Anda di halaman 1dari 12

OSMOREGULASI

Penentuan Toleransi Salinitas Optimum Media Melalui Pengukuran Tingkat


Penurunan Bobot Tubuh Organisme Akuatik

Usaid Alkamil Anshorulloh/C14170115


Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Insitut Pertanian Bogor

Abstrak

Ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang merupakan
salah dua dari jenis ikan air tawar yang hidupnya bebas di perairan dan ikan ini juga tersebar
luas di daerah tropis. Osmoregulasi ini merupakan sistem yang mengatur cairan (konsentrasi)
yang berada di dalam tubuh ikan. Tujuan praktikum adalah mendapatkan salinitas optimum
bagi pertumbuhan biota akuatik. Praktikum dilaksanakan bertempat di Laboratorium Fisiologi
Hewan Air. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAF yang berarti rancangan acak
factorial. Praktikum ini menggunakan rumus SR dan PBR. Berdasarkan hasil yang didapat
bahwa tingkat survival rate pada ikan mas dan nila terhadap salinitas pada seluruh perlakuan
salinitas 7 dan 14 ppt seluruhnya 100%. Sedangkan pada salinitas 21 dan 28ppt ikan mas mati
sedangkan ikan nila bertahan. PBR atau perubahan bobot relatif didapatkan hasil bahwa terjadi
penurunan bobot yan relative berpengaruh terhadap ikan mas dan ikan nila.
Kata kunci : Cyprinus carpio, Oreochromis niloticus, Osmoregulasi, PBR, , survival rate

Abstract

Goldfish (Cyprinus carpio) and Tilepia nile (Oreochromis niloticus) which is one of the types
of freshwater fish that his life freely in the waters and the fish is also widespread in the tropics.
This Osmoregulation is a system that regulates the fluid (concentration) which is located in the
body of the fish. The purpose of hands-on labs is to get the optimum salinity for the growth of
aquatic biota. Hands-on labs conducted at the laboratory of physiology water animals. The
design of the experiment that is used is the RAF which means random factorial design. This
practicum using the formula SR and PBR. Based on the results of the report that the level of
survival rate in goldfish and tilepia nile against salinity on salinity in every salinity is 100%.
Therefore, in 21 and 18 ppt goldfish dying but tilepia nile still alive. On the PBR or changes
the relative weight obtained the results that decrease the weight for goldfish and tilepia nile.
Key Words : Cyprinus carpio, Oreochromis niloticus, Osmoregulation, PBR, survival rate
Latar Belakang
Ikan merupakan suatu komoditas yang memiliki banyak manfaat yang bisa digunakan
untuk sebuah hiasan yang menarik. Ikan hias di Indonesia sangat beragam jenisnya biasanya
memiliki bentuk atau warna yang menarik sehingga banyak yang minat dann memeliharanya.
Salah satu komoditas ikan konsumsi yaitu ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang merupakan salah satu dari jenis ikan air tawar yang hidupnya
bebas di perairan dan ikan ini juga tersebar luas di daerah tropis. lkan tersebut banyak
dibudidayakan oleh karena bernilai ramah ekonomi. Ikan mas dan ikan nila termasuk jenis ikan
yang mudah beradaptasi dan memiliki toleransi tinggi terhadap rentang temperatur dan
salinitas, bahkan terhadap perairan tercemar sekalipun ikan mas dan ikan nila ini dapat
bertahan (Zidni et al. 2018)
Salah satu aspek penting dalam kehidupan oraganisme terutama hewan air (ikan) adalah
kondisi lingkungan tempat hidup. Kondisi lingkungan yang sering mengalami perubahan baik
harian, bulanan maupun musiman. Perubahan lingkungan yang terjadi umumnya akibat
perubahan cuaca atau musim dan aktivitas manusia. Perubahan lingkungan yang terjadi dapat
disebabkan oleh adanya perubahan faktor kimiawi, fisik, maupun biologi. Perubahan
lingkungan dapat berupa perubahan pH, suhu, salinitas, kecerahan, kadar racun, dan gas-gas
lainnya. (Zidni et al. 2018)
Salah satu faktor yang mempengruhi kelangsungan hidup ikan adalah salinitas. Salinitas
ini merupakan faktor yang menunjang kelangsungan hidup ikan air tawar yang memiliki
toleransi terhadap salinitas rendah dibandingkan dengan ikan air laut. Apabila ikan berada pada
lingkungan yang kadar salinitasnya kurang optimum, maka ikan akan berusaha
mempertahankan hidupnya dengan menggunakan suatu sistem yang disebut dengan sistem
osmoregulasi yang terjadi pada tubuh ikan secara spontan jika terjadi adanya perbedaan
salinitas (Soltanian & Fereidouni 2017)
Osmoregulasi ini merupakan sistem yang mengatur cairan (konsentrasi) yang berada di
dalam tubuh ikan. Osmoregulasi ini terkait dengan tekanan osmotik antara cairan di tubuh ikan
dengan lingkungan sekitar. Tekanan osmotik akan mengalami perubahan jika ada perubahan
salinitas di lingkungan. Tekanan osmotik akan berpengaruh terhadap sel yang nantinya akan
menyebabkan perubahan struktur pada jaringan dan organ. Organ-organ yang digunakan pada
saat osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, dan saluran pencernaan (Schoder et al. 2015).
Perubahan lingkungan yang terjadi membuat organisme yang hidup di dalamnya harus
merespon dan atau melakukan adaptasi atas perubahan lingkungan yang terjadi agar tetap dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Respon yang diberikan dapat berupa respon negatif
maupun positif. Respon yang diberikan dapat berupa respon biokimia, fisiologis, struktur, dan
tingkah laku (Georgina et al. 2017)
Oleh karena itu, untuk mengetahui respon dan batas toleransi organisme akuatik (ikan)
terhadap perubahan lingkungan, maka perlu dilakukan pengujian terhadap beberapa parameter
lingkungan seperti pH, suhu, salinitas, detergen, dan kekeruhan (Schoder et al. 2015). Tujuan
praktikum adalah mendapatkan salinitas optimum bagi pertumbuhan biota akuatik.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mendapatkan salinitas optimum bagi pertumbuhan biota
akuatik

Metode Percobaan
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan Senin, 11 Februari 2019 pukul 15.00-18.00 WIB
bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAF yang berarti rancangan acak
factorial karena di praktikum yang dilakukan terdapat ulangan, kelompok, dan perlakuan
terhadap ikan yang digunakan di setiap 15 menit sekali. Perlakuan yang digunakan adalah
salintas yang menggunakan bahan yaitu garam.

Prosedur Percobaan
Pertama, ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Setelah ditimbang
ikan dimasukkan ke dalam empat akuarium yang masing-masing akuarium telah diisi dengan
5 liter air dan terdapat aerator yang telah dinyalakan. Setiap akuarium dimasukkan tiga ekor
ikan. Kemudian, setiap akuarium diberi label sesuai dengan perlakuan yang diberikan (7ppt,
14ppt, dan 21ppt). Selanjutnya, ikan diamati setiap 15 menit selama 1 jam. Setelah itu, ikan
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital untuk memperoleh bobot akhir.

Pengambilan Data
Osmoregulasi biota akuatik diamati dengan penentuan toleransi salinitas optimum
media melalui pengukuran penurunan bobot. Pengamatan penurunan bobot dilakukan dengan
penambahan garam khusus. Ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan mas (Cyprinus carpio)
sebagai organisme yang diamati. Parameter yang digunakan pada pengamatan kali ini sebagai
berikut;

Tabel x parameter biologi ikan yang diambil


Parameter Satuan Alat/Metode Lokasi Pengamatan
Kelangsungan Hidup (SR) % Perhitungan Laboratorium
Laju pertumbuhan spesifik (SGR) % Perhitungan Laboratorium
Parameter yang Diukur
𝑁𝑡
1. SR = 𝑁𝑜 × 100%

Rumus Penurunan Bobot Relatif


𝑊𝑡−𝑊𝑜
2. PBR = × 100%
𝑊𝑜

Keterangan :
Nt = Jumlah akhir ikan (ekor)
No = Jumlah awal ikan (ekor)
Wt = Berat rata-rata akhir
Wo = Berat rata-rata awal

Analisis Data
Untuk perhitungan dalam praktikum ini maka digunakan rumus :
Rumus Survival Rate
𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜 × 100%

Rumus Penurunan Bobot Relatif


𝑊𝑡−𝑊𝑜
PBR = × 100%
𝑊𝑜

Keterangan :
Nt = Jumlah akhir ikan (ekor)
No = Jumlah awal ikan (ekor)
Wt = Berat rata-rata akhir
Wo = Berat rata-rata awal
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Berikut ini merupakan hasil dari survival rate terhadap salinitas :

Grafik 1. Survival Rate terrhadap perlakuan salinitas kepada ikan mas


120

100
Survival Rate (%)

80

60

40

20

0
Kontrol 7 ppt 14 ppt 21 ppt 28 ppt
Perlakuan

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa ikan mas (Cyprinus scarpio) dapat
bertahan hingga salinitas 14 ppt dan lethal pada 21 dan 28 ppt.

Grafik 2. Survival Rate terhadap perlakuan salinitas kepada ikan nila


120

100
Survival Rate (%)

80

60

40

20

0
Kontrol 7 ppt 14 ppt 21 ppt
Perlakuan

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus)
dapat bertahan hidup hingga 21ppt. Memiliki arti bahwa ikan nila termasuk ikan yang mampu
beradaptasi terhadap lingkungannya dengan baik dan memiliki nilai toleransi yang tinggi.
Penurunan Bobot Relatif
Berikut ini merupakan hasil dari survival rate terhadap salinitas :
Grafik 1 Penurunan bobot relatif terhadap perlakuan pada ikan mas.
16

14

12

10
PBR (%)

0
Kontrol 7 ppt 14 ppt 21 ppt 28 ppt
Perlakuan

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada perlakuan kontrol tidak terhadi
banyak penurunan bobot relatif. Hanya terjadi penurunan bobot sebesar 2%. Sedangkan
penurunan bobot relatif paling besar terjadi diperlakuan salinitas 14ppt.

Grafik 2 Penurunan bobot relatif terhadap perlakuan pada ikan nila.


14

12

10
PBR (%)

0
Kontrol 7 ppt 14 ppt 21 ppt 28 ppt
Perlakuan

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa ikan nila tidak terlalu banyak terjadi
perubahan bobot relatif. Perlakuan kontrol dan 7 ppt tidak terlalu signifikan. Masih berada pada
sekitar 2%. Kemudian pada perlakuan 21 ppt dan 28 ppt juga tidak terlalu signifikan
perbedaannya. Masih berada dikisaran 4-6%. Sedangkan pada perlakuan 14 ppt, ikan nila
mengalami penurunan bobot tubuh yang cukup signifikan dibandingkan dengan perlakuan lain
yaitu penurunan bobot sebesar 14 ppt.
Pembahasan
Osmoregulasi digunakan pada organisme akuatik untuk mengontrol kseimbangan air
dengan ion yang berada dalama tubuhnya terhadpa lingkungan sekitarnya ( Lantu 2010 ).
Osmoregulasi suatu sistem yang homeostasis pada organisme akuatik untuk menjaga
keseimbangan konsentrasi osmotik antara yang terdapat pada cairan intra sel dan ekstra selnya.
Osmoregulasi dinyatakan dengan nilai kapasitas osmoregulasi pada perbedaan antara tekanan
osmotic (Kijewska et al. 2016)
Osmoregulasi terjadi pada organisme akuatik terjadi dalam dalam dua cara yaitu usaha
untuk menjaga konsentrasi osmotik yang berada di luar sel dan memeilhara isoosmotik cairan
dalam sel terhadaap cairan yang di luar sel. Pada air tawar memiliki salinitas 0 %o, sedangkan
pada air payau salinitasnya 1-30 %o, dan pada air laut salinitasnya adalah diatas 30 %o. Organ-
organ yang digunakan pada saat osmoregulasi organisme akuatik adalah organ ginjal, insang,
kulit, dan saluran pencernaan (Saxena & Ramakrishnan 2016).
Pengaruh salinitas terhadap organisme akuatik dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Pengaruh secara langsung yaitu terjadi osmoregulasi, adanya absorpsi nutrien pakan,
dan kemampuan digesti. Sedangkan secara tidak langsung yaitu terjadi perubahan kualitas air.
salinitas dapat mempengaruhi kondisi internal hewan air. Kelangsungan hidup dan metabolime
ikan akibat perubahan salinitas bergantung pada kemampuan cairan tubuh untuk bekerja sedikit
mungkin dan kemampuan untuk mengembalikan tekanan osmotik manjadi normal (Pedersen
et al. 2014). Salinitas juga berpengaruh terhadap kondisi fisiologis yang terdapat di dalam
hewan akuatiknya tersebut (Cruz et al. 2010).
Berdasarkan hasil yang didapat bahwa tingkat survival rate pada ikan mas terhadap
salinitas pada salinitas 7 ppt dan 14 ppt SR yang didapat sebesar 100%. Namun, pada salinitas
diatas 14 ppt, ikan mas mengalami kematian. sedangkan pada ikan nila, ikan nila dapat bertahan
hidup 100% diseluruh perlakuan. Hal ini sesuai dengan literature bahwa ikan nila dan ikan mas
tahan terhadap salinitas, bahkan di lingkungan yang tercemar (Akinrotimi et al. 2012). PBR
atau perubahan bobot relatif didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan bobot. Penurunan bobot
ikan nila terbesar yaitu pada salinitas 14ppt sebesar 12%, sedangkan penurunan bobot terkecil
yaitu pada salinitas 7ppt sebesar 1,9 %o. sedangkan ikan mas, mengalami penurunan bobot
terbesar pada salinitas 14 ppt sebesar 13,9% dan terkecil pada perlakuan kontrol sebesar 2,8%.
Menurut Bett dan Elarabany et al. (2017) organisme akuatik dapat hidup pada salinitas yang
berada sekitar 3-9ppt. Menurut Scheibener et al. (2012) sebuah salinitas memiliki kadar
optimum, salinitas optimum untuk pertumbuhan organisme akuatik yakni sebesar 12ppt. Hal
tersebut tidak sesuai dengan percobaan yang dilakukan

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Salinitas dapat mempengaruhi sisem osmoregulasi yang terjadi pada organisme akuatik.
Salinitas optimum untuk pertumbuhan suatu organisme akuatik yaitu sebesar 14 ppt. Ikan mas
cenderung kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan sedangkan ikan nila mampu beradaptasi
dengan lingkungan lebih baik.

Saran
Diharapkan adanya inovasi dari perlakuan ikan. Perlunya perlakuan dari variabel lain
agar dapat dijadikan acuan seberapa berpengaruh variabel yang ingin diteliti dibandingkan
dengan variabel lain.
Daftar Pustaka

Akinrotimi O, Agokei E, Aranyo A. 2012. Change in blood parameters of Tilapia Guineensi


Exposed to different salinity levels. Journal of environmental Engineering and
Technology. 1(2):4-10
Cruz P, Grabriela V, Irma E. 2010. Growth and survival of siamese fighting fish, Betta
splendens, larvae at low salinity and with differents diets. Jurnal of The World
Aquaculture Society. 41(5):823-827
Elarabany N, Mohammad B, Gamal E, Rajab A. 2017. Effects of salinity on some
haematological and biochemical parameters in nile tilapian, Oreochromis niloticus.
Agricultute Forestry and Fisheries. 6(6):200-205
Georgina Am Rivera I, Jehan H. 2017. Osmoregulation, bioenergetics and oxidative stress in
coastal marine invertebrates: raising the questions for future research. Journal of
Experimental Biology. 20(5):1749-1760
Kijewska A, Hanna K, Bartlomeij A, Tatianan G, Christph P, Roman W. 2016. Adaptation to
salinity in atlantic cod from dofferent regions of the baltic sea. Journal of Experiment
Marine Biology. 478(2016): 62-67
Saxena A, Ramakrishnan S. 2016. Osmoregulation on Saccaromyces cerevisiae via
mechanisms other than high-osmolarity glycerol pathway. Microbiology.
162(22):1511-1526
Scheibener S, Richardi V, Buchwalter B. 2016. Comparative sodium transport patterns provide
clues for understanding salinity and metal responses in aquatic insects. Aquatic
Toxicology. 17(2016):20-29
Schroder M, Martin S, Bernd S, Daniel H. 2015. Effects of salinity gradients on benthic
invertebrate and diatom communities in a german lowland river. Ecological Indicators.
57(2015):236-248
Soltanian S, Fereidouni S. 2017. Haematological blood biochemical and immuninological
responses to gradual acclimation to low salinity water in walton’s ,udskipper
periophthalamus waltoni koumans,1941 (perciformes: gobiidae). Bulgarian Journal of
Vetenary Medicine. 9(4):1311-1320
Zidni H, Walim L, Ayu Y, Iskandar, Yuli A, Achmad R, Ibnu B. 2018. Physiological response
and survival rate of red tilapia (Oreochromis sp) ad different levels of salinity. Global
Scientific Journals. 6(6):177-182
Lampiran

ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between
Groups 192.074 4 48.0185 0.672622 0.62587 3.47805
Within Groups 713.9 10 71.39

Total 905.974 14
Tabel 1. Tabel anova penurunan bobot relatif ikan
F < Fcrit: Tolak H0
<Perlakuan perbedaan salinitas berpengaruh nyata terhadap nilai PBR>

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 49.00605 4 12.25151 0.192619 0.936748 3.47805
Within Groups 636.0495 10 63.60495

Total 685.0556 14
Tabel 2. Tabel anova Survival Rate
F < Fcrit: Tolak H0
<Perlakuan perbedaan salinitas berpengaruh nyata terhadap nilai PBR>

Anda mungkin juga menyukai