Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TAKSONOMI HEWAN

Dosen Pengampu : Dita Kameswari, M.Pd.

Disusun oleh:

Alvianita Hartono Putri 202041500220

Azzahra Amatullah 202041500225

Christian Ragil Exspantio 202041500228

Miftatul Nur Khasanah 202041500224

Muhammad Reyza Prayoga 202041500227

Salsabila Achmad 202041500221

Silvi Valiani 202041500222

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang taksonomi
hewan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Di samping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan tugas ini berlangsung sehingga terealisasikan tugas ini.

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenal tentang taksonomi hewan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan yang membangun demi perbaikan
tugas yang telah kami buat di masa yang akan mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, 25 September 2021

Penulis

2
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3. Hipotesis................................................................................................................5
1.4. Tujuan Penilitian....................................................................................................6
1.5. Manfaat Penilitian..................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................7
2.1. Pengertian Taksonomi...........................................................................................7
2.2. Sistematik di Bidang Taksonomi...........................................................................7
2.3. Pengertian dan Tujuan Klasifikasi.........................................................................7
2.4. Takson dalam Klasifikasi Makhluk Hidup............................................................9
BAB III METODE PENGAMATAN......................................................................................10
3.1. Tempat Penelitian..................................................................................................10
3.2. Waktu Penelitian...................................................................................................10
3.3. Alat dan Bahan......................................................................................................10
3.4. Cara Kerja.............................................................................................................10
BAB IV HASIL PENILITIAN................................................................................................11
BAB V PENUTUP..................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

3
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Taksonomi adalah proses pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan)
tertentu (Ereshefsky, 2007). Menurut Nabila (2010), dalam jurnal Setyanto, et al
(2016), kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani, yaitu “tassien” yang berarti untuk
mengelompokan dan namos yang berarti aturan. Taksonomi merupakan cabang ilmu
biologi yang mempelajari penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Taksonomi
biologi mungkin tampak ilmu yang sederhana, namun perlu mempertimbangkan
kesamaan morfologi antar organisme yang memiliki struktur sama.
Taksonomi biologi berperan untuk memilah suatu spesies ke dalam suatu kelompok
tertentu pada tingkatan klasifikasi, dan menyediakan prinsip untuk mengklasifikasikan
taksa ke taksa yang lebih spesifik, (Ereshefsky, 2007). Pada awalnya ilmu taksonomi
memang menitikberatkan pada morfologi suatu makhluk hidup untuk mengidentifikasi
dan menempatkannya pada tingkatan atau taksa tertentu secara spesifik. Tetapi pada era
modern seperti saat ini para ahli taksonomi mulai menggunakan pendekatan secara
molekular, yaitu menggunakan sistem filogenik untuk melihat kekerabatan suatu
makhluk hidup tertentu dan pada akhirnya dipakai untuk menentukan tingkatan taksa
suatu makhluk hidup tertentu secara lebih spesifik. Kajian molekular sangat membantu
aspek-aspek yang dalam morfologi mengalami kesulitan. Terlebih lagi dengan morfologi
pun sudah sulit diamati karena luasnya karakter yang diuji. Pendekatan dengan
molekular menjadi hal yang sangat membantu untuk mengungkapkan banyak mekanisme
kehidupan dan menjadi kajian sangat penting untuk dipelajari oleh semua, mengingat
sejarah perkembangan biologi dimulai dari hal yang bersifat morfologis karena
perkembangan teknologi yang mendukung ilmu ini.
Hewan adalah bentuk kehidupan paling beragam di muka bumi. Sampai saat ini telah
diidentifikasi sebanyak dua juta spesies hewan dengan berbagai jenis tempat hidup, jenis
makanan, penutup tubuh, cara gerak, cara berkembang biak, juga cara bernafas. Tempat
hidup hewan beragam, mulai dari gurun, padang es, hingga di bawah lautan terdalam.
Banyak hewan yang merugikan, namun lebih banyak lagi hewan yang bermanfaat bagi
manusia. Hewan menyediakan kebutuhan protein bagi manusia.

4
Hewan pun sangat berperan sebagai salah satu komponen penting penyusun
ekosistem. Selain itu, masih banyak lagi manfaat yang bisa kita panen pada hewan.
Untuk itu mempelajari mereka sangatlah penting dalam pelestariannya maupun
pengolahan sumber dayanya. Dikarenakan banyaknya jenis dan bentuk hewan maka kita
memerlukan ilmu taksonomi. Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang
merupakan rentetan proses penemuan, deskripsi, klasifikasi, identifikasi, dan pemberian
nama terhadap suatu organisme. Selain itu, taksonomi merupakan sebagai bagian dari
mempelajari hubungan tiap organisme dalam tingkatan takson atau tingkatan hierarki dan
prinsip-prinsip yang ada di dalam proses klasifikasi yang lebih dikenal dengan
sistematik.
Adapun tujuan dari taksonomi, antara lain untuk mengetahui hubungan kekerabatan
antara makhluk hidup, mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri
yang dimiliki, memberikan kemudahan dalam memberikan nama makhluk hidup yang
belum diketahui namanya atau belum mempunyai nama, mendeskripsikan ciri-ciri suatu
jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup jenis lain, dan juga
untuk mengetahui perbedaan dengan makhluk hidup melalui ciri-ciri suatu jenis makhluk
hidup. Di dalam taksonomi terdapat tingkatan takson, yaitu tingkatan atau juga kelompok
makhluk hidup yang disusun dimulai pada tingkat tertinggi yaitu Kingdom (kerajaan),
Divisi atau Filum, Kelas, Ordo (bangsa), Famili, Genus, Spesies, dan Varietas. Pada
kingdom animalia dibagi menjadi dua jenis, yaitu vertebrata dan invertebrata.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Pengertian taksonomi?
1.2.2. Apa itu sistematik di bidang taksonomi?
1.2.3. Apa pengertian dan tujuan klasifikasi pengelompokkan persamaan ciri-cirinya?
1.2.4. Apa itu takson dalam klasifikasi makluk hidup ?

1.3. Hipotesis
Hipotesis terkait dengan rumusan masalah di atas adalah sistem pakar mampu
menghasilkan diagnosa yang presisi sesuai dengan diagnosa peneliti. Ruang lingkup
perancangan sistem yang akan diteliti meliputi hewan yang ditemui di Taman Mini
Indonesia Indah, yaitu beberapa hewan dari kelompok reptil, amfibi, aves, pisces, dan
insekta.

5
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Mengetahui pengertian dari taksonomi
1.4.2. Mengetahui makna sistematik dalam taksonomi
1.4.3. Mengetahui secara menyeluruh mengenai pengertian dan tujuan klasifikasi
pengelompokkan persamaan ciri-cirinya
1.4.4. Memahami takson dalam klasifikasi makhluk hidup

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
klasifikasi dan kelompokkan persamaan ciri ciri, terutama pada hewan reptil, aves,
amfibi, dan pisces.
1.5.2. Untuk memberi informasi adanya takso dalam klasifikasi makhluk hidup
1.5.3. Untuk memberikan informasi ciri ciri khusus makhluk hidup pada hewan
1.5.4. Untuk memberikan informasi deskripsi secara morfologi, anatomi, dan habitatnya

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Taksonomi


Taksonomi adalah proses pengelompokan suatu hal berdasarkan hirarki (tingkatan)
tertentu (Ereshefsky, 2007). Menurut Nabila (2010), dalam jurnal Setyanto, et al
(2016), kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani “tassien” yang berarti untuk
mengelompokan dan namos yang berarti aturan. Taksonomi merupakan cabang ilmu
biologi yang mempelajari penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Taksonomi
biologi mungkin tampak ilmu yang sederhana, namun perlu mempertimbangkan
kesamaan morfologi antar organisme yang memiliki struktur sama.

2.2. Sistematik di Bidang Taksonomi


Sistematik (systematics) merupakan kajian yang lebih luas dari taksonomi tradisional
dengan tambahan teori dan aspek praktis tentang evolusi, genetika dan spesiasi. Selain
itu, sistematik juga dapat digunakan untuk membantu mempelajari hubungan evolusioner
antar organisme. Dalam konteks ini lebih banyak dikenal dengan filogeni
(Phylogenetics). Selain itu, taksonomi juga dapat diartikan sebagai mengklasifikan suatu
organisme dalam tingkatan hierarki atau dalam tingkatan taksonomi (seperti kerajan
(kingdom), bangsa (ordo), suku (famili), marga (genus), dan jenis (spesies) berdasarkan
karakter-karakter yang sama. Dengan adanya perbedaan dan persamaan ini, maka kita
bisa mengelompokkan mahluk hidup.

2.3. Pengertian dan Tujuan Klasifikasi


Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara mengelompokkan makhluk hidup
berdasarkan kesamaan ciri yang dimiliki. Tujuan mengklasifikasikan makhluk hidup
adalah untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk
hidup. Tujuan khusus/lain klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut:
1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaaan dan perbedaan ciri-ciri
yang dimiliki.
2. Mendeskrpsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan
makhuk hidup dari jenis yang lain.
3. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup
4. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya.

7
Klasifikasi memungkinkan kita untuk lebih memahami kehidupan di dunia dengan
membantu kita untuk:
a) Mengidentifikasi makhluk hidup
b) Memahami sejarah makhluk hidup di dunia
c) Menunjukkan kemiripan dan perbedaan antara makhluk hidup,
d) Mengkomunikasikan secara tepat, akurat, dan lebih mudah.
Hewan dikelompokkan menjadi dua, yaitu hewan tidak bertulang belakang
(invertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

A. Hewan tidak bertulang belakang (invertebrata)


Hewan tidak bertulang belakang (invertebrata) dikelompokkan menjadi
delapan kelompok, yaitu hewan berpori (Porifera), hewan berongga (Coelenterata),
cacing pipih (Platyheminthes), cacing giling (Nemathelminthes), cacing berbuku-
buku (Annelida), hewan lunak (Mollusca), hewan berkulit duri (Echinodermata), dan
hewan dengan kaki beruas-ruas (Arthropoda).

https://materipelajaran.com/pengertian-hewan-
invertebrata/

8
B. Hewan bertulang belakang (vertebrata)
Hewan bertulang belakang (vertebrata) adalah subfilum dari Chordata,
mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang yang tersusun dari vertebra.
Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Dalam vertebrata dapat
dikelompokkan untuk seluruh jenis ikan, amfibi, reptil, aves, dan mammalia.

https://zuniyahya.com/hewan-vertebrata-dan-
invertebrata/

2.4. Takson dalam klasifikasi makhluk hidup


Tingkatan takson adalah tingkatan unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun
mulai dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah. Pada hewan urutannya sebagai
berikut
1) Kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia)
2) Phylum (filum)
3) Classis (kelas)
4) Ordo (bangsa)
5) Familia (famili/suku)
6) Genus (marga)
7) Species (spesies/jenis)
8) Varietas (ras).
Makin tinggi tingkatan takson maka akan semakin banyak anggota takson, namun
makin banyak pula perbedaan ciri antar anggota takson. Sebaliknya, makin rendah
tingkatan takson maka semakin sedikit anggota takson dan semakin banyak pula
persamaan ciri antar anggota takson.

9
BAB III
METODE PENGAMATAN

3.1. Tempat

Taman Mini Indonesia Indah yang terletak di Jakarta Timur.

3.2. Waktu

Dilaksanakan pada hari Rabu, 15 September 2021

Pukul 09.00 – 14.00 WIB

3.3. Alat dan bahan

o Kamera handphone
o Lembar pengamatan
o Alat tulis

3.4. Cara Kerja

1. Memilih dan menentukan hewan yang akan diamati pada setiap kelas (reptil, aves,
amfibi, dan pisces).
2. Mencatat nama spesies yang telah dipilih pada lembar pengamatan sesuai kelas yang
ditentukan (nama lokal dan nama ilmiah).
3. Mengamati ciri morfologi dan karakteristik yang dimiliki oleh setiap spesies.
4. Menulis hasil pengamatan pada lembar hasil pengamatan secara lengkap.
5. Mengambil gambar/foto pada setiap spesies yang diamati.

10
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada September 2021 oleh mahasiswa Universitas Indraprasta
PGRI dari kelas R3D dengan kelompok 2 yang berjumlah tujuh orang, penelitian ini kami
lakukan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Penelitian ini kami lakukan dengan
melakukan observasi secara langsung di tempat yang telah kami tentukan, berikut hasil dari
observasi yang telah kami laksanakan,

A. Kelompok Reptil
1. Ular Sanca Timor (Malayopython timorensis)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Malayopython
Spesies : Malayopython timoriensis
Ciri khusus
Habitat Ular Sanca Timor ini adalah hutan yang berada di dataran rendah
terbuka dan padang rumput. Di Flores, ular ini dapat ditemukan pada ketinggian
500m dibawah permukaan laut. Ular Sanca Timor berkembangbiak dengan cara
bertelur (ovipar), ular ini juga melakukan aktivitas pada siang hari dan malam hari di
pohon. Ular Sanca Timor mencapai panjang sampai 7 kaki atau 2,13 meter. Ular ini
cenderung bertubuh gemuk dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Memiliki organ
pendeteksi panas disela-sela bibirnya sehingga dapat mengetahui mangsanya di
malam hari. Untuk mempertahankan hidupnya, ular ini memakan mammalia kecil
dan burung, yang mana termasuk dalam kelompok karnivora (hewan pemakan
daging). Persebarannya terletak di Kepulauan Sunda kecil, Flores, Solor, Lomblen,
Pantar, Lombok, Sumbawa, dan Adonara.

11
2. Ular sanca batik (Malayophython reticulatus)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Malayopython
Spesies : Malayopython reticulatus
Ciri khusus
Habitat dari Ular Sanca Batik adalah hutan tropis yang banyak ditemukan
dekat sungai. Ular ini melakukan perkembangbiakan dengan cara bertelur (ovipar)
dan melakukan aktivitasnya pada siang hari dan malam hari. Karakteristik pada ular
ini, yaitu corak sisik yang merupakan perpaduan warna coklat, emas, hitam, dan
putih. Panjang tubuhnya mencapai 11 meter dan bobot 158kg, hewan ini
dikategorikan sebagai hewan yang berumur panjang. Ular Sanca Batik merupakan
pemakan daging (karnivora) dengan mammalia kecil dan unggas sebagai
mangsanya. Persebaran ular ini dapat ditemukan di hutan-hutan Asia Tenggara; dari
mulai Kepulauan Nikubar, Burma hingga ke Indocina; melewati Semenanjung
Malaya hingga ke Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi,
hingga ke selatan; Filipina.

3. Ular Sanca Hijau Pohon (Ahaetulla prasina)


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Colubridae
Genus : Ahaetulla
Spesies : Ahaetulla prasina

12
Ciri khusus:
Ular Sanca Hijau Pohon berhabitat di hutan hujan, semak belukar, dan
pepohonan. Sama dengan spesies ular lainnya, Ular Sanca Hijau Pohon juga
berkembangbiak dengan cara bertelur (ovipar). Ular ini beraktivitas pada siang hari
dan malam hari, Tubuhnya relatif langsing dan memiliki warna hijau cerah dan
memiliki pola warna ketika dewasa. Ekornya yan panjang terhitung 14% dari
panjang total tubuhnya. Kepalanya terlihat sedikit lebih besar dan bisa jelas
dibedakan lehernya, memiliki moncong dan agak melancip. Panjangnya bisa
mencapai 1,5 – 2 meter atau 4,9 – 6,6 kaki dan berat bisa mencapai 1,1 – 1,6 kg.
Hewan yang menjadi mangsanya, yakni kadal pohon, burung, dan hewan vertebrata
kecil arboreal, ular ini dikelompokkan sebagai karnivora (pemakan daging). Di
Indonesia, persebaran Ular Sanca Hijau Pohon ini dapat ditemukan di Kepulauan
Aru dan Irian Jaya.

https://id.quora.com/Apakah-ular-itu-badannya-leher-semua-atau-ekor-semua

4. Kura-Kura Kaki Gajah/Baning Coklat (Manouria emys)


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Testudinidae
Genus : Manouria
Spesies : Manouria emys

13
Ciri khusus
Habitat dari kura-kura ini adalah hutan gugur dan dataran tinggi, tempat-
tempat lembab, dan acap sungai dangkal. Karakteristik dari Kura-Kura Kaki Gajah,
yaitu mempunyai panjang cangkang dari 48 – 60 cm dengan berat dari 15 – 40 kg.
Perisai punggungnya (karapas) tinggi melengkung. Keping vertebralnya kurang
lebih sama lebar dengan keping kostal. Kakinya besar-besar menyerupai kaki gajah,
dengan jari-jari yang tidak tampak jelas. Kaki belakang berkuku lima dan kaki depan
berkuku empat, berbentuk meruncing; sisik-sisik di kaki menebal serupa kuku
serupa perisai. Kura-kura ini berkembang biak secara bertelur (ovipar) dan
melakukan aktivitasnya pada siang hari. Hewan ini termasuk kedalam omnivora
(pemakan segala) karena makanannya dapat berupa tumbuhan, siput, cacing, dan
hewan kecil lainnya. Persebarannya terletak dari Asia Selatan hingga Indonesia.

5. Kura-Kura Moncong Babi (Carretochelys insculpta)


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Testudines
Subordo : Cryptodira
Superfamili : Trionychoidea
Famili : Carettochelyidae
Subfamili : Carettochelyinae
Genus : Carettochelys
Spesies : Carettochelys insculpta
Ciri khusus
Kura-Kura Moncong Babi berhabitat di sungai, muara, laguna, danau, rawa,
kolam, perairan dengan dasar pasir dengan kedalaman rata-rata 6 kaki. Kura-kura ini
berkembang biak dengan cara bertelu (ovipar). Karakteristik yang dimiliki, yakni
memiliki kaki sebagai alat gerak. Pada kaki, terdapat labi -labi berfungsi sebagai
sirip, menyerupai penyu. Hidungnya terlihat seperti babi, memiliki lubang hidung di
ujung moncong yang berdaging, maka disebut Kura-Kura Hidung Babi (pig-nosed
turtle). Karapas biasanya berwarna abu-abu, dengan tekstur kasar, sedangkan
plastron berwarna krem. Jantan dapat dibedakan dari betina dengan ekornya yang
lebih panjang dan lebih sempit. Kura-Kura Hidung Babi bisa tumbuh hingga sekitar

14
70 cm (28 in) panjang karapas, dengan berat lebih dari 20 kg. Kura-kura ini
melakukan aktivitasnya di siang hari dan malam hari. Untuk kehidupannya, kura-
kura ini memakan buah, daun ara liar, ikan, udang, cacing, dan anak tikus sehingga
dikategorikan sebagai omnivora (pemakan segala). Persebaran kura-kura ini terletak
di wilayah Australia Utara, Irian Jaya Selatan, dan Papua Nugini Selatan.

https://www/mongabay.co.id/2015/06/13/apa-yang-ada-dibalik-
tempurung-kura-kura-ternyata-tak-seperti-yang-diduga/

6. Buaya Muara (Crocodylus porosus)


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus porosus
Ciri khusus
Buaya Muara mudah ditemukan di sungai-sungai dan dekat laut atau muara di
daerah tropis. Buaya Muara termasuk sebagai hewan karnivora dengan mangsanya,
yaitu ikan, amfibi, reptil, burung, mammalia, bahkan manusia. Buaya Muara
memiliki karakteristik, yaitu panjang tubuh buaya ini (termasuk ekor) biasanya
antara 4,5 – 5,5 meter, namun bisa mencapai lebih dari 6 meter. Bobotnya bisa
mencapai lebih dari 1000 kg. Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak punya sisik
lebar pada tengkuknya. Buaya muara dikenal sebagai buaya yang jauh lebih besar
dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator

15
mississipiensis). Buaya Muara beraktivitas di siang hari dan malam hari dan
berkembangbiak dengan cara bertelur (ovipar). Penyebaran buaya ini juga termasuk
yang terluas di dunia, yaitu Asia Selatan, Asia Tengga, dan Australia.

https://katasambutanterbaru.blogspot.com/2018/06/sistem-
pencernaan-buaya.html

7. Biawak buaya (Varanus salvadorii)


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Infraordo : Anguimorpha
Superfamili : Varanoidea
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus salvadorii

16
Ciri khusus
Biawak Buaya biasa hidup di rawa mangrove, hutan hujan, dan pantai. Biawak
ini memiliki karakteristik, yaitu merupakan jenis biawak yang lebih banyak
menghabiskan waktu dipohon, memiliki kemampuan bernafas yang berbeda dengan
biawak pada umumnya yaitu bernafas dan berjalan secara bersamaan. Ekornya lebih
panjang daripada badannya dan bisa mencapai panjang dari 45 – 150 cm. Fitur yang
paling khas dari biawak ini adalah moncong tumpul bulat, tubuhnya berwarna hijau
gelap dengan cincin bintik-bintik kuning. Biawak Buaya berkembang biak dengan
cara bertelur (ovipar) dan melakukan aktivitasnya di siang hari. Seperti jenis yang
lainnya, hewan ini dikategorikan sebagai karnivora karena jenis makanannya yang
berupa burung, mammalia kecil, serta bangkai. Persebaran terbesar Biawak Buaya
terletak di wilayah Papua Nugini.

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-reptil/

B. Kelompok Amfibi
1. Katak hijau (Rhacophorus borneensis)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Rhacophoridae
Genus : Rhacophorus
Spesies : Rhacophorus borneensis

17
Ciri khusus
Habitat dari Katak Hijau adalah cabang pohon dan kolam dangkal dengan
ketinggian 1,5 meter. Katak Hijau berkembangbiak dengan cara bertelur atau ovipar.
Karakteristiknya antara lain, katak-katak ini memiliki jari-jari kaki yang panjang
dengan selaput antar jari yang kuat, yang memungkinkan hewan-hewan ini
melayang ketika mengembangkan kaki dan jari-jarinya sesaat setelah melompat, dan
menahan kejatuhannya ke tanah. Kemampuan melayang semacam ini dikenal
sebagai “lompatan parasut”. Katak ini melakukan aktivitasnya di malam hari dengan
makanan berupa jangkrik, cacing, dan serangga kecil lainnya (karnivora). Persebaran
Katak Hijau berada di seluruh dunia, diantaranya Afrika, Madagaskar, dan Asia
Tenggara termasuk Indonesia hingga Jepang.

2. Katak Bibir Putih (Litoria infeafrenata)


Kerajaan : Hewan
Divisi : Chordata
Kelas : Amfibi
Ordo : Anura
Famili : Hylidae
Genus : Litoria
Spesies : Litoria infrafrenata
Ciri khusus
Katak Bibir Putih hidup di hutan hujan atau tempat lembab dekat dengan sumber
mata air. Karakteristik dari katak ini, yaitu dapat mencapai panjang lebih dari 13 cm
(5 inci). Betina lebih besar dari jantan, dan katak jantan biasanya hanya mencapai 10
cm (4 inci). Permukaan dorsal biasanya hijau terang, meskipun perubahan warna
tergantung pada suhu dan lingkungan, dan terkadang berwarna coklat. Permukaan
ventral berwarna putih. Bibir bawah memiliki garis putih yang berbeda, yang terus
terbentuk sampai bahu. Ada garis-garis putih pada tepi kaki bagian bawah, yang
dapat berubah merah muda pada jantan. Katak Bibir Putih memiliki bantalan kaki
yang besar. Jari-jari tungkai belakang benar-benar berselaput, dan tungkai belakang
berselaput sebagian. Katak ini memiliki suara yang sangat keras. Ketika musim
hujan tiba suara tersebut berfungsi untuk menarik betina. Berkembang biak secara
bertelur atau ovipar dan aktif pada malam hari, makanan dari katak ini berupa
Arthropoda dan serangga. Persebaran Katak Bibir Putih berada di wilayah Papua

18
Nugini, Queensland Utara (Australia), Kepulauan Bimarck, dan Kepulauan
Admiralty.

https://fredikurniawan.com/sistem-pencernaan-katak-amfibi-dan-fungsinya/

C. Kelompok Aves/ Unggas


1. Kuau kerdil (Polypectron sehaleurum)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Polyplectron
Spesies : Polyplectron sehaleurum
Ciri khusus
Habitat dari Kuau Kerdil adalah hutan hujan dataran rendah. Kuau ini
berkembangbiak dengan cara bertelur atau ovipar dengan karakteristik, yaitu ukuran
tubuhnya hanya dapat mencapai panjang 50 cm. Kuau Kerdil melakukan
aktivitasnya di siang hari. Makanannya berupa buah-buahan, biji-bijian, siput, dan
serangga sehingga dikategorikan sebagai omnivora. Persebaran Kuau Kerdil di
Indonesia terdapat di wilayah Sumatra dan Kalimantan.

19
2. Burung Hantu Putih (Tyto alba)
Kerajaan : Animalia
Filum: Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Strigiformes
Famili : Tytonidae
Genus : Tyto
Spesies : Tyto alba
Ciri khusus
Habitat Burung Hantu Putih sangat mudah ditemukan, yaitu di wilayah
berpohon. Burung hantu ini berkembangbiak secara ovipar (bertelur) dan
makanannya yang berupa serangga, katak, dan tikus sehingga dikategorikan sebagai
karnivora. Burung Hantu Putih melakukan kegiatannya di malam hari. Memiliki
karakteristik, antara lain panjang burung ini kisaran dari 32 – 40 cm dengan
rentangan sayap sampai 110 cm dan berat sampai 570 gr. Mampu menempati tempat
buatan manusia. Mata Tyto alba sangat peka sehingga dapat melihat pada kegelapan.
Tyto alba memiliki leher yang sangat fleksibel sehingga kepalanya dapat diputar
2700 dalam empat arah: ke arah kiri, kanan, atas, dan bawah. Mata Tyto alba
memiliki adaptasi yang baik untuk melihat pada intensitas cahaya yang sangat
rendah. Tyto alba memiliki susunan letak lubang telinga yang cukup unik, karena
tidak simetris dimana letak pada kepala antara satu dengan yang lainnya tidak sama
tinggi dan dengan sudut yang berbeda pula. Burung Hantu Putih tersebar di seluruh
dunia kecuali wilayah Antartika (Kosmopolitan).

https://www.oehoewerkgroep.nl/oehoe-anatomie/het-spijsverteringsstelsel/

20
D. Kelompok Pisces
1. Siluk/Arwarna Irian (Scleropages jardinii)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Osteoglossiformes
Famili : Osteoglossidae
Genus : Scleropages
Spesies : Scleropages jardinii
Ciri khusus
Tempat hidup dari Arwana Irian ini berada di tepian sungai yang ditumbuhi
pepohonan seperti pohon. Ikan ini berkembang biak secara ovipar atau bertelur dan
melakukan kegiatannya di siang hari dan malam hari. Karakteristik yang dimiliki,
yakni secara morfologis (ciri-ciri fisik), badan dan kepala Arwana Irian agak padat.
Tubuhnya pipih dan punggungnya datar, hampir lurus dari mulut hingga sirip
punggung. Garis lateral atau gurat sisi yang terletak di samping kiri dan kanan tubuh
Arwana Irian panjangnya antara 20 – 24 cm. Bentuk mulutnya mengarah ke atas dan
mempunyai sepasang sungut pada bibir bawah. Ukuran mulutnya lebar dan
rahangnya cukup kukuh. Giginya berjumlah 15 – 17 gigi. Bagian insangnya
dilengkapi dengan penutup insang. Letak sirip punggungnya berdekatan dengan
pangkal sirip ekor (caudal). Sirip anusnya lebih panjang daripada sirip punggung
(dorsal), hampir mencapai sirip perut (ventral). Panjang Arwana Irian dewasa sangat
variatif, antara 30–80 cm. Bentuk badannya gepeng dan bersisik besar meliuk-liuk
indah saat berenang di akuarium. Makanannya berupa mikrokrustasea, krustasea,
serangga, ikan kecil, dan sedikit material tumbuhan, dikategorikan sebagai
omnivora. Persebarannya di Indonesia terletak di wilayah Kalimantan dan Papua.

https://kkp.go.id/djprl/bpsplpadang/page/3020-deskripsi-dan-morfologi-arwana

21
2. Baung Marmer (Leiarius longibarbis)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Pimelodidae
Genus : Leiarius
Spesies : Leiarius longibarbis
Ciri khusus
Habitat dari Baung Marmer adalah air tawar, sungai dangkal. Baung Marmer
memiliki karakteristik, antara lain panjang bisa mencapai 100 cm dengan berat
maksimal 12 kg. Berwarna coklat dengan bintik-bintik coklat tua dan warna perut
lebih pucat. Dua garis pucat sejajar melengkung dari sirip punggung ke bawah tubuh
menuju sirip ekor. Baung Marmer berkembang biak dengan cara ovipar atau bertelur
dan makanannya yang berupa serangga kecil serta melakukan aktivitasnya di siang
hari dan malam hari. Persebaran Baung Marmer, yakni terletak di Lembah Sungai
Amazon, Essequibo, dan Orinoco.

E. Kelompok Insekta
1. Nimfa Kayu/Kupu-Kupu Kayu (Ideopsis gaura)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Nymphalidae
Genus : Ideopsis
Spesies : Ideopsis gaura
Ciri khusus
Habitat dari Nimfa Kayu adalah hutan sekunder, perkebunan, dan
permukiman. Nimfa Kayu berkembangbiak dengan cara bertelur atau ovipar dan
melakukan kegiatannya di siang hari. Makanannya berupa nektar, cairan buah-
buahan yang jatuh, daging bangkai, dan kotoran burung. Karakteristik yang
dimilikinya, antara lain memiliki sayap berukuran sekitar 70 mm. Warna sayap

22
memiliki warna dasar putih dengan pola corak bulat, pita, dan garis berwarna hitam.
Nimfa Kayu ini memiliki ukuran tubuh yang sedang dan berwarna putih pada bagian
thoraks bawah dan punggungnya berwarna putih. Kepala berwarna putih dan
memiliki warna mata hitam. Persebarannya terletak di Sumatra, Jawa, Kalimantan,
dan Malaysia.

2. Ideopsis Vitrea
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Nymphalidae
Genus : Ideopsis
Spesies : Ideopsis vitrea
Ciri khusus
Habitat dari Nimfa/Kupu-Kupu dari family Nymphalidae ini adalah hutan
sekunder, perkebunan, dan pemukiman. Berkembangbiak dengan cara ovipar atau
bertelur, hewan ini beraktivitas pada siang hari dan makanannya yang berupa nektar
dan sari buah. Karakteristiknya, yakni memiliki sayap berukuran sekitar 150 mm.
Dua warna sayap bagian atas memiliki warna dasar coklat muda dan dengan
pinggiran sayap corak coklat tua, sedangkan untuk 2 pasang sayap bawahnya
memiliki warna dasar kuning dengan corak pinggir warna kuning. Persebaran
Ideopsis vitrea ini terletak di wilayah Sulawesi.

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2012201655DSBab2001/body.html

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
taksonomi hewan sangat berguna dalam memperoleh informasi yang lebih dalam
mengenai hewan tersebut. Selain itu, taksonomi sangat bermanfaat terhadap
berkembangnya ilmu pengetahuan sehingga dapat dengan mudah melakukan
pengklasifikasian terhadap jenis hewan yang telah lama ada atau jenis hewan yang
kehidupannya baru diketahui. Hewan dibedakan menjadi dua, yakni hewan bertulang
belakang (vertebrata) dan hewan yang tidak bertulang belakang (invertebrata).
Pengelompokkan hewan terdiri dari lima, yaitu reptil (buaya, ular, kura-kura, biawak,
dan sebagainya), amfibi, aves (kelompok burung-burungan dan ayam), pisces (kelompok
ikan), dan insekta (kelompok kupu-kupu).

24
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 2010. Implementasi Hasil – Hasil Peneltian Bidang Biologi Dalam Pembelajaran.
Proseding Seminar Biologi. Vol : 1. No : 7.

Ambariyanto, Mumpuni, PS Harlow, Shine R. 1999. Reticulated pythons in Sumatra,


Harvesting and Sustainability. Biological Conservation.,

Bargeron, Michael. 1997. The Pig-nosed Turtle, Carettochelys Insculpta.

Down Memory Lane - Smaller Wood Nymph. 2019. Butterflies of Singapore.

Ereshefsky, M. 2007. Systemic and Taxonomy. University of Ucalgary.

Fredikson, G.M 2005. Predation on Sun Bears by Reticulated Python in East Kalimantan,
Indonesian Borneo.

Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura & Buaya Indonesia & Papua Nugini, dengan Catatan
Mengenai Jenis-Jenis di Asia Tenggara. Penerbit ITB dan IUCN. Hal. 139-141

McDiarmid RW, Campbell JA, Touré T. 1999. Snake Species of the World: A Taxonomic
and Geographic Reference. Vol. 1.

Obst, Fritz Jurgen (1998). Cogger, H.G.; Zweifel, R.G., eds. Encyclopedia of Reptiles and
Amphibians. San Diego: Academic Press.

Ron Kivit & Steven Wiseman (2005). The Green Tree Python and Emerald Tree Boa - Care,
Breeding and Natural History. Kirschner & Seufer Verlag.,

Umie Lestari. 2016. Pengembangan Buku Suplemen Pendekatan Molekular Taksonomi


Hewan Vertebrata. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Volume 1,
Nomor: 6 Bulan Juni 2016. EISSN : 2502-471X. Pendidikan Biologi Pascasarjana,
Universitas Negeri Malang. Hal : 1180 – 1184

25

Anda mungkin juga menyukai