangkai


Pada uji sitotoksisitas dengan nauplii udang air asin, nilai LC 50 ekstrak etanol umbi
tumbuhan bunga bangkai adalah 7,66 μg/mL32. Sedangkan senyawa hasil isolasi dari
umbi tumbuhan bunga bangkai yaitu ambylone memiliki nilai LC50 13,25 μg/mL11, 3,5-
diacetyltambulin memiliki nilai LC50 10,02 μg/mL12, dan salviasperanol memiliki nilai
LC50 8,02 μg/mL13.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Agustus 2020. Proses ekstraksi, uji
fitokimia dan uji sitotoksik dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas. Penentuan kandungan fenolik total dan
aktivitas antioksidan dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Andalas. Identifikasi tumbuhan bunga bangkai dilakukan di Herbarium
Universitas Andalas (ANDA), Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan adalah grinder, maserator, rotary evaporator, lampu UV
(254 nm dan 356 nm), oven, kertas saring, plat KLT, aluminium voil, timbangan analitik,
spektrofotometer serta peralatan gelas yang umum digunakan dalam laboratorium.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah sampel daun tumbuhan bunga
bangkai. Bahan Kimia untuk penentuan kandungan fenolik total adalah asam galat,
natrium karbonat (Na2CO3) dan reagen Folin-Ciocalteau. DPPH dan asam askorbat
untuk uji antioksidan. Larva udang Arthemia salina, air laut dan dimetil sulfoksida
(DMSO) untuk uji sitotoksik.
Pelarut untuk ekstraksi digunakan pelarut teknis yang telah didistilasi yaitu
heksana dan etil asetat. Bahan yang digunakan untuk uji fitokimia yaitu metanol,
kloroform, amonia-kloroform, akuades, asam klorida. Pereaksi yang digunakan untuk
identifikasi metabolit sekunder adalah pereaksi Mayer (raksa (II) klorida, kalium iodida)
untuk identifikasi alkaloid, pereaksi Liebermann-Burchard (anhidrida asam asetat dan
asam sulfat pekat) untuk identifikasi triterpenoid dan steroid, shinoda test (bubuk
magnesium dan asam klorida pekat) untuk identifikasi flavonoid, besi (III) klorida untuk
identifikasi fenolik, plat KLT dan natrium hidroksida untuk identifikasi kumarin serta
asam klorida untuk identifikasi saponin.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Identifikasi Tumbuhan Bunga Bangkai
Tumbuhan bunga bangkai diperoleh dari kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.
Bagian daun dan batang dipotong dan dijadikan spesimen untuk diidentifikasi di
Herbarium Universitas Andalas (ANDA), Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas.

10
11

3.3.2 Persiapan Sampel Daun Tumbuhan Bunga Bangkai


Sampel daun dirajang halus kemudian dikering anginkan pada udara terbuka yang
tidak terkena cahaya matahari langsung. Setelah sampel tersebut kering (rapuh),
dihaluskan menggunakan grinder sehingga menjadi bubuk dan ditimbang. Sampel
yang telah berupa bubuk digunakan untuk proses ekstraksi.

3.3.3 Ekstraksi dan Penentuan Kadar Air


a) Ekstraksi Daun Tumbuhan Bunga Bangkai
Sampel bubuk daun tumbuhan bunga bangkai (450 gram) dimaserasi dengan pelarut
heksana sampai tidak meninggalkan bekas pada plat tetes. Hasil maserasi disaring
dan filtrat yang diperoleh di pekatkan dengan rotary evaporator dan diperoleh ekstrak
pekat dari pelarut heksana, kemudian ditimbang. Ampas hasil maserasi pelarut
heksana dikeringanginkan. Setelah kering, ampas dimaserasi kembali dengan pelarut
diklorometana (perlakuan sama seperti ekstraksi dengan pelarut heksana). Kemudian
diulang lagi ekstraksi dengan menggunakan pelarut etil asetat dan 1-butanol.
Perlakuan selanjutnya dilakukan uji fitokimia dan uji aktivitas terhadap ekstrak heksana
dan etil asetat daun tumbuhan bunga bangkai.
b) Uji Kandungan Air
Sampel segar daun tumbuhan bunga bangkai sebanyak 5 gram dipotong kecil-kecil,
berat awal dicatat. Lalu disiapkan cawan penguap yang beratnya telah konstan,
ditimbang massa cawan. Sampel diletakkan didalam cawan penguap dan dimasukkan
kedalam oven, lalu diatur suhu pada oven pengering 110 °C dan dibiarkan selama 15
menit. Cawan dikeluarkan setelah 15 menit dan ditunggu hingga agak mendingin.
Kemudian sampel (berat akhir) ditimbang. Ketiga langkah sebelumnya diakukan
kembali pada setiap interval waktu 15 menit, hingga sampel menjadi benar-benar
kering. Hal ini diketahui dari beratnya yang konstan (tidak berubah /turun lagi). Persen
kadar air dalam sampel daun tersebut dihitung.

3.3.4 Pembuatan Reagen


a) Pereaksi Mayer
Sebanyak 2,27 gram raksa (II) klorida ditimbang dan dilarutkan dalam gelas piala 100
mL dengan akuades sampai tanda batas (larutan I). Pada wadah lain, sebanyak 50
gram kalium iodida ditimbang dan dilarutkan dalam gelas piala 100 mL dengan
akuades sampai tanda batas (larutan II). Kemudian diambil 60 mL dari larutan I dan
dicampurkan dengan 10 mL larutan II dalam gelas piala 100 mL dan ditambahkan
akuades hingga tanda batas.
12

b) Besi (III) Klorida 5%


Sebanyak 5 gram besi (III) klorida ditimbang dan dilarutkan dalam gelas piala 100 mL
dengan akuades sampai tanda batas.
c) Asam Klorida 2 N
Sebanyak 17 mL asam klorida pekat (12 N) dituang secara perlahan kedalam gelas
piala kemudian dicukupkan dengan akuades sampai 100 mL.
d) Asam Sulfat 2 N
Sebanyak 5,5 mL asam sulfat p.a (36,4 N) dituang secara perlahan kedalam gelas
piala yang telah berisi akuades, kemudian dicukupkan dengan akuades sampai 100
mL.
e) Amonia-Kloroform 0,05 M
Sebanyak 1 ml amonia pekat (12,5 M) dipipet dan dilarutkan dalam gelas piala 250 mL
dengan kloroform sampai tanda batas.
f) Pereaksi Liebermann-Burchard
Sebanyak 5 mL anhidrida asam asetat dipipet dan ditambahkan secara perlahan
kedalam gelas piala 50 mL yang telah berisi 5 mL asam sulfat pekat, kemudian
ditambah etanol secara perlahan sampai tanda batas, lalu didinginkan dengan air es.
g) Natrium Hidroksida 1 %
Sebanyak 1 gram NaOH ditimbang dan dilarutkan dalam gelas piala 100 mL dengan
akuades sampai tanda batas.

3.3.5 Uji Fitokimia Daun Tumbuhan Bunga Bangkai


Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat
pada daun tumbuhan bunga bangkai. Metabolit sekunder yang akan diuji yaitu
senyawa kumarin, alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, dan steroid
a) Pemeriksaan Kumarin
Daun tumbuhan bunga bangkai diambil sebanyak 5 gram, kemudian dirajang halus
dan diekstrak dengan metanol. Hasil ekstrak ditotolkan pada garis awal plat KLT
dengan menggunakan pipa kapiler, dibiarkan kering di udara terbuka. Setelah itu,
dielusi dalam chamber yang berisi 10 mL eluen etil asetat 100%. Noda dimonitor
dibawah lampu UV (365 nm). Adanya fluoresensi biru dan warnanya birunya semakin
terang setelah disemprotkan NaOH 1% menunjukkan positif kumarin.
b) Pemeriksaan Alkaloid
Pemeriksaan alkaloid dilakukan menurut metode Culvenor-Fitzgerald. Daun tumbuhan
bunga bangkai diambil sebanyak 5 gram kemudian dipotong kecil-kecil, digerus dalam
lumpang dengan bantuan pasir bersih. Kemudian ditambahkan 10 mL kloroform, 10
13

mL amonia-kloroform 0,05 M, digerus dan diambil filtratnya. Filtrat ditambahkan


dengan asam sulfat 2 N, dikocok perlahan dan biarkan sehingga terbentuk pemisahan
lapisan asam sulfat dan kloroform. Kemudian diambil lapisan asam sulfat dan
ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer. Adanya kabut putih hingga endapan
putih menunjukkan positif alkaloid.
c) Pemeriksaan Flavonoid, Fenolik, Saponin, Triterpenoid, dan Steroid
Daun tumbuhan bunga bangkai diambil 5 gram kemudian dipotong kecil, dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan diekstrak dengan metanol. Setelah itu ditambahkan 2 mL
kloroform dan 2 mL akuades, kemudian diaduk dengan baik lalu dibiarkan sampai
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan kloroform dan lapisan akuades. Lapisan atas
(akuades) digunakan untuk pemeriksaan flavonoid, saponin dan fenolik. Lapisan
bawah (kloroform) digunakan untuk pemeriksaan senyawa triterpenoid dan steroid.
1. Uji flavonoid
Lapisan akuades yang telah dipisahkan diambil 5 tetes dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi lalu ditambahkan asam klorida pekat dan beberapa butir serbuk
magnesium. Terbentuk warna orange sampai merah menandakan positif
flavonoid.
2. Uji fenolik
Lapisan akuades diambil 5 tetes dan dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu
ditambahkan larutan besi (III) klorida 5%. Terbentuk warna biru atau ungu hitam
menandakan positif fenolik.
3. Uji saponin
Lapisan akuades diambil 10 tetes dan dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu
dikocok kuat-kuat, terbentuk busa yang tidak hilang setelah penambahan
beberapa tetes asam klorida pekat menunjukkan adanya saponin.
4. Uji triterpenoid dan steroid
Lapisan kloroform diteteskan pada dua lubang plat tetes. Plat pertama
ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard dan plat kedua digunakan sebagai
pembanding. Adanya cincin merah atau merah ungu menunjukkan positif
triterpenoid sementara cincin warna hijau atau hijau biru menunjukkan positif
steroid. Jika keduanya positif akan timbul dua cincin pada plat.

3.3.6 Penentuan Kandungan Fenolik total


Penentuan kandungan fenolik total dilakukan terhadap ekstrak heksana dan etil asetat
dengan metoda Folin-Ciocalteu.
14

a) Pembuatan Larutan Asam Galat


Larutan standar dibuat dengan melarutkan 10 mg asam galat dalam labu ukur 10 mL
dan dilarutkan dengan metanol, sehingga didapatkan konsentrasi 1000 mg/L.
Kemudian diambil 2,5 mL larutan induk 1000 mg/L dan diencerkan dalam labu ukur 25
mL, sehingga didapatkan konsentrasi 100 mg/L. Lalu dibuat variasi konsentrasi 10; 40;
80; 100; 120 dan 160 mg/L. Sampel diambil 0,5 mL dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu dan didiamkan
selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL natrium karbonat 20% dan diencerkan
dengan akuades sampai tanda batas. Campuran didiamkan selama 2 jam. Kemudian
diukur absorban pada panjang gelombang 765 nm. Berdasarkan nilai absorban yang
didapatkan, dibuat kurva kalibrasi antara absorban dengan konsentrasi asam galat.
b) Pembuatan Larutan Uji
Masing-masing ekstrak (ekstrak heksana dan etil asetat) ditimbang 100 mg dan
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan metanol, sehingga didapatkan larutan
berkonsentrasi 1000 mg/L. Kemudian diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam labu
ukur 10 mL dan ditambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu serta didiamkan selama
5 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL natrium karbonat 20% dan diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas. Campuran didiamkan selama 2 jam. Kemudian diukur
absorban pada panjang gelombang 765 nm. Kandungan fenolik total masing-masing
larutan uji ditentukan dari persamaan regresi kurva larutan standar. Kandungan fenolik
total dinyatakan dalam Galic Acid Equivalent (GAE).

3.3.7 Penentuan Aktivitas Antioksidan


Uji aktivitas antioksidan terhadap ekstrak heksana dan etil asetat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi DPPH.
a) Pembuatan Larutan DPPH
Sebanyak 10 mg DPPH ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL
dan dilarutkan dengan metanol sampai tanda batas sehingga didapatkan larutan
DPPH 0,1 mM.
b) Pembuatan Larutan Sampel
Masing-masing ekstrak ditimbang 100 mg, kemudian dilarutkan dengan metanol
dalam labu ukur 100 mL sehingga didapatkan larutan sampel dengan konsentrasi
1000 mg/L. Selanjutnya dibuat 5 variasi konsentrasi dari larutan uji dengan metoda
pengenceran. Variasi konsentrasi berturut-turut diperkirakan 100; 50; 25; 12,5; 6,25
mg/L.
15

c) Pembuatan Larutan Kontrol Positif


Asam askorbat ditimbang 10 mg dilarutkan dengan metanol di dalam labu ukur 10 mL
sehingga didapatkan konsentrasi larutan sebesar 1000 mg/L. Larutan induk 1000 mg/L
diencerkan hingga konsentrasi 100 mg/L, lalu dibuat lima variasi konsentrasi yaitu
0,391; 0,781; 1,562; 3,125 dan 6,250 mg/L.
d) Pengujian Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan cara menambahkan 3 mL larutan
DPPH 0,1 mM kedalam 2 mL masing-masing larutan ekstrak dengan berbagai
konsentrasi. Sebagai kontrol negatif pada pengujian ini ialah 2 mL metanol
ditambahkan 3 mL larutan DPPH. Lakukan pengerjaan ditempat yang gelap dan tidak
terkena cahaya matahari. Selanjutnya diukur absorban dari masing-masing
konsentrasi larutan uji dan kontrol pada panjang gelombang 517 nm. Berdasarkan
absorban yang didapatkan, dihitung % inhibisi dengan rumus berikut:
Ac - A
% inhibisi= x 100%
Ac
Keterangan:
Ac = nilai absorbansi kontrol
A = nilai absorbansi sampel
Setelah didapatkan nilai % inhibisi dari perhitungan, dapat ditentukan nilai IC 50 dari
setiap variasi konsentrasi larutan uji dengan menggunakan persamaan regresi yang
didapatkan.
3.3.8 Uji Sitotoksik
Uji sitotoksik pada penelitian ini dilakukan terhadap ekstrak heksana dan etil asetat
dengan metode BSLT.
a) Pembenihan Larva Udang Arthemia salina leach
Air laut diletakkan di dalam container gelas kecil yang terdiri dari dua bagian yaitu
gelap dan terang serta dilengkapi dengan lampu, penutup dan aerator. Telur udang
dimasukkan ke dalam bagian gelap container dan dibiarkan selama 48 jam. Setelah
48 jam, maka telur akan menetas menjadi larva (naupili) dan kemudian akan bergerak
ke bagian terang container. Larva inilah yang akan digunakan sebagai hewan
percobaan pada uji sitotoksik pada penelitian ini.
b) Pembuatan Larutan Uji
Sebanyak 100 mg masing-masing dari ekstrak heksana dan etil asetat ditimbang dan
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas dengan masing-masing
pelarut, dan diperoleh konsentrasi larutan induk 1000 mg/L. Larutan uji dibuat dengan
16

beberapa variasi konsentrasi melalui pengenceran bertingkat konsentrasinya 1000;


500; 250; 125 dan 62,5 mg/L.
c) Pengujian Sitotoksik
Kedalam setiap larutan uji diambil 5 mL dan dimasukkan kedalam botol vial, lalu
diuapkan pelarut pada suhu kamar. Kemudian ditambahkan 50 µL larutan DMSO
sampai semuanya larut dengan vortex. Selanjutnya ditambahkan 3 mL air laut
terhadap masing-masing larutan uji. Lalu ditambahkan masing-masingnya sebanyak
10 ekor larva udang kedalam setiap larutan uji. Kemudian cukupkan volumenya
sampai 5 mL dengan air laut. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap larva udang
didalam larutan uji dengan cara menghitung jumlah larva yang mati setelah 24 jam.
Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel probit dan diolah untuk mendapatkan
nilai LC50.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan dan Identifikasi Tumbuhan Bunga Bangkai


Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan di Herbarium Universitas Andalas (ANDA)
melalui surat Nomor 025/K-ID/ANDA/I/2020 diketahui bahwa sampel yang digunakan
termasuk kedalam famili Araceae, spesies Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)
Nicolson. Hasil identifikasi ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Uji Kandungan Metabolit Sekunder


Penentuan metabolit sekunder dilakukan melalui uji profil fitokimia pada daun segar,
ekstrak heksana dan etil asetat daun tumbuhan bunga bangkai. Hasil pengujian
dicantumkan pada Tabel 4.1, sedangkan hasil pengamatan dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Tabel 4.1. Hasil uji fitokimia
Hasil
Kandungan
No Metabolit Reagen Indikator Ekstrak
Daun Ekstrak
Sekunder Etil
segar Heksana
Asetat
Terbentuk larutan
HCl + -
1 Flavonoid berwarna orange- + -
Mg
merah
Terbentuk larutan
2 Fenolik FeCl3 berwarna biru atau + + +
ungu hitam
Terbentuk busa yang
HCl tidak hilang dengan -
3 Saponin - -
pekat penambahan HCl
pekat
Terbentuk cincin
4 Triterpenoid LB + + -
merah atau ungu
Terbentuk cincin
5 Steroid LB + - +
hijau/hijau biru
Terbentuk larutan
6 Alkaloid Mayer keruh atau - - -
endapan putih
Adanya fluoresensi
NaOH 1 -
7 Kumarin biru terang setelah - -
%
disemprot NaOH
Keterangan : + (mengandung metabolit sekunder)
- (tidak mengandung metabolit sekunder)

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa sampel segar daun
tumbuhan bunga bangkai mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid,
fenolik, triterpenoid dan steroid. Sedangkan uji fitokimia terhadap ekstrak heksana

17
18

mengandung senyawa metabolit sekunder fenolik dan triterpenoid. Ekstrak etil asetat
mengandung senyawa metabolit sekunder fenolik dan steroid.

4.3 Hasil Preparasi Sampel


Sampel segar daun tumbuhan bunga bangkai sebanyak 2500 gram dikeringkan dan
diperoleh 450 kg sampel kering sehingga diketahui kadar air pada sampel sebesar
82,37%. Data ini menunjukkan bahwa kandungan air pada daun tumbuhan bunga
bangkai cukup besar. Proses pengeringan bertujuan untuk mempermudah pengerjaan
saat ekstraksi karena adanya air di dalam sampel akan mempersulit proses
penguapan pelarut dan juga memicu pertumbuhan jamur.

4.4 Hasil Ekstraksi


Hasil ekstraksi terhadap sampel bubuk daun tumbuhan bunga bangkai sebanyak 450
gram dengan menggunakan pelarut heksana diperoleh massa ekstrak heksana yaitu
20,104 gram (4,47%). Sedangkan hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut etil
asetat diperoleh sebanyak 5,635 gram (1,25%). Grafik kandungan masing-masing
ekstrak daun bunga bangkai dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

5
4,5
4
3,5
Persentase (%)

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Heksana Etil Asetat
Jenis Ekstrak

Gambar 4.1. Persentase rendemen ekstrak yang dihasilkan


Berdasarkan data dapat diketahui bahwa rendemen ekstrak dengan pelarut
heksana lebih tinggi jika dibandingkan dengan ekstrak dengan pelarut etil asetat.
Berarti senyawa nonpolar lebih banyak dibandingkan dengan senyawa semipolar pada
daun bunga bangkai. Karena pelarut heksana merupakan pelarut non polar sedangkan
etil asetat termasuk pelarut semipolar.
19

4.5 Penentuan Kandungan Fenolik Total


Kandungan total fenolik dinyatakan dalam Galic Acid Equivalent (GAE). Asam galat
digunakan sebagai pembanding karena asam galat termasuk senyawa yang
memenuhi syarat sebagai standar primer. Kurva regresi asam galat dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
0,7
y = 0,0036x + 0,022
0,6
R² = 0,9992
0,5
Absorban

0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 50 100 150 200
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 4.2. Kurva regresi asam galat

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
galat, maka absorban yang dihasilkan juga semakin besar. Dari kurva tersebut
didapatkan persamaan regresi asam galat yaitu y = 0,0036x + 0,022 dengan nilai R² =
0,9992. Berdasarkan nilai R tersebut dapat dinyatakan bahwa konsentrasi asam galat
berbanding lurus dengan absorban. Persamaan regresi tersebut digunakan dalam
penentuan kandungan fenolik total dari ekstrak heksana dan etil asetat. Data analisis
total fenolik ekstrak heksana dan etil asetat terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data kandungan total fenolik ekstrak heksana dan etil asetat daun tumbuhan
bunga bangkai
Kandungan Fenolik total
Ekstrak
(mg GAE/g)
Heksana 42,22
Etil Asetat 37,22

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, ekstrak heksana mengandung total fenolik lebih
besar jika dibandingkan dengan ekstrak etil asetat. Berarti senyawa golongan fenolik
banyak yang terlarut di pelarut heksana jika dibandingkan dengan pelarut etil asetat.
Kondisi ini disebabkan karena proses ekstraksi daun tumbuhan bunga bangkai
menggunakan metoda maserasi bertingkat, yaitu diekstrak dengan pelarut heksana
20

kemudian berturut-turut menggunakan pelarut diklorometana dan etil asetat. Sehingga


senyawa fenolik yang terdapat pada daun tumbuhan bunga bangkai telah terekstrak
dengan pelarut heksana. Hal ini mengakibatkan kandungan fenolik pada ekstrak etil
asetat lebih sedikit karena sudah ada yang terekstrak dengan pelarut heksana dan
diklorometana.
Pelarut yang digunakan mempunyai tingkat polaritas yang berbeda yaitu pelarut
heksana, diklorometana, dan etil asetat memiliki nilai polaritas berturut-turut 0; 3,1; 4,4.
Hal ini juga diperkuat pada penelitian Qayum (2016) terhadap tumbuhan Heliotropium
Strigosum pada pelarut heksana dan etil asetat sama-sama terekstrak senyawa fenolik
yaitu asam kromatotropat dan asam trans-4-hidroksi-3-metoksi sinamat33.

4.6 Penentuan Aktivitas Antioksidan


Aktivitas antioksidan ekstrak heksana dan etil asetat ditentukan dengan metoda
DPPH. Uji ini dilakukan terhadap senyawa pada ekstrak yang mempunyai aktivitas
antioksidan dengan cara pengukuran penangkapan radikal DPPH yang dilihat pada
spektrofotometer UV-Vis, sehingga dapat diketahui nilai aktivitas penghambatan
radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC 50 (Inhibitory Concentration). Nilai IC50
merupakan nilai yang menyatakan penghambatan 50% radikal bebas oleh suatu
konsentrasi sampel (mg/L).
Tabel 4.3 Hasil uji aktivitas antioksidan dari ekstrak heksana dan etil asetat daun
tumbuhan bunga bangkai
Sampel Uji IC50 (mg/L)

Ekstrak Heksana 180,79

Ekstrak Etil Asetat 516,48

Asam Askorbat 3,37

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa ekstrak heksana mempunyai nilai IC50 lebih
kecil jika dibandingkan dengan ekstrak etil asetat. Hasil ini menunjukan adanya
korelasi positif dengan kandungan fenolik total pada heksana yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ekstrak etil asetat. Begitu juga jika dibandingkan dengan nilai
IC50 dengan asam askorbat sebagai kontrol positif yang memiliki nilai IC50 yang kecil
jika dibandingkan dengan ekstrak heksana dan ekstrak etil asetat. Penghambatan
50% terhadap reaksi radikal DPPH tersebut diperoleh dari kurva antara % inhibisi
terhadap konsentrasi sampel, dari persamaan regresi y = 0,2253x + 9,2675 sehingga
nilai IC50 untuk ekstrak heksana sebesar 180,79 mg/L dan termasuk intensitas
21

antioksidan lemah. Sedangkan untuk penghambatan 50% ekstrak etil asetat di peroleh
dari kurva antara % inhibisi terhadap konsentrasi sampel dari persamaan regresi y =
0,0883x + 4,395 sehingga nilai IC50 untuk ekstrak etil asetat sebesar 516,48 mg/L dan
juga termasuk intensitas antioksidan sangat lemah. Apabila dibandingkan dengan
asam askorbat memiliki IC50 3,37 mg/L, sehingga asam askorbat memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat.
Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas penangkapan radikal bebas juga semakin
tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa fenolik aktif yang mendukung aktivitas
antioksidan. Aktivitas antioksidan digolongkan sangat kuat (IC 50 < 50 mg/L), kuat (IC50
< 100 mg/L), sedang (100 mg/L < IC50 < 150 mg/L), lemah (150 mg/L < IC50 < 200
mg/L), dan sangat lemah (IC50 > 200 mg/L). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
senyawa dalam ekstrak heksana dan etil asetat memberikan kontribusi yang kurang
terhadap aktivitas antioksidan. Semakin tinggi kandungan fenolik total maka semakin
besar aktivitas antioksidannya. Aktivitas antioksidan ekstrak heksana dan etil asetat
daun tumbuhan bunga bangkai tergolong lemah, karena sampel yang diuji merupakan
ekstrak kasar. Ekstrak yang belum murni masih mengandung senyawa-senyawa
seperti garam, nutrient-nutrien dan mineral yang dapat menghambat kerja dari
senyawa antioksidan34. Rendahnya aktivitas antioksidan dari ekstrak kasar
kemungkinan karena kadar senyawa antioksidan dalam ekstrak sangat rendah akibat
banyaknya komponen lain yang tidak bersifat antioksidan 35.
Pada penelitian sebelumnya juga telah dilakukan aktivitas antioksidan terhadap
ekstrak umbi tumbuhan bunga bangkai. Hasil yang diperoleh menunjukkan aktivitas
antioksidan pada ekstrak heksana adalah 14,96%, sedangkan pada ekstrak etil asetat,
ekstrak etanol dan vitamin C menghasilkan masing-masing nilai IC50 adalah 458,102
mg/L, 223,268 mg/L dan 26,76 mg/L 30. Sehingga dapat disimpulkan aktivitas
antioksidan untuk ekstrak heksana dan etil asetat tumbuhan bunga bangkai tergolong
lemah.

4.7 Uji Aktivitas Sitotoksik


Uji aktivitas sitotoksik dari ekstrak heksana dan etil asetat daun tumbuhan bunga
bangkai dilakukan dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Pada metode ini sifat sitotoksik ditentukan melalui penentuan nilai LC50 pada beberapa
variasi konsentrasi larutan uji. Hasil uji sitotoksik ini dicantumkan pada Tabel 4.4 dan
penentuan LC50 dapat dilihat pada Lampiran 11.
22

Tabel 4.4 Hasil pengamatan uji sitotoksik ekstrak heksana dan etil asetat daun
tumbuhan bunga bangkai
Total Larva yang
Persen
Konsentrasi mati (ekor) Nilai
Ekstrak Kematian log C
(µg/mL) Probit
(%)
I II Rata-
rata
62,5 1 1 1 10 3,72 1,7959
125 2 2 2 20 4,16 2,0969
Heksana 250 5 5 5 50 5,00 2,3979
500 6 6 6 60 5,25 2,6939
1000 8 7 7,5 75 5,67 3
62,5 1 2 1,5 15 3,95 1,7959
125 2 3 2,5 25 4,33 2,0969
Etil Asetat 250 3 3 3 30 4,48 2,3979
500 4 3 3,5 35 4,61 2,6989
1000 4 4 4 40 4,75 3
Kontrol 0 0 0 0 0
Keterangan : pengerjaan tiap konsentrasi dilakukan duplo dan larva udang yang dimasukkan ke dalam
tiap vial berjumlah 10 ekor.

Pengujian dilakukan terhadap masing-masing ekstrak heksana dan etil asetat


daun tumbuhan bunga bangkai. Persentase kematian larva udang pada berbagai
variasi konsentrasi dikonversikan menjadi nilai probit dengan menggunakan tabel nilai
probit sesuai persentase kematian. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
konsentrasi larutan sebanding dengan jumlah larva udang yang mati. Pada masing-
masing ekstrak menunjukkan jumlah kematian udang yang berbeda-beda. Hal ini
dapat dilihat dari nilai LC50 masing-masing ekstrak. Nilai LC50 dihitung berdasarkan
nilai persamaan regresi antara log konsentrasi dengan nilai probit. Kurva toksisitas
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
23

6 y = 1,6577x + 0,785
R² = 0,9698
5,5

Nilai Probit 4,5 y = 0,6179x + 2,9443


R² = 0,9398
4

3,5

3
1,5 2 2,5 3 3,5 4
Log Konsentrasi

Heksana Etil Asetat Linear (Heksana) Linear (Etil Asetat)

Gambar 4.3 Kurva regresi penentuan nilai LC50 ekstrak heksana dan etil asetat

Pada Gambar 4.3 dapat dilihat terjadi peningkatan kematian berdasarkan


kenaikkan konsentrasi. Setelah didapat persamaan regresi masing-masing ekstrak,
dapat dihitung nilai LC50. Dari hasil ini diperoleh nilai LC50 ekstrak heksana dan etil
asetat masing-masing yaitu 346,74 mg/L dan 2137,9 mg/L. Berdasarkan literatur,
dijelaskan bahwa tingkat toksisitas suatu senyawa dikatakan tidak toksik jika nilai LC50
>1000 mg/L, dikatakan toksik jika nilai LC50 30-1000 mg/L dan dikatakan sangat toksik
jika nilai LC50 <30 mg/L7. Sehingga aktivitas sitotoksik pada ekstrak heksana memiliki
sifat toksik dengan nilai LC50 diantara 30-1000 mg/L. Sedangkan ekstrak etil asetat
bersifat tidak toksik karena memiliki LC50 lebih dari 1000 mg/L.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap ekstrak heksana dan etil
asetat daun tumbuhan bunga bangkai, dapat disimpulkan bahwa senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam ekstrak heksana yaitu fenolik dan triterpenoid.
Sedangkan ekstrak etil asetat mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu fenolik
dan steroid. Kandungan fenolik total pada ekstrak heksana dan etil asetat berturut-
turut adalah 42,22 mg GAE/mg) dan 37,22 mg GAE/mg. Aktivitas antioksidan ekstrak
heksana bersifat lemah sebagai antioksidan dengan nilai IC50 180,79 mg/L, sedangkan
ekstrak etil asetat bersifat sangat lemah sebagai antioksidan dengan nilai IC50 516,48
mg/L. Dari hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak heksana bersifat toksik
dengan nilai LC50 346,74 mg/L dan ekstrak etil asetat bersifat tidak toksik dengan nilai
LC50 2137,9 mg/L.

5.2 Saran
Beberapa saran untuk penelitian lanjutan diantaranya yaitu:
1. Untuk melakukan isolasi dan karakterisasi senyawa metabolit sekunder dari
ekstrak heksan daun tumbuhan bunga bangkai, karena ekstrak ini memiliki
aktivitas sitotoksik yang baik.
2. Untuk melakukan uji bioaktivitas lain seperti antibakteri dan antijamur dari daun
tumbuhan bunga bangkai.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Rakesh, P.; Manisha, K.; Rahul, U.; Sachin, P. and Navin, S. Colocasia esculenta:
A potent indigenous plant. Int J Nutr Pharmacol Neural Dis 2011,1, 90-6.
2. Nweman, D. J.; Cragg, G. M. and Sander K. M. The influence of natural productes
upon drug discovery. Nat. Prod. Rep. 2000, 17, 215, 3.
3. Bulter, M. S. The role of natural product chemistry in drug discovery. J. Nat. Prod.
2004, 67, 2141-2153.
4. Widyastuti, W. dan Suarsana, S. Daya Antioksidan dan Kadar Flavonoid Hasil
Ekstraksi Etanol-air. Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana: Bali.
5. Fenglin, F. Kegiatan Pemulungan Radikal Bebas Ekstrak Daun Segar Diolah dari
dari Dipilih Tanaman Obat Cina. Fitoterapi, 2003, 75, 1, 1-7.
6. Firman, D.; Nurhaeni, N.; Ridhay, A. Antioxidant Activity Of Umbi Amorphophallus
paeoniifolius (Amorphophallus Paeoniifolius) Extract From Various Level Of
Solvents Polarity Kovalen, 2016, 2, 1, 61-69.
7. Ekowati, G.; Yanuwiadi, B.; Azrianingsih, R. Sumber Glukomanan Dari Edible
Araceae Di Jawa Timur. J-PAL, 2015, 6, 1, 32-41.
8. Khan, A.; Rahman, M. and Islam, M. S. Antibacterial, Antifungal and Cytotoxic
Activities of Tuberous Roots of Amorphophallus campanulatus. Turk J Biol 2007, 31,
167-172.
9. Dey, Y. N.; De, S.; Ghosh, A.K. Evaluation of analgesic activity of methanolic
extract of Amorphophallus paeoniifolius tuber by tail flick and acetic acid-induced
writhing response method. Int J Pharma Bio Sci, 2010, 1, 4, 662-668.
10. Jayaraman, A.; Kunga, M.R.; Ulaganathan, P.; Poornima, R. Antioxidant potential
of Amorphophallus paeoniifolius in relation to their phenolic content. Pharm Biol,
2010, 48, 6, 659-665.
11. Jayaraman, A.; Kunga, M. R.; Ulaganathan, P.; Poornima, R. Cytotoxic activity of
Amorphophallus paeoniifolius tuber extracts in vitro. American-Eurasian J Agric &
Environ Sci, 2007, 2, 4, 395-398.
12. Khan, A.; Moizer, R.; Islam, M. S. Antibacterial, antifungal and cytotoxic activities
of amblyone isolated from Amorphophallus campanulatus Blume ex. Decne. Indian
J Pharmacol, 2008, 40, 1, 41-44.
13. Khan, A.; Moizer, R.; Islam, M. S. Antibacterial, antifungal and cytotoxic activities
of 3,5-Diacetyltambulin isolated from Amorphophallus campanulatus. Indian J
Pharmacol, 2008, 16, 4, 239-244.
14. Yuzammi, Y. A Taxonomic Revision of the Terrestrial and Aquatic Aroids
(Araceae) in Java. [Thesis]. Sidney: School of Biological Science Faculty of Life
Science, University of New South Wales, 2000.
15. Madhurima, P.; Kuppast, I. J.; Mankani, K. L. A review on Amorphophallus
paeoniifolius. Intl J Adv Sci Res Technol, 2012, 2, 2 99-111.
16. Jintan, J.; Yuzammi, Y.; Suwastika, I. N.; Pitopang, R. BOTANY OF
Amorphophallus paeoniifolius Dennst. Nicolson (Araceae) IN PALU VALLEY.
Online Jurnal of Natural Science, 2015, 4, 1, 17-31.
17. Singh, A.; Wadhwa, N. A Review on Multiple Potential of Aroid: Amorphophallus
paeoniifoliusInt. J. Pharm. Sci. Rev. Res.,2014, 24, 1, 55-60.
18. Dwi, A. P. and Susanti, H. Penetapan Kadar Fenoik Total Ekstrak Metanol Kelopak
Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) dengan Variasi Tempat Tumbuh
secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2011, 2, 1, 73-80.
19. Tahir, M. Penentukan Kadar Fenolik Total Ekstrak Daun Nilam (Pogostemon
cablin Benth.) dengan Metoda Spktrofotometer UV-VIS. Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, 2007, 4, 1

25
26

20. Dey, Y. N.; Ota, S.; Srikanth, N.; Jamal, M.; Wanjari, M. A phytopharmacological
review on an important medicinal plant - Amorphophallus paeoniifolius. Review
Article, 2012, 33, 1.
21. Gupta, M.; Paul, S.; Karmakar, N.; Sasmal, S. and Chowdhury, S. Free Radical
Scavenging Activity of Sida cordifolia Linn. Extracts Measured by Hydrogen
Peroxide, DPPH, ABTS and Ferric Reducing Antioxidant Methods. Int. J. Curr.
Res. Biosci. Plant Biol, 2016, 3, 8 114-122.Afriani, S.; Idiawati, N.; Destiarti, L.;
Arianie, L. Uji Aktivitas AntioksidanDaging Buah Asam Paya (Eleiodoxa conferta
Burret) Dengan Metode DPPH dan Tiosianat. JKK, 2014, 3, 1, 49-56.
22. Lasmadiwati, E.; Herminati, M. M. and Y.H.I. Pegagan Meningkatkan Daya Ingat,
Membuat Awet Muda, Menurunkan Gejala Stres dan Meningkatkan Stamina. Vol.
II. Jakarta: Penebar Swadaya, 2004.
23. Kedia, A.; Prakash B.; Mishra P.K.; Singh P.; Dubey N.K.: Botanicals As Eco
Friendly Biorational Alternatives of Synthetic Pesticides Against Callosobruchus
spp. (Coleoptera: Bruchidae)-a Review. Journal Food Science Technology 2015,
52, 3, 1239.
24. Anggriati, P.: Uji Sitotosisitas Ekstrak Etanol 70% Buah Kemukus (Piper Cubeba
L) Terhadap Sel Hela, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta,
2008.
25. Loomis, T. A. Essential of Toxicology, Edisi III, IKIP Semarang, Semarang, p.
1978, 228-233.
26. Meyer, B. N.; Ferrigni, N. R.; Putnam, J. E.; Jacobsen, L. B.; Nichols, D.; and
McLaughlin, J. L. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents. Planta Medica 1982 45 : 31-34
27. Meyer, B.N.; N.R. Ferrigni; J.E. Putnam; J. L. Nicols and McLaughlin: Brine
Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituents. Journal of
Medicinal Plant Reseach 1982, 45, 31-32.
28. Carballo, J. L. I.; Inda, Z. L. H. and Perez. A Comparison between Two Brine
Shrimp Assay to Detect in Vitro Cytotoxicity in Marine Natural Product. BMC
Biotecnology. 2002, 2, 17, 1-5.
29. Arifuddin, M. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia
elliptica BLUME) Terhadap Larva Udang (Artemia salina LEACH) dengan Metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014.
30. Khaled A Tawaha. Cytotoxicity Evaluation of Jordanian Wild Plants using Brine
Shrimp Lethality Test. Jordan J. J. Appl. Sci. 2005, 8, 1, 12-17.
31. Amalina, N. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol 70% Buah Merica Hitam (Piper
ningrum L.) Terhadap Sel HeLa, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta, Surakarta, 2008.
32. Khan, A.; Moizer, R.; Islam, M. S. Antibacterial, antifungal and cytotoxic activities
of Tuberous Roots of Amorphophallus campanulatus. Turk J Biol, 2007, 31, 167-
172.
33. Qayyum, A.; Sarfraz, R.A.; Ashraf, A dan Adil, S. Phenolic Composition and
Biological (Anti Diabetic and Antioxidant) Activities of Different Solvent Extracts of
an Endemic Plant (Heliotropium Strigosum), J. Chil. Chem. Soc., 2016, 1.
34. Leksono, W. B.; Pramesti, R.; Santosa, W. G. dan Setyati, W. A. Jenis Pelarut
Metanol dan N-Heksana Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut
Gelidium sp. dari Pantai Drini Gunungkidul – Yogyakarta. Jurnal Kelautan Tropis
2018 21, 1, 9–16.
35. Wikanta, T.; Januar, H. I. dan Nursid, M. Uji Aktivitas Antioksidan, Toksisitas, dan
Sitotoksisitas Ekstrak Alga Merah Rhodymenia palmat. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia 2005, 11, 4.
27

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel


28

Lampiran 2. Ekstraksi dan Penentuan Kadar Air


1. Ekstraksi

Sampel bubuk
daun
Amorphophallus
- dimaserasi dengan heksana
paeoniifolius
- disaring

Ekstrak Ampas
heksana
- dipekatkan dengan
rotary eveporator
Ekstrak pekat
heksana

Ekstrak Ampas
diklorometan
- dipekatkan dengan
rotary eveporator - dimaserasi dengan etil asetat
- disaring
Ekstrak pekat
diklorometan

Ekstrak etil Ampas


asetat
- dipekatkan dengan
- dimaserasi dengan 1-
rotary eveporator
butanol
Ekstrak pekat - disaring
etil asetat

Ekstrak 1- Ampas
butanol
- dipekatkan dengan rotary
eveporator
Ekstrak pekat
1-butanol
29

b) Uji Kandungan Air


5 gram daun
Amorphophallus
paeoniifolius
segar- dipotong kecil-kecil
- dicatat berat awal (ukuran dalam gram)
- disiapkan cawan penguap yang beratnya telah konstan,
ditimbang massa cawan
- diletakkan sampel di cawan penguap dan dimasukkan
kedalam oven, lalu diatur suhu pada oven pengering 110 °C
- dibiarkan selama 15 menit
- dikeluarkan cawan setelah 15 menit dan ditunggu hingga
agak mendingin
- ditimbang sampel (berat akhir)
- dilakukan kembali ketiga langkah sebelumnya, pada setiap
interval waktu 30 jam, hingga beratnya yang konstan
- dihitung persen kadar air
Kadar Air (%)
30

Lampiran 3. Uji Metabolit Sekunder


a. Pemeriksaan Kumarin
Sampel daun bunga
bangkai
- dirajang sampai halus
- diekstraksi dengan metanol

Filtrat Ampas

- ditotolkan pada plat KLT


- dielusi dengan etanol didalam chamber
- dimonitor dibawah lampu UV 365 nm
- hasil KLT disemprot dengan NaOH 1 %
- dimonitor kembali dibawah lampu UV 365
nm
-
Fluoresensi biru terang
positif kumarin

b. Pemeriksaan Alkaloid

Sampel daun
Amorphophallus- paeoniifolius
dirajang dan digerus dalam lumpang
dengan bantuan pasir
- ditambahkan 10 mL kloroform
- ditambahkan 10 mL amonia-kloroform
0,05 M
- diaduk dan disaring

Filtrat Ampas

- diambil dan dimasukkan kedalam


tabung reaksi
- ditambahkan asam sulfat 2 N
- dikocok dan diamkan

Lapisan kloroform Lapisan asam


31

Lapisan asam

- ditambahkan beberapa tetes pereaksi


Mayer
- terbentuk larutan keruh atau endapan
putih.

Posiitif Alkaloid

c. Pemeriksaan Flavonoid, Fenolik, Saponin, Triterpenoid dan Steroid


Sampel daun
Amorphophallus paeoniifolius
- dipotong kecil-kecil
- dimasukkan kedalam tabung reaksi
- dimaserasi dengan etanol
- disaring dan filtratnya diambil
- ditambahkan kloroform dan akuades (1:1)
- dikocok dengan baik

Lapisan air Lapisan kloroform

1) Uji Flavonoid, Fenolik dan Saponin

Lapisan air

- ditambah HCl
- dikocok selama - ditambah FeCl3 pekat dan
1 menit serbuk Mg

Adanya busa yang Terbentuknya Terbentuknya


tidak hilang dengan larutan berwarna larutan berwarna
penambahan HCl biru sampai ungu orange sampai
pekat hitam merah
positif saponin positif fenolik positif flavonoid
32

2) Uji Triterpenoid dan Steroid

Lapisan kloroform

- diambil 1 pipet diteteskan kedalam dua


lubang pada plat tetes
- dibiarkan kering
- lubang pertama ditambahkan pereaksi
LB
- lubang kedua dijadikan pembanding

Cincin warna hijau atau Cincin warna merah atau


hijau biru positif steroid ungu positif triterpenoid
33

Lampiran 4. Penentuan Fenolik total


a. Pembuatan Larutan Standar Asam Galat
Asam Galat 10 mg

- dilarutkan dalam labu 10 mL dengan metanol

Larutan Induk 1000


mg/L

- diambil 2,5 mL
- diencerkan dalam labu 25 mL dengan metanol

Larutan Induk 100


mg/L

- dibuat variasi konsentrasi 10; 40; 80; 120; 160 mg/L


- dipipet masing-masing 0,5 mL ke dalam labu ukur 10 mL
- ditambahkan 0,5 mLreagen Folin-Ciocalteu
- dibiarkan selama 5 menit
- ditambahkan 1 mL Na2CO3 20%
- diencerkan sampai tanda batas dengan akuades
- diinkubasi selama 120 menit
- diukur absorbannya pada panjang gelombang 765 nm
Persamaan Regresi

b. Pembuatan Larutan Uji

Sampel

- ditimbang 100 mg
- dilarutkan dalam labu 100 mL dengan metanol

Larutan Induk 1000


mg/L
34

Larutan Induk 1000


mg/L

- dipipet masing 0,5 mL ke dalam labu ukur 10 mL


- ditambahkan 0,5 mLreagen Folin-Ciocalteu
- dibiarkan selama 5 menit
- ditambahkan 1 mL Na2CO3 20%
- diencerkan sampai tanda batas dengan akuades
- diinkubasi selama 120 menit
- diukur absorbannya pada panjang gelombang 765 nm
Kandungan Fenolik
Total (GAE)
35

Lampiran 5. Penentuan Aktivitas Antioksidan

a. Pembuatan Larutan DPPH

10 mg DPPH

- dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur 250 mL


Larutan DPPH
0,1 mM

b. Pembuatan Larutan Sampel


Sampel 100 mg

- dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur 100 mL


Larutan induk 1000
mg/L
- diencerkan dalam berbagai konsentrasi
(100; 50; 25; 12,5; 6,25) mg/mL

Larutan sampel
berbagai konsentrasi

c. Pembuatan Larutan Kontrol Positif

Asam Askorbat 10 mg

- dilarutkan dalam labu 10 mL dengan metanol

Larutan Induk 1000 mg/L


- diambil 2,5 mL
- diencerkan dalam labu 25 mL dengan metanol
Larutan Induk 100
mg/L

- diencerkan dalam berbagai konsentrasi (0,391;


0,781; 1,562; 3,125 dan 6,250) mg/L

Larutan sampel
berbagai konsentrasi
36

d. Pengujian Aktivitas Antioksidan

Larutan sampel
berbagai konsentrasi
- dipipet masing-masing 2 mL
- ditambahkan 3 mL larutan DPPH 0,1 mM
- didiamkan campuran selama 30 menit
ditempat gelap
- ditentukan serapan dengan spektrofotometri
UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm
Absorban

- dibuat kurva standar

IC50
37

Lampiran 6. Uji Aktivitas Sitotoksik


a. Pembenihan Larva Udang

Telur udang Artemia


Salina
- dimasukkan ke wadah penetasan yang berisi air
laut, dilengkapi dengan airator dan cahaya
- dibiarkan selama 48 jam
Larva udang Artemia
Salina
b. Pembuatan Larutan Uji

Ekstrak 100 mg

- dilarutkan dalam labu 100 mL

Larutan Induk 1000


µg/mL

- diencerkan dalam berbagai konsentrasi (1000; 500;


250; 125; 62,5; 21,25) mg/L
Larutan dengan
berbagai konsenstrasi

c. Pengujian Sitotoksik
Larutan sampel
berbagai konsenstrasi

- diambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan kedalam botol


vial lalu diuapkan
- ditambahkan 50 µL DMSO dan dilarutkan
- ditambahkan 2 mL air laut
- dimasukkan 10 ekor larva udang
Larutan kontrol dan larutan uji
dengan 5 variasi konsentrasi

- ditambahkan air laut hingga volumenya 5 mL


- dihitung jumlah udang yang mati selama 24 jam
Nilai LC50
38

Lampiran 7. Hasil Uji Profil Fitokimia Daun Tumbuhan Bunga bangkai


Kandungan Foto Pengamatan dan Hasil
No. Metabolit Ekstrak Ekstrak Etil
Daun Segar
Sekunder Heksana Asetat

1 Flavonoid

(+) (-) (-)

2 Fenolik

(+) (+) (+)

3 Saponin

(-) (-) (-)

4 Triterpenoid

(+) (+) (-)

5 Steroid

(+) (-) (+)

6 Alkaloid

(-) (-) (-)


39

7 Kumarin

(-) (-) (-)


Keterangan : + (mengandung metabolit sekunder)
- (tidak mengandung metabolit sekunder)
40

Lampiran 8. Persentase Rendemen Ekstrak dan Kandungan Air


Sampel Massa Awal Sampel (g) Massa Ekstrak (g) Kadar (%)

Heksana 450 20,104 4,47

Etil Asetat 450 5,0628 1,25

a) Kadar Ekstrak Heksana dalam Daun Tumbuhan Bunga bangkai


Berat Ekstrak
%= x 100%
Berat Sampel
20,104 g
= x 100%
450 g

= 4,47%
b) Kadar Ekstrak Etil Asetat dalam Daun Tumbuhan Bunga bangkai
Berat Ekstrak
%= x 100%
Berat Sampel
5,0628 g
= x 100%
450 g

= 1,25%
c) Kadar Air dalam Daun Tumbuhan Bunga bangkai
Massa cawan = 25,7846 gram
Massa sampel = 5,0628 gram
Massa cawan + sampel = 30,8474 gram

Tabel Percobaan Uji Kadar Air


Massa Cawan +
Pemanasan Ke- Waktu (menit)
Sampel (g)
1 26,6778 15
2 26,6776 15
3 26,6775 15
4 26,6773 15
5 26,6773 15

30,8474 g - 26,6773 g
Kadar Air = x 100%
5,0628 g

= 82,37%
41

Lampiran 9. Penentuan Kandungan Fenolik Total

1. Pembuatan larutan standar


1000 mg 1L
Asam galat 1000 mg/L = x 10 mL x = 10 mg
L 1000 mL
a. Asam galat 100 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 1000 mg/L = 25 mL . 100 mg/L
V1 = 2,5 mL
b. Pengenceran untuk membuat larutan standar
 10 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 mg/L = 10 mL . 10 mg/L
V1 = 1 mL
 40 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 mg/L = 10 mL . 40 mg/L
V1 = 4 mL
 80 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 mg/L = 10 mL . 80 mg/L
V1 = 8 mL
 120 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 1000 mg/L = 10 mL . 120 mg/L
V1 = 1,2 mL
 160 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 1000 mg/L = 10 mL . 160 mg/L
V1 = 1,6 mL
2. Pembuatan Larutan Ekstrak Heksana dan Etil Asetat
a. Ekstrak Heksana

1000 mg 1L
Ekstrak 1000 mg/L = x 100 mL x = 100 mg
L 1000 mL
42

b. Ekstrak Etil Asetat

1000 mg 1L
Ekstrak 1000 mg/L = x 100 mL x = 100 mg
L 1000 mL

3. Data pengukuran asam galat


No. Konsentrasi (mg/L) Absorban

1. 10 0,066
2. 40 0,161
3. 80 0,31
4. 120 0,455
5. 160 0,609

Kurva Regresi Asam Galat


0,7
y = 0,0036x + 0,022
0,6
R² = 0,9992
0,5
Absorban

0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 50 100 150 200
Konsentrasi (mg/L)

4. Data pengukuran sampel


Absorban
Ekstrak
I II Rata-rata

Heksana 0,174 0,174 0,174

Etil Asetat 0,154 0,158 0,156

5. Perhitungan kadar fenolik total


a. Ekstrak Heksana
y = 0,0036x + 0,022
0,174 = 0,0036x + 0,022
x = 42,22 mg GAE/L
43

42,22 mg GAE 1L
x x 100 mL
L 1000 mL
Fenolik Total =
0,1 g
= 42,22 mg GAE/g
b. Ekstrak Etil Asetat
y = 0,0036x + 0,022
0,156 = 0,0036x + 0,022
x = 37,22
37,22 mg GAE 1L
x x 100 mL
L 1000 mL
Fenolik Total =
0,1 g
= 37,22 mg GAE/g

Tabel kadar fenolik fenolik total ekstrak heksana dan etil asetat

Konsentrasi
Ekstrak Absorban mg GAE/g sampel
(mg/L)
Heksana 1000 0,174 42,22
Etil Asetat 1000 0,156 37,22
44

Lampiran 10. Uji Antioksidan

1. Pembuatan larutan DPPH 0,1 mM


0,1 mM = 1 x 10-4 M = 1 x 10-4 mol/L
x mg/L = 1 x 10-4 mol/L x 394,33 g/mol
= 0,039433 g/L
= 39,433 mg/L
39,433 mg 1L
Massa DPPH = x 250 mL x
L 1000 mL
= 9,85825 mg
2. Pembuatan larutan ekstrak daun tumbuhan bunga bangkai
a. Ekstrak Heksana

1000 mg 1L
Ekstrak 1000 mg/L = x 10 mL x = 100 mg
L 1000 mL

b. Ekstrak Etil Asetat

1000 mg 1L
Ekstrak 1000 mg/L = x 10 mL x = 100 mg
L 1000 mL

3. Pengenceran untuk membuat larutan ekstrak daun tumbuhan bunga


bangkai
 100 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
10 mL . 100 mg/L = V2 . 1000 mg/L
V2 = 1 mL
 50 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
10 mL . 50 mg/L = V2 . 100 mg/L
V2 = 5 mL
 25 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
10 mL . 25 mg/L = V2 . 50 mg/L
V2 = 5 mL
 12,5 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
10 mL . 12,5 mg/L = V2 . 25 mg/L
V2 = 5 mL
45

 6,25 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
10 mL . 6,25 mg/L = V2 . 12,5 mg/L
V2 = 5 mL
4. Penentuan persen inhibisi
A kontrol - A sampel
Persen inhibisi = x 100%
A kontrol
a. Ekstrak Heksana
 6,25 mg/L
0,619 - 0,567
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 8,4%
 12,5 mg/L
0,619 - 0,538
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 13,08%
 25 mg/L
0,619 - 0,529
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 14,54%
 50 mg/L
0,619 - 0,473
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 23,59%
 100 mg/L
0,619 - 0,431
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 30,97%
46

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Heksana


35

30

Persen Inhibisi
25 y = 0,2253x + 9,2675
R² = 0,9434
20

15

10

0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (mg/L)

Penentuan nilai IC50


Regresi y = 0,2253x + 9,2675
IC50: 50 = 0,2253x + 9,2675
x = 180,79 mg/L

b. Ekstrak Etil Asetat


 6,25 mg/L
0,619 - 0,588
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 5,01%
 12,5 mg/L
0,619 - 0,584
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 5,65%
 25 mg/L
0,619 - 0,578
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 7,27%
 50 mg/L
0,619 - 0,573
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 7,43%
47

 100 mg/L
0,619 - 0,534
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 13,73%

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat


16

14

12
Persen Inhibisi

y = 0,0883x + 4,395
10 R² = 0,9452
8

0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (mg/L)

Penentuan nilai IC50


Regresi y = 0,0883x + 4,395
IC50: 50 = 0,0883x + 4,395
x = 516,48 mg/L

c. Asam Askorbat
 0,391 mg/L
0,619 - 0,591
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 4,52%
 0,781 mg/L
0,619 - 0,550
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 11,14%
 1,562 mg/L
0,619 - 0,469
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 24,23%
48

 50 mg/L
0,619 - 0,363
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 41,35%
 100 mg/L
0,619 - 0,024
Persen inhibisi = x 100%
0,619
= 96,12%

Aktivitas Antioksidan Asam Askorbat


120

100
Persen Inhibisi

80

60 y = 15,36x - 1,7285
R² = 0,994
40

20

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Konsentrasi (mg/L)

Penentuan nilai IC50


Regresi y = 15,36x - 1,7285
IC50: 50 = 15,36x - 1,7285
x = 3,37 mg/L

5. Nilai IC50 ekstrak Heksana, Etil Asetat dan Asam Askorbat


Konsentrasi % IC50 (mg/L)
Sampel Absorban Regresi
(mg/L) inhibisi

Kontrol - 0,619 - - -

6,25 0,567 8,4


12,5 0,538 13,08
Ekstrak y = 0,2253x + 180,79
25 0,529 14,54
Heksana 9,2675
50 0,473 23,59
100 0,431 30,37
49

6,25 0,588 5,01


Ekstrak 12,5 0,584 5,65
y = 0,0883x + 516,48
Etil 25 0,578 7,27
4,395
Asetat 50 0,573 7,43
100 0,534 13,73
0,391 0,591 4,52
0,781 0,550 11,14
Asam y = 15,36x + 3,37
1,562 0,469 24,23
Askorbat 1,7285
3,125 0,363 41,35
6,25 0,024 96,12
50

Lampiran 11. Uji Sitotoksik


1. Pembuatan Larutan Variasi Konsentrasi untuk Uji Sitotoksik
a. Larutan Induk Ekstrak Heksana (1000 µg/mL)
Berat ekstrak kering : 100 mg
Volume metanol : 100 mL
Konsentrasi : 1000 µg/mL
b. Larutan Induk Ekstrak Etil Asetat (1000 µg/mL)
Berat ekstrak kering : 10 mg
Volume metanol : 10 mL
Konsentrasi : 1000 µg/mL
c. Larutan Uji dari Ekstrak Heksana dan Etil Asetat
 500 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2

100 mL . 50 mg/L = V2 . 1000 mg/L

V2 = 50 mL

 250 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2

100 mL . 250 mg/L = V2 . 500 mg/L

V2 = 50 mL

 125 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2

100 mL . 125 mg/L = V2 . 250 mg/L

V2 = 50 mL

 62,5 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2

100 mL . 62,5 mg/L = V2 . 125 mg/L

V2 = 50 mL
51

2. Penentuan Nilai LC50


Tabel Nilai Probit Sesuai Persentase Kematian
% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 - 2.67 2.95 3.12 3.25 3.36 3.45 3.52 3.59 3.66
10 3.72 3.77 3.82 3.87 3.92 3.96 4.01 4.05 4.08 4.12
20 4.16 4.19 4.23 4.26 4.29 4.33 4.36 4.39 4.42 4.45
30 4.48 4.50 4.53 4.56 4.59 4.61 4.64 4.67 4.69 4.72
40 4.75 4.77 4.80 4.82 4.85 4.87 4.90 4.92 4.95 4.97
50 5.00 5.03 5.05 5.08 5.10 5.13 5.15 5.18 5.20 5.23
60 5.25 5.28 5.31 5.33 5.36 5.39 5.41 5.44 5.47 5.50
70 5.52 5.55 5.58 5.61 5.64 5.67 5.71 5.74 5.77 5.81
80 5.84 5.88 5.92 5.95 5.99 6.04 6.08 6.13 6.18 6.23
90 6.28 6.34 6.41 6.48 6.55 6.64 6.75 6.88 7.05 7.33

Tabel hasil pengamatan uji sitotoksik ekstrak heksana dan etil asetat daun
tumbuhan bunga bangkai

Total Larva yang


Persen
Konsentrasi mati (ekor) Nilai
Ekstrak Kematian log C
(µg/mL) Probit
(%)
I II Rata-
rata
62,5 1 1 1 10 3,72 1,7959
125 2 2 2 20 4,16 2,0969
Heksana 250 5 5 5 50 5,00 2,3979
500 6 6 6 60 5,25 2,6939
1000 8 7 7,5 75 5,67 3
62,5 1 2 1,5 15 3,95 1,7959
125 2 3 2,5 25 4,33 2,0969
Etil
250 3 3 3 30 4,48 2,3979
Asetat
500 4 3 3,5 35 4,61 2,6989
1000 4 4 4 40 4,75 3
Kontrol 0 0 0 0 0
Keterangan: pengerjaan tiap konsentrasi dilakukan duplo dan larva yang dimasukkan ke dalam
setiap vial berjumlah 10 ekor
52

Perhitungan nilai LC50


X = log konsentrasi
Y = Nilai Probit

Grafik Uji Toksisitas Ekstrak Heksana dan Etil Asetat


6 y = 1,6577x + 0,785
R² = 0,9698
5,5

5
Nilai Probit

4,5
y = 0,6179x + 2,9443
R² = 0,9398
4

3,5

3
1,5 2 2,5 3 3,5 4
Log Konsentrasi

Heksana Etil Asetat Linear (Heksana) Linear (Etil Asetat)

a. LC50 Ekstrak Heksana


y = 1,6577x + 0,785
5 = 1,6577x + 0,785
x = 2,54
LC50 = 10x
= 102,54
= 346,74 mg/L

b. LC50 Ekstrak Heksana


y = 0,6179x + 2,9443
5 = 0,6179x + 2,9443
x = 3,33
LC50 = 10x
= 103,33
= 2137,96 mg/L
53

3. Nilai LC50 ekstrak Heksana dan Etil Asetat


Persen
Konsentrasi Nilai LC50
Ekstrak Kematian log C Regresi
(µg/mL) Probit (mg/L)
(%)
62,5 10 3,72 1,7959
125 20 4,16 2,0969 y = 1,6577x
Heksana 250 50 5,00 2,3979 + 0,785 346,74
500 60 5,25 2,6939
1000 75 5,67 3
62,5 15 3,95 1,7959
125 25 4,33 2,0969 y = 0,6179x
Etil
250 30 4,48 2,3979 + 2,9443 2137,96
Asetat
500 35 4,61 2,6989
1000 40 4,75 3
Kontrol 0 0 0 0 - -
54

BIODATA PENULIS

Data Pribadi

Nama lengkap : Desilia Putri Revani


Tempat dan tanggal lahir : Batam, 13 Desember 1997
Jenis kelamin : Perempuan
No Telp/HP : 081372016959
Asal SMA : SMA Negeri 1 Batam
Orang Tua
Nama Ayah : Bakhrizal
Pekerjaan : PNS (Pensiun)
Nama Ibu : Asmainar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Alamat rumah : Patam Lestari Blok D/5, Sekupang, Batam
Kota : Batam
Kode Pos : 29427
Email : desilia.putri.revani@gmail.com
Pengalaman Organisasi : KCI
Visi hidup : Be the best version of you

Anda mungkin juga menyukai