Anda di halaman 1dari 23

OSMOREGULASI: Penentuan Toleransi Salinitas Optimum Media Melalui

Pengukuran Tingkat Penurunan Bobot Tubuh Organisme Akuatik

OSMOREGULATION: Determination of the Optimum Media Salinity Tolerance by


Measuring the Weight Loss Rate of Aquatic Organisms

Aliyyah Farahdilla / C24190081


Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

ABSTRAK
Osmoregulasi merupakan upaya yang dilakukan organismte akuatik dalam mengontrol keseimbangan air dan
ion antara di dalam dan di luar tubuh melalui mekanisme pengaturan tekanan osmotik. Perbedaan tekanan
osmotik yang terjadi antara tubuh ikan dan lingkungan hidup menyebabkan organisme akuatik melakukan
osmoregulasi. Besarnya pengaturan terkanan osmotik bergantung dari perbedaan tingkat konsentrasi tekanan.
Perlakuan dengan berbagai tingkatan salinitas menjadi salah satu penentu dalam mengatur konsentrasi
tekanan serta penentu dalam menetukan nilai toleransi melalui pengukuran penurunan bobot tubuh organisme
akuatik. Kadar salinitas yang digunakan yaitu kontrol, 7 ppt, 14 ppt, 21 ppt dan 28 ppt. Organisme akuatik
yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan mas (Cyprinus
carpio). Kedua organisme akuatik ini menunjukkan respon yang berbeda. Ikan nila (Oreochromis niloticus)
merupakan ikan euryhaline atau memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap salinitas, sedangkan ikan mas
(Cyprinus carpio) merupakan ikan stenohaline atau memiliki tingkat toleransi yang rendah terhadap salinitas.
Parameter yang diamati terdiri dari daya tahan ikan (berdasarkan waktu percobaan), tingkah laku ikan,
kelangsungan hidup (survival rate), penurunan bobot relatif serta salinitas optimum. Berdasarkan hasil
percobaan diketahui bahwa kisaran toleransi dan optimum pada kedua sampel uji berbeda hal ini ditunjukkan
dengan terjadinya penurunan bobot tubuh dan menurunnya tingkat survival rate. Hasil pengukuran tersebut
didasarkan pada kemampuan masing-masing organisme dalam menoleransi tingkatan salinitas. Percobaan
dilaksanakan melalui zoom meeting pada Rabu 17 Maret 2021 pukul 07.00-10.00 WIB di Laboratorium
Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Faktorial (RAF).
KATA KUNCI: Euryhaline, osmoregulasi, salinitas

ABSTRACT
Osmoregulation is an effort made by aquatic organisms in controlling the balance of water and ions in and
outside the body through regulation of osmotic pressure. The difference in osmotic pressure that occurs
between the fish body and the environment causes aquatic organisms to osmoregulate. The amount of osmotic
pressure regulation that comes from the difference in the level of pressure concentration. Treatment with
various levels of salinity is one of the determinants in pressure assistance and determinants in determining
the value of tolerance by measuring the weight loss of body organisms. The salinity levels used were control,
7 ppt, 14 ppt, 21 ppt and 28 ppt. Aquatic organisms used in this lab are tilapia (Oreochromis niloticus) and
goldfish (Cyprinus carpio). These two aquatic organisms show different responses. Tilapia (Oreochromis
niloticus) is a euryhaline fish or has a high level of tolerance to salinity, while goldfish (Cyprinus carpio) is a
stenohaline fish or has a low level of tolerance to salinity. The parameters observed were fish endurance
(based on trial time), survival (survival rate), reduction in relative weight and optimum salinity. Based on the
experimental results, it is known that the range of tolerance and optimum in the two test samples is different,
this is indicated by the incidence of decreasing body weight and decreasing survival rates. The results of
these measurements are based on the ability of each organism to tolerate the level of salinity. The experiment
was carried out through a zoom meeting on Wednesday 17 March 2021 at 07.00-10.00 WIB at the Laboratory
of Aquatic Animal Physiology, Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and
Marine Sciences, Bogor Agricultural University. The experimental design carried out was a factorial
randomized design (RAF).
KEYWORDS: Euryhaline, osmoregulation, salinity

PENDAHULUAN
Osmoregulasi merupakan proses penyeimbangan pemasukan dan pengeluaran
cairan tubuh dalam mengatur konsentrasi cairan tubuh. Osmoregulasi dilakukan agar cairan
tubuh baik digunakan sehingga proses-proses fisiologis dalam tubuh berfungsi dengan baik
(Pamungkas 2012). Osmoregulasi dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmosis
antara larutan yang berada di dalam tubuh dan di luar tubuh organisme akuatik (Temmy et
al. 2017). Tekanan osmotik yang berbeda pada suatu perairan disebabkan oleh salinitas.
Salinitas berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses
osmoregulasi (Yuliani et al. 2018). Salinitas merupakan jumlah konsentrasi seluruh larutan
garam dan ion yang terdapat dalam air laut. Komposisi ion-ion dalam air biasanya akan
didominasi oleh sodium, klorid, fosfor, natrium, sulfat dan nitrogen yang berada di perairan
(Hastuti et al. 2015). Salinitas dapat mempengaruhi proses fisiologis, laju pertumbuhan,
jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan dan sintasan. Tingkat salinitas
yang optimum akan mengefisiensi penggunaan energi dalam proses osmoregulasi (Ardi et
al. 2016).
Organisme akuatik di perairan memiliki mekanisme osmoregulasi yang berbeda di
dalam tubuhnya menyesuaikan dengan habitat. Menurut Pamungkas (2012), air tawar
memiliki salinitas kurang dari 0,5 ppt sedangkan salinitas di laut terbuka berkisar antara 33
– 37 ppt. Salinitas di kawasan estuari sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh masukan
air tawar dan air laut. Ikan memiliki kemampuan toleransi salinitas yang digolongkan
menjadi dua, yaitu ikan euryhaline dan ikan stenohaline. Ikan eurihaline merupakan ikan
yang memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas. Sedangkan ikan stenohalin adalah ikan
yang toleransinya rendah terhadap salinitas (Rahman et al. 2017). Organisme akuatik yang
digunakan pada praktikum ini yaitu ikan nila dan ikan mas. Ikan nila (Oreochromis
niloticus) merupakan salah satu komoditas penting dalam perikanan budidaya dan sangat
populer di masyarakat. Ikan nila memiliki pertumbuhan yang cepat dan produktivitas yang
tinggi (Arifin 2016). Ikan nila termasuk ikan eurihaline, karena dapat hidup pada toleransi
salinitas yang tinggi (Asmaini et al. 2020). Hal tersebut menyebabkan ikan nila mudah
ditemukan seperti pada sungai, waduk, rawa, dan air payau (Sobirin et al. 2014).
Ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan air tawar. Ikan mas merupakan jenis
ikan paling populer dan menjadi favorit dari berbagai kalangan karena rasa dan kandungan
nutrisinya yang baik bagi tubuh (Astuti et al. 2012). Biasanya, warna ikan ini meliputi
kekuningan, merah, oranye serta abu-abu kehitaman. Ikan mas dapat ditemukan pada muara
sungai yang memiliki kadar salinitas 0-12 ppt (Fuadi et al. 2021). Praktikum ini dilakukan
untuk mendapatkan salinitas optimum bagi pertumbuhan biota akuatik. Kadar salinitas
yang digunakan sebesar 7 ppt, 14 ppt, 21 ppt, 28 ppt dan kontrol.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat
Percobaan dilaksanakan pada Rabu, 17 Maret 2021. Pelaksanaan percobaan
bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan
dimulai pada pukul 07.00 sampai 10.00 WIB melalui zoom meeting.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah akuarium yang berfungsi sebagai wadah ikan, aerator
berfungsi untuk menggerakkan air dalam akuarium, timbangan digital berfungsi untuk
menimbang bobot ikan, gayung berfungsi untuk mengambil air, ember berfungsi untuk
wadah air dan ikan, gelas ukur yang digunakan untuk mengukur volume cairan, lap atau
tissue berfungsi untuk membersihkan bagian atau tempat yang basah, stopwatch berfungsi
untuk menghitung waktu yang dibutuhkan dalam mengamati tingkah laku ikan, gelas cup
berfungsi untuk wadah garam. Bahan yang digunakan yaitu garam untuk membuat
perlakuan atau salinitas, ikan dan air berfungsi untuk membantu proses pada tiap perlakuan.

Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan penentuan toleransi salinitas optimum media melalui
pengukuran tingkat penurunan bobot tubuh organisme akuatik yaitu 5 buah akuarium
disiapkan untuk memelihara ikan dengan salinitas yang berbeda (kontrol, 7 ppt, 14 ppt, 21
ppt dan 28 ppt). Tiga ekor ikan yang telah dipuasakan selama 24 jam dan sudah diketahui
beratnya dimasukkan kedalam masing-masing media (akuarium). Pengamatan dilakukan
setiap 15 menit sekali selama satu jam, apabila ikan belum mati, maka dilakukan
pengamatan kembali pada keesokan harinya pukul 08.00, 12.00 dan 15.00 WIB.
Pengamatan pada ikan selesai, kemudian ikan ditimbang beratnya. Hitung penurunan berat
badan ikan yang terjadi pada masing-masing media dan hitung pula ikan yang masih hidup
untuk mengetahui survival rate (SR). Dalam pengamatan ini, ikan yang ditempatkan pada
media tersebut tanpa diberi pakan dan kondisi media dalam keadaan baik terutama kadar
oksigennya.

Pengambilan Data
Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan salinitas optimum bagi pertumbuhan
biota akuatik. Pengambilan data berfungsi dalam proses merumuskan hasil penelitian.
Berikut merupakan tabel parameter:
Tabel 1. Parameter variabel respon organisme akuatik

Parameter Satuan Alat/metode Lokasi pengamatan


Kelangsungan Hidup (SR) % Perhitungan Laboratorium
Penurunan Bobot Relatif (PBR) gram Perhitungan Laboratorium
Salinitas optimum ppt Pengamatan Laboratorium
Daya tahan ikan (waktu) - Pengamatan Laboratorium
Tingkah laku ikan - Pengamatan Laboratorium

Parameter yang diukur


Perlakuan pada praktikum kali ini menggunakan ikan mas dan ikan nila. Rumus-
rumus yang digunakan dalam parameter percobaan penentuan toleransi salinitas optimum
media melalui pengukuran tingkat penurunan bobot tubuh organisme akuatik yaitu sebagai
berikut:
1. Kelangsungan hidup (SR)

SR =
Keterangan:
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan akhir
No = Jumlah ikan awal

2. Penurunan Bobot Relatif (PBR)

Keterangan
PBR = Penurunan Bobot Relatif
Wt = Berat rata-rata pada akhir
Wo = Berat rata-rata pada awal

Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah rancangan acak
faktorial (RAF) dengan lima perlakuan yaitu pada konsentrasi 7 ppt, 14 ppt, 21 ppt, 28 ppt
dan kontrol. Perlakuan tersebut diamati selama 1 jam. Data hasil respon organisme dianalisis
secara statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA) rancangan acak lengkap kemudian
diolah dengan program excel for windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel. Setiap perlakuan memiliki
tingkah laku dan nilai yang berbeda. Dibawah ini merupakan tabel hasil tingkah laku ikan
nila dan ikan mas setelah dimasukkan pada media akuarium yang berisi kadar salinitas
yang berbeda.
120

100

80
SR (%)

60
Nila
40
Mas
20

0
0 ppt 7 ppt 14 ppt 21 ppt 28 ppt 35 ppt
Perlakuan

Gambar 1 Grafik kelangsungan hidup ikan


Grafik di atas menunjukkan bahwa pada ikan nila yang diberi kadar salinitas
berbeda memiliki nilai survival rate sebesar 100% kecuali pada kadar salinitas 35 ppt
memiliki nilai survival rate sebesar 50%. Pada ikan mas yang diberi kadar salinitas 0 ppt
dan 7 ppt memiliki nilai survival rate sebesar 100% sedangkan pada kadar salinitas 14 ppt,
21 ppt, 28 ppt, 35 ppt dan gradual memiliki nilai survival rate sebesar 0%.

0
0 ppt 7 ppt 14 ppt 21 ppt 28 ppt 35 ppt
-2
Penurunan bobot (gram)

-4

-6

-8 Nila

-10 Mas

-12

-14

-16
Perlakuan
Grafik diatas menunjukkan bahwa ikan mas dan ikan nila masing-masing memiliki
nilai kisaran optimum yang mendukung pertumbuhan ikan yaitu 0 hingga 7 ppt. Perlakuan
dengan tingkat salinitas yang lebih tinggi menurunkan bobot tubuh sampel uji. Pada garis
orange menunjukkan ikan mas terjadi penurunan yang tidak signifikan sedangkan pada
grafik dengan garis biru yaitu ikan nila mengalami penurunan yang cukup signifikan dari
perlakuan salinitas 14 ppt ke 21 ppt dengan jumlah penurunan bobot berkisar 9 gram.
Penurunan bobot semakin meningkat sesuai dengan peningkatan salinitas, hingga pada
salinitas 35ppt ikan nila mengalami penurunan bobot sebesar 16 gram.

Pembahasan
Osmoregulasi merupakan upaya yang dilakukan organismte akuatik dalam
mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam dan di luar tubuh melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmotik (Ardi et al. 2016). Proses osmoregulasi perlu dilakukan karena
adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Tekanan
osmotik yang berbeda pada suatu perairan disebabkan oleh salinitas. Salinitas merupakan
salah satu parameter kualitas air yang berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme
tubuh ikan, terutama pada proses osmoregulasi (Yurisma et al. 2013). Menurut Maulana et
al. (2013) salinitas berperan penting dalam osmoregulasi, dimana semakin tinggi salinitas
maka akan semakin tinggi tekana osmosisnya karena jika salinitas dalam suatu perairan
berfluktuasi, maka energi yang dikeluarkan ikan akan lebih banyak dan mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan. Ikan yang tidak mengontrol keseimbangan osmotik dalam
tubuhnya akan mengalami stres dan dapat berakibat ikan mati. Kerusakan insang juga akan
berpengaruh pada kegiatan osmosis ikan (Pamungkas 2012).
Terdapat dua golongan ikan yang memiliki kemampuan dalam menoleransi salinitas
yaitu ikan euryhaline dan ikan stenohaline. Ikan nila termasuk dalam golongan ikan
euryhaline, karena dapat hidup pada toleransi salinitas yang tinggi. Tubuh pada ikan nila
biasanya juga mampu bertindak sebagai osmoregulator dan mempunyai kemampuan dalam
mempertahankan osmotik (Dahril et al. 2017). Hasil pengamatan didapatkan bahwa ikan
nila mempunyai nilai toleransi salinitas hingga 35 ppt yang artinya ikan nila masih mampu
bertahan hidup sampai kadar salinitas tersebut. Sedangkan pada ikan mas hanya mampu
menoleransi sampai kadar salinitas kurang dari 14 ppt yang artinya pada kadar 0% sampai
dengan 7% ikan masih tetap hidup tetapi pada kadar 14% sampai dengan 35% ikan mas
akan mengalami kematian. Hal tersebut sesuai dengan kadar salinitas optimum dari masing-
masing ikan, dimana menurut Royan et al. (2014) salinitas yang masih ditoleransi untuk
kehidupan ikan nila antara 0–35 ppt, sedangkan pada ikan mas hanya mampu hidup dengan
salinitas maksimal 12 ppt (Alminah 2015).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkah laku ikan terhadap media dengan
salinitas yang berbeda akan menghasilkan tingkah laku yang berbeda pula. Apabila kadar
salinitas tidak sesuai dengan kondisi tubuh maka ikan akan mengalami stres dan ikan akan
merasa tidak nyaman pada lingkungannya. Hal tersebut terjadi pada ikan mas perlakuan
kadar salinitas 14 ppt yaitu ikan bergerak lebih aktif dengan mulut terbuka (megap-megap)
yang menandakan ikan merasa tidak nyaman dengan lingkungan tersebut. Setelah 15 menit
perlakuan, ikan berada di permukaan air dan lemas menandakan ikan kehilangan energi.
Pada perlakuan kurang lebih 30 menit, ikan mas sudah mati pada perlakuan salinitas 14 ppt
hingga 35ppt, sedangkan ikan nila masih dapat hidup pada semua perlakuan.
Hasil pengukuran bobot tubuh ikan nila dan ikan mas dapat diketahui bahwa pada
setiap kadar salinitas yang berbeda akan mengalami penurunan bobot tubuh relatif.
Semakin jauh salinitas terhadap tekanan osmotik dalam tubuh maka osmotik pada
lingkungan akan mempengaruhi ikan terhadap kebutuhan energi. Ikan akan membutuhkan
lebih banyak energi untuk kebutuhan osmoregulasi dan harus terpenuhi sebelum energi
digunakan untuk pertumbuhan. Energi juga digunakan dalam pergerakan ikan yang tidak
normal sebagai respon tingkah laku terhadap perubahan salinitas sehingga energi yang
seharusnya dapat disimpan untuk proses pertumbuhan akan digunakan terlebih dahulu
untuk proses osmoregulasi dan aktivitas ikan sehingga akan terjadi penurunan bobot tubuh.
Hal ini sesuai dengan penelitian Khalil et al (2015) yang menyatakan bahwa semakin jauh
salinitas dari salinitas optimum maka akan berpengaruh terhadap proses matabolisme yang
mengakibatkan ikan membutuhkan energi lebih banyak sehingga dengan laju pertumbuhan
yang tinggi maka penggunaan energi akan semakin tinggi dan menyebabkan energi dalam
peningkatan bobot semakin terbatas.
Organisme akuatik seperti ikan, memiliki beberapa organ yang berperan dalam
pengaturan tekanan osmotik agar proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berjalan dengan
normal. Osmoregulasi ikan dilakukan oleh organ ginjal, insang, kulit dan saluran
pencernaan (Dahril et al. 2017). Hormon yang berperan penting dalam proses osmoregulasi
berupa hormon kortisol dan prolaktin sedangkan kelenjar yang berperan penting dalam
osmoregulasi adalah kelenjar endokrin yaitu pituitary (Purnamasri dan Santi 2017). Garam
yang berasal dari lingkungan akan diserap dengan energi metabolik kemudian untuk
mempertahankan keseimbangannya, ikan air tawar tidak banyak minum dan melakukan
osmosis melalui insang serta memompa garam melalui sel khusus pada insang yang disebut
dengan sel chloride. Air yang masuk melalui insang pada ikan air tawar menyebabkan
kondisi garam dalam tubuh ikan meningkat, kemudian ginjal perperan dalam menyaring
garam serta memompa air seni sebanyak mungkin. Saat kondisi ikan stress, air akan masuk
lebih banyak dalam tubuh ikan dan garam akan lebih banyak keluar dalam tubuh, akibatnya
ginjal bekerja dengan ekstra untuk memompa air keluar dari tubuh meningkat. Menurut
Lestari et al. (2017) hormon yang berperan penting dalam osmoregulasi pada ikan
euryhaline adalah kortisol. Hormon kotsisol dihasilkan ketika ikan dalam kondisi
pemulihan dari stres. Hormon ini berperan dalam mengeksreskan ion melalui insang
dengan menstimulasi sel chloride untuk aktivitas diferensiasi, proliferasi serta ekskresi.
Hormon prolaktin berfungsi dalam membantu matabolisme kelenjar endokrin. Kelenjar
hipofisis endokrin merupakan kelenjar yang mensintesis dan mengeluarkan hormone
penting termasuk hormone pertumbuhan dan hormon prolaktin serta hormon tiroid (Yan et
al. 2012).
Berdasarkan hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar
dari F tabel, maka disimpulkan bahwa berdasarkan tingkat kepercayaan 95% perlakuan
yang diberikan memberi pengaruh terhadap perubahan bobot tubuh ikan. Hasil perhitungan
ini sesuai dengan penelitian Kucuk et al (2012) yang menyatakan bahwa perlakuan salinitas
yang berbeda jauh dari kisaran toleransi akan mempengaruhi proses metabolisme,
pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Semakin tinggi perbedaan salinitas maka semakin
tinggi energi yang dibutuhkan untuk proses osmoregulasi, sehingga energi yang digunakan
untuk pertumbuhan menjadi lebih terbatas dan berakibat pada penurunan bobot tubuh
(Rachmawati et al. 2012).

KESIMPULAN
Penentuan toleransi salinitas optimum media melalui pengukuran tingkat penurunan
bobot tubuh organisme akuatik disimpulkan bahwa ikan nila dan ikan mas memiliki kisaran
salinitas optimum yang berbeda. Salinitas toleransi bagi ikan mas berkisar 0 hingga 12 ppt
sedangkan ikan nila memiliki kisaran toleransi salinitas sebesar 0 ppt hingga 35 ppt. Ikan
nila memiliki toleransi salinitas yang lebih luas dikarenakan ikan nila termasuk dalam ikan
euryhaline. Perlakuan salinitas yang jauh dari kisaran toleransi akan mempengaruhi proses
metabolisme ikan yang dapat mengakibatkan penurunan bobot tubuh ikan.

SARAN
Praktikum mengenai osmoregulasi sebaiknya dilakukan lebih lanjut untuk
mengetahui pengaruh salinitas terhadap penurunan bobot tubuh ikan. Diperlukan juga
penelitian pada tingkat salinitas dengan membandingkan berbagai jenis strain pada satu
spesies. Tingkat salinitas optimum yang didapatkan dari praktikum ini dapat dijadikan
acuan dalam melakukan budidaya organisme akuatik seperti ikan nila dan ikan mas.

DAFTAR PUSTAKA
Alminah A. 2015. Pengendalian ektoparasit pada benih ikan mas (Cyprinus carpio) dengan
penambahan garam dapur (NaCl) di balai benih Perikanan Plalangan Kalisat
Kabupaten Jember[skripsi]. Jember(ID): Universitas Jember.
Ardi I, Setiadi E, Kristanto AH, Widiyati A. 2016. Salinitas optimal untuk pendederan
benih ikan betutu (Oxyelotris marmorata). Jurnal Riset Akuakultur. 11(4): 339–
347.
Arifin M Yusuf. 2016. Pertumbuhan dan survival rate ikan nila (Oreochromis sp) strain
merah dan strain hitam yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi. 16(1): 159-166.
Asmaini, Handayani L, Nurhayati. 2020. Penambahan nano CaO limbah cangkang kijing
(Pilsbryocncha exilis) pada media bersalinitas untuk pertumbuhan ikan nila
(Oreochromis niloticus). Aquatic Sciences Journal. ISSN: 2406-9825. 7(1):1-7.
Astuti IR, Prihadi TH, Supriyadi H, Kristanto AH. 2012. Teknik pengendalian penyakit
KHV pada ikan mas (Cyprinus carpio) melalui manipulasi lingkungan dalam
skala laboratorium. Jurnal Riset Akuakultur. 7(3): 477–484.
Dahril I, Tang UM, Putra I. 2017. Pengaruh salinitas berbeda terhadap pertumbuhan dan
kelulushidupan benih ikan nila merah (Oreochromis sp.). Jurnal Berkala
Perikanan Terubuk. ISSN: 0126-4265. 45(3): 67–75.
Fuadi AA, Hasly IRJ, Azkia LI, dan Irham M. 2021. Response of tilapia (Oreochromis
niloticus) behavior to salinity differences: a laboratory scale study. International
and National Symposium on Aquatic Enviroment and Fisheries. 674(1):1-7.
Hastuti YP, Affandi R, Safrina MD, Faturrohman K, Nurussalam W. 2015. Optimum
salinity for growth of mangrove crab Scylla serrata seed in recirculation systems.
Jurnal Akuakultur Indonesia. 14(1): 50-57.
Khalil M, Mardhiah A dan Rusydi R. 2015. The effect of declining salinity of on oxygen
consumption rate and growth rate of grouper (Epinephelus tauvina). Jurnal Acta
Aquatica. ISSN: 2406-9825. 2(2): 114-121.
Kucuk S, Karul A , Yildirim S dan Gamsiz K. 2012. Effects of salinity on growth and
metabolism in blue tilapia (Oreochromis aureus). African Journal of
Biotechnology. 12(9): 2716-2721.
Lestari SN, Rachmawati FN, Susilo U. 2017. Perubahan kadar protein dan status lipostatik
ikan sidat, anguilla bicolor, stadia silver yang dipelihara pada salinitas yang
berbeda. Scripta Biologica. 4(1):41-45.
Maulana R, Rachmawati D, Anggoro S. 2013. Pola osmoregulasi, pertumbuhan dan
kelulushidupan keong macan (Babylonia spirata L) pada media dengan salinitas
berbeda. Journal Of Management Of Aquatic Resources. 2(3):233-242.
Pamungkas W. 2012. Aktivitas osmoregulasi, respons pertumbuhan, dan energetic cost
pada ikan yang dipelihara dalam lingkungan bersalinitas. Jurnal Media
Akuakultur. 7(1): 44-51.
Purnamasari R, Santi DR. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya(ID): Program Studi Arsitektur
Uin Sunan Ampel.
Rachmawati D, Hutabarat J, Anggoro S. 2012. Pengaruh salinitas media berbeda terhadap
pertumbuhan keong macan (babylonia spirata L.) pada proses domestikasi. Jurnal
Ilmu Kelautan. ISSN: 0853-7291. 17(3):141-147.
Rahman SA, Athirah A, Asaf R. 2017. Concentration Dilution Salinity Towards The
Ability of Fish Taken from Capungan Osmoregulation. Jurnal SAINTEK
Peternakan dan Perikanan. ISSN: 2580-1945. 1(1): 45–51.
Royan F, Rejeki S, Haditomo AHC. 2014. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap profil
darahikan nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and
Technology. 3(2):109-117.
Salsabiela Mutiara. 2020. Pola osmoregulasi udang vannamei (litopenaeus vannamei)
dewasa yang diablasi dan dikultivasi pada berbagai tingkat salinitas. Jurnal Gema
Wiralodra. ISSN: 1693-7945. 11(1): 143-153.
Sobirin M, Soegianto A, Irawan B. 2014. Pengaruh beberapa salinitas terhadap
osmoregulasi ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. 17(2): 46–50.
Temmy, Anggoro S, Widyorini N. 2017. Tingkat kerja osmotik dan pertumbuhan kerang
hijau perna viridis yang dikultivasi di Perairan Tambak Lorok Semarang. Journal
of Maquares. 6(2).164-172.
Yan B, Wang ZH, dan Zhao JL. 2012. Mechanism of osmoregulatory adaptation in tilapia.
Molecular Biology Reports. 40(2): 925–931.
Yuliani TA, Anggoro S, Solichin A. 2018. Pengaruh salinitas berbeda terhadap respon
osmotik, regulasi ion dan pertumbuhan ikan sidat (anguilla sp.) fase elver selama
masa aklimasi dan kultivasi. Journal of Maquares. 7(4):333-341.
Yurisma EH, Abdulgani N, Mahasri G. 2013. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap laju
konsumsi oksigen ikan gurame (Osprhonemus gouramy) skala laboratorium.
Jurnal Sains dan Seni. 1(1):1-4.
Lampiran 1 Tabel Anova

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Sample 32000 1 32000 65535 #DIV/0! 4.964603
Columns 8000 4 2000 65535 #DIV/0! 3.47805
Interaction 8000 4 2000 65535 #DIV/0! 3.47805
Within 0 10 0

Total 48000 19

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Sample 314.7418 1 314.7418 182.3448 9.56E-08 4.964603
Columns 122.1913 4 30.54782 17.6978 0.000156 3.47805
Interaction 169.8489 4 42.46223 24.60038 3.7E-05 3.47805
Within 17.2608 10 1.72608

Total 624.0428 19
Lampiran 2 Screenshoot Jurnal

Anda mungkin juga menyukai