Anda di halaman 1dari 7

Accelerat ing t he world's research.

Osmoregulasi Hewan Akuatis


Azki Afidati

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Laporan FHA
Arif Rahman

Laporan Prakt ikum Osmoregulasi


nilna milchat ina

LAPORAN FISIOLOGI PERIKANAN.pdf


Dennis Sart ika
Osmoregulasi Hewan Akuatis
Osmoregulation of Aquatic Animals
Azki Afidati Putri Anfa 1)*, Nadyatul Khaira Huda2), Nurul Fathjri Rahmayeny3)
Rifqi Ramadhana4), Selvi Nur Afni5)
1)
NIM. 1410422025, Kelompok V A, Praktikum Fisiologi Hewan
2)
NIM. 1410422015, Kelompok V A, Praktikum Fisiologi Hewan
3)
NIM. 1410422045, Kelompok V A, Praktikum Fisiologi Hewan
4)
NIM. 1410421001, Kelompok V A, Praktikum Fisiologi Hewan
5)
NIM. 1410422041, Kelompok V A, Praktikum Fisiologi Hewan
*
Koresponden : azkianfa05@gmail.com
ABSTRACT
An experiment of Osmoregulation of aquatic animals was done on Saturday, October 22th
2016 at Laboratory Teaching 2, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences,
Andalas University, Padang. The purpose of this experiment is to determine the indicators
of physiological changes due to nuisance aquatic animals osmoregulation and to
determine the physiological effects of chemical compound ( salt and detergent ) on
aquatic animals (fish) . The results shows that frequency of operculum in NaCl 0.1% is
100 times (earliest treatment) and 200 times (final treatment). Frequency of operculum in
NaCl 1% is 89 times (earliest treatment) and 40 times (final treatment). Frequency of
operculum in detergent 0.1% is 200 times (earliest treatment) and 40 times (final
treatment). Frequency of operculum in detergent 1% is 110 times (earliest treatment) and
in final treatment has stopped because the object was not feasible.
Keyword :NaCl, osmoregulation, osmoconformer, salinity

PENDAHULUAN
tempat lewatnya beberapa substansi
Salinitas berhubungan erat dengan
yang bergerak cepat, dan adanya
tekanan osmotik dan ionik air, baik air
perbedaan tekanan osmotik antara cairan
sebagai media internal maupun eksternal.
tubuh dan lingkungan (Fujaya, 2004).
Agar sel-sel organ tubuh ikan dapat
Regulasi ion dan air pada ikan
berfungsi dengan baik maka sel-sel
terjadi hipertonik atau isotonik
tersebut harus berada dalam cairan
tergantung pada perbedaan (lebih tinggi,
media dengan komposisi dan konsentrasi
lebih rendah atau sama) konsentrasi
ionik yang sesuai dengan kebutuhannya.
cairan tubuh dengan konsentrasi media
Oleh karena itu diperlukan pengaturan
hidupnya. Perbedaan tersebut dapat
(osmoregulasi) agar tercipta komposisi
dijadikan sebagai strategi dalam
dan konsentrasi ionik cairan dalam sel
menanggani komposisi cairan ekstra
(intraseluler) dengan cairan luar sel
selular dalam tubuh ikan. Untuk ikan
(ekstraseluler) yang hampir sama
potadrom yang bersifat hiperosmotik
(Brown, 1957).
terhadap lingkungannya dalam proses
Osmoregulasi adalah upaya hewan
osmoregulasi air bergerak ke dalam
air untuk mengontrol keseimbangan air
tubuh dan ion ion keluar ke lingkungan
dan ion antara tubuh dan lingkungannya,
dengan cara difusi keseimbangan cairan
atau suatu proses pengaturan tekanan
tubuhnya dapat terjadi dengan cara
osmose. Hal ini penting dilakukan,
meminum sedikit air atau tidak minum
terutama oleh organisme perairan karena
sama sekali. Kelebihan air dalam
harus terjadi keseimbangan antara
tubuhnya dapat dikurangi dengan
substansi tubuh dan lingkungannya,
membuangnya dalam bentuk urin. Untuk
membran sel yang permeabel merupakan
ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipo air tawar, proses meminum juga tetap
asmotik terhadap lingkungannya, air terjadi, meskipun air secara osmosis
mengalir secara osmose dari dalam masuk ke dalam tubuh, namun
tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit jumlahnya sedikit. Proses minum ini
ke lingkungan, sedangkan ion ion masuk dibutuhkan oleh usus untuk mengambil
ke dalam tubuh secara difusi. Sedangkan kembali ion-ion yang hilang melalui
untuk ikan ikan euryhaline memiliki difusi dan juga melalui urin (Fujaya,
kemampuan untuk dengan cepat 2004)
menyeimbangkan tekanan osmotik Tujuan praktikum ini adalah
dalam tubuhnya dengan media untuk mengetahui indikator-indikator
hipoosmotik namun karena kondisi perubahan fisiologis hewan akuatis
lingkungan perairan tidak selalu akibat gangguan osmoregulasi dan untuk
tetap,maka proses osmoregulasi seperti mengetahui efek fisiologis beberapa
halnya ikan patadrom dan oseanodrom senyawa kimia (garam dan detergen)
tetap terjadi (Black, 1957). pada hewan akuatis berupa ikan.
Penurunan salinitas dari air laut
menjadi air tawar dapat mempengaruhi METODE PRAKTIKUM
keseimbangan antara konsentrasi air dan
Waktu dan Tempat
ion dalam tubuh ikan yang berkaitan
Praktikum ini dilaksanakan pada Hari
dengan proses osmoregulasi.
Sabtu 22 Oktober 2015 pukul 08.00-
Osmoregulasi dapat terjadi karena
10.00 WIB di Laboratorium Teaching II,
adanya penyesuaian keseimbangan
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
antara substansi tubuh dan lingkungan
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Fujaya (2004).
Andalas, Padang.
Peningkatan salinitas air akan
mengakibatkan keadaan hipertonik
berkurang, sehingga ikan akan lebih Alat dan Bahan
banyak menggunakan energi untuk Adapun alat dan bahan yang digunakan
pertumbuhannya. Selain itu salinitas yaitu wadah ikan, gelas ukur, pipet tetes,
juga merupakan fasilitator dari pinset, stopwatch, timbangan, kertas
pertukaran ion-ion antara darah (tubuh) label, air ledeng, larutan NaCl
ikan dan air (lingkungan) yang dapat konsentrasi 1% dan NaCl konsentrasi
menjaga kestabilan regulasi asam basa 10%, larutan detergen, dan ikan mas koki
dalam tubuh (Wedemeyer, 1996). (Carrasius auratus).
Meminum air laut adalah sumber
utama air pada ikan air laut untuk Cara Kerja
mengembalikan air yang hilang melalui a. Efek Salinitas Terhadap Osmoregulasi
difusi insang, ginjal, dan mungkin pula Ikan
melalui kulit. Setelah air masuk ke dalam Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
usus, dinding usus aktif mengambil ion- Disediakan larutan garam dengan
ion monovalen (Na+, K+, dan Cl-) dan konsentrasi 1% dan 10% dengan volume
air, sebaliknya membiarkan lebih banyak masing-masing 1000 ml. Lalu
ion-ion divalen (Mg++, Ca++, SO4-) dimasukkan seekor ikan yang masih
tetap di dalam usus sebagai cairan rektal hidup ke dalam larutan 1% dan dicatat
agar osmolaritas usus sama dengan darah. kondisi awal ikan. Dibiarkan selama 5
Hal ini penting dilakukan untuk menit lalu diamati kembali kondisi ikan
menghindarkan air yang telah diserap tersebut di dalam larutan. Setelah selesai,
usus kembali ke dalam rektal. Pada ikan ikan diangkat dan ditempatkan di dalam
air biasa untuk memulihkan kondisinya. masing-masing 1000 ml. Kemudian
Dilakukan selama 5 menit. Setelah dimasukkan seekor ikan pada larutan 1%
ituikan dipindahkan ke dalam larutan dan dicatat kondisi awal ikan dan
garam dengan konsentrasi 10% dan dibiarkan selama 5 menit dan diamati
dicatat kondisi ikan tersebut setelah 5 kembali.Lalu ikan diletakkan di tempat
menit perlakuan. Dilakukan air biasa untuk memulihkan kondisinya
perbandingan antar larutan. selama 5 menit. Setelah itu, ikan
dipindahkan ke larutan garam 10% lalu
b. Efek Deterjen Terhadap Osmolaritas dicatat kondisi awal ikan tersebut setelah
Ikan 5 menit perlakuan. Dibandingkan
Disediakan larutan deterjen dengan perlakuan dengan konsentrasi yang
konsentrasi 1% dan 10% dengan volume berbeda tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Efek Salinitas Terhadap Osmoregulasi Hewan
Tabel 1. Efek Salinitas Terhadap Osmoregulasi Ikan
Kondisi Ikan
Parameter Pengamatan
No. Awal Akhir
Level Konsentrasi Garam (NaCl) 0,1% 1% 0,1% 1%
1. Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
2. Kondisi Ekor Normal Normal Normal Normal
3. Kondisi Mata Normal Normal Normal Normal
Frekuensi buka tutup operculum 1
4. 100x 89x 200x 40x
menit
5. Pengeluaran Secret Tidak Tidak Tidak Tidak

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui osmoregulasinya cepat kembali normal


bahwa kondisi ikan dengan konsentrasi dan tidak mengganggu daya tahan dan
NaCl 0,1 % mengalami perubahan dari pertumbuhan ikan. Ini akan berbeda jika
kondisi normalnya. Jika dibandingkan peningkatan salinitas dilakukan
dengan konsentrasi NaCl 1% langsung pada konsentrasi tinggi,
osmoregulasi yang terjadi pada walaupun tersedia cukup waktu untuk
konsentrasi NaCl 0,1% lebih tinggi (awal beradaptasi terhadap lingkungannya,
dan akhir). Hal ini dapat dilihat dengan benih tidak dapat bertahan hidup lebih
frekuensi pembukaan operculum per lama. Akibat adanya kejutan konsentrasi
menit sebanyak 300 kali sedangkan pada salinitas yang mendadak, daya tahan
konsentrasi NaCl 1% frekuensi tubuh benih menurun. Ikan air tawar
pembukaan operculum 129 kali. yang dipindahkan ke dalam media
Peningkatan konsentrasi awal bersalinitas tinggi akan cenderung
salinitas yang rendah cukup memberi memasukkan garam-garam ke dalam
waktu kepada ikan untuk beradaptasi dan tubuhnya. Sebaliknya ikan laut yang
bertahan hidup. Peningkatan salinitas dipindahkan ke dalam media yang
yang rendah mengakibatkan kontrol bersalinitas lebih rendah akan
permeabilitas dan sistem memasukkan air ke dalam tubuhnya
secara terus menerus pada kecepatan keseimbangan setelah 10-48 jam (Black,
yang tidak normal sampai terjadi 1957).
Ikan air tawar yang diadaptasikan juga merupakan faktor penting yang
ke media air bersalinitas lebih tinggi dari menunjang kelangsungan hidup,
tubuhnya memperlihatkan perubahan konsumsi pakan, laju pertumbuhan,
konsentrasi garam tubuh secara metabolisme, dan distribusi ikan (Kinne,
berangsur-angsur akibat kontrol 1964 dalam Lesmono, 2006).
permeabilitas oleh hormon dan sistem Salah satu aspek fisiologis ikan
saraf otomatis terhadap lingkungan baru yang dipengaruhi oleh salinitas adalah
dan pengaruh langsung sel-sel tubuhnya tekanan dan konsentrasi osmotik serta
(Brown, 1957). konsentrasi ion dalam cairan tubuh. Ikan
Salinitas merupakan salah satu yang dipelihara pada kondisi salinitas
faktor yang ada dalam sifat kimia air dan yang sama dengan konsentrasi ion dalam
keberadaannya di dalam air dapat darah akan lebih banyak menggunakan
menjadi faktor penghambat atau pemacu energi untuk pertumbuhan (Stickney,
pertumbuhan ikan. Selain itu, salinitas 1979).

b. Efek Detergen Terhadap Osmoregulasi


Tabel 2. Efek Detergen Terhadap Osmoregulasi Ikan
Kondisi Ikan
Parameter Pengamatan
No. Awal Akhir
Level Konsentrasi Detergen 0,1% 1% 0,1% 1%
Aktif Aktif Tidak
layak
1. Gerakan Sangat aktif
dijadikan
bahan uji
2. Kondisi Ekor Normal Pendarahan Pendarahan
3. Kondisi Mata Normal Pendarahan Pendarahan
Frekuensi buka tutup
4. 200x 110x 40x
operculum 1 menit
Lendir dan
5. Pengeluaran Secret Tidak Lendir
urin

Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui mampu lagi mempertahankan cairan


bahwa kondisi ikan dengan pengaruh internal tubuhnya dengan cairan
detergen pembukaan dan penutupan eksternal tubuh.
operculum lebih aktif pada konsentrasi Oksigen digunakan oleh
0,1% sedangkan pada konsentrasi 1% organisme akuatik untuk proses respirasi.
hanya terjadi satu kali pembukaan dan Ketersediaan oksigen sangat
penutupan operculum pada awal berpengaruh terhadap metabolisme
pengamatan dan pada akhir pengamatan dalam tubuh dan untuk kelangsungan
ikan yang dijadikan bahan uji kondisinya hidup suatu organisme. Oksigen terlarut
tidak memungkinkan lagi untuk dalam air dapat berasal dari difusi
dilakukan pengujian. Pada pengeluaran dengan udara dan adanya proses
secret konsentrasi 1% mengeluarkan fotosintesis dari tanaman air. Kelarutan
lendir. Hal ini berarti ikan sudah tidak oksigen di air menurun dengan semakin
meningkatnya salinitas, setiap melintasi insang yang bersifat sangat
peningkatan salinitas sebesar 9 mg/l permiabel. Selain itu insang disini juga
mengurangi kelarutan oksigen sebanyak merupakan organ eksresi yang
5 % dari yang seharusnya di air tawar membuang zat buangan bernitrogen
(Boyd, 1982). dalam bentuk ammonia. Untuk menjaga
Kebutuhan organisme akan cairan tubuhnya agar tetap dalam
oksigen sangat bervariasi bergantung keadaan konstan (keadaan lunak), ikan
pada umur ikan, ukuran ikan, dan kondisi air tawar secara terus menerus
ikan. Menurut Brett (1979), jika mengeluarkan sejumlah besar air. Ini
kandungan oksigen terlarut dalam air dilakukan dengan cara memproduksi
pada wadah budidaya kurang dari 3 mg/l sejumlah besar filtrat glomerulus dan
dan suhu air berkisar antara 20°C-32°C kemudian dilakukan reabsorbsi pilihan
dapat menyebabkan laju pertumbuhan, zat terlarut dan tubulus renalis menuju
efisiensi pakan, dan jumlah pakan yang kedalam darah yang terdapat di kapiler
diberikan menurun. Penurunan kadar peritubuler. Akibatnya terbentuklah urin
oksigen terlarut hingga dibawah 5 mg/l dengan jumlah besar, bersifat encer
dapat menyebabkan gangguan pada (hipotonik dibandingkan dengan darh
sistem reproduksi, pertumbuhan, dan ikan tersebut), mengandung ammonia
kematian organisme budidaya. dan sedikit mengandung zat terlarut. Ion-
Meskipun permukaan tubuhnya ion yang hilang dari cairan tubuh diganti
diselubungi oleh sisik dan mucus yang dengan makanan yang dimasukkan
relatif impermeabel, manun demikain kedalam tubuh dari lingkungannnya
bayak air yang masuk ke dalam tubuh dengan perantaraan secara khusus yang
dan juga terjadi pengeluaran ion-ion terdapat di insang. (Wulangi, 1993)

Grafik 1. Frekuensi Buka-Tutup Operculum Setelah Diberi Perlakuan

Frekuensi Buka-Tutup Operculum


Awal Akhir

250

200

150

100

50

0
Salinitas 0.1% Salinitas 1% Detergen 0.1% Detergen 1%

Berdasarkan Grafik 1. di atas dapat sehingga ikan memerlukan oksigen yang


diketahui bahwa kenaikan pembukaan banyak untuk menyeimbangkan cairan
dan penutupan operculum tertinggi tubuh dengan cairan luar tubuhnya.
terjadi pada salinitas konsentrasi 0,1% Sedangkan pada detergen 1% jumlah
dan detegen 0.1%. Hal ini disebabkan bukaan dan menutupnya operculum
karena pekatnya kandungan detergen lebih kecil dikarenakan pada akhir
pengamatan ikan sudah tak mampu lagi Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. PT
untuk dilakukan pengujian. Rineka Cipta. Jakarta.
Dekomposisi bahan organik dan Kinne O. 1964. The Effect of
respirasi dalam perairan akan Temperature and Salinity on
menurunkan kandungan oksigen terlarut Marine and Brackishwater
Animal. II. Salinity.
dan menaikkan kandungan CO2 yang
Oceanography Marine Biology
akan berpengaruh terhadap penurunan Annual Review, 2: 281-339.
nilai pH. Penurunan nilai pH dapat Stickney, R. R. 1979. Principles of
mengakibatkan terlepasnya logam berat Warmwater Aquaculture. John
dari tanah sebagai subsrat, peningkatan Willey and Sons. New York.
kandungan amonia, dan CO2 yang 375 hal.
Wedemeyer GA. 1996. Fish Hatchery
bersifat racun (toksik) bagi organisme Management. Western Fisheries
akuatik. Kisaran pH yang dapat diterima Research Center, New York.
untuk pemeliharaan ikan dan Wulangi, S Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip
produktivitas perairan adalah 6,5-8,5 fisiologi Hewan. DepDikBud.
(Boyd, 1982). Bandung.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapatkan
maka dapat disimpulkan:
1. Efek salinitas terhadap osmoregulasi
pada ikan sangat signifikan terjadi dari
keadaan normal pada konsentrasi NaCl
0,1% dibandingkan 1%.
2. Efek detergen terhadap osmoregulasi
pada ikan sangat signifikan terjadi dari
keadaan normal pada konsentrasi NaCl
0,1% dibandingkan 1%.

DAFTAR PUSTAKA
Black, V. S. 1957. Excretion and
Osmoregulation. In M. E.
Brown (Eds.). The Physiology at Fishes.
Vol. I. Academi Press. New
York. Brown, M. E. 1957.
Experimental Studies on Growth,
p: 361 – 399. In M. E. Brown
(Ed). The Physiology of Fis.
Boyd CE. 1982. Water Quality
Management for Fish Culture.
Elsevier Scientific Publishing
Co., Amsterdam.
Brett JR. 1979. Enviromental Factors
and Growth, Fish Physiology
Vol. VIII. Academic Press,
New York. hlm. 559-679.
Cole GA. 1988. Textbook of Limnology.
Third edition. Waveland Press,
Inc., Illinois, USA.

Anda mungkin juga menyukai