Anda di halaman 1dari 23

TUGAS BIOANTIOKSIDAN

“Kelompok Bahan Alam Lainnya : Fenol, Polifenol, Flavonoid, Xanton, Antosionin, dll”

DISUSUN OLEH:

NI LUH MENTARI SAAVITRI NESA 1809511060


MEILIANI HERNA SUPRIHATIN 1809511061

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
kasih karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Kelompok Bahan Alam
Lainnya : Fenol, Polifenol, Flavonoid, Xanton, Antosionin, dll” ini dengan baik. Tulisan ini
dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Bioantioksidan dan menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para pembacanya.
Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan tulisan ini, sehingga tulisan ini dapat selesai dengan baik dan
tepat pada waktunya. Kami sadar, bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami sebagai penulis menerima dengan lapang dada segala bentuk kritik dan saran yang
bersifat membangun. Nantinya semua kritik dan saran yang diberikan tersebut akan kami
gunakan sebagai pedoman dan acuan dalam pembuatan tulisan kedepannya.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah
wawasan bagi para pembacanya. Sekali lagi, kami ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 25 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Definisi Antioksidan dan Jenis-Jenis Antioksidan 3

2.2 Senyawa Antioksidan Alami 4

2.3 Jenis-Jenis Senyawa Antioksidan Alami 5

PENUTUP 10

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Senyawa radikal bebas selalu terdapat dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Polusi udara merupakan salah satu contoh sumber radikal bebas. Sumber radikal bebas
lainnya yaitu racun, paparan sinar matahari berlebih, asap rokok, makanan yang
digoreng, dan obat-obat tertentu. Radikal bebas adalah molekul. yang mengandung satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Dalam tubuh, radikal bebas dapat menjadi
senyawa yang sangat reaktif dengan cara mengikat elektron molekul sel tubuh akibat
adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada senyawa radikal bebas. Reaksi ini
dapat berlangsung secara terus menerus dalam tubuh dan mengakibatkan berbagai
penyakit seperti jantung, penuaan dini, katarak, kanker serta penyakit degeneratif
lainnya. Diperlukan antioksidan untuk menangkap atau berikatan dengan radikal bebas
sehingga tidak menginduksi penyakit-penyakit tersebut.
Antioksidan termasuk senyawa pendonor elektron yang bekerja dengan cara
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat radikal sehingga aktivitas
radikal tersebut dapat terhambat. Ketidakstabilan radikal bebas dapat distabilkan oleh
antioksidan dengan melengkapi kekurangan elektron pada senyawa radikal bebas.
Manusia memiliki antioksidan dalam tubuh, namun jumlahnya tidak mencukupi untuk
mengatasi radikal bebas yang berlebih sehingga dibutuhkan antioksidan eksogen.
Antioksidan eksogen dibagi menjadi 2 berdasarkan sumbernya, yaitu antioksidan alami
dan antioksidan sintetik.
Contoh antioksidan sintetik adalah BHA (butylated hydroxyanisole), BHT
(butylated hydroxytoluene), TBHQ (tertiary butyl hydroquinone), dan PG (propyl
gallate). Beberapa contoh antioksidan sintetik tersebut dapat memiliki efek
karsinogenesis sehingga penggunaan antioksidan alami mengalami peningkatan.
Beberapa senyawa kimia dalam tumbuhan yang dapat berkhasiat sebagai antioksidan,
diantaranya berasal dari golongan polifenol, flavonoid, vitamin C, vitamin E, dan β-
karoten. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini hendak dilakukan
pengujian terhadap tanaman buah yang diduga memiliki aktivitas antioksidan. Pada
penelitian ini akan dilihat aktivitas antioksidan pada beberapa tanaman buah, diantaranya
buah jeruk bali, paprika hijau, tomat, dan sirsak dengan menggunakan metode DPPH

1
(1,1-difenil2-pikrilhidrakzil). Pada paper kali ini dibahas mengenai bahan alami seperti
fenol, polifenol, flavonoid, xanton, antosianin, dll.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antioksidan?
2. Apa saja jenis-jenis antioksidan?
3. Apa yang dimaksud dengan senyawa antioksidan alami?
4. Apa saja jenis-jenis senyawa antioksidan alami?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari antioksidan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis antioksidan
3. Untuk mengetahui definisi senyawa antioksidan alami
4. Untuk mengetahui jenis-jenis senyawa antioksidan alami
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi dari antioksidan
2. Dapat mengetahui jenis-jenis antioksidan
3. Dapat mengetahui definisi senyawa antioksidan alami
4. Dapat mengetahui jenis-jenis senyawa antioksidan alami
5. Dapat menyelesaikan tugas matakuliah Bioantioksidan

2
BAB II
ISI

2.1 Definisi Antioksidan dan Jenis-Jenis Antioksidan

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap atau menetralisir


radikal bebas sehingga mampu mencegah penyakit-penyakit degeneratif seperti
kardiovaskuler, karsinogenesis, dan penyakit lainnya. Senyawa antioksidan merupakan
substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah
kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak.
Senyawa ini memiliki struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada
molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi
berantai dari radikal bebas.

Dalam melawan bahaya radikal bebas baik radikal bebas eksogen maupun endogen,
tubuh manusia telah mempersiapkan penangkal berupa sistem antioksidan yang terdiri
dari 3 golongan yaitu :
1. Antioksidan Primer yaitu antioksidan yang berfungsi mencegah pembentukan
radikal bebas selanjutnya (propagasi), antioksidan tersebut adalah transferin, feritin,
albumin.
2. Antioksidan Sekunder yaitu antioksidan yang berfungsi menangkap radikal bebas
dan menghentikan pembentukan radikal bebas, antioksidan tersebut adalah
Superoxide Dismutase (SOD), Glutathion Peroxidase (GPx) dan katalase.
3. Antioksidan Tersier atau repair enzyme yaitu antioksidan yang berfungsi
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak oleh radikal bebas, antioksidan tersebut
adalah Metionin sulfosida reduktase, Metionin sulfosida reduktase, DNA repair
enzymes, protease, transferase dan lipase.
Berdasarkan sumbernya antioksidan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Antioksidan yang sudah diproduksi di dalam tubuh manusia yang dikenal dengan
antioksidan endogen atau enzim antioksidan (enzim Superoksida Dismutase (SOD),
Glutation Peroksidase (GPx), dan Katalase (CAT).

3
2. Antioksidan sintetis yang banyak digunakan pada produk pangan seperti Butil
Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat dan Tert-Butil
Hidroksi Quinon (TBHQ).
3. Antioksidan alami yang diperoleh dari bagian-bagian tanaman seperti kayu, kulit
kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari seperti vitamin A, vitamin C,
vitamin E dan senyawa fenolik (flavonoid).
Antioksidan sintetis sudah banyak digunakan di masyarakat baik pada minuman
maupun makanan kemasan yang dijual di pasaran seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA),
Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil Galat (PG) dan Tert-Butil Hidrosi Quinon (TBHQ).
Penggunaan bahan sintetis ini dapat meningkatkan risiko penyakit kanker. Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa adanya peningkatan konsumsi antioksidan alami yang
terdapat dalam buah, sayur, bunga dan bagianbagain lain dari tumbuhan dapat mencegah
penyakit-penyakit akibat stress oksidatif seperti kanker, jantung, peradangan ginjal dan
hati.
Mikronutrien yang terkandung dalam tumbuhan seperti vitamin A, C, E, asam folat,
karotenoid, antosianin, dan polifenol memiliki kemampuan menangkap radikal bebas
sehingga dapat dijadikan pengganti konsumsi antioksidan sintetis. Ekstrak bunga
kamboja cendana dapat meningkatkan aktivitas enzim SOD, GPx dan Katalase. Lebih
dari 40 herbal tanaman obat di Cina mempunyai aktivitas antioksidan yang cukup tinggi
dan dari 40 herbal tersebut mengandung senyawa fenol yang tinggi termasuk diantaranya
kandungan flavonoidnya yang tinggi. Kandungan senyawa fenol dan aktivitas
antioksidan 40 species tanaman obat di Cina dapat dipergunakan untuk mencegah dan
terapi penyakit cardiovasular dan cerebrovascular. Adanya gugus –OH pada tokoferol
(Vit.E) dan senyawa fenol lainnya serta ikatan rangkap (>C=C<) pada b-karoten dapat
menghambat dan menetralisir reaksi radikal bebas.
2.2 Senyawa Antioksidan Alami
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau
polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin,
tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional. Senyawa antioksidan alami pada
umumnya berupa vitamin C, vitamin E, karotenoid, senyawa fenolik, dan polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kuomarin, tokoferol dan
asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas
antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavonol, dan kalkon. Turunan

4
asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain. Hal ini
disebabkan karena gugus -OH dan ikatan rangkap dua (>C=C<) yang dimiliki oleh
senyawa-senyawa diatas.

Mikronutrien yang terkandung dalam tumbuhan seperti vitamin A, C, E, asam folat,


karotenoid, antosianin, dan polifenol memiliki kemampuan menangkap radikal bebas
sehingga dapat dijadikan pengganti konsumsi antioksidan sintetis. Vitamin E yang
diberikan pada mencit secara oral dapat mencegah terjadinya penyakit periodontal akibat
terjadinya stres oksidatif. Ekstrak bunga kamboja cendana dapat meningkatkan aktivitas
enzim SOD, GPx dan Katalase. Lebih dari 40 herbal tanaman obat di Cina mempunyai
aktivitas antioksidan yang cukup tinggi dan dari 40 herbal tersebut mengandung senyawa
fenol yang tinggi termasuk diantaranya kandungan flavonoidnya yang tinggi. Kandungan
senyawa fenol dan aktivitas antioksidan 40 species tanaman obat di Cina dapat
dipergunakan untuk mencegah dan terapi penyakit cardiovasular dan cerebrovascular.
Kandungan senyawa fenolik dari 112 tanaman obat Cina memiliki koefisien korelasi
positif dan sangat kuat (R2 = 96.4%) dengan aktivitas antioksidannya sehingga
disimpulkan bahwa senyawa fenolik memberikan kontribusi yang signifikan pada
kapasitas antioksidan tanaman obat.

Kandungan vitamin C dan senyawa fenolik pada buah strawberi yang sudah
mengalami pengolahan (prosesing) mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini
mengakibatkan aktivitas antioksidan pada produk segar lebih tinggi dibandingkan
dengan produk olahan. Buah jambu mete yang mengalami penundaan pengolahan
mengakibatkan penurunan senyawa polifenol yang dapat menurunkan aktivitas
antioksidannya. Kandungan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan yang dianalisis
dari buah “pawpaw” mengalami penurunan selama proses pematangan.
Gugus aktif yang umum berfungsi sebagai penangkap dan penghambat reaksi radikal
bebas selanjutnya adalah gugus-gugus –OH dan ikatan rangkap dua >C=C< karena
gugusgugus ini dapat memberikan 1 molekul hidrogennya sehingga ROS menjadi stabil
dan terbentuk radikal bebas baru yang kurang reaktif. Adapun struktur dari senyawa
antioksidan yang merupakan metabolit sekunder dari tanaman (senyawa fitokimia)
adalah :

5
6
2.3 Jenis-Jenis Senyawa Antioksidan Alami
2.3.1 Fenol

Senyawa fenolik adalah kelompok besar dari metabolit sekunder yang tersebar
luas di kerajaan tumbuhan. Mereka dikategorikan ke dalam kelas tergantung pada
strukturnya dan dikategorikan dalam setiap kelas sesuai dengan jumlah dan posisi
gugus hidroksil dan keberadaan substituen lainnya. Kelompok polifenol yang paling
tersebar luas dan beragam adalah flavonoid yang dibangun di atasnya C 6 –C 3 –C 6
kerangka avone. Selain itu senyawa fenol lainnya seperti asam benzoat atau asam
sinamat turunan telah diidentifikasi dalam buah-buahan dan sayuran Senyawa fenol,
terutama flavonoid, memiliki aktivitas biologis yang berbeda, tetapi yang terpenting
adalah aktivitas antioksidan, efek perlindungan kapiler, dan efek penghambatan yang
ditimbulkan pada berbagai tahap tumor Studi tentang profil fenolik sayuran Brassica
difokuskan terutama pada bunga brokoli, yang populer di negara-negara Eropa Barat
dan Amerika Serikat.

Brokoli merupakan sumber turunan flavonol dan hydroxycinnamoyl.


Glikosida flavonol utama yang ada dalam telur brokoli sebagai quercetin dan
kaempferol 3-HAI-sophorosida. Tiga glukosida minor dari aglikon ini juga terdeteksi,

7
yaitu isoquercitrin, kaempferol 3- HAI- glukosida dan kaempferol diglukosida. Asam
hidroksinamoil yang dominan diidentifikasi sebagai 1-sinapoyl-2-feruloylgentiobiose,
1,2diferuloylgentiobiose, 1,2,2 0- trisinapoylgentiobiose, dan asam neochlorogenic.

Fenol dalam sayuran juga ada dalam bentuk bebas dan terkonjugasi.
Umumnya, dalam sayuran segar hanya terdapat flavonoid terkonjugasi tetapi aglikon
dapat ditemukan sebagai hasil dari pengolahan makanan. Kebanyakan studi tentang
tingkat flavonoid nabati menentukan aglikon setelah hidrolisis ekstrak makanan dengan
panas dan asam, karena penentuan glikosida flavonoid individu sulit, karena kurangnya
senyawa referensi.

Senyawa fenolik mempunyai berbagai efek biologis seperti aktivitas


antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas,
pengkhelat logam, peredam terbentuknya singlet oksigen serta pendonor elektron.
Vitamin E merupakan sebuah senyawa fenolik dan sebagaimana umumnya senyawa
fenolik dapat menangkap radikal bebas.

Jumlah konten fenolik ditentukan menggunakan Folin - Ciocalteu reagen . Hal


ini dibuat dengan mengencerkan dalam 10 kali lipat . Reaksi ini didasarkan pada
oksidasi colometric / reduksi . Sejumlah 2 g sampel diekstraksi dengan 50 mL dari 90
% ethanol dan 90 % metanol . Hal itu kemudian ditempatkan pada orbital shaker
selama 120 menit pada 50o C . Campuran kemudian disaring dengan Whatman No 1 .
Filter kertas dan filtrat digunakan untuk kuantifikasi dari total fenolat . 100 uL ekstrak
sampel dicampur dengan 0,75 ml Folin - Ciocalteu reagen dan campuran dibiarkan
untuk berdiri di 22 o C selama 5 menit . Kemudian , 0,75 mL natrium bikarbonat ( 60
g / L ) larutan ditambahkan ke dalam campuran. Setelah 90 menit di 22 o C , absorbansi
diukur pada 725 nm. Pengukuran dibandingkan dengan kurva standar asam galat
disiapkan ( GA ) solusi dan dinyatakan sebagai rata-rata ( ± SD ) mg asam galat ( GA )
setara per gram untuk penentuan sixplicate.

Hasil penelitian You, (2010) menyatakan bahwa kandungan senyawa fenol


dan aktivitas antioksidan 40 species tanaman obat di Cina dapat dipergunakan untuk
mencegah dan terapi penyakit cardiovasular dan cerebrovascular. Kandungan vitamin C
dan senyawa fenolik pada buah strawberi yang sudah mengalami pengolahan
(prosesing) mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini mengakibatkan

8
aktivitas antioksidan pada produk segar lebih tinggi dibandingkan dengan produk
olahan.
2.3.2 Polifenol
Polifenol adalah senyawa alami pada tumbuhan yang memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan. Di dalam tubuh, polifenol berperan sebagai antioksidan yang
mampu menurunkan risiko terkena berbagai penyakit. Berbagai penelitian menyatakan
bahwa polifenol bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel tubuh akibat radikal bebas
dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Partikel radikal bebas ini bisa terbentuk
secara alami akibat proses metabolisme.
Polifenol yang banyak ditemukan pada makanan dan minuman sehat atau
suplemen tertentu umumnya terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a) Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok pigmen yang ada pada tumbuhan. Sekitar 60 persen
polifenol termasuk ke dalam kelompok flavonoid. Beberapa contoh zat yang
termasuk dalam antioksidan flavonoid adalah flavon, isoflavon, antosiadin,
quersetin, kaempferol, catechin, dan antosianin. Flavonoid bisa ditemukan dalam
buah-buahan dan sayuran serta makanan tinggi antioksidan, seperti apel, jeruk,
anggur, mangga, srikaya, bawang, talas, sawi, bayam, daun katuk, serta teh hijau
dan coklat hitam.
b) Antosianin
Warna warni pada beragam jenis buah dan sayuran adalah berkat kandungan zat
antosianin. Tidak hanya memberi warna yang indah dipandang mata, zat ini juga
ternyata merupakan salah satu jenis polifenol yang baik bagi kesehatan.
c) Asam fenolik
Golongan asam fenolik di antaranya stilben dan lignan yang banyak ditemukan
pada buah-buahan, biji-bijian, dan gandum utuh. Asam fenolik juga terdapat pada
kopi dan teh.
d) Amida polifenol
Jenis polifenol ini dapat ditemukan pada capsaicin pada cabai dan avenanthramides
pada oat atau gandum. Polifenol juga banyak ditemukan pada tanaman herbal
seperti daun kelor, manjakani, dan buah pinang. Selain sebagai antioksidan, amida
polifenol juga memiliki efek untuk mengurangi peradangan.

9
Beberapa jenis polifenol lainnya adalah resveratrol yang terdapat pada
minuman anggur merah atau wine, ellagic acid pada buah berry, curcumin pada kunyit,
dan lignan yang terdapat biji rami, biji wijen, serta gandum utuh.
Beberapa senyawa dari polifenol mempunyai aktivitas antihipertensi.
Beberapa penelitian juga memperlihatkan bahwa flavonoid dan tanin yang umumnya
terdapat dalam buah-buahan, sayursayuran, serta minuman mampu menghambat
nicotinamida adenine dinucleotida phosphat (NADPH) oksidase melalui penghambatan
ACE, peningkatan eNOS-spesifik, dan juga mengubah ekspresi siklooksigenase-2
(COX-2).2-8 Flavonoid dan tanin menghambat aktivitas ACE, yang penting dalam
pengaturan tekanan darah arteri. Aktivitas senyawa fenol berasal dari jumlah gugus
hidroksil pada cincin benzena. Penelitian docking menunjukkan bahwa asam fenolat
dan flavonoid menghambat ACE melalui interaksi dengan ion zink dan interaksi ini
distabilkan oleh interaksi lain dengan asam amino pada sisi aktif.
pengolahan buah dan kacang-kacangan dapat menjadi sumber senyawa
fungsional, seperti pomace apel yang terbukti menjadi sumber polifenol yang baik,
terutama kulitnya. Delima adalah contoh buah yang sangat kaya akan antioksidan,
terutama polifenol, yang ada di bagian yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan.
Menurut literatur untuk setiap ton jus delima yang dihasilkan, sembilan ton produk
sampingan terbentuk, yang dapat digunakan sebagai sumber alami senyawa bioaktif.
Selama ini proses ekstraksi sebagian besar dilakukan pada skala laboratorium.
Scale-up tidak langsung karena sangat bergantung, misalnya, pada fenomena
transportasi yang kompleks. Namun, beberapa penulis telah melaporkan penerapannya
pada skala yang lebih tinggi mengoptimalkan ekstraksi polifenol dari selada pada skala
percontohan dengan ekstraksi gelombang mikro bebas pelarut. Menggunakan ekstraksi
pelarut untuk senyawa fenolik dari limbah buah delima, yang juga berhasil
diimplementasikan pada skala pilot plant. Selain itu peningkatan ekstraksi cairan
superkritis fenolik dan glukosinolat dari salad.
2.3.3 Flavonoid

Flavonoid merupakan Antioksidan, Alami dan Sintetik 8 salah satu dari


kelompok senyawa fenolik yang ditemukan dalam buah dan sayur. Beberapa tahun
belakangan ini, telah dibuktikan bahwa flavonoid memiliki potensi yang besar melawan
penyakit yang disebabkan oleh penangkap radikal. Senyawa flavonoida adalah suatu
kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini

10
merupakan zat merah, ungu dan biru dan kuning yang ditemukan dalam
tumbuhtumbuhan. Sebagian besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk
glikosida, dimana unit flavonoida terikat pada gula. Glikosida merupakan kombinasi
antara suatu gula atau suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida

Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon,


flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat
meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain. Peranan antioksidan
terhadap kesehatan Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker
kardiovaskuler, penyumbatan pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik,
aterosklerosis, stroke, dan tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun tubuh
dapat disebabkan oleh stress oksidatif. Stress oksidatif adalah keadaan tidak
seimbangnya jumlah oksidan dan prooksidan dalam tubuh.

Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau reactive oxygen species
(ROS) dapat menimbulkan kerusakan seluler dan genetika. Kekurangan zat gizi dan
adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan yang terpolusi akan
memperparah keadaan tersebut. Bila umumnya masyarakat Jepang atau beberapa
masyarakat Asia jarang mempunyai masalah dengan berbagai penyakit degeneratif, hal
ini disebabkan oleh menu sehat tradisionalnya yang kaya komponen antioksidan.
Komponen-komponen tersebut berperan penting dalam menghambat reaksi kimia
oksidasi, yang dapat merusak makromolekul dan dapat menimbulkan berbagai masalah
kesehatan.

Flavonoid merupakan salah satu golongan metabolit sekunder yang dihasilkan


oleh tanaman yang termasuk dalam kelompok besar polifenol. Senyawa ini terdapat
pada semua bagian tanaman termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar,
bunga, buah, dan biji. Flavonoid mempunyai kemampuan sebagai penangkap radikal
bebas dan menghambat oksidasi lipid (Banjarnahor & Artanti, 2014; Treml & Smejkal,
2016). Uji fitokimia terhadap ekstrak daun Alstonia scholaris mengandung alkaloid,
tanin, saponin, triterpenoids, dan flavonoid. Selain itu, pengujian aktivitas antioksidan
dengan ekstrak etanol Alstonia scholaris dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-
picrylhydrazyl), terbukti mempunyai aktivitas antioksidan secara in vitro.

11
Aktivitas antioksidan dari komponen fenol dan flavonoid dengan cara
mereduksi radikal bebas. tergantung pada jumlah gugus hidroksi pada struktur
molekulernya. Adanya keterkaitan antara struktur senyawa flavonoid dan fenol dengan
aktivitasnya sebagai antioksidan sebagai dasar dilakukannya penelitian ini. Penelitian
ini bertujuan mengetahui kontribusi linear kandungan total fenol, total flavonoid, dan
potensi aktivitas antioksidan kulit batang pulai.
2.3.4 Xanton
2.3.5 Antosionin

Antosianin merupakan glikosida antosianidin, yaitu merupakan garam


polihidroksiflavilium (2 – arilbenzopirilium). Sebagain besar antosianin alami adalah
glikosida (pada kedudukan 3- atau 3,5-) dari sejumlah terbatas antosianidin. Antosianin
adalah pigmen yang memberikan warna merah keunguan pada sayuran, buah-buahan
dan tanaman bunga yang merupakan senyawa flavonoid yang busa melindungi sel dari
sinar ultraviolet. Antosianin pada tanaman hadir bersamaan dengan pigmen alami
seperti flavonoid, karotenoid, anthaxanthin, dan betasianin.

Antosianin merupakan turunan garam flavilium atau benzilflavilium (3,5,7,4’


tetrahidroksiflavilium). Antosianin memiliki sifat mudah larut dalam air dan merupakan
suatu gugusan glikosida yang terbentuk dari gugus aglikon dan glikon. Apabila gugus
glikon dihilangkan melalui proses hidrolisis maka dihasilkan antosianidin. Gugus gula
yang umum berikatan dengan antosianidin misalnya glukosa, galaktosa, xilosa,
arabinosa dan rhamnosa. Antosianidin ini akan berwarna merah di lingkungan asam,
biru di lingkungan basa dan warna ungu di lingkungan netral terdapat delapan belas
jenis antosianidin, tetapi hanya enam yang memegang peranan penting dalam bahan
pangan yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin dan malvidin.
Antosianidin memiliki struktur kimia sebagai berikut :

12
Sianidin yang terdapat pada buah-buahan yang kaya antosianin juga berfungsi
sebagai antioksidan yang melindungi membrane sel lemak dari oksidasi. Antosianidin
merupakan inti aglikon antosianin yang menyebabkan terbentuknya warna pada
sayuran, buah-buahan yaitu warna merah, biru dan kuning.

Sifat dan warna antosianin di dalam jaringan tanaman dipengaruhi oleh


beberapa faktor seperti jumlah pigmen, letak dan jumlah gugus hidroksil dan metoksil
yang tersubsitusi dan berbagai macam pengaruh lingkungan. Antosianin memiliki
fungsi fisiologis yaitu sebagai antioksidan, perlindungan terhadap sel-sel hati.
Antosianin bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat berfungsi sebagai
antioksidan, antihipertensi, dan pencegah gangguan fungsi hati, jantung koroner,
kanker, dan penyakitpenyakit degeneratif, seperti arteosklerosis.

Antosianin juga mampu menghalangi laju perusakan sel radikal bebas akibat
nikotin, polusi udara, dan bahan kimia lainnya. Antosianin berperan dalam mencegah
terjadinya penuaan, kemerosotan daya ingat dan kepikunan, polyp, asam urat, penderita
sakit maag (asam lambung). Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan
menurunkan kadar gula darah (antihiperglisemik). Total kandungan antosianin
bervariasi pada setiap tanaman dan berkisar antara 20 mg/100 g sampai 600 mg/100g
berat basah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa antosianin yang ada pada
anggur merah dapat meningkatkan kandungan flavonoid dalam darah sehingga
meningkatkan kemampuannya untuk menangkap radikal bebas. Selain itu antosianin
juga mempunyai efek sebagai anti radang, antibakteri, dan untuk mencegah penyakit
diabetes mellitus.

Kandungan antosianin beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat dilihat


pada Tabel berikut :

13
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan antioksidan pada buah-
buahan dan sayuran yang berwarna ungu, diantaranya adalah tingkat kematangan buah,
berbagai proses pengolahan seperti pada proses pengalengan dan berbagai pengolahan.

2.3.6 lainnya
a) Isoflavon
Isoflavon merupakan salah satu golongan flavonoid yang dapat membantu
mengurangi resiko penyakit jantung koroner, prostat dan kanker. Isoflavon bersifat
sebagai fitoestrogen karena kemampuan isoflavon yang dapat berinteraksi dengan
reseptor estrogen pada sel. Isoflavon berpotensi sebagai pelindung dan pencegah
penyakitpenyakit kardiovaskular, kanker dan osteoporosis), sehingga isoflavon
dapat dimanfaatkan sebagai komponen pangan agar menjadi pangan fungsional.
Isoflavon umumnya terdapat pada kacang-kacangan dengan kandungan sekitar
0,25%. Pada kedelai, isoflavon terdapat dalam bentuk glikosida, yang terdiri dari
64% genistin, 23% daidzin, dan 13% glisitin, yang dominan pada kedelai
fermentasi adalah aglikon yang merupakan bentuk aktif dari glikosida dari
pelepasan glukosa dari glikosida.

14
Isolat kedelai mengandung isoflavon yang dapat menurunkan kolesterol LDL
dan menaikkan kolesterol HDL dibandingkan dengan pemberian kasein. Penurunan
kolesterol LDL dan meningkatnya kolesterol HDL kemungkinan juga dapat
disebabkan pengaruh senyawa antioksidan isoflavon, yang terdapat di dalam tempe
maupun kedelai. Kedelai mengandung isoflavon, yang merupakan salah satu
senyawa fitokimia Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar 2-4 mg/g kedelai.
Makanan olahan yang terbuat dari kedelai seperti tahu, susu kedelai, tepung
kedelai, dan kedelai utuh mengandung isoflavon sebanyak 130-380 mg/gram. Akan
tetapi, kecap dan minyak kedelai tidak mengandung isoflavon. Konsentrat kedelai
yang biasanya digunakan sebagai bahan tambahan pangan mengandung jumlah
isoflavon yang berbeda tergantung pada proses pengolahannya. Berikut ini kadar
isoflavon berbagai produk olahan pangan.
Kadar Isoflavon Total dalam Berbagai Produk Olahan Kedelai bsa dilihat pada
Tabel berikut :

Senyawa isoflavon tersebut pada umumnya berupa senyawa kompleks atau


konjugasi dengan senyawa ikatan glukosa. Selama proses pengolahan, senyawa
isoflavon dapat mengalami transformasi baik melalui proses fermentasi maupun
proses non-fermentasi , terutama melalui proses hidrolisa, sehingga dapat diperoleh
senyawa senyawa isoflavon bebas yang disebut aglikon. Genistein dan daidzein
merupakan bentuk isoflavon dalam kedelai dan bentuk glikosidanya adalah
genistin dan daidzein.
Bentuk glikosida dari isoflavon ini akan terlepas setelah proses hidrolisa oleh
enzim usus yaitu glukosidase yang kemudian dimetabolisme lebih lanjut menjadi
berbagai jenis metabolit spesifik. Kedelai mengandung dua jenis isoflavon

15
diantaranya adalah genistein dan daidzein, ditambah satu jenis isoflavon minor
adalah glisitein. Kandungan isoflavon pada produk-produk dari kedelai jumlahnya
bervariasi tergantung pada jenis, kondisi pertumbuhan, cara pengolahan dari
kedelai tersebut. Ketersediaan bioligis isoflavon sangat tinggi apabila isoflavon
dikonsumsi manusia sebagai makanan ataupun sebagai suplemen makanan. Akan
tetapi tidak semua produk dari kedelai mengandung genistein dan daidzein karena
kedua senyawa ini bisa hilang selama pengolahan.
b) Selenium
Selenium adalah mineral yang penting untuk sintesis protein dan aktivitas
enzim glutation peroksidase. Defisiensi Se pada manusia bisa menyebabkan
nekrosis hati dan penyakit degeneratif. Manusia yang kekurangan selenium akan
lebih berisiko menderita kanker dibandingkan mereka yang berkecukupan
selenium. Selenium merupakan mineral pada konsentrasi rendah dalam rantai
makanan yang penting untuk nutrisi manusia.
Berperan dalam nutrisi manusia yang disebabkan peran selenocyteine asam
amino sebagai komponen dari selenoprotein mamalia diantaranya adalah glutation
peroksidase. GSH-Px mengkatalisis reduksi hidrogen peroksida termasuk
peroksida lipid yang disentesis dalam sel. Glutation peroksidase adalah enzim
antioksidan yang mengandung selenium (Se) pada sisi aktifnya. Kerja enzim ini
mengubah molekul hidrogen peroksida (yang dihasilkan SOD dalam sitosol dan
mitokondria) dan berbagai hidroserta lipid peroksida menjadi air.
Selenium terdapat dalam bentuk organik yang merupakan bentuk nutrisi utama
bagi manusia dan hewan. Selenium penting untuk sintesis dan aktivitas glutathione
peroksidase yang mengkatalisa reduksi hidrogen peroksida dan hidroperoksida
organik. Aktivitas enzim ini tergantung pada adanya 4 atom selenium pada sisi
aktif enzim. Suplementasi selenium memiliki pengaruh positif terhadap sistem
kardiovaskular, sistem kekebalan tubuh dan pada kesehatan tubuh pada umumnya,
tidak semua memberikan peranan sebagai antioksidan.
Selenium dalam jumlah cukup diperlukan untuk meminimalkan resiko kanker
karena selenium dapat berfungsi untuk pencegahan terbentuknya radikal bebas.
Selenium juga berfungsi sebagai sistem imunitas (kekebalan) tubuh dan regulasi
kelenjer tiroid. Karena peranan dari selenium yang cukup besar, oleh karena itu
kebutuhan selenium harus dicukupi dalam asupan diet sehari-hari. Selenium
mempunyai berbagai peran, dantaranya adalah proteksi terhadap jaringan tubuh
16
dari dampak negatif stress oksidatif, pemeliharaan dan pertahanan tubuh terhadap
infeksi, serta modulasi perkembangan dan pertumbuhan tubuh.
Konsumsi serat pangan yang berlebihan (>35gr/hari) bias menghambat
penyerapan mineral didalam tubuh termasuk mineral selenium. Daya cerna dan
daya serap dari selenium dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pada sumber
bahan pangan, pola makan, dan kondisi kesehatan tubuh. Bahan pangan yang lebih
mudah dicerna dan diserap adalah bahan pangan yang bersumber dari bahan
pangan hewani dibandingkan dengan yang nabati.
Kecukupan Harian Mineral Selenium Pada Berbagai Kelompok Usia
(microgram/hari) bisa dilihat pada tabel berikut :

Tabel diatas Menyajikan kecukupan harian mineral selenium pada berbagai


kelompok usia. Angka kecukupan gizi dari selenium yang dianjurkan ini
merupakan angka kebutuhan gizi lebih besar dari kebutuhan tubuh yang
sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk antisipasi seandainya rendah nya daya
cerna dan daya serap terhadap selenium yang ada pada makanan.

17
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap atau menetralisir
radikal bebas sehingga mampu mencegah penyakit-penyakit degeneratif seperti
kardiovaskuler, karsinogenesis, dan penyakit lainnya. Senyawa antioksidan merupakan
substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah
kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak.
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan
asam-asam organik polifungsional. Senyawa antioksidan alami pada umumnya berupa
vitamin C, vitamin E, karotenoid, senyawa fenolik, dan polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kuomarin, tokoferol dan asam-asam organik
polifungsional.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika tulisan diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki tulisan tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Akhlaghi, M., Brian, B. 2009. Mechanisms of flavonoid protection against myocardial


ischemia–reperfusion injury. Journal of Molecular and Cellular Cardiology. 46 :
309–17.
Almey, A., Khan, A.J., Zahir S., Suleiman M., Aisyah Rahim K., 2010. Total phenolic
content and primary antioxidan activity of methanolic and ethanolic extract of
aromatic plants’ leaves. International Food Research Journal. 17 : 1077-88.
Augustyniak, A., et al. 2010. Natural and synthetic antioxidants: An updated overview. Free
Radical Research. Vol. 44(10): 1216–1262.
Ayeleso A., et al. 2016. Natural antioxidant vitamins: A review of their beneficial roles in
management of diabetes mellitus and its complications. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research. Vol. 15 (6): 1341-1348.
Chika, JM., et al. 2019. Antioxidants Properties of Natural and Synthetic Chemical
Compounds: Therapeutic Effects on Biological System. ACTA SCIENTIFIC
PHARMACEUTICAL SCIENCES. Vol.3(6): 28-42.
Dhianawati, D., Ruslin. 2015. Kandungan Total Polifenol dan Aktivitas Antioksidan dari
Ekstrak Metanol Akar Imperata cylindrica (L) Beauv. (Alang-alang). MKB. Vol.47.
No.1:60-64.
Hani, RC.,Milanda T. 2015. REVIEW: MANFAAT ANTIOKSIDAN PADA TANAMAN
BUAH DI INDONESIA. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Bandung. Vol.4.
No.1:184-190.
Jiang M.Z., Yan H., Wen Y., Li X.M. 2011. In vitro and in vivo studies of antioxidant
activities of flavonoids from Adiantum capillus-veneris L. African Journal of
Pharmacology Vol. 5(18). pp. 2079-85. China.
Morsy A.F.M.,Ibrahim H.S.and Shalaby,M.A. 2010. Protective Effect of Brocoli and Red
Cabbage Against Hepatocellular Carcinoma Induced by N-Nitrosodietthylamine in
Rats. Journal of American Science 6 (12) : 1136-44.
Podsedek, A. 2017. Review Natural antioxidants and antioxidant capacity of Brassica
vegetables: A revie. Elsevier. Institute of Technical Biochemistry, Faculty of
Biotechnology and Food Sciences, Technical University of Ło´dz´. Poland.
Sayuti, K.,Yenrina R. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Universitas Andalas.

19
Sofia C. Lourenço., Margarida Moldão-Martins.,Vítor D. Alves. 2019. Antioxidants of
Natural Plant Origins: From Sources to Food Industry Applications. Journal
molecules. 24. 4132.
Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta.
Zuraida, et al. 2017. FENOL, FLAVONOID, DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA
EKSTRAK KULIT BATANG PULAI (Alstonia scholaris R.Br) (Phenolics,
Flavonoids, and Antioxidant Activity of Alstonia scholaris R.Br Stem Bark Extract).
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol.35. No.3: 211-219.

20

Anda mungkin juga menyukai