Anda di halaman 1dari 3

Nama anggota kelompok (3) :

1. Dian Hardianti
2. Amanda Astri Pratiwi
3. Danu Nur Sayyid
4. Pd Martalenta Purba
5. Winda Wulandari
Resume jurnal
Rotifer merupakan plankton yang hidupnya bersifat holoplankton, kosmopolitan dan
umumnya hidup di air tawar dan hanya sebagian kecil (50 jenis) yang hidup di air laut dan
payau. Rotifera merupakan pakan awal bagi larva ikan yang sampai saat ini fungsinya belum
dapat digantikan oleh pakan buatan. Kultur rotifera umumnya diberi pakan Nannochloropsis
sp. atau lebih dikenal dengan Chlorella laut. Kandungan zat gizi dalam Nannochloropsis sp.
diantaranya adalah vitamin B12, EPA sebesar 30% dan w3 HUFA sebesar 42.7% (Fulks dan
Main, 1991).
Selain Nannochloropsis sp., jenis mikroalgae lain yang dapat digunakan sebagai
pakan alami dalam kultur rotifera adalah Dunaliella sp. yang kaya akan b-caroten dan
gliserol (Ben-Amotz in Tjahjo et al, 2002); Isochsysis sp. yang dilengkapi oleh DHA 6.67%,
EPA 1.88% dari berat keringnya; Pavlova sp. Mengandung EPA sebesar 13.80%, w3 23.50%
dan juga DHA. Pakan alami rotifera adalah makan- an yang berasal dari mikroalgae yang
berperan sebagai sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dalam
pertumbuhannya. Penggunaan mikroalgae tersebut dimaksudkan agar rotifera yang dikultur
mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan memiliki kandungan gizi yang tinggi, karena
masing-masing mikroalgae mengandung nutrisi yang amat dibutuhkan bagi pertumbuhan
larva.
Mikroalga tersebut dapat diperoleh salah satunya dengan kultur murni. Isnansetyo
dan Kurniastuti (1995) menyatakan ada beberapa cara isolasi mikroalga untuk
mengambil kultur murni jenis tunggal. Cara-cara ini tidak hanya digunakan untuk
memisahkan jenis yang diinginkan dari populasi berbagai jenis plankton alam, tetapi juga
digunakan untuk memisahkan satu jenis atau mikroalga yang telah terkontaminasi oleh
organisme lain. Pada dasarnya ada lima cara yaitu metode isolasi pipet kapiler, metode
isolasi pengenceran berseri, metode isolasi secara biologis metode isolasi goresan pada
cawan petri dan metode sub kultur berulang.
Mikroalga tersebut dapat diperoleh salah satunya dengan kultur murni. Isnansetyo
dan Kurniastuti (1995) menyatakan ada beberapa cara isolasi mikroalga untuk
mengambil kultur murni jenis tunggal. Cara-cara ini tidak hanya digunakan untuk
memisahkan jenis yang diinginkan dari populasi berbagai jenis plankton alam, tetapi juga
digunakan untuk memisahkan satu jenis atau mikroalga yang telah terkontaminasi oleh
organisme lain. Pada dasarnya ada lima cara yaitu metode isolasi pipet kapiler, metode
isolasi pengenceran berseri, metode isolasi secara biologis metode isolasi goresan pada
cawan petri dan metode sub kultur berulang
Adapun cara pengambilan sampel dari rotifer ini menurut Letsoin et al. (2013) yaitu
Rotifer diisolasi dari perairan menggunakan pompa air (Nikawa 5,5 HP) untuk mengisap
sejumlah volume air tertentu kemudian disaring menggunakan plankton net dengan ukuran
mata jaring 40 m. Sampel hasil penyaringan air melalui plankton net, selanjutnya
dimasukkan ke dalam botol sampel. Sampel rotifer diamati menggunakan mikroskop
(pembesaran 100-1000X) kemudian dipisahkan dengan zooplankton lainnya dengan cara
menangkap rotifer target satu per satu menggunakan pipet tetes yang telah dimodifikasi.
Rotifer hasil isolasi selanjutnya dikultur klon pada suhu 281C dan salinitas 30 ppt hingga
beberapa generasi. Mikroalga Nannochloropsis oculata diberikan sebagai pakan rotifer
selama kultur berlangsung.
Lalu untuk cara kultur rotifer dilakukan dengan menggunakan mikrowellplate 3x4
sumur (Iwaki). Sebanyak 10 individu rotifer dewasa dari klon yang sama telah dipelihara
pada tingkatan salinitas berbeda 10, 20, dan 30 ppt dengan tiga kali pengulangan. Volume air
sebagai media kultur sebanyak 4 ml yang telah ditambahkan mikroalga N. oculata sebagai
pakan rotifer. Ujicoba kultur ini dilakukan pada ruangan bersuhu terkontrol (281C) dengan
penerangan lampu TL 20 watt. Pengamatan populasi rotifer dilakukan setiap dua hari sekali
dengan menghitung jumlah rotifer yang terdapat pada masing-masing sumur mikroplate
hingga jumlah rotifer menunjukkan tren penurunan populasi.
Sedangkan menurut Widjaja (2004) cara mengkultur mikroalga ini dilakukan dalam
stoples pada volume media 1.5 l dengan bibit awal 100 x 104 ind/ml, kemudian diberi pupuk
(Guillard/F2) sebanyak 1.5 ml/l serta diberi aerasi. Kultur mikroalgae ini dilakukan dalam
ruangan bersuhu AC (20-250C) dan diberi cahaya dengan menggunakan lampu TL (500
1100 lux). Setelah kelimpahan maksimum dicapai, mikroalgae ini siap untuk dijadikan pakan
dalam kultur rotifera. Kultur rotifera dengan media air laut dilakukan dalam stoples pada
volume media 2 l, dengan kepadatan awal 10 ind/ml. Setelah itu, diberi aerasi dan cahaya
lampu (500 1 100 lux) dengan suhu ruang (250280C). Pada percobaan ini terdapat lima
macam perlakuan pakan, yaitu Brachionus sp. Diberi pakan Nannochloropsis sp., Dunaliella
sp., Isochrysis sp., Pavlova sp. dan mikroalgae multispesies (campuran keempat jenis algae)
dengan tiga kali ulangan.
DAFTAR JURNAL :

Letsoin, P. P. Henneke P., Julius S., Inneke F. M. R., Stenly W., dan Joice R.S.T.L. R. 2013.
Isolasi, morfometri, dan kultur Colurella sp. (Rotifera: Ploimida). Aquatic Science &
Management, Vol. 1(2) : 143-148.
Widjaja, F. 2004. Pendayagunaan Rotifera yang Diberi Pakan Alami Berbagai Jenis
Mikroalgae. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Vol 11(1) : 23-27.

Anda mungkin juga menyukai