Anda di halaman 1dari 7

REGULASI OSMOTIK DAN HEMATOKRIT DARAH IKAN

IKAN NILA (OREOCHROMIS SP.) DIEVALUASI SEBAGAI


RESPONS TERHADAP SALINITAS DAN TEMPERATUR
AIR YANG BERBEDA

Disusun Oleh :
Nama : Marsha Rafila Adhya
NIM : B1A022138
Kelas :E
Kelompok :1

TUGAS TERSTRUKTUR CBL FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2023
PEMBAHASAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kapasitas Osmoregulasi?

Kapasitas Osmoregulasi dapat ditentukan berdasarkan perbandingan antara


osmolalitas plasma dan osmolalitas media atau air. Kondisi hipoosmotik terjadi
apabila nilai osmolaritas media lebih tinggi daripada plasma sehingga
menghasilkan nilai <1. (pada ikan air laut). kondisi hiperosmotik terjadi apabila
nilai osmolaritas media lebih rendah daripada plasma sehingga menghasilkan nilai
>1 atau mendekati dua. (pada ikan air tawar). Kondisi isoosmotik terjadi ketika
nilai osmolaritas media dan plasma sama sehingga menghasilkan nilai 1.Salinitas
merupakan faktor yang mempengaruhi proses osmoregulasi pada ikan
dikarenakan salinitas dapat mempengaruhi tekanan osmotik yang terdapat pada
medium.

2. Jelaskan bagaimana respon osmotic ikan Nila pada saat di air tawar dan air
laut!

Ikan nila yang hidup di air tawar, mereka berada di lingkungan dengan
konsentrasi garam lebih rendah dibandingkan dengan tubuh mereka. Untuk
menjaga keseimbangan osmotik, ikan nila harus mempertahankan konsentrasi ion
yang lebih tinggi di dalam tubuh mereka. Di lingkungan perairan tawar,
konsentrasi kalsium yang tinggi membantu mengurangi kehilangan garam melalui
insang dan permukaan tubuh ikan. Akibatnya, ginjal tidak perlu melakukan
banyak hal untuk menjaga konsentrasi garam dalam darah. Tekanan osmotik
cairan tubuh ikan dapat berubah karena perubahan kadar salinitas, jadi ikan
melakukan perubahan osmotik internal untuk menjaga fungsi fisiologisnya tetap
normal. Ikan air tawar memiliki tekanan osmotik atau cairan tubuh hiperosmotik
lebih tinggi daripada lingkungannya. Ini berarti ikan nila di air tawar harus
mengambil garam dari air. Proses difusi digunakan untuk mengambil mineral ini
(Asmaini et al., 2020).

Jika ikan nila ditempatkan dalam air laut, mereka akan menghadapi
tantangan karena air laut memiliki konsentrasi garam yang lebih tinggi. Untuk
mengatasinya, ikan nila perlu mengurangi kehilangan ion dan air dari tubuh
mereka. Proses osmoregulasi diperlukan untuk ikan air laut karena tekanan
osmotik air laut lebih tinggi daripada tekanan osmotik ikan nila (Darwisito et al.,
2015). Berbagai transporter dan enzim di insang ikan laut membantu menjaga
osmoregulasi. Transportasi ini bertugas menyerap ion seperti Na+, Cl−, dan Ca2+
dari lingkungan air laut sekitarnya. Selain itu, ikan laut memiliki ionosit khusus
di insang mereka yang secara aktif mengangkut ion untuk menjaga keseimbangan
osmotik. Ionosit ini juga bertanggung jawab untuk menyerap ion dari air laut
sekitarnya, yang merupakan peran penting dalam transportasi ion. Menggunakan
berbagai transporter seperti Na+/K+-ATPase, penukar Na+/H+, dan saluran Cl−,
ionosit ini secara aktif memompa ion dari lingkungan air laut. Ini membantu ikan
laut mempertahankan keseimbangan osmotik dalam cairan tubuh mereka
meskipun lingkungan mereka sangat saline (Guh et al., 2015)

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa osmolalitas plasma ikan Nila pada air
tawar tidak berbeda dengan pada 10 ppt (P > 0,05), tetapi osmolalitas plasma
meningkat pada 20 ppt terutama pada 8,16 dan 24 jam, Jelaskan mengapa
demikian!

Osmolalitas plasma pada ikan nila dapat meningkat dalam jangka waktu
tertentu yaitu pada 8, 16 & 24 jam disebabkan oleh respons osmoregulasi organ
di dalam tubuh ikan nila untuk menyesuaikan diri dengan perubahan salinitas
dalam lingkungan ikan nila. Peningkatan osmolalitas plasma terjadi sebagai upaya
untuk mengimbangi perbedaan konsentrasi zat terlarut antara tubuh mereka dan
lingkungan. Mekanisme osmoregulasi ini dapat melibatkan peningkatan
penyerapan ion-ion garam, seperti natrium, klorida, ATPase melalui insang dan
usaha untuk mempertahankan air dalam tubuh untuk menghindari dehidrasi.
Durasi waktu 8, 16, & 24 jam mencerminkan waktu di mana ikan menyesuaikan
diri terhadap salinitas baru (Susilo et al., 2012). Osmolalitas plasma meningkat
pada 20 ppt, hal ini diyakini terkait dengan kesiapan organ-organ ikan dalam
proses osmoregulasi ketika ikan dipindahkan ke perairan dengan salinitas yang
berbeda. Jadi bila ikan dipindah ke perairan bersalinitas maka sel-sel kloride tipe
air laut dan Na+-K+-ATPase di insang harus diaktifkan untuk bekerja
mengeluarkan kelebihan garam yang masuk tubuh secara pasif. Hal ini dilakukan
untuk menjaga keseimbangan osmotik dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan
kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Akibatnya, ikan
melakukan penyesuaian atau regulasi internal untuk memastikan bahwa proses
fisiologis dalam tubuhnya tetap berjalan normal. Ketika salinitas meningkat, ikan
terus berupaya mencapai keseimbangan internal dalam tubuh mereka hingga pada
batas toleransi yang mereka miliki. Ini dilakukan agar kondisi homeostasis tetap
terjaga meskipun lingkungan sekitarnya mengalami perubahan yang signifikan
(Dahril et al., 2017).

4. Mengapa nilai hematokrit darah ikan nila berubah pada salinitas yang berbeda?

Hematokrit merupakan parameter yang berpengaruh terhadap pengukuran


volume sel darah merah. Nilai hematokrit normal ikan nila berkisar antara 20-30%.
Nilai hematokrit darah ikan yang mengalami perubahan salinitas dapat berubah
akibat terjadinya infeksi, stress, dan nafsu makan ikan akan menurun. Nilai
hematokrit yang berubah terjadi akibat stress perubahan lingkungan yang cepat,
mengakibatkan menurunnya nilai hematokrit. Stress tersebut juga berdampak
pada menurunnya nafsu makan pada ikan, sehingga bila diteruskan akan
menyebabkan nilai hematokrit ikut menurun.

5. Jelaskan pengaruh salinitas dan temperatur yang berbeda terhadap


konsentrasi osmotik hewan air pada umumnya!

Salinitas berhubungan erat dengan osmoregulasi hewan air. Salinitas


tinggi dalam lingkungan air dapat menyebabkan hewan air mengalami tekanan
osmotik yang tinggi pula. Apabila terjadi penurunan dan peningkatan salinitas
secara mendadak dan dalam kisaran yang cukup besar, maka akan menyulitkan
hewan dalam pengaturan osmoregulasi tubuhnya, sehingga dapat menyebabkan
kematian (Lustianto et al., 2020). Temperatur atau suhu dapat mempengaruhi
konsentrasi osmotik hewan air melalui tekanan osmotik. Semakin tinggi suhu,
maka akan semakin tinggi pula tekanan osmotik yang menyebabkan semakin
tinggi pula konsentrasi osmotik pada hewan air.
KESIMPULAN

Kapasitas osmoregulasi adalah kemampuan suatu organisme untuk


menjaga keseimbangan konsentrasi zat-zat terlarut, seperti garam dan air, dalam
tubuhnya agar tetap stabil meskipun terdapat perbedaan konsentrasi di lingkungan
sekitarnya. Kapasitas Osmoregulasi dapat ditentukan berdasarkan perbandingan
antara osmolalitas plasma dan osmolalitas media atau air. Kondisi hipoosmotik
terjadi apabila nilai osmolaritas media lebih tinggi daripada plasma sehingga
menghasilkan nilai <1. (pada ikan air laut). kondisi hiperosmotik terjadi apabila
nilai osmolaritas media lebih rendah daripada plasma sehingga menghasilkan nilai
>1 atau mendekati dua. (pada ikan air tawar). Ikan nila di air tawar harus
mengambil garam dari air. Proses difusi digunakan untuk mengambil mineral ini
Sedangkzn ikan laut memiliki ionosit khusus di insang mereka yang secara aktif
mengangkut ion untuk menjaga keseimbangan osmotik.
DAFTAR PUSTAKA

Asmaini, Handayani, L. & Nurhayati, 2020. Penambahan Nano Cao Limbah


Cangkang Kijing (Pilsbryocncha exilis) Pada Media Bersalinitas Untuk Pertumbuhan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Acta Aquatica, 7(1), pp.1-7.

Chong-Robles, J., Charmantier, G., Buolo, V., Lizarraga-Valdex, J.,


Enriquez-Paredes, L. M. & Giffard-Mena, I., 2014. Osmoregulation pattern and
salinity tolerance of the white shrimp Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) during
post-embryonic development. Aquaculture, 422, pp.261-267.

Dahril, I., Tang, U. M., & Putra, I. 2017. Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Berkala
Perikanan Terubuk, 45(3), pp.67-75.

Darwisito, S., Sinjal, H. J. & Wahyuni, I., 2015. Tingkat Perkembangan


Gonad, Kualitas Telur dan Ketahanan Hidup Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Berdasarkan Perbedaan Salinitas. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 2(2),
pp.86-94.

Guh, Y., Lin, C. & Hwang, P., 2015. Osmoregulation In Zebrafish: Ion
Transport Mechanisms And Functional Regulation. EXCLI Journal, 14, pp.627-659

Lustianto, A. F., Sutrisno, A. & Niniek, W., 2020. Pola Osmoregulasi,


Kebiasaan Makanan dan Faktor Kondisi Ikan Bandeng (Chanos Chanos) di Tambak
Desa Bakaran Wetan, Pati. Journal of Maquares, 9(1), pp.81-85.

Royan, F., Rejeki, S., Haditomo, C. A. H. 2014. Pengaruh Salinitas yang


Berbeda terhadap Profil Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus ). Journal of
Aquaculture Management and Technology, 3(2), pp.109-117.
Susilo, U., Meilina, W. & Simanjuntak, S. B. I., 2012. Regulasi Osmotik dan
Nilai Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis sp.) pada Medium dengan Salinitas dan
Temperatur Air Berbeda. Berkala Penelitian Hayati, 18(1), pp.51-55.

Anda mungkin juga menyukai