Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Morfologi dan anatomi ikan merupakan dua hal penting untuk dipelajari dalm
biologi. Kaitan morfologi mempunyai peran penting dalam sistematika untuk
dijadikan dasar dalam menyusun sistem klasifikasi. Sedangkan, pendekatan anatomi
dapat menunjukkan korelasi antara karakter anatomi dan karakter-karakter yang lain,
sehingga dapat digunakan sebagai penguat dalam takson serta biasanya dapat
dijadikan untuk membedakan jenis (Stone, 1976). Morfologi adalah ilmu yang
mempelajari bentuk dan susunan luar mahluk hidup, sedangkan anatomi sebaliknya
yaitu ilmu yang mempelajari struktur dalam suatu mahluk hidup. Secara morfologi,
kita dapat membedakan ikan dengan melihat bentuk luarnya, sedangkan secara
anatomi, kita dapat melihat perbedaan organ-organ dalam yang terdapat pada
masing-masing hewan. Kordi (2011) menambahkan bahwa Pengetahuan tentang
anatomi dalam hewan dapat membantu kita dalam mengetahui bagian-bagian apa
saja yang terdapat di dalam tubuh hewan seperti Organ pencernaan, sistem
pernafasan, sistem peredaran darah dan juga kita dapat mengetahui apa-apa saja
fungsi organ yang ada di dalam tubuh hewan.
Anatomi dan morfologi yang akan diamati pada praktikum kali ini yaitu
pisces. Pisces merupakan salah satu hewan vertebrata yang mudah ditemukan, karena
Indonesia terdiri dari negara yang memilik daerah perairan yang sangat luas.
Indonesia memiliki sumber perikana yang sangat banyak. Ikan merupakan Ikan
merupakan hewan yang jumlahnya termasuk banyak jika di bandingkan dengan
hewan-hewan yang lain. Bickley (2006), mengatakan bahwa Indonesia merupakan
negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan wilayah laut yang luas. Didalam
laut tersebut terdapat aneka ragam hayati yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai
sektor terutama menunjang perekonomian bangsa. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki keragaman spesies ikan yang tinggi. Genisa (2003)
menambahkan bahwa Sekitar 10% Ikan Indonesia hidup di perairan tawar dan payau
sedangkan 90% hidup di laut
Ikan merupakan organisme yang memiliki habitat air yang beragam. Ikan
termasuk hewan vertebrata berdarah dingin (poikiloterm), yang pergerakan dan
keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernapas dengan
insang serta hidup dalam air. Ikan memiliki anatomi dan kharakteristik yang berbeda
dengan hewan vertebrata kelas lainnya.Ikan memiliki bagian morfologi dan anatomi
yang khas layaknya hewan tingkat tinggi umumya. Secara mendasar sebenarnya ikan
memiliki pola dasar berupa kepala, badan dan ekor. Morfologi meliputi studi
mofometrik dan meristik dari ikan. Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan
ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku.
Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebgai ciri saat
mengidentifikasi ikan. Selain itu karakter morfologi dapat digunakan untuk
mengukur jarak dan hubungan dalam taksonomi. Morfologi ikan disesuaikan dengan
gerakan ikan maupun dengan tempat ikan hidup sebagai upaya penyesuaian diri
dengan lingkungan, terutama lingkungan fisik perairan. Bentuk luar ikan diantaranya
bentuk tubuh dan sirip, biasanya dapat menggambarkan habitat dan cara bergerak
ikan (Akbar 2008).
Pendekatan anatomi dapat menunjukkan hubungan antara karakter anatomi
dengan karakter-karekter yang lain. Karakter anatomi digunakan baik untuk
menentukan identifikasi maupun untuk menentukan hubungan filogenetik. Bagian
dalam tubuh ikan yang dapat ditemukan secara umum terdiri dari insang, jantung,
hati, lambung, usus, gonad, gelembung udara serta ginjal. Organ-organ ini memiliki
fungsi seperti untuk bernafas, mencerna makanan, eksresi, pergerakan dan
reproduksi. Organ- organ bekerja secara berintegasi satu sama lain membentuk
sistem yang saling berkaitan (Rahayu dan Handayani, 2008).
Ikan yang digunakan pada praktikum anatomi pisces kali ini adalah
Oreochromis niloticus. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang sangat mudah
dijumpai. Oreochromis niloticus banyak digunakan untuk dikonsumsi oleh manusia
sehingga ikan ini banyak dibudidayakan oleh manusia. Ikan nila dipilih menjadi
salah satu ikan budidaya karena ikan nila memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Oreochromis niloticus banyak digunakan untuk perikanan karena memiliki banyak
keunggulan diantaranya mudah berkembang biak, pertumbuhannya cepat, tahan
penyakit dan mudah beradaptasi.
Di air tawar potensi pembesaran ikan nila di kolam dan sawah sangat tepat
terutama di luar jawa di daerah pegunungan dimana sumber air yang masih
berlimpah dan berkompetensi peruntukan antar sektor dan subsektor belum terlalu
ketat, misalnya di Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Bengkulu,
Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan perkembangan di perairan umum
cocok dengan sistem budidaya keramba doling dan keramba biasa yaitu di provinsi-
provinsi di luar jawa yang banyak memiliki perairan umum(danau, rawa, sungai),
misalnya Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Bangka
Belitung dan Jambi (Dwisang, 2008).
Praktikum anatomi pisces dirasa sangat perlu dilakukan karena kurangnya
pengetahuan praktikan tentang mekanisme berbagai sistem dalam tubuh pisces.
Praktikan diharapkan bisa memahami dan mengerti mengenai morfologi dan anatomi
dari pisces setelah melakukan praktikum.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum anatomi pisces adalah praktikan mampu
memahami, menjelaskan tentang anatomi dan morfologi pisces.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan adalah vertebrata akuatis yang bernafas dengan insang. Pisces terdiri atas tiga
kelas yaitu Agnatha(ikan tanpa rahang), Chondrichtyes (ikan tulang rawan),
Osteicthyes(ikan bertulang keras). Kelas agnatha memiliki ciri-ciri yaitu: mulut tanpa
rahang, tubuh silindris, tubuh halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan dan
tidak punya sirip yang berpasangan. Kelas Osteicthyes memiliki ciri-ciri yaitu:
tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup
dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel. Kelas chondricthyes memiliki ciri-ciri
yaitu: rangkanya bertulang rawan, hidup diair-air payau dan tidak memiliki tulang
rusuk (Brotowidjoyo, 1990).
Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang
belakang, suhu tubuhnya berubah-ubah tergantung dengan suhu lingkungannya
(poikiloterm), bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan
memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangan. Bagian tubuh ikan
mulai dari anterior sampai posterior berturut-turut adalah kepala (caput) merupakan
bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai bagian belakang operculum, tubuh
(truncus) merupakan bagian tubuh mulai dari batas akhir operculum sampai anus,
ekor (cauda) merupakan bagian dari anus sampai bagian ujung sirip ekor (Yasin,
1984).
Berdasarkan habitat hidupnya, ikan dibedakan dua macam yaitu ikan air
tawar dan ikan air asin (laut). Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan
sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan
salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal lingkungan ini berbeda dengan
lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya.
Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan
menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies ikan
diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang menjadikan
habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali (Djuhanda, 1982).
Zander (2009) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum
Chordata, Subphylum Vertebtara, Class Osteichtyes, Subclass Achanthoptherigi,
Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea, Family Chiclidea, Genus Oreochromis, dan
Spesies Oreochromis niloticus.
Genus Oreochromis memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi
terhadap kualitas air pada kisaran yang lebar. Anggota-anggota genus ini dapat hidup
dalam kondisi lingkungan yang ekstrem sekalipun, karena sering ditemukan hidup
normal pada habitat-habitat di mana jenis ikan air tawar lainnya tak dapat
hidup(Amri, 2002).
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah
berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan
betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya
dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus
terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran
pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap,
dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan
yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Amri, 2002).
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapile-
rkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah
yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan oksigen berdifusi masuk dan
karbondioksida berdifusi keluar (Kimball,1992).
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup
insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula
kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-
paru (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat pernapasab, tetapi juga
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion
dan osmoregulator. Insang ikan terdiri atas bagian lengkung insang, rigi-rigi dan
lembar insang. Lengkung insang tersusun atas tulang rawan berwarna putih. Pada
lengkung insang ini tumbuh pasangan rigi-rigi yang berguna untuk menyaring air
pernafasan yang melalui insang (Kimball, 1992).
Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu Sisik
ganoid merupakan sisik besar dan kasar Sisik sikloid berbentuk bulat, jika diamati
akan tampak lingkaran yang berbeda-beda, pinggiran sisik halus dan rata stenoid
bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar Sisik placoid
merupakan sisik yang lembut Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus
menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut,
sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara
terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar.
(Jasin, 1989).
Ikan mempunyai sirip yang penting untuk pergerakannya dan sisik yang
berfungsi sebagai penutup tubuhnya Sirip adalah suatu perluasan integument
(pembungkus tubuh) yang tipis yang disokong oleh jari-jari sirip. Fungsi sirip adalah
untuk mempertahankan kesetimbangan dalam air dan untuk berenang. Sirip-sirip
pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung
(dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), dan sirip dubur (anal fin) disebut sirip tunggal
atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut (abdominal fin)
disebut sirip berpasangan (Jasin, 1989).
Bentuk-bentuk utama sirip ekor dari ikan adalah membulat, bersegi, sedikit
cekung atau berlekuk, bulat bulan sabit, bercegak, meruncing, loncet, bentuk
membulat: apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis lengkung dari bagian dorsal
hingga ventral . Bentuk bersegi atau tegak: apabila pinggiran sirip ekor membentuk
garis tegak dari bagian dorsal hingga ventral . Bentuk sedikit cekung atau berlekuk
tunggal: apabila terdapat lekukan dongkal antara lembar dorsal dengan lembar
ventral . Bentuk bulat sabit: apabila ujung dorsal dengan ujung ventral sirip ekor
melengkung keluar runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung . Bentuk
bercagak: apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lemnbar
ventraltuk meruncing: apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing).
Bentuk loncet: apabila pinggiran sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian
membentuk sudut di ujung. Beberapa ikan ada yang memiliki satu atau dua sirip
punggung pada ikan bersirip punggung tunggal umumnya jari-jari bagian depan tidak
bersekat dan mengeras sedangkan jari-jari di belakangnya lunak atau bersekat dan
umunya bercabang (Levi, 2005).
Linelateralis (LL) adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori, sehingga LL ini
terdapat baik pada ikan yang bersisik maupun ikan yang tidak bersisik. Pada ikan
yang tidak bersisik LL terbentuk oleh pori-pori yang terdapat pada kulitnya,
sedangkan pada ikan yang bersisik LL terbentuk oleh sisik yang berpori. Pada
umumnya ikan mempunyai satu buah garis LL, namun demikian adapula ikan yan
mempunyai beberapa buah LL. LL ini berfungsi LL untuk mendeteksi keadaan
linkungan, terutama kualitas air dan juga berperan dalam proses osmoregulasi
(Guinan, 2006).
Jantung ikan terdiri atas dua ruangan, yaitu sebuah serambi atau atrium dan
sebuah bilik atau ventrikel. Untuk menjaga agar aliran darah tetap searah, antara
serambi dan bilik terdapat katup jantung. Selain daripada 2 ruang jantung itu terdapat
pula yang namanya sinus venosus. Sinus venosus terletak diantara atrium dan
ventrikel. Tidak hanya sinus venosus tapi ada juga bagian dari jantung ikan yang
dikenal dengan conus arterious Dari insang darah mengalir melalui vena sambil
mengedarkan oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan selanjutnya menuju ke
atrium jantung, lalu mengalir ke bilik. Peredaran darah ikan hanya sekali melewati
jantung. Peredaran darah yang demikian disebut peredaran darah tunggal
(Brotowidjoyo, 1990).
Sistem digestorianya dibagi menjadi 2 yaitu tractus digestivus (saluran
pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar pencernaan). Tractus digestivus
melewati organ-organ berikut yaitu mulai dari mulut, pharing, ventriculus,
intestenum tenue, intestenum crassum, rectum dan anus. Kalau untuk glandula
digestoria yaitu berupa hepar dan vesica fellea (Djuhanda, 1982).
Sistem ekskresi adalah system pembuangan proses pembuangan metabolisme
tubuh berupa gas, cairan, dan padatan melalui kulit, ginjal dan melalui saluran
pencernaan. Tipe ginjal ikan yaitu pronefros, merupkan tipe ginjal paling sederhana
diaantara kelas vertebrata. Organ reproduksi ikan jantan yaitu testis yang akan
menghasilkan sperma sedangkan organ reproduksi betina yaitu ovari yang
menghasilkan ovum atau sel telur. (Standring, 2005).
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum Anatomi Pisces dilaksanakan pada hari selasa, 22 Maret 2017, Jam 08.00-
11.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Pisces ini antara lain tissu
gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, bak bedah, sabun cair,
buku gambar, dan alat-alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum
anatomi pisces ini adalah sepasang Oreochromis niloticus.

3.3 Cara Kerja


Pada Praktikum Anatomi pisces ini, adapun cara kerjanya adalah ikan yang akan
dibedah sebelumnya dimatikan dulu dengan dipukul bagian lateral line atau dibentur-
benturkan dengan benda tumpul. Selanjutnya ikan dibedah di bagian perut atau
dorsal dengan menggunakan pisau cutter, dilakukan dengan hati-hati agar bagian
dalam organ tidak rusak. Kemudian organ dikeluarkan dengan hati-hati
menggunakan pinset, dan organ-organ tersebut diletakkan di atas kertas,
direntangkan atau dipisahkan organ Oreochromis niloticus tersebut satu-persatu agar
mudah diamati. Kemudian dibandingkan perbedaan antara organ jantan dan organ
betinanya. Dan terakhir organ Oreochromis niloticus tersebut digambar dalam buku
gambar masing-masing.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil sebagai


berikut:

Anda mungkin juga menyukai