Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam
bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air
prosesnya disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh
tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu
species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata,
kutikula dan lentisel (Siregar, 2003).
Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam
melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai stomata
paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu
meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur
turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel
mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun (Lakitan,1993).
Transpirasi yang terjadi dapat membantu penyerapan mineral dari tanah dan
pengangkutannya dalam tumbuhan. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi
terjadinya transpirasi, namun transpirasi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal (Feryanto, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Transpirasi?
2. Apa saja macam-macam transpirasi?
3. Bagaimana mekanisme transpirasi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian transpirasi.
2. Mengetahui macam-macam transpirasi.
3. Mengetahui mekanisme transpirasi.

BAB II
1
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transpirasi

Proses transpirasi pada tumbuhan merupakan proses hilangnya air dari tubuh
tumbuhan yang dapat berupa cairan dan uap atau gas. Transpirasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-
faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri misalnya jumlah daun pada
tumbuhan itu sendiri, kemudian besar-kecilnya daun, adanya lapisan lilin dan bulu pada
permukaan daun. Dengan demikian, lebar dan luas permukaan daun, berdampak juga
pada stomata dan kutikula. Terutama jumlah kutikula dan stomata. Seperti diketahui,
kedua bagian tersebut merupakan pintu keluar air. Penguapan terbesar utamanya ditemui
pada stomata ketimbang kutikula. Selain itu luas daun, dan jumlah stomata juga sebagai
faktor internal terjadinya transpirasi. Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi
proses transpirasi yaitu berasal dari luar tumbuhan, misalnya pengaruh suhu, cahaya,
kelembapan, dan ketersediaan air dalam tanah. Cahaya matahari juga menjadi faktor
eksternal yang mempengaruhi proses terjadinya transpirasi. Dimana, cahaya matahari
menjadi pemicu membuka dan menutupnya stomata. Saat terang, stoma membuka dan
ketika gelap stomata menutup. Cahaya menghasilkan panas yang berakibat pada
meningkatnya suhu. Kenaikan suhu pada tingkat tertentu akan menyebabkan stomata
melebar dan memperbesar proses transpirasi.

Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam
penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang
antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar
sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Apabila, stomata terbuka, lebih banyak
molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dengan jumlah
yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.
Pada waktu tumbuhan mengalami proses transpirasi yaitu air menguap dari permukaan
sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut uap
air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari dinding sel basah ini diisi air
dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari
gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari
sistem pembuluh yang meluas ke tempat persediaan air dalam tanah.

2
2.2 Macam-macam Transpirasi

Dikenal ada tiga jenis transpirasi, yaitu transpirasi stomata, transpirasi kutikula dan
lentikuler. Sebagian dari air terlepas melalui stomata, kehilangan air melalui kutikula
hanya mencapai 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang.
Berikut penjelasan dari 3 jenis transpirasi tumbuhan :
1) Transpirasi Kutikula.
Transpirasi kutikula merupakan proses evaporasi air yang tejadi secara
langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan
pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau
kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar
air yang hilang terjadi melaui stomata.

2) Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang
jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan
uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di
luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh
uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecualibila
atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.

3
3) Transpirasi Lentikuler
Melalui Lentisel yaitu suatu daerah pada kulit kayu atau kulit buah yang berisi
sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer. Melalui uap air
yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total transpirasi.

2.3 Mekanisme Transpirasi


Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses
kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting
adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.
Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam
daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk,
dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak
faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas
jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel
epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel
mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun.Dalam hal ini rongga antar sel jaringan

4
bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam
jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama
rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga
antar sel tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun.
Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang
selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar.
Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar
sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air
yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat
diabaikan.Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus
membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar
sel dengan atmosfer.
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup
saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk
fotosintesis pada siang hari.Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan
penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore.Stomata menutup lebih cepat jika
tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba (Salisbury dan Ross, 1995).Loveless
(1991) dalam literaturnya menyebutkan terbukanya stomata pada siang hari tidak
terhambat jika tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan
fotosintesis tidak dapat terlaksana. Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari
rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya
disebut transpirasi.
Walaupun transpirasi berperan penting dalam tubuh tumbuhan, kehilangan air yang
berlebihan dari tubuh akan mengganggu proses-proses fisiologi lainnya, khususnya
apabila ketersediaan air cukup terbatas. Apabila besarnya transpirasi melebihi kapasitas
penyerapan air oleh akar tumbuhan, maka tumbuhan akan mengalami defisit air atau
cekaman kekeringan (water stress). Hal itu mungkin terjadi pada tanah-tanah yang kering
akibat curah hujan yang rendah, atau tanah yang mengandung kadar garam tinggi (tanah
salin). Kadar garam yang tinggi (misalnya air laut) menyebabkan potensial air menjadi
sangat rendah sehingga air tidak dapat masuk (diserap) ke dalam tumbuhan.
Untuk menghadapi hal tersebut tumbuhan memiliki mekanisme untuk mengatur
keluarnya air (transpirasi) dengan menutup stomata sebagian. Seperti dalam percobaan
Bange, penutupan stomata dapat menurunkan laju transpirasi, khususnya pada keadaan
udara bergerak. Seperti kita ketahui di alam kondisi udara selalu bergerak. Ketika
5
tumbuhan layu, biasanya stomatanya akan menutup. Layu terjadi karena daun tumbuhan
kehilangan tekanan turgor akibat kehilangan banyak air. Kelayuan merupakan salah satu
bentuk strategi tumbuhan dalam mengurangi kehilangan air. Dalam keadaan air yang
kurang tumbuhan biasanya layu di siang (tengah) hari, kemudian segar kembali pada sore
dan pagi hari. Keadaan demikian disebut layu sementara. Namun, jika kekurangan air
terus berlanjut, daun tumbuhan mungkin layu hingga sore, bahkan tidak dapat kembali
lagi segar walaupun pagi hari. Keadaan ini disebut tumbuhan mengalami layu permanen.
Kadar air tanah yang menyebabkan tumbuhan mengalami layu permanen disebut titik
layu permanen. Sebaliknya tanah yang memiliki kandungan air terbesar yang dapat
disediakan untuk tumbuhan disebut air tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Kadar air
kapasitas lapang tercapai apabila tanah kita siram dengan air yang berlebih, kemudian air
yang tidak tertahan oleh tanah akibat gravitasi telah semuanya keluar. Hal ini bisa dibuat
dengan menyediakan tanah dalam pot, kemudian disiram air secara berlebih. Setelah
permukaan atas pot ditutup dengan plastik untuk menghindari evaporasi, selanjutnya pot
tersebut disimpan di tempat teduh selama 1 hingga 2 hari untuk meyakinkan bahwa air
gravitasi telah semua keluar. Kemudian jika kita ukur kadar air tanah tersebut maka itu
adalah kadar air tanah dalam keadaan kapasitas lapang.
Selain sebagai gerbang keluarnya air, stomata daun juga merupakan pintu pertukaran
gas, khususnya pintu masuknya gas CO2yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis
tumbuhan (Gambar 2.1). Sehingga apabila tumbuhan menutup stomatanya saat
kekeringan maka akan menghadapi konsekuensi menutup masuknya gas CO2 ke dalam
daun sehingga menurunkan laju fotosintesis. Itulah sebabnya mengapa kekurangan air
padatumbuhan berefek pada penurunan laju pertumbuhan. Selain karena air dibutuhkan
untuk perpanjangan (pembesaran) sel, penutupan stomata sendiri berakibat pada
penurunan laju fotosintesis. Sementara itu fotosintesis adalah proses yang menyediakan
bahan baku bagi pembentukan bahan-bahan sel dan jaringan.

6
Gambar 2.1
Skema penampang melintang daun dengan memperlihatkan stomata, transpirasi dan
pergerakan gas CO2 ke dalam daun serta hambatan dalam stomata dan hambatan
boundary layer akibat lapisan uap air yang meliputi permukaan daun.
(Sumber : Hamim)
Dengan demikian tumbuhan akan dihadapkan pada dilema antara tetap membuka
stomata untuk mempertahankan laju fotosintesis yang tinggi, atau menutup stomata
karena air tanah yang terbatas. Pengaturan membuka dan menutupnya stomata ini sangat
penting sehingga tumbuhan tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan menghindari
kekurangan air yang berlebihan, yaitu biasanya membuka stomatanya lebar-lebar pada
pagi dan sore hari, dan menutup stomatanya sebagian pada tengah hari yang panas.
1. Mekanisme Membuka dan Menutup Stomata
Stomata merupakan bagian penting dari daun, khususnya adalah sel epidermis daun.
Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daunberupa sepasang(dua buah) sel
penjagayang bisa menimbulkan celah (lubang) sehingga uap air dan gas dapat
dipertukarkan antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan luarnya. Sel penjaga
memiliki bentuk yang berbeda dari sel-sel epidermis lainnya, yaitu bentuknya lebih kecil
dan agak memanjang (Gambar 2.2). Umumnyasel penjaga memiliki bentuk seperti
halterdisertai dengan sepasang sel subsider (Gambar 2.3.a), bentuk sel penjaga seperti ini
terjadi pada rumput-rumputan. Bentuk lainnya adalah seperti sepasang ginjal (Gambar
2.3.b). Bentuk ini biasanya tidak disertai dengan sel subsider. Kedua jenis sel penjaga
tersebut biasanya memiliki penebalan dinding sel yang berbeda antara di bagian ujung
7
dan tengahnya karena adanya benang mikrofibril dari selulosa. Bentuk yang khusus inilah
yang mendukung fungsi dari stomatayang bisa membuka dan menutup.

Gambar 2.2
Beberapa jenis stomata (a) stomata pada Carex, (b) Stomata dari tanaman rumput dan (c)
stomata pada bawang bombay,
(Sumber : Hamim)

Gambar 2.3
Stomata meliputi sel penjaga (beserta sel subsider untuk stomata rumput-rumputan) dan
lubang atau celah stomata. Sel penjaga biasanya memilikidinding yang menebal karena
adanya benang mikorfibril dari selulosa.
(Sumber : Hamim)
Pembukaan dan penutupan stomata digerakkan oleh keluar-masuknya air
(redistribusi air) antara sel penjaga, sel subsider, dan sel-sel mesofil lainnya. Apabila air
masuk ke dalam sel penjaga maka sel penjaga akan membesar. Karena sel penjaga
memiliki dinding dengan penebalan yang berbeda maka pembesaran selpenjaga
menyebabkan terbentuknya celah (lubang) sehingga stomata membuka. Sebaliknya jika
air keluar dari sel penjaga menuju ke sel-sel epidermis yang ada di sekitarnya maka
stomata akan menutup.

8
Masuk dan keluarnya air dari dan ke sel penjaga biasanyadiakibatkan oleh adanya
distribusi ion K+keluar/masuk sel penjaga. Ion K+sangat berperan besar dalam proses
membuka dan menutupnya stomata karena dengan masuknya ion K+ke sel penjaga maka
sel penjaga mengalami penurunan potensial osmotik (s). Karena potensial osmotik (s)
sel penjaga lebih rendah dari potensial osmotik (s) sel-sel epidermis di sekelilingnya,
maka air akan masuk ke dalam sel penjaga. Sebaliknya jika ion K+dipompa keluar dari
sel penjaga maka s sel penjaga akan meningkat (lebih tinggi dari sel-sel epidermis)
sehingga air akan keluar dari sel penjaga menuju sel-sel epidermis yang ada di
sekelilingnya sehingga stomata menutup.
Apa yang mengatur keluar masuknya ion K+ke sel penjaga?
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata:
a. cahaya;
b. hormon asam absisik (ABA);
c. konsentrasi CO2;
d. stres (cekaman) lingkungan khususnya kekeringan;
e. suhu dan kelembaban (RH) udara.
Cahaya menyebabkan pembukaan stomata, sedangkan ketidakadaan cahaya (gelap)
akan menyebabkan penutupan stomata. Pengaruh positif dari cahaya terhadap pembukaan
stomata bisa disebabkan karena peningkatan fotosintesis pada sel penjaga, atau karena
adanya respons khusus dari sel penjaga terhadap cahaya biru. Terjadinya fotosintesis sel
penjaga yang disebabkan adanya cahaya menyebabkan terjadinya pemompaan aktif ion
K+dan asam malat ke dalam sel penjaga sehingga ssel penjaga menurun dan air masuk
ke dalam sel penjaga. Selain itu pemberian cahaya biru juga mengaktifkan pemompaan
ion K+ke dalam sel penjaga.
Hormon asam absisik(ABA) yang tinggi pada sel penjaga menyebabkan penutupan
stomata. Adanya ABA menyebabkan pengaktifan protein chanel dari ion Ca+sehingga
Ca+tinggi di dalam sel penjaga. Tingginya ion Ca+dapat menghambat masuknya ion
K+ke dalam sel penjaga. Selain itu, Ca+yang tinggi juga dapat meningkatkan pH sel
penjaga sehingga menyebabkan pemompaan keluar ion K+dari sel penjaga. Akibatnya air
keluar dari sel penjaga sehingga stomata menutup.
Konsentrasi CO2 yang tinggi, khususnya di dalam rongga stomata menyebabkan
stomata menutup. Belum diketahui secara jelas mekanisme apa yang mempengaruhi
penutupan stomata ketika konsentrasi CO2 tinggi. Dugaan sementara adalah karena ada
hubungannya dengan fotosintesis. Kadar CO2yang tinggi memacu reduksi CO2 dalam
fotosintesis menjadi tinggi sehingga penggunaan energi dari reaksi terang cukup besar.

9
Akibatnya terjadi kekurangan energi yang digunakan dalam pemompaan dan menjaga ion
K+di dalam sel penjaga.
Stomata juga menutup saat tumbuhan mengalami cekaman kekeringan. Hal ini
terkait dengan kemampuan adaptasi tumbuhan untuk mengurangi laju kehilangan air.
Penutupan stomata akibat cekaman kekeringan biasanya berhubungan dengan
peningkatan kadar ABA daun. Ketika tumbuhan mengalami kekeringan, akar tumbuhan
akan mengirim sinyal dengan memproduksi ABA dalam jumlah tinggi dan dikirim ke
daun melalui aliran transpirasi. Tingginya ABA daun, khususnya pada stomata akan
menyebabkan penutupan stomata, sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya.
Suhu udara yang tinggi menyebabkan stomata daun menutup. Hal ini berkaitan
dengan peningkatan laju evaporasi akibat suhu yang tinggi sehingga stomata menutup.
Sebaliknya RH yang rendah menyebabkan penutupan stomata karena RH yang rendah
menjadi penggerak transpirasi yang tinggi.

Gambar 2.3 Faktor-Faktor Membuka dan menutupnya stoma


(Sumber : Suyitno)

10
Gambar 2.4 Respins stomata terhadap kondisi lingkungan
(Sumber : Suyitno)
Arah pergerakan air ditentukan oleh perbedaan potensial air atau tekanan osmotik
antara sel penutup dengan sel-sel di sekitarnya. Bila tekanan osmotik sel penutup lebih
negatif (PO meningkat; cairan sel lebih pekat; potensial airnya lebih rendah) daripada
sekelilingnya, maka air dari sel-sel sekitarnya akan bergerak masuk menuju sel penutup.
Sebaliknya, jika PO sel penutup lebih rendah atau potensialairnya lebih tinggi, maka air
akan berosmosis dari sel penutup menuju sel tetangga. Persoalannya adalah bagaimana
mekanisme tumbuhan mengontrol PO yang dinamis sesuai fluktuasi perubahan
lingkungannya Beberapa teori berusaha menjelaskan mekanisme buka – tutupnya
stomata, di antaranya adalah teori “gerakan atau pompa ion K”. Masuknya ion K terjadi
secara difusi melalui pertukaranion dengan Cl- dan H+. Telah diketahui bahwa K+
terlibat dalam metabolisme karbohidrat, karena perananya mendukung aktivitas enzim
fosforilase. Enzim ini berperan dalam konversi amilum menjadi glukosa. Bila ion K
meningkat pada sel penutup, aktivitas pengubahan amilum menjadi glukosa juga
meningkat. Dengan bertambahnya konsentrasi glukosa sel penutup maka akan
meningkatkan potensial osmotik selnya. Dengan demikian akan menggerakkan air sel-sel
sekitarnya berosmosis menuju sel penutup. Akibatnya, tekanan turgor sel penutup
meningkat dan stoma membuka.

Gambar 2.5 Perubahan K= dan pH pada buka-tutup stoma


11
(Sumber : Suyitno)
Terbentuknya celah mulut karena ada dua faktor struktural sel penutup yang
mendukung.
a. kedua ujung daridua sel penutup saling menempel/ berdekatan satu sama lain,
sehingga pada saat turgor meningkat, sel penutupnya akan melengkung dan
membentuk celah yang dibatasi oleh kedua dinding sel penutup.
b. Adanya benang-benang mikrofibril selulosa yang terorientasi secara radial (miselasi
radial). Hal ini memungkinkan sel tumbuh memanjang dan bukan tumbuh membesar
ke arah samping. Dengan demikian bila turgor ke dua sel penutup memanjang,
sementara bagian ujung-ujungnya saling bertautan di tempatnya, maka akan tumbuh
melengkung dan membentuk celah mulut.
Selain stomata, alat bantu bernafas lain adalah akar nafas atau akar udara. Bagi
tumbuhan bakau (Mangrove) seperti Avicennia germinans, dan Rhizophora, akar nafas
(pneumatofor) mencuat ke atas hingga di atas permukaan air (geotropik negatif). Akar ini
digunakan untuk membantu memperoleh udara bagijaringan air yang hidup pada tanah
terendam air laut yang aerasinya buruk.

BAB III
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil makalah yang telah dijelaskan tentang “Transpirasi” yakni dapat
disimpulkan, bahwasanya proses transpirasi yang terjadi pada tumbuhan merupakan
proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan yang dapat berupa cairan dan uap atau gas.
Pada proses transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di
dalam daun ke udara kering di luar daun. Selain itu, proses transpirasi ini terjadi oleh
beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu berasal dari faktor internal dan eksternal.
Faktor transpirasi yang berasal dari internal atau dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri
yaitu jumlah daun pada tumbuhan, kemudian besar kecilnya daun, adanya lapisan lilin
dan bulu pada permukaan daun, dan lebar dan luas permukaan, serta jumlah stomata.
Sedangkan, faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan atau ekternal yaitu suhu,
cahaya, kelembapan, dan ketersediaan air dalam tanah. Proses transpirasi yang terjadi
pada tumbuhan juga banyak macam-macamnya, antara lain: transpirasi kutikula,
transpirasi stomata, dan transpirasi lentikuler.

DAFTAR PUSTAKA

Suyitno. Pertukaran Zat dan Proses Hilangnya Air. (Online).(


http://repository.ut.ac.id/4312/2/PEBI4313-M1.pdf, Diakses pada tanggal 10
Oktober 2019).
Hamim. Modul 1. (Online).( http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-
aloysius-drs-ms/pengayaan-materi-transpirasi-tumbuhan-bagi-siswa-sma-
8.pdf, Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019).
Hamim. Modul 1. Internet Online: http://repository.ut.ac.id/4312/2/PEBI4313-M1.pdf.
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019).
13
Anonim. 2016. Transpiration & Photosynthesis. http://fisiologi-pohon.com/jenis-jenis-
transpirasi/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019.

14

Anda mungkin juga menyukai