FISIOLOGI HEWAN
“Mekanisme Sistem Pencernaan Pada Ayam (Gallus domesticus) Terhadap
Pertambahan Bobot Dengan Pemberian Pakan Yang Berbeda”
Oleh Kelompok 3
Nama Anggota :
Anita Dwi Riastuti NIM .1710211003
Safira Dwi Agustin NIM. 1710211004
Novie Nuraini NIM. 1710211016
Dyah Wahyu P. NIM. 1710211017
Dosen Pembina:
Novy Eurika, S.Si, M.Pd
Ari Indriana Hapsari, M.Pd
G. Pembahasan
Hasil dan Pembahasan
Pada pengamatan ini terdapat beberapa langkah kerja yang harus dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, menyiapkan 3 ekor ayam, kemudian
menimbang ayam pada perlakuan pertama dan mencatat bobot awal ayam, berikutnya
menimbang pakan ayam sebanyak 150 gr, ayam diberi makan 2x dalam sehari, untuk
ayam A (coklat) diberi pakan bekatul, ayam B (hitam) diberi pakan beras dan ayam C
(putih) diberi pakan nasi, perlakuan dilakukan selama 6 hari, setelah 6 hari menimbang
ayam dan mencatat bobot akhir ayam.
Setelah melakukan langkah kerja tersebut, di dapatkan hasil percobaan pada bobot
ayam yang diberi perlakuan pakan yang berbeda-beda sebanyak 2 kali dalam sehari dan
di amati selama 6 hari. Pada ayam A (coklat) untuk berat awal sebelum diberi pakan
dengan bekatul yaitu 4,4 ons, sedangkan untuk berat akhir setelah diberi pakan dengan
bekatul yaitu 5 ons. Pada ayam B (hitam) untuk berat awal sebelum diberi pakan dengan
beras yaitu 4 ons, sedangkan untuk berat akhir setelah diberi pakan dengan beras yaitu
5,3 ons. Dan pada ayam C (putih) untuk berat awal sebelum diberi pakan dengan nasi
yaitu 3,2 ons, sedangkan untuk berat akhir setelah diberi pakan dengan nasi yaitu 5 ons
Proses pencernaan pada ayam dimulai dari makanan yang masuk melalui mulut
menggunakan paruh, dimana saliva yang terdapat pada mulut ayam mengandung enzim
amilase dan maltase. Kemudian dari mulut menuju ke esophagus, dimana esofagus dapat
menghantarkan makanan dari mulut menuju tembolok. Tembolok merupakan kantong
untuk menyimpan makanan dan air. Keadaan tembolok yang kosong akan mengirimkan
sinyal pada otak untuk mengambil makanan. Tembolok pada unggas mempuyai pH 4 – 5
(Sofjan, 2003). Kandungan Lactobacillus pada bagian tembolok sebesar 102–108 CFU
dan mengandung bakteri Coliform sebanyak 102–104. Selanjutnya, proventrikulus
merupakan penghubung antara tembolok dengan gizzard. Pada proventrikulus terjadi
proses pencernaan seperti pada perut manusia, dimana enzim yang berada pada bagian
ini adalah enzim trypsin, amilase dan lipase. Proventrikulus pada ayam memiliki pH
sebesar 2,0–3,0 (Manin, 2010 dan Ramli, 2008).
Saluran pencernaan selanjutnya adalah gizzard. Gizzard pada ayam mempunyai pH
2,81–3,0. Lactobacillus pada bagian gizzard sebesar 106–107 CFU. Selanjutnya yaitu usus
halus yang berfungsi untuk penyerapan nutrisi makanan. Terdapat berberapa enzim pada
usus halus yaitu peptidase, maltose, sukrose, dan laktose. Usus halus pada ayam terbagi
menjadi 3 yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Pada bagian duodenum memiliki pH
sebesar 6,22–6,29, pada jejenum memiliki pH sebesar 6,55–7,21 dan pada ileum
memiliki pH sebesar 6,27–7,05. Saluran pencernaan usus halus pada unggas
mengandung Lactobacillus sebesar 106–107. Untuk saluran pencernan selanjutnya adalah
colon atau usus besar yang berfungsi sebagai penyerapan kembali nutrisi yang belum
sepenuhnya terserap oleh usus halus. Pada usus besar ayam memiliki pH sebesar 7,52.
Saluran pencernaan setelah usus besar adalah cecum, dimana cecum akan terjadi proses
fermentasi serat kasar yang dilakukan oleh mikroflora yang ada pada cecum. Untuk pH
pada cecum yaitu sebesar 6,3–6,6. Dan saluran pencernaan yang terakhir adalah kloaka,
dimana pada vagina akan melipat saat bertelur agar dapat keluar bersamaan dengan feses
dan urin (Jacob dan Tony, 2013).
I. Daftar Pustaka
Anonim.2014.Sistem Pencernaan Digestiva.diambil dari Interne Online :
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/06/SISTEM-PENCERNAAN-
HEWAN.pdf (diakses pada senin, 08 Juni 2020 pukul 20.30 WIB)
Sridianti.2020.Hewan herbivore, karnivora dan omnivore.Diambil dari internet online
https://www.sridianti.com/herbivora-omnivora-dan-karnivora.html (diakses pada
selasa, 09 June 2020 pukul 12.30 WIB)
Dinas peternakan. 2019. Control kualitas dedak sebagai bahan pakan unggas. Jawa
tengah. Diambil dari internet online
https://disnakkeswan.jatengprov.go.id/index.php/read/kontrol-kualitas-dedak-padi-
sebagai-bahan-pakan-unggas# (diakses pada selasa, 09 June 2020 pukul 13.00
WIB)
Anonim.2020.BAB II Tinjauan Pustaka.Diambil Internet Online :
http://eprints.undip.ac.id/57784/3/Bab_II.pdf (Diakses pada tanggal 09 Juni 2020
pukul 13.30 WIB)
Maradon, Gusma Gama., Rudy Sutrisna., Erwanto. 2015. Pengaruh Ransum Dengan
Kadar Serat Kasar Berbeda Terhadap Organ Dalam Ayam Jantan Tipe Medium
Umur 8 Minggu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3 No. 2 Hal. 6-11. (online)
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIPT/article/view/760. Diakses pada 31 Mei
2020 Pukul 13.10 WIB
Satimah, S., V.D. Yunianto., F.Wahyono. 2019. Bobot Relatif dan Panjang Usus Halus
Ayam Broiler yang Diberi Ransum Menggunakan Cangkang Telur Mikropartikel
dengan Suplementasi Probiotik Lactobacillus sp. Jurnal Sains Peternakan
Indonesia Vol. 14 No. 4 Hal. 396-403. (online)
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index. Diakses pada 13 Mei 2020 pukul
13.22 WIB.
Pertiwi, D.D. R.., R. Muwarni., T. Yudiarti. 2017. Bobot Relatif Saluran Pencernaan
Ayam Broiler yang Diberi Tambahan Air Rebusan Kunyit dalam Air Minum. Jurnal
Peternakan Indonesia Vol. 19 No. 2 Hal. 60-64. (online)
http://jpi.faterna.unand.ac.id/index.php/jpi/article/view/253. Diakses pada 31 Mei
2020 Pukul 14.22 WIB.