Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

KARAKTERISTIK PROFIL ASAM AMINO PADA DAGING IKAN PATIN


(Pangasius sp. ) BERDASARKAN HABITAT

OLEH
APRILIANI MARANATHA DAMANIK

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KARAKTERISTIK PROFIL ASAM AMINO PADA DAGING IKAN PATIN
(Pangasius sp. )BERDASARKAN HABITAT

Oleh:
Apriliani Maranatha Damanik1),Mirna Ilza2), Edison2)
Email: aprilianidamanik07@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik asam amino esensial dan
non esensial serta mengetahui nilai komposisi kimia pada daging ikan patin yang berasal dari
sungai alami dan dari jaring apung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental perbandingan (Comparative experimental), untuk perlakuan habitat berbeda
dengan uji T terdiri dari 2 perlakuan yaitu (P1 = ikan patin sungai alami, P2 = ikan patin jaring
apung) dengan 5 kali ulangan pada komposisi kimia dan 2 kali ulangan pada analisis asam
amino, sehingga jumlah percobaan keseluruhan adalah 10 unit. Parameter yang di ukur dalam
penelitian ini adalah parameter kimia berupa analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
lemak, kadar karbohidrat, asam amino. Hasil penelitian menunjukkan bahwapanjang total ikan
patin sungai alami sebesar 48cm dan ikan patin jaring apung sebesar 45 cm dengan bobot rata-
rata sebesar 1230gr. Rendemen yang terdapat pada daging ikan patin sungai alami yaitu 52,845 g
dan 50,4065. Komposisi kimia daging ikan patin sungai alami adalah air 67,2323% (bb), abu
2,8648 % (bb), protein 21,2638 %, lemak 7,2086% (bb) dan karbohidrat 1,4304% (bb).
Komposisi kimiadaging ikan patin jaring apung adalah air 66,7238% (bb), abu 2,4701% (bb),
lemak 7,8405% (bb), protein 20,9011% (bb) dan karbohidrat 2,0642% (bb). Jenis asam amino
esensial yang memiliki kadar tertinggi dalam daging ikan patin adalah Leusin, pada ikan patin
sungai alami sebesar 4,7145% dan pada ikan patin jaring apung sebesar 4,128%, sedangkan jenis
asam amino non esensial yang memiliki kadar tertinggi adalah asam glutamat, pada ikan patin
sungai alami sebesar 7,8695% (bb) dan pada ikan patin jaring apung 6,1975% (bb). Jumlah total
asam amino pada ikan patin sungai alami sebesar 46,043% (bb) dan ikan patin jaring apung
sebesar 33,4714% (bb).

Kata kunci: Asam amino, Habitat, dan Ikan Patin


1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Characteristics of Amino Acid Profiles of Catfish (Pangasius sp.) Meat
Based on Habitat

By:
Apriliani Maranatha Damanik, Mirna Ilza2), Edison2)
Email: aprilianidamanik07@gmail.com

ABSTRACT

The aim of the study was to determine the different characteristics of essential and non-essential
amino acids and value of chemical composition on catfish meat originating from natural rivers
and from floating nets. The method used was comparative experimental for different habitat
treatment with T-test established of 2 treatments, namely (P1 = natural river catfish, P2 =
floating net catfish) with 5 replications of chemical composition and 2 replications of amino acid
analysis. The experimental unit was 10 units. The parameters used were chemical analysis
(moisture, ash, protein, fat, carbohydrate content) and amino acid analysis. The result showed
that the total length of natural river catfish was 48cm and floating net catfish was 45 cm with an
average weight was 1230 gr. The yield of natural river catfish meat was 52.8450 g and 50.4065
g. The chemical characteristics of natural river catfish meat showed that moisture, ash, protein,
fat, and carbohydrate was 67.2323%, 2.8648%, 21.2638%, 7.2086% and 1.4304%. The chemical
characteristics of floating net catfish showed that moisture, ash, protein, fat, and carbohydrate
was 66.7238%, 2.4701%, 20.9011%, 7.8405% and 2.0642%. Leusin was the highest essential
amino acids in catfish meat. Where in natural river catfish was 4.7145% and floating net catfish
was 4.128%, while glutamic acid was highest non-essential amino acids in catfish meat, where in
natural river catfish was 7.8695% (WW) and in floating net catfish was 6.1975% (WW). The
total number of amino acids in natural river catfish was 46.043% (WW) and floating net catfish
was 33.4714% (bb).

Key words: Amino acid, Catfish, and Habitat


1
Student of Faculty of Fisheries and Marine Science Universitas Riau
2
Lecturer of Faculty of Fisheries and Marine Science Universitas Riau
PENDAHULUAN memberikan informasi penting mengenai
Ikan patin (Pangasius sp. ) adalah komposisi asam amino esensial dan asam
salah satu jenis ikan air tawar yang paling amino non esensial selain itu juga untuk
banyak diminati dan dikonsumsi oleh menunjukkan komposisi asam amino secara
masyarakat Indonesia. Daging ikan patin keseluruhan (Pratama el al., 2017).
memiliki rasa yang khas, enak, lezat dan Protein ikan selain sebagai sumber
gurih sehingga digemari oleh masyarakat. gizi pada makanan juga telah banyak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dikembangkan sebagai sumber bahan baku
(Maghfiroh, 2000), komposisi daging ikan nutrasetikal. Saat ini banyak kajian
patin (Pangasius sp. ) terdiri dari 14,53 % penelitian yang memfokuskan pada bioaktif
protein, 1,09 % lemak, 0,74 % abu, dan peptida dari protein ikan atau hasil
82,22% air. Tingginya kadar protein yang produknya (Altýnelata et al., 2015).
terkandung dalam daging ikan patin tersebut Berdasarkan hasil pengujian profil
dapat dimanfaatkan sebagai sumber asam asam amino terlihat bahwa komposisi asam
amino dalam peningkatan asupan protein amino esensial pada ikan baung budidaya
bagi manusia, yang mana kebutuhan protein didominasi lisin (7,70±0,97 mg/g),
orang dewasa per hari sekitar 0,54 - 0,57 fenilalanin (6,72±1,39 mg/g), dan leusin
g/kg berat badan (Winarno, 2008). (5,79±0,21 mg/g), sedangkan pada populasi
Secara umum ikan yang berbeda alam didominasi fenilalanin (0,80±0,26
populasi memiliki perbedaan dalam mg/g), isoleusin (0,54±0,04 mg/g), dan
kandungan nutrisi ataupun komposisi triptofan (0,34±0,19 mg/g).
kimianya, meskipun masih dalam satu Jenis asam amino non esensial pada
spesies yang sama (Alasalvar et al., 2002; populasi budidaya yang paling dominan
Grigorakis, 2007; MaquedaMartinez etal., adalah alo isoleusin diikuti alanin dan prolin
2016; Rasmussen et al., 2000). Menurut yaitu masing-masing sebesar
Ardi (2013) budidaya ikan air tawar dengan 13,77±0,23;4,26±1,79;4,02±1,36mg/g.
sistem kerambah jaring apung menjadikan Sedangkan pada populasi alam, jenis asam
Waduk Cirata didominasi oleh petakan- amino paling dominan adalah prolin diikuti
petakan jaring apung dan telah melebihi asam aspartat dan glisin dengan konsentrasi
kapasitas daya dukungnya serta berdampak masing-masing sebesar 1,79±0,70;
pada penurunan kualitas perairan. 0,47±0,08; 0,39±0,20 mg/g. (Chasanah et
Penurunan kualitas perairan ini dapat al., 2015). Diperkirakan pada ikan patin
menjadi salah satu penyebab perbedaan sungai alami dan patin jaring apung
komposisi kimia dan nutrisi ikan pada memiliki asam amino yang berbeda.
populasi alam dan budidaya yang terdapat di Berdasarkan pernyataan tersebut
Waduk Cirata. Variasi kandungan nutrisi maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dan komposisi kimia pada populasi ikan yang berjudul karakteristik profil asam
yang berbeda dipengaruhi oleh beberapa amino pada ikan patin (Pangasius sp. )
faktor, diantaranya yaitu konsumsi energi, berdasarkan habitat.
kebiasaan makan, ketersediaan makanan,
daerah penangkapan dan teknologi budidaya METODE PENELITIAN
(Busetto et al., 2008). Bahan dan Alat
Ikan patin merupakan sumber Bahan baku yang digunakan dalam
protein hewani yang baik dan seringkali penelitian ini adalah ikan patin (Pangasius
dikonsumsi oleh masyarakat luas. Analisis sp. ) dengan ukuran ikan yang berbobot
mengenai profil asam amino dapat 1.230 gr, dengan panjang 48 cm pada ikan

1
patin sungai alami dan 45 cm pada ikan Adapun uji T berdasarkan Steel dan
jaring apung. Bahan lain yang digunakan Torrie (1989) dengan rumus sebagai berikut:
adalah bahan-bahan kimia untuk analisa ⁄
proksimat meliputi Fosfor peptisida kering,
kalsium klorida atau butiran halus silica gel,
dietil eter, asam sulfat peket, berat jenis
1,84, air raksa oksida, kalium sulfat, larutan
√ ⁄
natrium hidroksida, natrium tiosulfat (
larutan 60g NaOH dan 5g Na S2O2, 5H2O), Thitung
larutan asam borat jenuh, dan asam klorida.
Bahan kimia analisis asam amino meliputi Dimana :
10 ml HCl 6 N, larutan pengering, larutan D = Rata-rata selisih variabel
2
derivatisasi, dan bafer natrium asetat 1M. Sd = Rata-rata standar deviasi variabel
Alat yang digunakan dalam T1 dan T2
penelitian ini adalah pisau, talenan, baskom, n = Jumlah ulangan
oven, vakum, kertas saring, cawan
pengabuan terbuat dari platina, nikel atau Sampel ikan patin sungai alami
silica lengkap dengan tutupnya, tanur diambil dari perairan Sungai Salak,
pengabuan, penjepit cawan, timbangan Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri
analitik, cawan (stainless steel, alumunium, Hilir melalui pedagang di Pasar Pekanbaru,
nikel atau porselen), alat ekstraksi soxhlet sama hal nya dengan patin jaring apung.
lengkap dengan condenser dan labu lemak, Selanjutnya sampel diteliti di Laboratorium
alat pemanas listrik atau penangas uap, Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
pemanas kjeldahl lengkap yang dan Laboratorium Nawa Agna Bogor Barat.
dihubungkan dengan pengisap uap melalui Parameter yang diuji meliputi analisis
aspirator, labu kjeldhal berukuran 30ml atau proksimat (kadar air, kadar abu, kadar
50ml, alat distilasi lengkap dengan protein, kadar lemak dan karbohidrat) dan
Erlenmeyer perpenampung berukuran 125 analisis asam amino.
ml, dan buret 25 ml/50 ml. Parameter yang di ukur dalam
penelitian ini adalah parameter mikrobiologi
Metode Penelitian yaituuji organoleptik yaitu parameter kimia
Metode yang digunakan dalam berupa analisis kadar air, analisis kadar abu,
penelitian ini adalah metode eksperimental analisis kadar protein, analisis kadar lemak,
perbandingan (Comparative experimental), analisis kadar karbohidrat, analisis asam
untuk perlakuan habitat berbeda dengan uji amino.
T terdiri dari 2 perlakuan yaitu (P1 = ikan
patin sungai alami, P2 = ikan patin jaring Analisis Data
apung) dengan 5 kali ulangan pada analisis Data karakteristik kimia daging ikan
proksimat dan 2 kali ulangan pada analisis patin (Pangasius sp. ) yang diperoleh akan
asam amino, sehingga jumlah percobaan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian
keseluruhan adalah 10 unit. dianalisis secara deskriptif dan statistik
dengan rata-rata standar deviasi variabel P1
dan P2.
Dari hasil analisis uji-t akan dapat
dihitung T hitung. Apabila t-hitung> t-tabel
pada tingkat kepercayaan 95% maka H0

2
ditolak dan apabila t-hitung< t-tabel berarti Tabel 2. Komposisi kimia (proksimat)
H0 diterima. daging ikan patin sungai dan
jaring apung.
Prosedur penelitian Kandungan Sungai Jaring
Pengambilan dan Preparasi Sampel (%) apung (%)

Penelitian ini diawali dengan Kadar Air (%bb) 67,2323 66,7238


pengambilan ikan patin, ikan patin sungai
alami dengan bobot 1.230 gr / ekor dan ikan Kadar Abu (%bb) 2,8648 2,4701
patin jaring apung 1.230 gr sebagai sampel Kadar protein (%bb) 21,2638 20,9011
penelitian. Ikan patin yang telah didapat
dibawa ke Laboratorium Teknologi Hasil Kadar lemak (%bb) 7,2086 7,8405
Perikanan dan Universitas Riau Pekanbaru. Kadar Karbohidrat 1,4304 2,0642
Ikan patin ini dilakukan pengukuran (%bb)
morfometrik yang meliputi panjang dan
berat tubuh. Kemudian dilanjutkan dengan
Kadar Air
pemfilletan daging lalu dicuci bersih, Berdasarkan Tabel 2, diketahui
kemudian ditimbang untuk menyamakan bahwa kadar air pada ikan patin sungai
berat daging ikan. alami lebih tinggi dengan rata-rata
67,2323% (bb) dibandingkan dengan ikan
Proporsi jaring apung yang memiliki kadar air rata-
Proporsi dihitung sebagai persentasi rata 66,7238% (bb). Hasil analisa uji-t
bobot bagian tubuh ikan dari bobot awal. (Lampiran 1) menunjukan bahwa nilai
Adapun perumusan matematik adalah
kadar air daging ikan patin (Pangasius sp. )
sebagai berikut: dengan habitat berbeda, dimana t-
Proporsi Daging (%) = hitung(2,825)> t-tabel(2,132)pada tingkat
kepercayaan 95%, sehingga H0 ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini lebih rendah
Komposisi Kimia (Proksimat) Daging dibandingkan dengan penelitian Maghfiroh
Ikan patin (2000), yaitu kadar air daging ikan patin
Beberapa metode telah sebesar 82,22%. perbedaan hasil penelitian
dikembangkan untuk mengetahui komposisi ini diduga karena habitat ikan yang berbeda.
bahan kimia suatu bahan pangan secara Hal ini juga menunjukkan ikan patin adalah
kasar (crude) adalah analisis proksimat yang bahan pengan yang bersifat mudah rusak.
meliputi kadar air, abu, protein, lemak, dan Perbedaan kadar air juga dipengaruhi
karbohidrat. Hasil analisis proksimat daging oleh beberapa hal yaitu proses penanganan,
ikan patin dapat dilihat pada tabel 2 perlakuan, kondisi kesegaran ikan dan kadar
lemak ikan. Kadar air berbanding terbalik
dengan kadar lemak. Semakin tinggi kadar
air pada ikan maka makin rendah kadar
lemaknya (Suzuki, 1981). Menurut
Kusnandar (2010), kadar air memilki
pengaruh khusus dalam penentuan daya
awet suatu bahan. Semakin tinggi kadar air
dalam suatu bahan pangan, daya simpan

3
serta kualitas bahan pangan tersebut semakin (Lampiran 3) menunjukan bahwa nilai kadar
rendah. protein daging ikan patin (Pangasius sp. )
dengan habitat berbeda, dimana t-
Kadar Abu hitung(129,5357) > t-tabel (2,132)pada tingkat
Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis kadar kepercayaan 95%, dan t-tabel (4,604)pada
abu pada ikan patin sungai alami dan jaring tingkat kepercayaan 99%, sehingga H0
apung memiliki nilai yang berbeda yaitu ditolak karena habitat ikan mempengaruhi
kadar abu pada ikan patin sungai alami lebih kadar protein ikan. Ikan yang hidup
tinggi yaitu 2,8648 % (bb) dibandingkan diperairan sungai alami memiliki kadar
kadar abu ikan patin jaring apung yaitu protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan
2,4701% (bb). Hasil analisa uji-t (Lampiran hasil jaring apung. Menurut Buckle et
2) menunjukan bahwa nilaikadar abu daging al.,(1997), kandungan protein yang tinggi
ikan patin (Pangasius sp. ) dengan habitat menghasilkan cita rasa yang gurih.Protein
berbeda, dimana t-hitung(0) < t-tabel ikan terdiri dari asam-asam amino yang
(2,132)pada tingkat kepercayaan 95%, diperlukan oleh tubuh manusia. Molekul
sehingga H0 diterima karena perbedaan protein terutama terdiri dari asam amino,
kadar abu disebabkan oleh komponen yang merupakan senyawa organik yang
mineral yang terkandung di dalam ikan mengandung satu atau lebih gugus amino
tersebut. Komponen mineral dalam suatu dan satu atau lebih gugus karboksil (Irianto
bahan sangat bervariasi baik macam maupun dan Giyatmi, 2009).
jumlahnya. Kadar abu suatu bahan pangan Protein merupakan komponen
menunjukkan besarnya jumlah mineral nutrien dalam pakan yang sangat mahal,
yang terkandung dalam bahan tersebut. khususnya bagi ikan-ikan karnivora. Oleh
Penentuan kadar abu total sangat berguna karena itu, kandungan protein dalam pakan
sebagai parameter nilai gizi suatubahan harus berada dalam jumlah optimum dengan
makanan (Winarno, 2008). susunan asam amino yang seimbang yang
Hasil penelitian ini lebih tinggi dapat mendukung penggunaannya secara
dibandingkan dengan penelitian Maghfiroh maksimum untuk pertumbuhan ikan
(2000), yaitu kadar abu daging ikan patin (Beamish dan Medland, 1986).
sebesar 0,74%. Perbedaan komposisi kimia
dapat terjadi antar spesies, antar individu Kadar Lemak
dalam suatu spesies dan antar bagian tubuh Berdasarkan Tabel 2,ikan patin
suatu dengan yang lain, (Nurjanah et al., sungai alami memiliki kadar lemak lebih
2009). Variasi ini dapat disebabkan rendah yaitu 7,2086% (bb) sedangkan pada
beberapa faktor, diantaranya musim, ukuran, ikan patin jaring apung yaitu 7,8405% (bb).
tahap kedewasaan, suhu lingkungan, dan Hasil analisa uji-t (Lampiran 4) menunjukan
ketersedian bahan makanan, (Sudhakar et bahwa nilaikadar lemak daging ikan patin
al., 2009). (Pangasius sp. ) dengan habitat berbeda,
dimana t-hitung(789,875) > t-tabel (2,132)pada
Kadar Protein tingkat kepercayaan 95%, dan t-tabel
Berdasarkan Tabel 2, diketahui (4,604)pada tingkat kepercayaan 99%,
bahwa kadar protein tertinggi terdapat pada sehingga H0 ditolak karena analisis lemak
ikan patin sungai dengan kadar protein dari dua ikan yang berbeda lokasi pada
21,2638 % (bb) dan ikan patin jaring apung lemak ikan patin sungai alami dan jaring
memiliki kadar protein lebih rendah dengan apung. Jika dibandingkan data ikan tersebut,
kadar 20,9011% (bb). Hasil analisa uji-t maka jumlah kandungan lemak ikan patin

4
sungai alami memiliki kadar lemak yang Analisis asam amino total
rendah diduga karena memiliki ruang gerak Tabel 3. Komposisi asam amino daging
yang aktif yang lebih luas jika dibandingkan ikan patin sungai dan jaring apung
dengan ikan patin jaring apung. Kadar Habitat ikan
lemak pada ikan jaring apung lebih tinggi Jenis Asam Jaring
disebabkan oleh asupan makanan yang Sungai
Amino apung
diberikan lebih banyak mengandung lemak (%bb)
(%bb)
untuk menunjang pertumbuhkan ikan agar Asam amino esensial
lebih cepat besar. Histidin 1,1985 0,841
Lemak adalah sekelompok ikatan Arginin 1,689 1,447
organik yang terdiri atas unsur karbon, Threonin 1,628 1,3575
hydrogen dan oksigen yang mempunyai sifat Metionin 0,9715 0,7545
tidak larut dalam air tetapi dapat diekstrak Valin 3,297 1,805
dengan pelarut nonpolar (Lehninger, 1990). Phenilalanin 1,277 1,3979
Dalam makanan, lemak yang paling Isoleusin 2,6255 2,019
berperan disebut lemak netral, atau Leusin 4,7145 4,128
triglicerida, yang molekulnya terdiri dari Lisin 4,4565 2,2675
satu molekul gliserol dan tiga molekul asam Total 21,8575 16,0174
lemak, yang diikatkan pada gliserol tersebut Asam amino non-esensial
dengan ikatan ester (Sediaoetama dan Aspartat 6,567 3,422
Achmad, 2008). Kandungan lemak pada Glutamat 7,8695 6,1975
daging ikan berwarna merah lebih tinggi Serin 1,8755 1,544
dari pada daging ikan berwarna putih, tetapi Glisin 0,768 0,5455
pada daging ikan berwarna merah Alanin 0,955 0,4715
kandungan proteinnya lebih sedikit Tirosin 1,148 1,208
dibandingkan dengan ikan berwarna putih Prolin 4,175 3,445
(Samsundari, 2007). Sistein 0,8275 0,6205
Total 24,1855 17,454
Kadar Karbohidrat Total asam
Berdasarkan Tabel 2, ikan patin sungai amino 46,043 33,4714
alami memiliki kadar karbohidrat lebih
rendah yaitu 1,4304% (bb) sedangkan pada Berdasarkan tabel di atas daging ikan
ikan patin jaring apung yaitu 2,0642% (bb). patin sungai memiliki 17 jenis asam amino
Hasil analisa uji-t (Lampiran 5) menunjukan yang terdiri dari 9 jenis asam amino esensial
bahwa nilaikadar karbohidrat daging ikan dan 8 jenis asam amino non esensial, dengan
patin (Pangasius sp. ) dengan habitat jumlah 46,043% (bb). Sedangkan pada ikan
berbeda, dimana t-hitung(1.267,8) > t-tabel jaring apung memiliki 17 jenis asam amino
(2,132)pada tingkat kepercayaan 95%, dan t- yang terdiri dari 9 jenis asam amino esensial
tabel (4,604)pada tingkat kepercayaan 99%, dan 8 jenis asam amino non esensial, dengan
sehingga H0 ditolak karena makanan yang jumlah 33,4714% (bb). Hal ini dipengaruhi
diterima oleh kedua ikan tersebut berbeda. oleh umur, habitat, ukuran dan pakan ikan.
Lebih tinggi asupan makanan ikan patin Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan
jaring apung karena mendapatkan makanan Ozogul (2005), bahwa spesies ikan, habitat,
teratur dibandingkan dengan ikan patin pakan yang diberikan, dan umur panen ikan
sungai alami yang mendapatkan makanan merupakan faktor-faktor yang sangat
dengan cara mencari sendiri. berpengaruh terhadap variasi komposisi gizi

5
ikan, seperti protein dan asam amino, KESIMPULAN DAN SARAN
lemak dan asam lemak ikan. Kesimpulan
Asam amino sendiri terbagi dua Ikan patin memiliki panjang total
berdasarkan pembentukannya, yaitu asam sebesar 48cm patin sungai alami dan 45 cm
amino esensial dan asam amino non patin jaring apung dengan bobot rata-rata
esensial.Dari penelitian ini, didapatkan 1230gr. Rendemen yang terdapat pada
bahwa pada ikan patin memiliki 9 jenis daging ikan patin sungai alami yaitu 52,845
asam amino esensial yaitu, Histidin, arginin, g dan 50,4065. Kandungan gizi daging ikan
threonin, metionin, valin, phenilalanin, patin sungai alami adalah air 67,2323%
isoleusin, leusin, dan lisin. Serta memiliki 8 (bb), abu 2,8648 % (bb), protein 21,2638 %,
jenis asam amino non esensial yaitu lemak 7,2086% (bb) dan karbohidrat
Aspartat, glutamat, serin, glisin, alanin, 1,4304% (bb). Kandungan gizi daging ikan
tirosin, prolin, dan sistein. patin jaring apung adalah air 66,7238% (bb),
Leusin berfungsi dalam abu 2,4701% (bb), lemak 7,8405% (bb),
meningkatkan sintesis hormon protein 20,9011% (bb) dan karbohidrat
pertumbuhan. Metionin merupakan satu- 2,0642% (bb).
satunya jenis asam amino yang terdiri dari Ikan patin mengandung 17 asam
struktur sulfur. Sulfur merupakan unsur amino yang tediri dari 9 jenis asam amino
pembentuk jaringan ikat kolagen oleh esensial dan 8 jenis asam amino non
karena itu, kecukupan metionin sangat esensial. Jenis asam amino esensial yang
menentukan produksi kolagen dalam tubuh. memiliki kadar tertinggi dalam daging ikan
Jika kebutuhan metionin tidak terpenuhi, patin adalah Leusin, pada ikan patin sungai
beberapa penyakit yang berhubungan alami sebesar 4,7145% dan pada ikan patin
dengan jaringan ikat dapat terjadi, jaring apung sebesar 4,128%, sedangkan
contohnya artritis. Selain itu, kerusakan jenis asam amino non esensial yang
jaringan dan penyembuhan luka juga memiliki kadar tertinggi adalah asam
bergantung pada kecukupan konsumsi asam glutamat, pada ikan patin sungai alami
amino satu ini, beberapa bahan makanan sebesar 7,8695% (bb) dan pada ikan patin
yang mengandung metionin antara lain jaring apung 6,1975% (bb). Jumlah asam
adalah biji kuaci matahari, rumput laut, oast, amino total ikan patin sungai alami sebesar
gandum, bulir padi utuh, bawang, coklat, 46,043% (bb) dan ikan patin jaring apung
dan kismis. sebesar 33,4714% (bb).
Kandungan asam amino non-esensial Perlakuan habitat berbeda
yang tertinggi adalah asam glutamat, menunjukkan secara nyata kandungan gizi
7,8695% (bb) pada patin sungai alami dan ikan patin sungai alami lebih tinggi
6,1975% (bb) pada patin jaring apung. dibandingkan ikan patin jaring apung.
Tingginya asam glutamat pada daging Namun, secara pemanfaatan ikan patin
dikarenakan asam glutamat merupakan sungai alami lebih baik dibandingkan ikan
komponen penyusun alami dalam hampir patin jaring apung.
semua bahan makanan yang mengandung
protein yang tinggi misalnya daging, ikan, Saran
susu dan sayur-sayuran. Asam glutamat Penulis menyarankan melakukan
dapat diproduksi dalam tubuh manusia dan penelitian lebih dulu pada lokasi perairan
merupakan komponen yang sangat penting dimana ikan itu ditangkap, setelah ditangkap
bagi metabolisme manusia. sebaiknya ikan langsung dianalisis asam
aminonya agar tingkat kesegaran ikan tidak
berubah. Selain itu perlu dilakukan
6
penelitian mengenai umur simpan daging Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Hasil
ikan patin segar pada suhu ruang, chilling, Perikanan. Jilid I. Liberty.
maupun freezing. Yogyakarta.
Harli M. 2008. Asam amino
DAFTAR PUSTAKA esensial.www.suparmas.com. Diakses
Andarwulan, N, Kusnandar, F, Herawati, D. pada 25 Desember 2017.
2011. Analisis Pangan. Dian Hawab, H,M. 2007. Dasar-dasar biokimia.
Rakyat. Jakarta. Jakarta: Diadit Media.
Almatsier, S. 2006. Prinsip dasar ilmu gizi. Hepher, B. 1990.Nutrition of pond
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. fishes.Cambridge University Pres.
Anthony, J.C., Anthony, T.G., Layman, New York.388 pp.
D.K. 1999. Leucine Supplementation Ikayanti, Y. 2007. Pengaruh suhu dan lama
Enhances Skeleton Muscle Recovery penyimpanan terhadap jumlah koloni
in Rats Following Exercise. The bakteri dan kandungan protein pada
Journal of Nutrition 129: 1102-1106. sosis ikan lele dumbo (Clarias
Ardi, I. (2013). Budidaya ikan sistem gariepinus) [Skripsi]. Malang:
keramba jaring apung guna menjaga Fakultas Sains dan Teknologi,
keberlanjutan lingkungan perairan Universitas Islam Negeri Malang.
waduk cirata. Media Akuakultur, 8(1), Junianto. 2003. Teknik penanganan ikan.
23-29. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ardiyanto, T.D. 2004. MSG dan kesehatan Kusnandar, F. 2010. Kimia pangan. Jakarta:
sejarah, efek dan Dian Rakyat.
kontroversinya.Jurnal Kesehatan 16 Lehninger, A. L. (1990). Dasar-dasar
(1):1 Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Beamish, F.W.H. dan Medland, T.E. Maghfiroh, I. (2000). Pengaruh Penambahan
1986.Protein sparing effects in large Bahan Pengikat Terhadap
rainbow trout Salmo gairdneri.Jurnal Karakteristik Nugget dari Ikan Patin
Aquaculture 55: 35–42. (Pangasius hypothalamus). [Skripsi],
Cholik, F. et al. 2005.Akuakultur. Program Studi Teknologi Hasil
Masyarakat Perikanan Nusantara. Perikanan, Fakultas Perikanan
Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Djariah, A. S. (2001). Budi Daya Ikan Newsholme, P., Brennan, L. dan Bende, K.
Patin.Kanisius.Yogyakarta.87 hal. 2007.Amino acid metabolism,
Edison, T. 2009. Amino Acid: Esensial for insulin secretion, and diabetes.J
our bodies. Biochemical Society transaction 35:
http://livewellnaturally.com. Diakses 1180-1186.
pada 12 Desember 2017. Nilatany, A., Lasmawati, D., Sudrajat, A.,
Furuichi, M. 1988. Dietary requirement. In: I.M. Pratama, Nurhayati. 2014.
Watanabe, T (Ed.), Fish Nutrition and Karakteristik fisika-kimia ikan
Mariculture. JICA Kanagawa bandeng presto dan asap iradiasi.
International Fisheries Training Majalah Ilmiah Aplikasi Isotop dan
Centre. Tokyo. p. 8-78. Radiasi 5: (1).
Hames, D., Hooper, N. (2005).Biochemistry, Nur M. A., Adijuwana H., Kosasih. (1992).
3th. New York: Taylor dan Francis. Penuntun Praktikum Teknik
Laboratorium. Bogor: Pusat Antar

7
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Balance in Phenylalanine-Deficient
Pertanian Bogor. Rats. The Journal of Nutrition
Okuzumi, M dan Fujii, T. 2000. Nutritional 126(3): 663-667.
and functional properties of squid Sudarmadji S., Haryono B dan Suhardi.
and cuttlefish.Tokyo University of (2007). Analisa Bahan Makanan
Fisheries, Jepang. dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Pratama RI, Rostini I., Rochima E. 2017. Sudhakar M, Manivannan K,
Amino Acid Profile and Volatile Soundrapandian P. 2009. Nutritive
Components of Fresh and Steamed value of hard and soft shell crabs of
Vaname Shrimp (Litopenaeus Portunus sanguinolentus (Herbst).
vannamei). Prosiding 1st Journal Animal and Veterinary
International Conference on Food Advances 1(2): 44-48.
Security Innovation (ICFSI), Le Dian Sugiharto, B. (1993). Determinasi Asam
Hotel, October 18 – 20. Serang: 57- Amino Secara Kuantitatif
68 Menggunakan High Performance
Roberts, R. J, dan Bullock, A. M. 1989. Liquid Chromatography
Nutritional pathology. In: Halver, (HPLC).Agri Journal.No. 1. Vol 2:
J.E. (Ed.), Fish Nutrition, 2nd edn. 20-24.
Academic Press. New York. NY, p. Susanto, H. dan Khairul, A.
424-469. (2002). Budidaya Ikan
Saanin, H. (1984). Taksonomi dan Kunci Patin. Jakarta: Penebar swadaya.
Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta. Suwetja, I. K. 2011. Biokimia hasil
Schulz, C., Huber, M., Ogunji, J., & perikanan. Jakarta, Media Prima
Rennert, B. 2008. Effects of varying Aksara.
dietary protein to lipid ratios on Suzuki, T. 1981. Fish & krill
growth performance and body proteins.Processing Technology.
composition of juvenile pike perch London: Appl Sci Publ.
(Sander lucioperca). Aquaculture Winarno, F. G. (2008). Kimia Pangan dan
Nutrition. 14: 166–173. Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2008. Ilmu Utama.
Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di
Indonesia . Jakarta: Dian Rakyat.
Sitompul S. 2004. Analisis asam amino
dalam tepung ikan dan bungkil
kedelai.Buletin Teknik Pertanian
9(1):33-37.
Smith AB, Waisman HA. 1971. Adequate
Phenylalanine Intake for Optimum
Growth and Development in the
Treatment of Phenylketonuria. The
American Journal of Clinical
Nutrition 24: 423-431.
Stehle, P., Weber, S. dan Frst, P. 1996.
Parenteral Glycyl-L-Tyrosine
Maintains Tyrosine Pools and
Support Growth and Nitrogen

Anda mungkin juga menyukai