Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

VERITAS ET SCIENTIA NOBIS LUMEN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV ANALIS KESEHATAN
Jl. Kol. H. Burlian Lrg. Suka Senang No. 204 KM 7 Palembang 30152
Telp. +62 711-412808 Fax. +62 711-415780 Email: fikes@ukmc.ac.id

MAKALAH ANALISA MINUMAN DAN MAKANAN


ANTI OKSIDANT

Disusun oleh:
Ni wayan Indah Cornelia (1734012)

Dosen Pembimbing :
Rosnita Sebayang.,SKM.,M.Kes

Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR

Pemeriksaan antioksidan merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui


aktivitas antioksidan dari beberapa bahan pangan sumber antioksidan. Selain itu, untuk
mengetahui metode yang digunakan dalam menganalisis aktivitas antioksidan suatu bahan
pangan. Antioksidan sintetik seperti BHA ( Butil Hidroksi Anisol), BHT (Butyl  Hidroksi
Toluen), PG (Propil Galat), dan TBHQ (Tert-Butil Hidrokuinon) sangat efektif dalam
menghambat terjadinya oksidasi pada minyak atau lemak. Hanya saja antioksidan sintetik
dapat menyebabkan gangguan pada organ hati dan mempengaruhi kerja enzim di dalam hati.
Adanya kekhawatiran terhadap efek samping penggunaan antioksidan sintetik menjadikan
antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih.

Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah analisa
makanan dengan judul “antioksidan”. penulis telah berusaha maksimal agar makalah ini
dapat memberikan informasi yang lengkap tentang. Namun penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna.

Saya berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan
perkembangan dunia kesehatan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau mencegah
proses oksidasi senyawa lain yang diakibatkan oleh adanya suatu radikal bebas.
Antioksidan dapat mencegah terjadinya kerusakan pada sel terutama pada bagian-bagian
sel seperti DNA, sel otak, jaringan kulit, dan sebagainya. Antioksidan dapat berupa enzim
yang terdapat dalam tubuh seperti superoksida dismutase, glutation peroksidase, dan
katalase. Selain itu, antioksidan dapat pula merupakan senyawa non-enzim. Antioksidan
ini didapat dari asupan makanan yaitu dari antioksidan alami yang terkandung dalam
makanan maupun antioksidan sintetik yang sengaja ditambahkan pada suatu makanan.
Antioksidan sintetik seperti BHA ( Butil Hidroksi Anisol), BHT (Butyl  Hidroksi
Toluen), PG (Propil Galat), dan TBHQ (Tert-Butil Hidrokuinon) sangat efektif dalam
menghambat terjadinya oksidasi pada minyak atau lemak. Hanya saja antioksidan sintetik
dapat menyebabkan gangguan pada organ hati dan mempengaruhi kerja enzim di dalam
hati. Adanya kekhawatiran terhadap efek samping penggunaan antioksidan sintetik
menjadikan antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih. Antioksidan alami adalah
antioksidan yang berasal dari hasil ekstraksi bahan alam pada tumbuhan. Antioksidan
alami tersebar di beberapa bagian 2 tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun,
buah, bunga, biji, dan serbuk sari. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah
senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam
sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organic polifungsional.
Tanin yang banyak terdapat pada teh dipercaya memiliki aktivitas antioksidan yang
tinggi. Teh mengandung zat antioksidan yang dikenal dengan sebutan polifenol, yang
berperan besar dalam pencegahan berbagai macam  penyakit. Polifenol mempunyai
kemampuan menetralisir radikal bebas. Sama halnya dengan pigmen-pigmen tumbuhan
lainnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas tanin yaitu suhu, pH, sinar,
dan oksigen. Untuk mengetahui kestabilan senyawa metabolit sekunder pada teh yang
bertindak sebagai antioksidan, perlu dilakukan pengujian mengenai aktivitas antioksidan
yang terdapat dalam teh tersebut sebelum dan setelah proses pengolahan dengan
menggunakan metode radikal DPPH.

1.2 Tujuan
Praktikum aktivitas antioksidan pada serum DPPH bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antioksidan dari beberapa bahan pangan sumber antioksidan. Selain itu, untuk
mengetahui metode yang digunakan dalam menganalisis aktivitas antioksidan suatu
bahan pangan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau
mencegah proses oksidasi senyawa lain yang diakibatkan oleh adanya suatu radikal
bebas. Antioksidan dapat mencegah terjadinya kerusakan pada sel terutama pada
bagian-bagian sel seperti DNA, sel otak, jaringan kulit, dan sebagainya. Antioksidan
dapat berupa enzim yang terdapat dalam tubuh seperti superoksida dismutase,
glutation peroksidase, dan katalase. Selain itu, antioksidan dapat pula merupakan
senyawa non-enzim.
Senyawa oksidasi adalah senyawa pemberi elektron ( electron donors ).
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif
oksidan dalam tubuh.
Antioksidan berdasarkan sumber perolehannya terdapat 2 macam, yaitu
antioksidan alami dan buatan. Antioksidan alami merupakan antioksidan hasil
ekstraksi bahan alami, sedangkan antioksidan buatan (sintetik) merupakan antioksidan
yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron ( elektron
donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat
menangkal atau meredam dampak negatif oksidan.
B. Penggunaan Antioksidan
Buettner dan Vertuani membagi antioksidan berdasarkan cara kerjanya yaitu
antioksidan primer dan sekunder. Antioksidan primer disebut juga antioksidan
pemecah rantai, antioksidan ini bekerja dengan memecah rantai reaksi sehingga
radikal bebas menjadi kurang reaktif. Antioksidan sekunder atau disebut juga
antioksidan preventif yang bekerja dengan menginaktifkan logam, scavenge singlet
oxygen dan menstabilkan ROS. Antioksidan juga dapat dibagi berdasarkan
kelarutannya menjadi antioksidan hidrofilik dan hidrofobik. Antioksidan hidrofilik
atau water soluble adalah antioksidan yang bereaksi dengan ROS pada sitoplasma sel
dan plasma darah, contohnya asam askorbat, glutation dan asam urat. Antioksidan
hidrofobik atau lipid soluble adalah antioksidan yang melindungi membran sel dari
lipid peroksidase, contohnya karoten, α-tokoferol dan ubiquinon. Pembagian yang
paling sering dipakai adalah antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. Antioksidan
enzimatik yang terdapat pada kulit yaitu superoksida dismutase (SOD), katalase dan
glutation peroksidase (GSH peroksidase). Sedangkan antioksidan non enzimatik
adalah vitamin C (asam askorbat), vitamin E (alfa tokoferol), vitamin A (retinoid) dan
ubiquinon.
1. Vitamin C (Asam Askorbat)
antioksidan vitamin memiliki beberapa peranan penting yaitu bekerja pada sintesis
kolagen dan memiliki efek fotoprotektif terhadap sinar UV. Sebagai antioksidan
vitamin C menetralisir ROS yaitu anion superoksida dan radikal hidroksil pada
kompartemen aquous pada kulit. Di samping itu vitamin C dapat mengaktifkan
antioksidan lain seperti vitamin E melalui pengaktifan kembali α-tokoferol dari
radikal tokoferol. Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E untuk
menstabilkan radikal perosil lemak. Darr dkk, menemukan pemakaian vitamin C
topikal yang dikombinasi dengan agen lain dapat meningkatkan efektifitasnya
sebagai fotoprotektif.9 Efek vitamin C pada sintesis kolagen adalah dengan
menghambat biosintesis elastin dan mengurangi akumulasi elastin. Vitamin C
mengurangi pembentukan pigmen pada kulit dengan menghambat tirosinase dan
meningkatkan fungsi barier epidermis dengan merangsang produksi sfingolipid.
Penggunaan vitamin C 1% topikal dapat meningkatkan sintesis kolagen dan
menurunkan ekspresi MMP. Lin YJ dkk, melaporkan bahwa pemakaian vitamin C
15% dan vitamin E 1% dapat berefek fotoprotektif dengan terlihatnya penurunan
eritema, sel sunburn, pembentukan dimer timin dan mengurangi apoptosis sel.
2. Vitamin E (α Tokoferol)
Vitamin E adalah antioksidan fase lipid utama tubuh. Vitamin E terdiri dari 8
bentuk molekuler, 4 tokoferol dan 4 tokotrienol. Molekul tokoferol ini terdiri dari
prenil hidrofobik dan kromonal polar. Kromonal terdiri atas isomer α, β, λ dan δ.
Vitamin E ini banyak terdapat dalam sayuran, minyak, kacang, jagung, kedele,
tepung gandum, margarin, dan daging Vitamin E dalam bentuk α tokoferol
merupakan bentuk paling aktif dan banyak digunakan. Vitamin E dalam bentuk
oral yang sering di konsumsi adalah D-α tokoferol, D- α tokoferol dan α tokoferil
suksinat sedangkan untuk topikal jenis yang digunakan adalah α tokoferil asetat
dan α tokoferil linoleat. Istilah tokoferol dan tokoferil hanya berbeda dari
absorbsinya di mana ester tokoferol lebih sedikit absorbsinya di kulit. Vitamin E
mempunyai fungsi utama mencegah peroksidase lipid. Tokoferol dan tokotrienol
akan menstabilkan ROS tersebut. Bila vitamin E teroksidasi maka akan
distabilkan kembali oleh asam askorbat. Tanaka, melaporkan ROS menyebabkan
perubahan biosintesis kolagen dan glikosaminoglikan (GAGs) dalam kultur
fibroblast kulit manusia. Perubahan ini dapat di cegah dengan pemberian vitamin
E. Vitamin E juga berfungsi menurunkan produksi prostaglandin E2 dan
meningkatkan produksi IL-2 sebagai anti infamasi dan aktivitas imunostimulator
yang berefek menstabilkan biosintesis kolagen.
3. Vitamin A (Retinoid)
Dua bentuk utama vitamin A yang digunakan adalah bentuk topikal retinoid dan
karotenoid. Karotenoid pada kulit scavenge singlet oksigen dan menetralkan lipid
peroksidase. Setelah radiasi UV, konsentrasi karotenoid, β-karoten dan lycopene
pada kulit manusia berkurang. Retinol dan sedian vitamin A lain seperti (tretinoin,
isotretinoin dan tazaroten) dikatakan memiliki efek antiaging. Mekanisme kerja
molekul ini adalah berikatan dengan reseptor nukler, reseptor asam retinoat, dan
retinoid X, yang akan menghambat ekspresi AP-1 dan MMP-1, sehingga
meningkatkan produksi kolagen.
4. Ubiquinon (Koenzim Q10)
Ubiquinon dapat ditemukan pada ikan dan kerang. Ubiquinon merupakan
antioksidan yang larut lemak. Ubiquinon ditemukan pada sel yang bertanggung
jawab terhadap transpor rantai elektron untuk menghasilkan energi. Sebagai
antioksidan ubiquinon akan menetralisir radikal askorbil yang dihasilkan vitamin
C. Hoppe dkk. melaporkan ubiquinon dapat menekan ekspresi kolagen pada
fibroblas.
5. Superoxide dismutase (SOD) dan atalase
Superoksida dismutase merupakan enzim yang mengandung logam. Pada manusia
terdapat dua bentuk enzim itu yaitu tembaga-zinc SOD yang terdapat pada
sitoplasma, dan mangan SOD pada membran mitokondria. Mekanisme kerja
utama SOD adalah mengkonversi anion superoksida menjadi hidrogen peroksida
yang tidak terlalu reaktif, kemudian bersama-sama dengan katalase akan
mendegradasi hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.
6. Flavanoid (Polifenol)
Flavanoid banyak dijumpai pada tumbuhan. Flavanoid merupakan obat tradisional
atau sering disebut herbal telah sering digunakan. Rusznyak dan Szent
menemukan pada tahun 1936 memiliki efek sebagai antioksidan, dan disebut
sebagai “vitamin P”. Beberapa literatur memasukkan flavanoid sebagai
antioksidan walaupun juga dijelaskan bahwa flavanoid ini tidak termasuk
antioksidan enzimatik maupun non enzimatik. Para peneliti memasukkan
flavanoid sebagai antioksidan karena dilihat dari struktur kimianya, flavanoid
dapat mentransfer elektron hidrogen. Akan tetapi radikal bebas yang sudah
terbukti dapat dinetralkan oleh flavanoid belum dapat dibuktikan. Beberapa
contoh flavanoid yang sering digunakan adalah ekstrak teh hijau, silimarin, kopi
arabika, ekstrak anggur dan pomegrana. Rusznyak dan Szent juga menemukan
bahwa flavanoid seperti silimarin dapat menghambat NF-κβ dan mencegah
inflamasi yang diinduksi UV.
C. Persyaratan Antioksidan
Antioksidan yang di izinkan penggunaannya antara lain yaiutu, antara lain
asam askorbat, asam eritrobat, askorbil palmitat, askorbil stearat, butil hidroksilanisol
(BHA), butil hidrokkinon tersier, butil hidroksitoluen, dilauril tiodipropionat, propil
gallat, timah (II) klorida, alpha tokoferol, tokoferol campuran pekat. Antioksidan yang
tergolong sintetis adalah butil hidroksilanisol
D. Sifat-Sifat Kimia
Sifat antioksidan yang diharapkan sebagai berikut :
1. Harus efektif pada konsentrasi yang rendah
2. Tidak beracun
3. Mudah dan aman dalam penanganannya
4. Tidak memberikan sifat yang tidak dikehendaki seperti bau, cita rasa, perubahan
warna dll.
E. Mekanisme Antioksidan
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di
hambat. Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan radikal
bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar
atau jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat
proses oksidasi.Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah
berlebih, sehingga apabila terbentuk banyak radikal maka tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen.
Antioksidan merupakan senyawa yang terdapat secara alami dalam bahan
pangan. Senyawa ini berfungsi untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan yang
disebabkan terjadinya reaksi oksidasi lemak atau minyak yang sehingga bahan pangan
yang berasa dan beraroma tengik.
Antioksidan merupakan agen yang dapat membatasi efek dari reaksi oksidasi
dalam tubuh. Secara langsung efek yang diberikan oleh antioksidan dalam tubuh,
yaitu dengan mereduksi radikal bebas dalam tubuh, dan secara tidak langsung, yaitu
dengan mencegah terjadinya pembentukan radikal. Antioksidan pertama kali
digunakan sebelum Perang Dunia II yang digunakan untuk pengawetan makanan.
Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kandungan lipid,
konsentrasi antioksidan, suhu, tekanan oksigen, dan komponen kimia dari makanan
secara umum seperti protein dan air. Proses penghambatan antioksidan berbeda-beda
tergantung dari struktur kimia dan variasi mekanisme. Dalam mekanisme ini yang
paling penting adalah reaksi dengan radikal bebas lipid, yang membentuk produk non-
aktif.
F. Efek Terhadap Kesehatan
Pada bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan berfungsi untuk mencegah
penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain.
Antioksidan juga mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal
bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Reaksi
oksidasi dengan radikal bebas sering terjadi pada molekul protein, asam nukleat, lipid
dan polisakarida.
Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, kanker,
aterosklerosis, osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya bisa diturunkan dengan
mengkosumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup. Konsumsi makanan yang
mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologi dan menghambat
timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Kecukupan antioksidan secara
optimal dibutuhkan oleh semua kelompok usia
1. Konsumsi Antioksidan Bisa Memperkuat Otot
Selain untuk mencegah kanker atau menjaga kesehatan kulit antioksidan yang
terdapat dalam vitamin C dan E juga dapat membantu menjaga kekuatan otot.
Sebuah penelitian pada orang dewasa membuktikan bahwa asupan vitamin C dan
E yang cukup dapat meningkatkan kekuatan otot. Asupan makanan yang tinggi
antioksidan mempunyai peranan penting dalam menjaga fungsi otot pada orang
dewasa.Resiko utama yang terjadi apabila kekuatan otot menurun adalah dapat
mengakibatkan cacat atau kerapuhan. Konsumsi vitamin C yang baik adalah
sebesar 144 miligram dan vitamin E sebesar 11 miligram per hari.
2. Antioksidan Untuk Menghambat Penuaan (Anti Aging)
Stress selain menyebabkan penuaan dini (aging) juga meningkatkan risiko
berbagai penyakit degeneratif yang mengancam seperti diabetes, jantung, stroke,
gagal ginjal dsb. Hal tersebut dipicu oleh pola makan yang salah, gaya hidup yang
salah, serta stres yang berkepanjangan baik akibat pekerjaan, rumah tangga,
maupun lingkungan sosial.
Struktur sel yang berubah turut mengubah fungsinya, yang akan mengarah
pada proses munculnya penyakit, hal tersebut dapat terjadi pada kulit maupun
organ yang lain. Dengan demikian pada individu yang hidup dengan stres tinggi,
pekerjaan yang melelahkan, bekerja di bawah paparan sinar matahari dan polusi
udara memerlukan antioksidan eksogen agar radikal bebas yang berlebihan dapat
diperangkap oleh antioksidan tersebut. Antioksidan tersebut diperoleh dari bahan
makanan yang mengandung vitamin C,E, dan betacaroten, serta senyawa
flavonoid.Antioksidan alami yang terdapat pada sayur dan buah segar yang
merupakan antioksidan terbaik, selain itu antioksidan dalam bentuk suplemen
dapat dikonsumsi setiap hari. Konsumsi vitamin A, C dan E sebagai antioksidan
dapat mencegah penuaan dini dan diberikan sesuai kebutuhan. Beberapa suplemen
seperti omega-3, alpha lipoic–acid, ubiquinon, arginin, Zinc, juga akan sangat
membantu proses peremajaan dan memperlambat proses penuaan.
3. Pencegahan Penyakit
a. Kanker hati oleh aflatoksin B1 (AFB1)
Aflatoksin B1 diproduksi oleh kapang Aspergillus flavus yang tumbuh
pada bahan pangan seperti jagung, kacang tanah dapat menyebabkan
terjadinya kanker hati. Fasilitas gudang tempat penyimpanan hasil
pertanian yang kurang memadai seperti yang terdapat didaerah yang panas
dan lembab seperti yang terdapat di negara-negara Asia dan Afrika, hal ini
mengakiatkan berkembangnya kapang tersebut yang pada akhirnya
meningkatnya resiko timbulnya penyakit kanker hati (hepatocelluler
carcinoma).
Klorofil merupakan salah satu antioksidan, yang dapat menetralkan
beberapa macam oksidan secara in vitro. Penelitian telah dilakukan
terhadap 180 orang laki-laki di Cina yang mempunyai resiko tinggi
mengidap penyakit kanker hati karena tingginya AFB1 dan tingginya
prevalensi penyakit infeksi kronis hepatitis B.
b. Anti Kanker dan Mengatasi Diabetes
Likopen merupakan salah satu antioksidan, karena kemampuan likopen
untuk melawan radikal bebas. Likopen mempunyai aktivitas antioksidan
dua kali lebih kuat dibandingkan dengan beta karoten. Likopen dapat
mencegah terjadinya oksidasi LDL (low density protein). Oleh karena itu
dengan mengonsumsi likopen dapat mencegah terjadinya penyumbatan
pembuluh darah sehingga mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke.
Manfaat likopen lainnya bagi kesehatan yaitu untuk mencegah
berbagai penyakit diantaranya adalah kanker prostat, kanker tulang dan
kanker rahim. Institut kanker nasional AS, melaporkan bahwa konsumsi
tiga buah tomat dalam seminggu dapat mencegah kanker prostat.
Penelitian lain yang dilakukan di Harvard University menunjukan laki-laki
yang mengonsumsi sepuluh tomat yang diolah dalam seminggu
mempunyai risiko terkena kanker prostat sebanyak 35% lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki yang mengkonsumsi tomat kurang dari satu
setengah kali dalam seminggu. Dengan mengkonsumsi tomat juga mampu
menurunkan serangan jantung, serta kanker payudara.
G. Analisis
Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan
adalah metode uji dengan menggunakan radikal bebas DPPH. DPPH merupakan
radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom
hidrogen, dapat berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu
dalam suatu ekstrak. Hal ini dikarenakan adanya elektron yang tidak berpasangan,
DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi
berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya menurun
secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil.
Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari
ungu menjadi kuning. Perubahan absorbansi akibat reaksi ini telah digunakan secara
luas untuk menguji kemampuan beberapa molekul sebagai penangkap radikal bebas.
Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk pengujian
aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman. Namun, pada metode ini
terdapat kelemahan, kelemahanmetode DPPH ini adalah hanya dapat memberikan
informasi mengenai aktivitas senyawa yang diuji dan hanya dapat mengukur senyawa
antiradikal yang terlarut dalam pelarut organik khususnya alkohol.
H. Spesifikasi
I. Pemeriksaan antioksidan
1. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan antioksidan adalah untuk mengetahui aktivitas
antioksidan dari beberapa bahan pangan sumber antioksidan.
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan antioksidan adalah DPPH
2. Prinsip kerja
Adanya atom hidrogen dari senyawa antioksidan yang berikatan dengan
elektron bebas pada senyawa radikal sehingga menyebabkan perubahan dari
radikal bebas (diphenylpicrylhydrazyl) menjadi senyawa non-radikal
(diphenylpicrylhydrazine)
3. Alat dan bahan
Alat yang digunakan untuk analisis aktivitas antioksidan metode DPPH adalah
tabung reaksi, rak tabung reaksi, spektrofotometer, kuvet, vortex, pipet mikro,
pipet Mohr, dan bulb. Sementara itu, bahan yang digunakan adalah teh celup,
DPPH, buffer asetat, air bebas ion, asam askorbat, dan metanol
4. Cara kerja
Analisis aktivitas antioksidan dalam bahan pangan dilakukan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan dalam menangkal radikal bebas. Berikut
langkah-langkah dalam menganalisis aktivitas antioksidan dalam sampel:
Standar dengan konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 750 serta sampel
yang akan digunakan, dipersiapkan terlebih dahulu

 Sebanyak 3,98 ml buffer asetat ditempatkan pada tabung reaksi

 Ditambahkan 1 ml DPPH dan 0,02 ml sampel atau standar

Campuran divorteks

Tabung reaksi ditempatkan di dalam rak tabung reaksi dan disimpan di dalam
ruang gelap selama 20 menit

Absorbansi sampel dan standar dibaca pada panjang gelombang 517 nm
Daftar Pustaka

Rosi, Andarina. 2017. Antioksidan Dalam Dermatologi. JKK, Volume 4, No 1.Januari 2017

Elfi, anis dkk. 2019. Pigmen Sebagai Zat Warna Dan Antioksidan Alami. Malang.UMM
Press

Hery, Winarsi. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta. Kanisius.

Sayuti Kesuma & Rina Yenrina.2015.Antioksidan alami dan sintetik.Padang.Press

Dhanny Devieka Rhama.2014.Aktivitas antioksidan Pada Serum Metode DPPH.Academia


Edu

Anda mungkin juga menyukai