D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1latar belakang
1.2tujuan
1.3manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nannochlropsis oculata
2.2 Biologi Nannochloropsis oculata
2.3 Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis oculata
2.4 Pertumbuhan Nannochloropsis oculata
2.5 Kultur Nannochloropsis oculata Skala Intermediate
2.6 kultur skala massal
2.7 pemanenan
2.8 Analisis Kualitas Air
2.9 Kepadatan Nannochloropsis oculata
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Mikroalga merupakan komponen penting dalam akuakultur, karena mikroalga
sebagai produsen primer berfungsi sebagai awal aliran energi dalam rantai
makanan di perairan. Hal ini menjadikan semua bentuk kehidupan hayati sangat
bergantung kepada mikroalga. Pemanfaatan mikroalga sebagai pakan alami belum
dapat digantikan oleh pakan buatan pada beberapa ikan laut atau udang yang baru
menetas. Mikroalga mengandung enzim pencernaan yang sangat dibutuhkan untuk
stadia larva ikan dikarenakan pada saluran pencernaannya belum sempurna (masih
berbentuk tabung) dan belum dilengkapi atau kandungan enzim pencernaan masih
sangat sedikit, enzim ini tidak dipunyai oleh makanan buatan (Cahyaningsih dan
Subyakto,2009).
Nannochloropsis oculata merupakan salah satu jenis dari mikroalga yang telah
banyak dibudidayakan dan digunakan sebagai pakan alami dalam usaha budidaya.
N. oculata merupakan sel berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagela.
Selnya berbentuk bola berukuran sedang dengan diameter 2-4 μm, tergantung
spesiesnya, dengan khloroplas berbentuk cangkir. N. oculata melimpah di
sepanjang pantai dan estuari di atas zona fotik dengan konsentrasi 102-104 sel/cm3
(Hu and Gao, 2003). Fitoplankton ini dapat tumbuh baik pada kisaran pH 7-9 tetapi
tumbuh rendah pada pH 10,08 (Elzenga et al.,2000).
N. occulata sendiri mengandung karbohidrat, protein, beta karoten, lipid dan
klorofil. Kandungan klorofil dan lipid dapat menjadi parameter pertumbuhan
dalam menentukan biomassa mikroalga. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi biomassa mikroalga adalah komposisi media kultur. Menurut
Sriharti dan Carolina (1995), konsentrasi nitrogen dan fosfat yang terdapat dalam
media dapat mempengaruhi kandungan lipid pada mikroalga, sedangkan 2
konsentrasi besi (Fe) dan magnesium (Mg) dapat mempengaruhi pembentukan
klorofil mikroalga. Kandungan nutrien yang berbeda pada media dapat
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kandungan sel mikroalga tertentu.
Proses kultur mikroalga dapat dilakukan melalui tiga tahap meliputi kultur
laboratorium, semi-masal (intermediate), dan kultur massal. Kultur laboratorium
ialah kulutr mikroalga mulai dari agar, test tube, Erlenmeyer, dan carboy. Tahapan
selanjutnya adalah kultur semi massal atau intermediate yaitu kultur pada bak 100
liter dan Kultur conicel 500 liter – 1 ton. Kultur massal merupakan kultur
didapatkan dari kultur bertingkat sejak dari agar, test tube, Erlenmeyer, carboy dan
intermediate. Kultur massal dilakukan pada bak atau kolam ukuran 4- 5 ton
(BPBAP Situbondo, 2014).
Untuk menyediakan makanan alami dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan
berkesinambungan, pengetahuan tentang manajemen kultur fitoplankton yang baik
mutlak diketahui oleh mereka yang bergerak di bidang usaha perikanan baik dalam
skala besar maupun kecil. Mengingat pentingnya pakan alami tersebut sebagai
salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan dan udang, maka
penulis berpendapat perlu dilakukan pengamatan kultur fitoplankton N. oculata
secara intensif untuk memperkaya pengetahuan dalam rangka sumbangsih ilmu
pengetahuan di bidang perikanan.
1.2Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang produksi budidaya
Nannochloropsis Oculata dalam tekhnik budidaya semi outdoor/intermediate
dan budidaya semi massal hingga waktu pemanenan
1.3Kegunaan
Menambah pengetahuan, wawasan tentang pertumbuhan dan kultur
Nannochloropsis Oculata dalam tekhnik budidaya semi outdoor/intermediate
dan budidaya semi massal hingga waktu pemanenan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nannochloropsis Oculata
Nannocloropsis oculata merupakan mikroalga dengan yang hidup di lautan dan
juga terdapat di air tawar dan air payau. Mikroalga N.oculata memiliki beberapa
kandungan pigmen seperti astaxanthin, zeaxanthin, dan canthanxantin. Mikroalga
N.oculata terbukti cocok sebagai penghasil biofuel karena memiliki kadar lipida
28,7 % dari berat kering terutama asam lemak tak jenuh. N.oculata merupakan
mikroalga laut uniseluler yang memiliki peranan sebagai sumber makanan penting
dan zat aditif untuk orgnanisme laut. N.oculata mengandung protein karbohidrat
dan kadar klorofil yang tinggi (Qian, dkk 2013 ).
2.7 Pemanenan
Pemanenan pada bak fiber pemanenan dapat dilakukan menjadi dua produk
yaitu berupa produk langsung dengan media menggunakan pompa celup atau cair
ataupun bubuk (powder). Tahapan pemanenan N. oculata diawali dengan
penambahan soda api 75-100 ppm agar N. oculata mengendap. Setelah diberi soda
api aerasi dimatikan setelah 2 jam, kemudian dibiarkan agar N. oculata mengendap
selam 24 jam. Setelah N. oculata mengendap, air yang berada diatas permukaan
endapan dibuang seperti melakukan siphon hanya saja selang air tidak dibiarkan
menyentuh/mendekati endapan yang akan di panen. Jika panen yang dilakukan
adalah panen endapan, maka endapan dalam bak langsung dipacking dengan
plastik atau dimasukkan dalam botol mineral.
Jika panen yang dilakukan adalah panen bubuk maka dilanjutkan dengan
menyaring endapan yang tersisa dengan kain yang diletakkan dalam keranjang
kotak. Setelah itu dibiarkan 24 jam agar menggumpal. Kemudian setelah
menggumpal N. oculata dioleskan pada plastik dalam nampan atau meja untuk
penganginan akhir atau dengan oven ( suhu berkisar 60ºC ). Setelah kering
serpihan dari N. oculata diblender untuk dijadikan bubuk N. oculata. Kemudian
bubuk N. oculata dimasukan dalam kantong-kantong plastik untuk ditimbang
dengan timbangan digital. Setelah itu bubuk N. oculata disimpan dalam rak
penyimpanan.
2.8.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroalga. Setiap mikrolga mempunyai suhu ideal yang berbedabeda untuk bisa
tumbuh dan berkembang dengan baik. N. oculata dapat tumbuh baik pada kisaran
suhu yang optimal 25-30 ºC (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Sehingga kegiatan
kultur N. oculata yang ada di BPBAP Situbondo, dengan suhu berkisar antara
220C pada skala laboratorium, dan suhu pada skala intermediate berkisar antara
260 – 290C telah sesuai untuk kebutuhan partumbuhan N. oculata.
2.8.3 Salinitas
Salinitas merupakan salah satu sifat kimia air yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
termasuk N. oculata. Pada saat kultur, biasanya terjadi kenaikan salinitas akibat
dari adanya hasil metabolisme dan adanya pengendapan. Dalam kultur N. oculata
yang ada pada BPBAP Situbondo, salinitas yang dipakai pada skala laboratorium
berkisar 33 ppt, sedangkan pada skala intermediate sebesar 34 ppt. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tjahjo (2002), N. oculata dapat tumbuh pada salinitas 30-35 ppt.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mikroalga merupakan komponen penting dalam akuakultur, karena mikroalga
sebagai produsen primer berfungsi sebagai awal aliran energi dalam rantai
makanan di perairan. Hal ini menjadikan semua bentuk kehidupan hayati sangat
bergantung kepada mikroalga.
Nannochloropsis oculata merupakan salah satu jenis dari mikroalga yang telah
banyak dibudidayakan dan digunakan sebagai pakan alami dalam usaha budidaya.
N. oculata merupakan sel berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagela.
N. occulata sendiri mengandung karbohidrat, protein, beta karoten, lipid dan
klorofil. Kandungan klorofil dan lipid dapat menjadi parameter pertumbuhan
dalam menentukan biomassa mikroalga.
Pada skala intermediate nilai suhu berkisar 260 – 290C. Nilai derajat keasaman
berkisar 7 – 8 sedangkan salinitas yang digunakan sebesar 32 – 35 ppt, dan
pencahayaan langsung dari cahaya matahari. Kepadatan tertinggi N. oculata terjadi
pada hari ke 4 yaitu sebesar 260 x 104 sel/ml.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada kegiatan kultur N. oculata yaitu perlunya
inovasi pada pemanfaatan ruang kultur skala intermediate dan tempat pengeringan
yang lebih intensif sehingga ruang yang ada saat ini dapat dimanfaatkan secara
efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Elzenga JTM, Prins HBA, and Stefels J. 2000. The role of extracellular carbonic
anhydrase activity in inorganic carbon utilization of Phaeocystis globosa
(Prymnesiophyceae): a comparison with other marine algae using the
isotopic disequilibrium technique. Limnology and Oceanography
45(2):372-380
Sriharti & Carolina, 1995, Kualitas Algae Bersel Tunggal Chlorella sp. pada
Berbagai Media, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Puslitbang
Fisika Terapan-LIPI, Subang, Seminar Ilmiah Hasil Penelitian dan
Pengembangan Bidang Fisika Terapan
Bold, H.C. and Michael J.W. 1985. Introduction to The Algae, Prentice Hall.,
Inc.,New Jersey, USA, 720 pp.
Hirata, H., A. Ishak, dan S. Yamashaki. 1981. Effect of Salinity and Temperature
on The Growth of The Marine Phytoplankton Chlorella saccharophilla.
Journal of the Kagoshima Univ of Fisheries. Japan. 30(2) : 257-262.
Prabowo, Dadang. 2009. Optimalisasi Pengembangan Media Untuk Pertumbuhan
Chlorella sp pada Skala Laboratorium. SKRIPSI. Institut Pertanian Bogor :
Bogor. 95 hal.
Sari IP, Abdul M. 2012. Pola pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada skala
laboratorium, intermediet dan masal. Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
4(2) : 123-127.