Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
“Mekanisme Sistem Pencernaan Pada Ayam (Gallus domesticus) Terhadap
Pertambahan Bobot Dengan Pemberian Pakan Yang Berbeda”

Disusun sebagai tugas Matakuliah Fisiologi Hewan


Pada Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNMUH Jember

Oleh Kelompok 3
Nama Anggota :
Anita Dwi Riastuti NIM .1710211003
Safira Dwi Agustin NIM. 1710211004
Novie Nuraini NIM. 1710211016
Dyah Wahyu P. NIM. 1710211017

Dosen Pembina:
Novy Eurika, S.Si, M.Pd
Ari Indriana Hapsari, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
A. Judul Praktikum : Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertambahan
Bobot Ayam (Gallus domesticus)
B. Tujuan Praktikum :
1. Untuk mengetahui pengaruh pakan yang berbeda terhadap pertambahan bobot ayam
dan mengetahui kandungan gizi dari pakan ayam.
C. Dasar Teori
Semua zat yang berasal dari tumbuhan dan hewan terdiri dari komponen kompleks
yang tidak dapat digunakan secara langsung, maka diperlukan pemecahan agar menjadi
komponen yang lebih sederhana. Digesti merupakan proses penguraian bahan makanan
ke dalam zat-zat makanan yang terjadi dalam saluran pencernaan, yaitu agar dapat
diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu
seri proses mekanis dan khemis dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Fungsi utama
pencernaan adalah memecah molekul kompleks dan molekul besar dalam makanan
sehingga molekul itu dapat diserap dan digunakan tubuh. Penguraian komponen
kompleks menjadi komponen sederhana disebut hidrolisis (Tillman,. et al, 1984).
Menurut Suhanda (1984), fungsi sistem pencernaan antara lain: menerima makanan yang
dimakan. Makanan direduksi secara fisis, reduksi yang lebih lanjut berlangsung secara
kimia, menyerap hasil pencernaan, bahan buangan yang tidak dapat dicerna ditahan dan
dibuang keluar tubuh.
Proses pencernaan makanan sangat penting sebelum makanan diabsorbsi atau diserap
oleh dinding saluran pencernaan. Zat-zat makanan tidak dapat diserap dalam bentuk
alami dan tidak berguna sebagai zat nutrisi sebelum proses pencernaan awal. Zat
makanan akan dipersiapkan untuk diabsorbsi melalui proses-proses tertentu dengan
bantuan enzim-enzim tertentu dalam saluran pencernaan. Pola sistem pencernaan pada
hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus,
lambung, dan usus. Namun demikian struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam
berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan
tersebut serta jenis makanannya. Pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan
umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan
pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang
dilakukan secara ekstrasel. Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis
hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis
makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih
sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-
hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara
ekstrasel. Saluran pencernaan terbentang dari bibir sampai dengan anus. Bagian-bagian
utamanya terdiri dari mulut, hulu kerongkongan, kerongkongan, lambung, usus kecil dan
usus besar. Panjang dan rumitnya saluran tersebut sangat bervariasi diantara spesies.
Pada karnivora relatif pendek dan sederhana akan tetapi pada herbivora adalah lebih
panjang dan lebih rumit. Pada beberapa herbivora (kuda dan kelinci) lambungnya relatif
sederhana dan dapat disamakan dengan lambung karnivora sedangkan usus besarnya,
terutama sekum lebih luas dan rumit dari yang dipunyai karnivora. Sebaliknya pada
herbivora lain (sapi, kambing, domba), lambungnya (sistem berlambung majemuk)
adalah besar dan rumit, sedangkan usus besarnya panjang akan tetapi kurang berfungsi.
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia dalam hal
unggas tidak mempunyai gigi guna memecah makanan secara fisik. Lambung kelenjar
pada unggas disebut proventrikulus. Antara proventrikulus dan mulut terdapat suatu
pelebaran kerongkongan, disebut tembolok. Makanan disimpan untuk sementara waktu
dalam tembolok. Kemudian makanan tersebut dilunakkan sebelumnya menuju ke
proventrikulus. Makanan kemudian secara cepat melalui proventrikulus ke ventikulus
atau empedal. Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan menggiling
makanan kasar. Pekerjaan tersebut dibantu oleh grit yang ditimbun unggas semenjak
mulai menetas
D. Alat dan Bahan
Alat : Timbangan, wadah
Bahan : Bekatul, Beras, Nasi dan Ayam (Gallus domesticus)
E. Prosedur Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Menyiapkan 3 ekor ayam (Gallus domesticus) kemudian menimbang ayam dan
mencatat sebagai bobot awal ayam.
3) Menimbang masing-masing bahan yang digunakan (Bekatul, Beras, Nasi) sebagai
pakan ayam sebanyak 100 gram.
4) Memberi pakan ayam 2 kali pada pagi dan sore hari selama 7 hari
5) Ayam A diberi pakan bekatul, ayam B diberi pakan beras dan ayam C diberi pakan
nasi.
6) Setelah 7 hari menimbang ayam dan mencatat sebagai bobot akhir ayam.
F. Hasil Pengamatan

No. Hewan Berat awal Berat akhir

Ayam A dengan diberi pakan


1 4,4 ons 5,4 ons
Bekatul (dedek)

Ayam B dengan diberi pakan


2 4 ons 5,3 ons
beras

Ayam C dengan diberi pakan


3 3,2 ons 5 ons
nasi

G. Pembahasan
Hasil dan Pembahasan
Pada pengamatan ini terdapat beberapa langkah kerja yang harus dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, menyiapkan 3 ekor ayam, kemudian
menimbang ayam pada perlakuan pertama dan mencatat bobot awal ayam, berikutnya
menimbang pakan ayam sebanyak 150 gr, ayam diberi makan 2x dalam sehari, untuk
ayam A (coklat) diberi pakan bekatul, ayam B (hitam) diberi pakan beras dan ayam C
(putih) diberi pakan nasi, perlakuan dilakukan selama 6 hari, setelah 6 hari menimbang
ayam dan mencatat bobot akhir ayam.
Setelah melakukan langkah kerja tersebut, di dapatkan hasil percobaan pada bobot
ayam yang diberi perlakuan pakan yang berbeda-beda sebanyak 2 kali dalam sehari dan
di amati selama 6 hari. Pada ayam A (coklat) untuk berat awal sebelum diberi pakan
dengan bekatul yaitu 4,4 ons, sedangkan untuk berat akhir setelah diberi pakan dengan
bekatul yaitu 5 ons. Pada ayam B (hitam) untuk berat awal sebelum diberi pakan dengan
beras yaitu 4 ons, sedangkan untuk berat akhir setelah diberi pakan dengan beras yaitu
5,3 ons. Dan pada ayam C (putih) untuk berat awal sebelum diberi pakan dengan nasi
yaitu 3,2 ons, sedangkan untuk berat akhir setelah diberi pakan dengan nasi yaitu 5 ons

System Pencernaan Pada Ayam


Sistem pencernaan merupakan sistem yang terdiri dari saluran pencernaan dan
organ-organ pelengkap yang yang berperan dalam proses perombakan bahan makanan,
baik secara fisik maupun kimia menjadi zat-zat makanan yang siap diserap oleh dinding
saluran pencernaan. Saluran pencernaan dari semua hewan dapat dianggap sebagai
tabung yang dimulai dari mulut sampai anus yang fungsinya dalam saluran pencernaan
adalah mencernakan dan mengabsorpsi makanan dan mengeluarkan sisa makanan
sebagai tinja.
Ayam merupakan ternak non-ruminansia yang artinya ternak yang mempunyai
lambung sederhana atau monogastrik. Sistem pencernaan ayam adalah mulut, esofagus,
tembolok, proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar, cecum dan kloaka (Bell, 2002)

Proses pencernaan pada ayam dimulai dari makanan yang masuk melalui mulut
menggunakan paruh, dimana saliva yang terdapat pada mulut ayam mengandung enzim
amilase dan maltase. Kemudian dari mulut menuju ke esophagus, dimana esofagus dapat
menghantarkan makanan dari mulut menuju tembolok. Tembolok merupakan kantong
untuk menyimpan makanan dan air. Keadaan tembolok yang kosong akan mengirimkan
sinyal pada otak untuk mengambil makanan. Tembolok pada unggas mempuyai pH 4 – 5
(Sofjan, 2003). Kandungan Lactobacillus pada bagian tembolok sebesar 102–108 CFU
dan mengandung bakteri Coliform sebanyak 102–104. Selanjutnya, proventrikulus
merupakan penghubung antara tembolok dengan gizzard. Pada proventrikulus terjadi
proses pencernaan seperti pada perut manusia, dimana enzim yang berada pada bagian
ini adalah enzim trypsin, amilase dan lipase. Proventrikulus pada ayam memiliki pH
sebesar 2,0–3,0 (Manin, 2010 dan Ramli, 2008).
Saluran pencernaan selanjutnya adalah gizzard. Gizzard pada ayam mempunyai pH
2,81–3,0. Lactobacillus pada bagian gizzard sebesar 106–107 CFU. Selanjutnya yaitu usus
halus yang berfungsi untuk penyerapan nutrisi makanan. Terdapat berberapa enzim pada
usus halus yaitu peptidase, maltose, sukrose, dan laktose. Usus halus pada ayam terbagi
menjadi 3 yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Pada bagian duodenum memiliki pH
sebesar 6,22–6,29, pada jejenum memiliki pH sebesar 6,55–7,21 dan pada ileum
memiliki pH sebesar 6,27–7,05. Saluran pencernaan usus halus pada unggas
mengandung Lactobacillus sebesar 106–107. Untuk saluran pencernan selanjutnya adalah
colon atau usus besar yang berfungsi sebagai penyerapan kembali nutrisi yang belum
sepenuhnya terserap oleh usus halus. Pada usus besar ayam memiliki pH sebesar 7,52.
Saluran pencernaan setelah usus besar adalah cecum, dimana cecum akan terjadi proses
fermentasi serat kasar yang dilakukan oleh mikroflora yang ada pada cecum. Untuk pH
pada cecum yaitu sebesar 6,3–6,6. Dan saluran pencernaan yang terakhir adalah kloaka,
dimana pada vagina akan melipat saat bertelur agar dapat keluar bersamaan dengan feses
dan urin (Jacob dan Tony, 2013).

Perbedaan System Pencernaan Hewan Herbivore, Karnoivora, Dan Omnivore


Hewan herbivore Hanya memiliki gigi geraham saja sebagai alat mencerna makanan.
Dalam suatu ekosistem herbivora dikenal sebagai konsumen pertama, karena ia sebagai
pemakan produsen (tumbuhan hijau). Susunan gigi hewan herbivora biasanya terdiri atas
gigi seri untuk memotong makanan dan gigi geraham untuk mengunyah makanan.
Sekumpulan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang mencerna makanannya
dalam dua langkah, pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan
makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan
ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang
(poligastrik, harafiah: berperut banyak). Hewan yang memamah biak secara teknis dalam
ilmu peternakan serta zoologi dikenal sebagai ruminansia. Hewan-hewan ini mendapat
keuntungan karena pencernaannya menjadi sangat efisien dalam menyerap nutrisi yang
terkandung dalam makanan, dengan dibantu mikroorganisme di dalam perut-perut
pencernanya. Semua hewan yang termasuk subordo Ruminantia memamah biak,seperti
sapi, kerbau, kambing, domba, jerapah, bison, rusa, kancil,. Ruminansia yang bukan
tergolong subordo Ruminantia misalnya unta dan lama. Kuda, walaupun bukan
poligastrik, memiliki modifikasi pencernaan yang efisien pula.
Hewan tidak menggunakan semua zat-zat makanan tumbuh-tumbuhan bagi berbagai
proses tumbuh tepat seperti yang diperolehnya dari tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar
zat-zat makanan kompleks perlu dirombak (dicerna) menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana sebelum zat-zat makanan tersebut dapat diserap dan digunakan. Spesies
hewan yang berbeda-beda mempunyai saluran pencernaan yang disesuaikan terhadap
penggunaan jenis makanan paling efisien yang mereka makan. Jadi herbivora berbeda
dengan karnivora dan omnivora dalam anatomi dan fisiologi sistem pencernaan.
Perbedaan anatomis dan perbedaan kapasitas dalam sistem pencernaan di antara
spesies adalah lebih nyata secara fisis dari pada secara gizi karena makanan dalam saluran
pencernaan boleh dikatakan masih tetap diluar tubuh. Dalam proses pencernaan, zat-zat
makanan masuk tubuh dengan cara penyerapan melalui dinding saluran pencernaan.
Proses metabolik yang kemudian menggunakan zat-zat makanan yang diserap,
kenyataannya adalah sama bagi semua spesies.
Saluran pencernaan terbentang dari bibir sampai dengan anus. Bagian-bagian
utamanya terdiri dari mulut, oesophagus, gastrium (rumen, reticulum, omasum,
abomasums), small intestinum, large intestinum, rektum dan anus. Panjang dan rumitnya
saluran pencernaan tersebut sangat bervariasi diantara spesies. Pada herbivora adalah
lebih panjang dan lebih rumit. Pada beberapa herbivora (kuda dan kelinci) lambungnya
relatif sederhana dan dapat disamakan dengan lambung karnivora sedangkan usus
besarnya, terutama sekum lebih luas dan rumit dari yang dipunyai karnivora. Sebaliknya
pada herbivora lain (sapi, kambing, domba), lambungnya (sistem berlambung majemuk)
adalah besar dan rumit, sedangkan usus besarnya panjang akan tetapi kurang berfungsi.
Hewan Karnivora Memiliki gigi taring (canini) yang kuat untuk digunakan mengoyak
daging atau ikan, mencakup golongan anjing, kucing, dan harimau. Susunan gigi hewan
karnivora terdiri dari gigi taring panjang dan runcing yang berguna untuk memotong
makanannya.
Sistem Pencernaan Hewan karnivora memiliki tingkat keasaman lambung yang lebih
tinggi. Hal ini untuk memungkinkan pencernaan protein hewani lebih cepat. Dan,
keasaman yang tinggi membunuh bakteri penyebab penyakit yang banyak terdapat pada
daging bangkai yang membusuk. Hewan karnivora tidak membutuhkan enzim-enzim ini
karena mereka langsung menelan makanannya yang selanjutnya dicerna di lambung.
Hewan karnivora memiliki panjang usus kecil yang relatif pendek, rata-rata hanya tiga
sampai enam kali panjang tubuhnya. Hal ini mengakibatkan daging yang mereka makan
dapat segera dikeluarkan dari usus dalam waktu yang relatif cepat, sehingga daging tidak
sempat membusuk di dalam usus.
Hewan Omnivora susunan giginya memiliki tiga macam, yaitu; ada gigi geraham
untuk mengunyah makanan, gigi taring untuk mengoyak makanan, dan gigi seri untuk
memotong makanan, contoh omnivora misalnya; manusia. Jadi hewan omnivore memiliki
gigi yang lengkap dari hewan herbivore dan hewan karnivora.
Sistem Pencernaan, Anatomi pencernaan omnivora menunjukkan karakteristik
perbedaan yang signifikan baik dari herbivora dan karnivora. Mekanisme yang hadir
untuk mencerna baik tanaman dan hewan, terutama dengan enzim protease untuk
mencerna protein. Mereka telah mengembangkan dengan baik taring pada rongga mulut
mereka untuk merobek daging dalam makanan. Biasanya, usus herbivora lebih panjang
dari karnivora, tapi omnivora memiliki usus yang panjang dibanding kedua jenis pola
makan.

Kandungan Gizi Pakan Ayam


Terdapat tiga jenis pakan yang digunakan dalam praktikum system pencernaan pada
ayam yaitu beras, nasi dan dedak atau bekatul. Dedak padi adalah hasil samping pada
pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras Dedak padi digunakan sebagai
pakan ternak karena mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi, harganya relatif
murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia.
Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi dan
adanya senyawa asam fitat yang dapat mengikat mineral dan protein, sehingga sulit
dicerna oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya
dalam penyusunan ransum unggas. Kandungan protein dedak yang berkisar antara
minimal 8 -12 % dedak padi sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas.
Perlu diperhatikan juga masa penyimpanan dedak padi karena kandungan lemak yang
cukup tinggi di dalamnya bisa menyebabkan ketengikan (indikasi dedak mengalami
kerusakan). Dedak padi digunakan sebagai sumber energi dalam pakan unggas,
khususnya periode layer (produksi telur) dengan porsi 10-15% dalam formulasi pakan.
Penggunaan dedak padi dalam campuran konsentrat layer bisa mencapai 25-30%.
Nasi putih adalah sumber karbohidrat utama yang menjadi makanan pokok di banyak
negara, terutama Indonesia. Dalam satu porsi nasi putih seukuran mangkok (180 gram),
setidaknya terkandung 50 gram karbohidrat. Meski kadarnya tinggi, karbohidrat dalam
nasi putih lebih banyak terdiri dari gula dan pati, ketimbang serat. Hal ini tentu harus
menjadi perhatian bagi penderita diabetes dalam mengatur porsi nasi putih yang akan
dikonsumsi. Selain karbohidrat, nutirisi lain yang terkandung dalam nasi putih antara lain
vitamin B1, B2, B3, B6, protein, zat besi, fosfor, selenium, mangan, dan magnesium.
Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa
merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang
menutupi). Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati
(sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian
aleuron), mineral, dan air. Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat:
1. amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang
2. amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket
Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna
(transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir
sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera
memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-
pencar (tidak berlekatan) dan keras.

H. Kesimpulan dan saran


Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan pada ayam dengan pemberian pakan yang berbeda-
beda selama 7 hari didapatkan hasil yaitu pada ayam yang diberi pakan beras berat awal 4
ons setelah perlakuan 7 hari berat akhir 5,3 ons, berat ayam naik 1,3 ons, pada ayam yang
diberi pakan nasi berat awal 3,2 ons berat akhir 5 ons, berat ayam naik 1,8 ons, untuk
sampel terakhir yaitu ayam diberi pakan dedak berat awal 4,4 ons berat akhir 5 ons, berat
ayam naik 0,5 ons. Dapat dilihat bahwa ayam yang diberi pakan dedak pertambahan berat
badannya paling sedikit dikarenakan dedak mengandung sekitar 11-12% serat kasar yang
sedikit sulit untuk dicerna oleh ayam dari pada beras dan nasi. Adapun kandungan gizi
pada setiap pakan yaitu dedak padi mengandungan serat kasar yang cukup tinggi,
Kandungan protein dedak yang berkisar antara minimal 8 -12 %, dan juga lemak yang
cukup tinggi. Dalam satu porsi nasi putih seukuran mangkok (180 gram), setidaknya
terkandung 50 gram karbohidrat. Selain karbohidrat, nutirisi lain yang terkandung dalam
nasi putih antara lain vitamin B1, B2, B3, B6, protein, zat besi, fosfor, selenium, mangan,
dan magnesium. bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga
mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air.
Saran :
Berdasarkan praktikum system pencernaan pada ayam disarankan ayam yang digunakan
memiliki bobot dan umur yang sama sehingga memudahkan dalam menentukan bobot
awal. Apabila ayam yang digunakan memiliki bobot dan umur yang berbeda maka dapat
mempengaruhi hasil pengamatan. Kemudian saat memberikan pakan pada ayam pastikan
ayam mendapat pemberian pakan yang berbeda pada waktu yang sama dan ayam tidak
boleh memakan apapun selain pakan yang diberikan. Sehingga dengan mengikuti
prosedur secara runtut pengamatan mendapatkan hasil yang diinginkan.

I. Daftar Pustaka
Anonim.2014.Sistem Pencernaan Digestiva.diambil dari Interne Online :
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/06/SISTEM-PENCERNAAN-
HEWAN.pdf (diakses pada senin, 08 Juni 2020 pukul 20.30 WIB)
Sridianti.2020.Hewan herbivore, karnivora dan omnivore.Diambil dari internet online
https://www.sridianti.com/herbivora-omnivora-dan-karnivora.html (diakses pada
selasa, 09 June 2020 pukul 12.30 WIB)
Dinas peternakan. 2019. Control kualitas dedak sebagai bahan pakan unggas. Jawa
tengah. Diambil dari internet online
https://disnakkeswan.jatengprov.go.id/index.php/read/kontrol-kualitas-dedak-padi-
sebagai-bahan-pakan-unggas# (diakses pada selasa, 09 June 2020 pukul 13.00
WIB)
Anonim.2020.BAB II Tinjauan Pustaka.Diambil Internet Online :
http://eprints.undip.ac.id/57784/3/Bab_II.pdf (Diakses pada tanggal 09 Juni 2020
pukul 13.30 WIB)
Maradon, Gusma Gama., Rudy Sutrisna., Erwanto. 2015. Pengaruh Ransum Dengan
Kadar Serat Kasar Berbeda Terhadap Organ Dalam Ayam Jantan Tipe Medium
Umur 8 Minggu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3 No. 2 Hal. 6-11. (online)
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIPT/article/view/760. Diakses pada 31 Mei
2020 Pukul 13.10 WIB
Satimah, S., V.D. Yunianto., F.Wahyono. 2019. Bobot Relatif dan Panjang Usus Halus
Ayam Broiler yang Diberi Ransum Menggunakan Cangkang Telur Mikropartikel
dengan Suplementasi Probiotik Lactobacillus sp. Jurnal Sains Peternakan
Indonesia Vol. 14 No. 4 Hal. 396-403. (online)
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index. Diakses pada 13 Mei 2020 pukul
13.22 WIB.
Pertiwi, D.D. R.., R. Muwarni., T. Yudiarti. 2017. Bobot Relatif Saluran Pencernaan
Ayam Broiler yang Diberi Tambahan Air Rebusan Kunyit dalam Air Minum. Jurnal
Peternakan Indonesia Vol. 19 No. 2 Hal. 60-64. (online)
http://jpi.faterna.unand.ac.id/index.php/jpi/article/view/253. Diakses pada 31 Mei
2020 Pukul 14.22 WIB.

Anda mungkin juga menyukai