PROPOSAL
Disusun Oleh:
4520034002
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Kegunaan Hasil Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Bandeng
2.2 Morfologi Ikan Bandeng
2.3 Habitat dan persebaran ikan bandeng
2.4 Pakan dan kebiasan makan ikan bandeng
2.5 Manajemen pemberian pakan
2.6 Kualitas air
2.6.1 Suhu
2.6.2 pH
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
3.2 Perlakuan Dan Rancangan Percobaan
3.3 Variabel Pengamatan
3.3.1 Laju Pertumbuhan Harian
3.3.2 Bobot Mutlak
3.3.3 Panjang Mutlak
3.3.4 Rasio Konversi Pakan/ (Feed Convertion Ratio, FCR)
3.3.5 Parameter Kualitas Air
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
4.2 Jadwal Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini
didukung oleh rasa daging yang enak dan nilai gizi yang tinggi sehingga memiliki tingkat
konsumsi yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Tambak air payau di Desa Pasimarennu
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh frekuensi pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan bandeng.
Untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian pakan yang berbeda terhadap
kelangsunggan hidup ikan bandeng. Metode penelitian yang digunakan rancangan percobaan
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
taraf perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan Perlakuan A: Frekuensi pemberian pakan
satu kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WITA.Perlakuan B: Frekuensi pemberian pakan
dua kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WITA dan 20.00 WITA.Perlakuan C: Frekuensi
pemberian pakan tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WITA, 12.00 WITA, 20.00
WITA.Perlakuan D: Frekuensi pemberian pakan empat kali sehari yaitu pada pukul 08.00
WIB, 12.00 WIB, 16.00 WITA dan 20.00 WITA. Dengan analisis statistic dengan
menggunakan EXEL jika berpengaruh dilakukan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelangsungan hidup ikan bandeng 100%, Rasio Konversi Pakan Ikan Bandeng yang
bagus yaitu pada perlakuan A dengan pemberian 1 kali.
Selain sebagai ikan konsumsi ikan bandeng juga dipakai sebagai ikan umpan hidup pada
usaha penangkapan ikan tuna (Syamsuddin, 2010). Pada tahun 2013, Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan mentargetkan peningkatan produksi ikan bandeng
sekitar 71.147 ton dari produksi saat ini rata-rata 55.000 ton per tahun (Anonim, 2010).
Setiap tahun permintaan ikan bandeng selalu mengalami peningkatan, baik untuk konsumsi
lokal, ikan umpan bagi industri perikanan tuna, maupun untuk pasar ekspor. Kebutuhan
bandeng untuk ekspor yang cenderung meningkat merupakan peluang usaha yang positif.
Namun, peluang tersebut belum dapat terpenuhi karena terbatasnya produksi dan diikuti
tingginya konsumsi lokal. Ikan bandeng sebagai komoditas ekspor harus mempunyai standar
tertentu, yaitu ukuran sekitar 400 g/ekor, sisik bersih dan mengkilat (penampilan fisik), tidak
berbau lumpur (rasa), dan dengan kandungan asam lemak omega-3 relatif tinggi. Kriteria-
kriteria yang dipersyaratkan tersebut terutama penampilan fisik, tidak berbau lumpur, dan
1
kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi dapat dipenuhi dari hasil budidaya bandeng
secara semi intensif dalam tambak (Anonim, 2010).
2
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalahnya adapun tujuan penelitian
1. Ingin mengetahui seberapa berpengaruh frekuensi pemberian pakan yang
berbeda terhadap pertumbuhan ikan bandeng
2. Ingin mengetahui pengaruh frekuensi pemberian pakan yang berbeda terhadap
kelangsungan hidup ikan bandeng
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi standar komuditas ekspor
3
BAB II
Tinjauan Pustaka
4
dan simetris. Ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina, bandeng
jantan dapat diiketahui dari lubang anusnya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak
kecil sedangkan bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar
dari ikan bandeng
2.6.2 pH
Berpendapat Cholik F, Artati, dan Arifudin (1986) secara alami konsentrasi CO2 dan
senyawa bersifat asam dapat mempengaruhi pH di perairan. Phytoplankton dan tanaman air
lainnya akan mengambil CO2 selama proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan pH air
meningkat pada saat siang hari dan pH air menurun pada saat malam hari. Ikan akan hilang
nafsu makan apabila pH air lebih tinggi dari 9,0 dan ikan akan mati lemas disebabkan
penggumpalan lendir yang terjadi karena pH air yang lebih rendah dari 5,0 (Sumardi, 1980).
Sedangkan Asmawi (1983), menyatakan ikan bandeng dapat bertahan hidup pada pH berkisar
antara 4,5 – 6,0 termasuk ikan bandeng dialam dan di perairan air payau.
7
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng umur 30 hari sebanyak 1000
ekor, yang sudah glondongan yang di peroleh dari petani glondongan bandeng di Kabupaten
Sinjai. Adapun peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: pH paper untuk
mengukur pH air, Termometer untuk mengukur suhu air, Timbangan digital untuk
menimbang bobot ikan, Ember plastik untuk tempat sampel ikan, Serok halus untuk
mengambil sampel ikan, Sikat untuk membersihkan jaring percobaan, Alat tulis, Kamera
digital untuk dokumentasi, Jaring ukuran 0,5 mm dengan luasan 50x50 cm 2 sebanyak 3 buah
yang disekat menjadi 4 petak, dan tongkat penyangga.
8
LnWt LnWo
SGR 100%
Keterangan :
SGR : Laju pertumbuhan harian rata – rata ( % )
Wt : Berat rata – rata pada t (g) ( I = minggu I , minggu II , . t )
Wo : Berat rata – rata pada t( g )
T : Periode penanaman ( hari )
Bobot mutlak diukur dengan pengambilan sampel sebanyak 5 ekor dari masing-
masing perlakuan pada setiap ulangan, untuk di timbang bobotnya. Bobot mutlakuji dapat
dihitung dengan menggunakan rumus menurut Handajani dan Widodo (2010):
Wm = Wt – W0
Keterangan :
Wm : Pertumbuhan Bobot Mutlak Rata-rata (gram)
Wt : Bobot Rata-rata Ikan pada Akhir Penelitian (gram)
W0 : Bobot Rata-rata Ikan pada Awal Penelitian (gram)
Panjang mutlak diukur dengan pengambilan sampel sebanyak 5 ekor dari masing-
masing perlakuan pada setiap ulangan, untuk di ukur panjangnya. Panjang mutlak dihitung
dengan modifikasi rumus Kordi, (2013) :
𝐿𝑡−𝐿𝑜
Ph = x 100 %
𝑡
Keterangan :
Ph : Pertumbuhan panjang harian (%) Lt
: Panjang rata-rata akhir (cm)
Lo : Panjang rata-rata awal (cm) T
9
: Lama pemeliharaan (hari)
Rasio Konversi Pakan yaitu perbandingan (rasio) antara berat pakan yang telah
diberikan dalam satu siklus periode budidaya dengan berat total (biomass) ikan yang
dihasilkan pada saat itu di rumuskan Kordi, (2013)
𝐹
FCR =
𝑊𝑡−𝑊𝑜
Keterangan :
FCR : Feed Convertion Ratio
Penghitungan parameter penunjang yang diamati dalam penelitian ini adalah suhu
dengan thermometer, oksigen terlarut dengan DO meter, pH dengan pH meter, dan
salinitas. Pengukuran dilakukan 1minggu sekali selama penelitian berlangsung.
10
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
No Jenis pengeluaran Biaya (Rp)
1. pH paper 100.000
2. Termometer 150.000
1 2 3
11
Daftar Pustaka
Affan, J.M. 2012. Identifikasi Lokasi untuk Pengembangan Budidaya Keramba Jaring
Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingungan dan Kualitas Air di Perairan Pantai
Timur Bangka Tengah. Depik, 1(1) : 78-85.
Dadiono, M.S., S. Andayani, K. Zailanie. 2017.The Effect of Different Dosage of Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis Leaves Extract towards the Survival Rate of African Catfish
(Clarias sp.) Infected by Aeromonas salmonicida.International Journal of ChemTech
Research. Vol. 10 (4) : 669-673..
Handajani dan Widodo. 2010. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang
Diperlukan denganTepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Laboratorium Biologi Struktur
dan Fungsi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA UNDIP Hal.: 32- 38.
Karina, S. Rizwan dan Khairunnisak, 2011. Pengaruh Salinitas Dan Daya Apung Terhadap
Daya Tetas Telur Ikan Bandeng. Jurnal Unsyiah. 1 (1) : 22-26.
Kordi, K.M.G.H., 2013. Budidaya Belut Di Pekarangan, Lahan Sempit, Lahan Kritis dan
Minim Air. Sulawesi Selatan.
Mayunar, R. Purba, P.T. Imanto. 1995. Pemilihan lokasi budidaya ikan laut. Prosiding
temu usaha pemasyarakatan teknologi keramba jaring apung bagi budidaya laut,
Puslitbang Perikanan. Badan Litbang Pertanian: 179 – 189.
Rahim, A. R., Herawati, E. Y., Nursyam, H., Hariati, A. M. 2015. Cells Characteristics,
Growth, and Quality of Gracilaria verrucosa Seaweed Production with Different
Doses of Vermicompost Fertilizer. International Journal of Science Technology and
Engineering, Volume 2, Issue 1.
12
Journal of Microbiology, Biotechnology and Environmental Sciences. Volume 20,
No. 2: 2018: S17 – S23.
Yahya, Happy Nursyam, Yenny Risjani, dan Soemarno. 2014. Karakteristik Bakteri di
Perairan Mangrove Pesisir Kraton Pasuruan. ILMU KELAUTAN Vol. 19. No.1.
Zverlova, V. V., W. Holl, dan H. Schwarz. Enzymes for digestion of cellulose and other
polysaccharides in the gut of longhorn beetle larvae, Rhagium inquisitor L. (Col.,
Cerambycidae). International Biodeterioration & Biodegadation. 51. 2003.
13