,Jasril, MS
Oleh :
Nurafinda 170311046
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
dengan judul Aktivitas Antioksidan Dari Turunan Senyawa Fenotiazin ini dapat selesai
dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimaksih kepada pihak yg telah ikut berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
penulis
i
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................2
2.1 Fenotiazin.........................................................................................................................2
2.2 Antioksidan.......................................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................5
HASIL........................................................................................................................................5
BAB IV......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................................8
BAB V......................................................................................................................................10
KESIMPULAN........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
ii
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
iii
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fenotiazin
Fenotiazin merupakan senyawa organik yang terjadi di berbagai antipsikotik dan
antihistamin. Fenotiazin memiliki rumus S(C6H4)2NH. Senyawa ini memiliki strukutur
trisiklik dan berwarna kuning yang larut dalam asam asetat, benzena, dan eter. Senyawa ini
berkaitan dengan thiazine kelas dari senyawa heterosiklik . Turunan dari senyawa ini banyak
dimanfaatkan dalam berbagai obat-obatan.
Pada tahun 1876, Heinrich Caro melakukan sintesis metilen biru yang merupakan
turunan dari fenotiazin dan Heinrich August Bernsthsen melakukan sintesis fenotiazin pada
tahun 1883. Pada pertengahan 1880-an, Paul Ehrlich mulai menggunakan metilen biru dalam
eksperimen pewarnaan selnya yang mengarah pada penemuan perintis tentang berbagai jenis
sel. Dia menjadi sangat tertarik pada penggunaannya untuk menodai bakteri dan parasit
seperti Plasmodiidae – genus yang termasuk patogen malaria – dan menemukan bahwa itu
dapat diwarnai dengan metilen biru. Dia pikir metilen biru mungkin dapat digunakan dalam
pengobatan malaria, diuji secara klinis, dan pada tahun 1890-an metilen biru digunakan
sebagai obat malaria (Ohlow et al., 2011).
Sintesis fenotiazin dapat dilakukan dari siklik difenilamin atau siklik difenil sulfida.
Pada sintesis fenotiazin dari difenilamin, difenilamin direaksikan terlebih dahulu dengan
sulfur dengan bantuan katalis iodin yang mengahasilan 2-kloropenotiazin yang merupakan
hasil intermediet untuk menghasilkan klorpromazin. Pada siklik difenil sulfida, metode
penting pada sintesis fenotiazin, Y merupakan golongan halogen atau NO2 (Taurand, 2000).
2
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
2.2 Antioksidan
Metabolit sekunder yang dihasilkan dari tumbuhan seperti flavonoid dan terpenoid
berperan penting dalam pertahanan melawan radikal bebas. Radikal bebas adalah akibat dari
respon biokimia khas dalam tubuh yang menyebabkan kanker, penyakit jantung, peradangan,
diabetes, penuaan, aterosklerosis, imunosupresi dan gangguan neurodegeneratif. Tubuh
manusia memiliki sistem penghalang yang khas untuk melawan radikal bebas sebagai
protein, misalnya katalase, superoksida dismutase dan glutathione peroksida. Vitamin C, β-
karoten, vitamin E, likopen, lutein dan karetenoid yang berbeda telah digunakan sebagai
pelengkap antioksidan (Al-rifai et al., 2017).
Radikal bebas seperti spesies oksigen reaktif yang dihasilkan oleh organisme hidup
dan lingkungan adalah molekul elektron tidak berpasangan yang dapat bereaksi dengan
biomolekul dan dapat merusak struktur sel seperti asam nukleat, karbohidrat, protein dan
lemak. Selain itu, spesies oksigen reaktif telah terlibat dalam proses penuaan dan berbagai
penyakit termasuk kanker. Biasanya proses tubuh kita dapat menghasilkan senyawa
antioksidan seperti enzim dan vitamin untuk menetralkan radikal bebas. Jika proses tubuh
kita tidak dapat mengendalikan radikal bebas, itu dikenal sebagai kondisi stress oksidatif dan
terkait dengan apa pun penyakit. Sayur dan buah-buahan merupakan sumber antioksidan
alami penting yang mengandung senyawa bioaktif dan bermanfaat bagi kesehatan (Mongkut,
2018).
Salah satu metode pengujian antioksidan yaitu dengan metode DPPH. Pengujian ini
dilakukan dengan cara mengukur penangkapan radikal sintetik dalam pelarut organik polar
seperti etanol pada suhu kamar. Radikal sintetik yang digunakan adalah DPPH (2,2-difenil-1-
3
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
pikrilhidrazil). Senyawa DPPH adalah radikal bebas yang stabil berwarna ungu. Ketika
direduksi oleh radikal akan berwarna kuning (diphenyl picrylhydrazin).
Metode DPPH berfungsi untuk mengukur elektron tunggal seperti aktivitas transfer
Hx sekalian juga untuk mengukur aktifitas penghambatan radikal bebas. Campuran reaksi
berupa larutan sampel yang dilarutkan dalam etanol absolut dan di inkubasikan pada suhu
37°C selama 30 menit, dibaca pada panjang gelombang 517 nm. Hasil perubahan warna dari
ungu menjadi kuning stokiometrik dengan jumlah elektron yang ditangkap. Metode ini sering
digunakan untuk mendeteksi kemampuan artiradikal suatu senyawa sebab hasil terbukti
akurat, reliabel dan praktis, selain itu sederhana, cepat, peka dan memerlukan sedikit sampel
(Yamaguchi et al,. 1998)
4
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
BAB III
HASIL
5
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
6
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
Grafik 1. Aktivitas penangkapan atom H oleh DPPH dengan 1µM senyawa 4a-4k, asam
askorbat dan asam galat.
Gambar 2. Perubahan warna pada radikal stabil DPPH sebelum dan setelah menangkap atom
hidrogen
Identifikasi puncak pada spektrum H-NMR dan C-NMR menghasilkan data sebagai berikut
Senyawa 1 13
H-NMR C-NMR
target
4g 0,88 (t, 3H, J = 6.8 Hz, CH3) 14.09, 14.12 (r-CH3)
1.20–1.33 (m, 16H, CH2) 22.62, 26.72, 26.94 ()
1.44 (q, 2H, J = 8.5 Hz, CH2) 47.58 (C-N)
3.91 (t, 2H, J = 6.8 Hz, N-CH2) 56.02 (C-O)
3.94 (s, 3H, O-CH3) 189.74 (R-COR karbonil)
7.33 (d,1H, J = 16.15 Hz,=CH)
6.88 (dd, 1H, J = 8.5, 0.85 Hz, Ar-H) 110.14; 111.12; 114.55; 115.70;
119.92; 122.65; 123.09; 126.82;
127.39; 127.59; 127.89; 131.45;
144.87; 145.68; 149.25; 151.44
7
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
(karbon aromatik)
6.91 (d, 1H, J = 7.65 Hz, Ar-H)
7.49(d, 1H, J = 1.7 Hz, Ar-H)
(d, 1H, J = 15.3 Hz, = CH)
BAB IV
PEMBAHASAN
Sintesis senyawa turunan fenotiazin berbasis kalkon secara umum yakni dengan
mengalkilasi gugus nitrogen pada 2-asetilfenotiazin menggunakan dodesil iodida melalui
reaksi SN2 dan dibantu katalis tert-butil amonium iodida (TBAI) untuk menghasilkan hasil
yang baik. Digunakannya dodesil iodida sebagai sumber alkil karena senyawa ini memiliki
rantai yang panjang dengan atom C berjumlah 12 sehingga semakin panjang rantai alkil
membuat senyawa mudah larut dalam pelarut organik yang umum dan juga mudah diserap
lebih baik oleh sel hidup.
kemampuannya mentransfer elektron tunggal (SET) atau mentransfer atom hidrogen (HAT)
ke sumber radikal. Dalam uji ini senyawa DPPH bertindak sebagai sumber radikal yang
bersifat stabil kemudian di uji dengan senyawa 4g. senyawa 4g akan bertindak sebagai
pendonor atom hidrogen yang kemudian atom hidrogen ini akan ditangkap oleh radikal dan
kemudian menetralkan senyawa radikal DPPH tersebut. Senyawa antioksidan (4g) akan
membentuk senyawa radikal baru yang sifatnya lebih tidak berbahaya dan dapat dinetralkan
dengan senyawa antioksidan lainnya. Asam galat dan asam askorbat menunjukkan bahwa
senyawa 4g memiliki aktivitas antioksidan yang jauh lebih rendah daripada asam galat namun
mendekati aktivitas asam askorbat. Sifat antioksidan senyawa 4g disebabkan oleh turunan
fenotiazin yang membentuk kation radikal yang stabil karena memiliki bagian konjugatif
yang besar. Selain itu, substituen pada aril juga mempengaruhi sifat antioksidan senyawa
turunan fenotiazin berbasis kalkon ini.
Spektrum 1H-NMR senyawa 4g pada pergeseran kimia 𝛿 0,88; 𝛿 3,91 berturut turut
menunjukkan adanya R-CH3 dengan orientasi puncak triplet alkil dan gugus N-CH2 pada
cincin fenotiazin. Pergeseran 𝛿 3,94 menunjukkan adanya gugus eter R-OR dengan orientasi
puncak singlet pada aril. Pada pergeseran kimia 𝛿 6,88; 𝛿 6,91; 𝛿 7,49 menunjukkan bahwa
senyawa 4g memiliki atom H pada gugus aril (Ar-H)
Analisis 13C-NMR pada senyawa 4g menunjukkan puncak pada pergeseran 47.58 ppm
(C-N) dan pada pergeseran 189.74 ppm merupakan puncak khas untuk ikatan C=O. pada
pergeseran 110.14 ppm; 111.12 ppm; 114.55 ppm; 115.70 ppm; 119.92 ppm; 122.65 ppm;
123.09 ppm; 126.82 ppm; 127.39 ppm; 127.59 ppm; 127.89 ppm; 131.45 ppm; 144.87 ppm;
145.68 ppm; 149.25 ppm dan 151.44 ppm merupakan puncak C pada cincin aromatik.
9
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
BAB V
KESIMPULAN
10
Dosen Pengampu : Prof.Dr.,Jasril, MS
DAFTAR PUSTAKA
Al-rifai, A., Aqel, A., Al-warhi, T., Wabaidur, S. M., Al-othman, Z. A., & Badjah-hadj-
ahmed, A. Y. (2017). Antibacterial , Antioxidant Activity of Ethanolic Plant Extracts of
Some Convolvulus Species and Their DART-ToF-MS Profiling. 2017.
Ohlow, M. J., & Moosmann, B. 2011. Phenothiazine: the seven lives of pharmacology’s first
lead structure. Drug Discovery Today. (16): 119–131.
Yamaguchi, T., Takamura, H., Matoba, T., Terao, J., 1998. HPLC Method for Evaluation of
the Free Radical scavenging Activity of Food by Using 1,1 Diphenyl-2-picrylhydrazyl.
Biosci. 62(6): 1201-1204.
11