Anda di halaman 1dari 6

OSMOREGULASI

Oleh :
Nama : Angelia Dwi Cahyaningrum
NIM : B0A017043
Rombongan : II
Kelompok :4
Asisten : Dini Darmawati

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan yang hidup diperairan air laut dan perairan air tawar dapat melakukan
osmoregulasi yaitu kemampuan untuk menjaga lingkungan internal yang sesuai dalam
menghadapi tekanan osmotik agar dapat mempertahankan kehidupannya. Mekanisme
osmoregulasi meliputi volume air, kandungan zat terlarut dan distribusi zat terlarut.
Makhluk hidup mempertahankan kekonstanan tubuhnya, sehingga proses-proses
fisiologi berjalan dengan normal (Aryani, 2008). Ikan euryhalineadalah ikan yang
dapat beradaptasi pada dua lingkungan yang berbeda, karena mampu berpindah dari
perairan tawar ke perairan air laut atau sebaliknya. Ikan stenohaline adalah ikan yang
hidup pada perairan dan salinitas yang sempit (Yuwono, 2001).
Hewan yang hidup dalam perairan senantiasa akan mengalami permasalahan yang
berkaitan dengan osmosis dan difusi ion-ion di dalam tubuhnya. Hewan air dalam
hidupnya memerlukan kadar garam internal minimal untuk mengurangi tingkat
dehidrasi. Ikan sebagai salah satu hewan air akan senantiasa beradaptasi terhadap
salinitas lingkungannya. Ikan akan lebih sulit untuk beradaptasi pada lingkungan
dengan salinitas yang tinggi. Ikan yang hidup di perairan laut secara fisiologi kurang
diuntungkan karena terancam akan kehilangan sejumlah air dari tubuhnya (Ville et al.,
1988).
Osmoregulasi adalah suatu fungsi fisiologi yang membutuhkan energi, yang dikontrol
oleh penyerapan selektif ion-ion yang melewati insang dan pada beberapa bagian
tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang selektif garam.Osmokonfermer adalah
organisme air yang secara osmotik dapat berubah-ubah dan dapat mengubah tekanan
osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan dengan tekanan osmotik airnya.
Osmoregulator adalah organisme air yang secara osmotik selalu stabil, dan selalu
berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik air yang relatif
konstan (Wiwi, 2005).
Tekanan osmotik cairan tubuh yang diatur dalam keadaan relatif konstan supaya
proses fisiologi di dalam tubuh berjalan normal, yang dijalankan melalui
osmoregulasi. Kemampuan osmoregulasi bervariasi tergantung suhu, musim, umur,
kondisi fisiologis, jenis kelamin dan perbedaan genotip. Organ yang berperan dalam
proses osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, membran mulut, dan beberapa organ
khusus yang digunakan dengan beberapa cara (Burhannudin, 2008).
Organisme air dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mekanisme fisiologisnya
dalam menghadapi tekanan osmotik air media, yaitu osmokonformer adalah
organisme air yang secara osmotik labil dan mengubah-ubah tekanan osmotik cairan
tubuhnya untuk menyesuaikan dengan tekanan osmotik air media
hidupnya.Osmoregulator adala organisme air yang secara osmotiknya stabil, selalu
berusaha mempertahakan cairan tubuhnya pada tekanan osmotiknya yang relatif
konstan. Tidak harus sama dengan tekanan osmotik air media hidupnya.Berdasarkan
adaptasinya terhadap salinitas dikenal hewan-hewan stenohaline dimana tidak dapat
hidup pada variasi salinitas yang besar dan euryhaline, yaitu hewan yang toleran
terhadap variasi salinitas yang besar (Nootriningsih, 2009).
Lingkungan dengan konsentrasinya dapat berubah-ubah termasuk kepada
kondisi salinitasnya. Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang
berpengaruh pada kehidupan organisme akuatik termasuk kepiting bakau. Salinitas
media melalui perubahan osmolaritas media air akan menentukan tingkat kerja
osmotik (beban osmotik) yang dialami kepiting dan akan mempengaruhi tingkat
pembelanjaan energi. Efek lanjutnya akan menentukan tingkat kelangsungan hidup
dan pertumbuhan kepiting.Hal ini sesuai dengan ikan nila dan nilem yang merupakan
organisme akuatik seperti kepiting (Ville et al., 1998).

B. Tujuan

Tujuan praktikum Osmoregulasi adalah untuk mengetahui toleransi salinitas dan


konsentrasi osmotik hewan eurihalin (hewan yang hidup dalam perairan salinitas yang cukup
luas), ikan nila (Oreocrhomis niloticus) dan hewan stenohalin, ikan nilem (Osteochillus
vittatus) dan pengukuran kadar air pada ikan dengan saling berbeda.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah benih ikan nila
(Oreochromis niloticus), ikan nilem (Osteochilus vittatus), dan air dengan berbagai
tingkat konsentrasi garam dengan salinitas 0 ppt, 5 ppt, 15 ppt, 25 ppt dan 35 ppt.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gelas yang telah dilubangi,
akuarium cup air mineral, mikropipet, tip mikropipet, mikrosentrifuge, osmometer, spuit
injeksi, akuarium, saringan, handrefraktometer, dan baskom.

B. Cara Kerja

Pengamatan Toleransi Salinitas

1. Medium air dibuat dengan salinitas 0 ppt, 5 ppt, 15 ppt, 25 ppt, dan 35 ppt.
2. Medium dibagi kedalam 16wadah percobaan, masing-masing terdiri atas lima
wadah percobaan. Masing-masing wadah diberi label sesuai dengan salinitasnya.
3. Memasukan kedalam 5 wadah percobaan dengan salintas berbeda masing-masing
10 ekor benih ikan nila secara direct transfer
4. Memasukan ke dalam 1 wadah percobaan dengan salinitas paling rendah masing-
masing 10 ekor benih ikan nila dengan gradual transfer
5. Untuk direct transfer dilakukan pengamatan dan waktu dicatat pada kematian tiap
ekor di masing-masing wadah percobaan setelah 10, 20, 30, dan 40 menit
6. Melakukan pengamatan dan catat waktu kematian tiap ekor ikan pada masing-
masing wadah percobaan setelah 24, 43, 72, dan 96 jam.
7. Pengamatan gradual transfer diamati 24 jam pertama dari salinitas yang rendah
kemudian ikan hidup dipindah kesalinitas bertingkat dan diamati selama 4 hari.
8. menghitung sintasannya dengan cara :
𝑁𝑡
SR = x 100%
𝑁𝑜

Keterangan :
SR : Derajat sintasan ikan
Nt : Jumlah ikan hidup pada akhir penelitian
No : Jumlah ikan hidup pada awal penelitian
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1.1 Pengamatan Sintasan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) pada Perlakuan
Direct Transfer

Salinitas Waktu Pengamatan (menit)


No.
(ppt) 10 20 30 40

1 0 100% 100% 100% 100%

2 10 100% 100% 100% 100%

3 20 30% 0% 0% 0%

4 30 10% 0% 0% 0%

Tabel 3.1.2 Pengamatan Sintasan Ikan Nilem (Osteochilus haselti) pada Perlakuan
Gradual Transfer

Salinitas Waktu Pengamatan (jam)


No.
(ppt) 24 48 72 96

1 0 100% - - -

2 10 - 0% - -

3 20 - - 0% -

4 30 - - - 0%
Pembahasan

Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan
ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal. Ikan mempunyai tekanan osmotik
yang berbeda dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau
kekurangan air, agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan
normal. Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan ini disebut osmoregulasi. Proses
osmoregulasi yang terjadi adalah pengaturan konsentrasi ion-ion bukan konsentrasi cairan
tubuh, dimana proses ini juga membutuhkan energi.Ikan air tawar dimasukkan dalam
medium air laut maka yang akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh ikan dari medium
dan juga berusaha mengeluarkan sebagian garam-garam dari dalam tubuhnya. Bila ikan tidak
dapat melakukan proses ini, maka sel-sel ikan akan pecah (turgor) dan jika terjadi sebaliknya
ikan akan kekurangan cairan atau biasa disebut dehidrasi (Soeseno, 1997).

Anda mungkin juga menyukai