ABSTRAC
Salinity in the waters causing osmotic pressures that may differ from the osmotic
pressure in the body of aquatic organisms. This causes the organism must do
osmoregulasi mechanism in the body in an attempt to balance the osmotic
pressure inside and outside the body. Osmoregulasi process is one of the
physiological processes that occur in the body of the fish to control the
concentration in the body in balance with the environment. Inability to fish in the
control of osmotic keseimbanagn in the body will cause the fish setres and may
result in death of the fish. Changes in environmental conditions will also result in
changes in the allocation of energy that is in the body of the fish. Energy growth
is supposed to be used mainly to carry out metabolic activity increased as a result
of changes in environmental conditions. This resulted in the inhibition of the
growth process. Arikel The purpose of this is to know the sense of osmoregulation
in fish, knowing the process osmoregulasi freshwater fish and saltwater fish, fish
osmoregulation determine the activities in salinity environment, and survival of
fish in enhancing the growth response of tilapia in salinity environment. The
method used in this article is a literature review method, because information
obtained through written documents or electronic documents that can support the
process of writing this article.
Keywords: salinity, osmotic pressure, and osmoregulasi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kehidupan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
baik faktor fisika, faktor kimia dan faktor biologi. Salah satu faktor yang
mendukung kehidupan organisme di perairan adalah kadar salinitas dalam
perairan. Perbedaan salinitas atau tekanan osmotik lingkungan dengan tubuh
ikan menyebabkan ikan harus melakukan pengaturan tekanan osmotik agar
tetap dalam kondisi stabil sehingga proses fisiologinya tidak terganggu.
Pengaturan tekanan osmotic bergantung pada besarnya perbedaan tekanan
osmotic antara lingkungan dengan tubuhnya.
Ikan merupakan hewan yang berdarah dingin (poikilotermik) yang
hidup di air dan bernapas dengan insang. Organisme akuatik dalam hal ini
ikan, hidup pada lingkungan yang selalu berubah-ubah dari waktu-ke waktu.
Kondisi lingkungan yang berubah-ubah akan mempengaruhi
keberlngsungan hidup organisme. Dimana organisme akuatik harus
merespon perubahan lingkungan tersebut agar dapat bertahan hidup.
Hewan yang memelihara keseimbangan antara cairan tubuh dengan
keadaan lingkungan sekitar disebut osmoconformer. Organisme perairan
harus melakukan osmoregulasi karena harus terjadi keseimbangan antara
substansi tubuh dan lingkungan. Beberapa organ yang berperanan dalam
proses osmoregulasi ikan, antara lain insang, ginjal, dan usus. Organ-organ
ini melakukan fungsi adaptasi di bawah kontrol hormon osmoregulasi,
terutama hormon-hormon yang disekresi oleh pituitari, ginjal, dan urofisis
(Fujaya, 2004).
Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi laju pertumbuhan dan konsumsi pakan. (konversi makanan)
dan kelangsungan hidup. Salinitas diperairan menimbulkan tekanan osmotik
yang bisa berbeda dari tekanan osmotic di dalam tubuh organisme perairan,
sehingga menyebabkan organisme tersebut harus melakukan mekanisme
osmoregulasi di dalam tubuhnya sebagai upaya menyeimbangkan tekanan
osmotik di dalam tubuh dengan tekanan osmotic di lingkungan di luar tubuh
(Fujaya, 1999). Lebih lanjut dinyatakan bahwa kisaran salinitas yang efektif
untuk reproduksi dan pertumbuhan tergantung dari spesies dan variasi untuk
setiap tingkatan umur serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya
seperti suhu. Ikan yang tidak mampu untuk mengontrol proses osmoregulasi
yang terjadi karena tidak adanya keseimbangan konsentrasi larutan tubuh
dengan lingkungan, terutama pada saat ikan dipelihara pada lingkungan
yang berbeda di luar batas toleransi.
Tinggi rendahnya salinitas di suatu perairan baik itu air tawar, payau
maupun perairan asin akan mempengaruhi keberadaan organisme yang ada
diperairan tersebut, hal ini sangat erat kaitannya dengan tekanan osmotik
dari ikan untuk melangsungkan kehidupannya. Perubahan salinitas akan
dapat mempengaruhi permeabelitas dinding sel ketika salinitas mengalami
perubahan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian osmoregulasi pada ikan.
2. Untuk mengetahui proses osmoregulasi ikan air tawar dan ikan air laut.
3. Untuk aktivitas osmoregulasi dan keberlangsungan hidup ikan dalam
meningkatkan respon pertumbuhan ikan nila (Oriochromis niloticus)
pada lingkungan bersalinitas.
4. Untuk mengetahui keberlangsungan hidup ikan dalam meningkatkan
respon pertumbuhan ikan nila (Oriochromis niloticus) pada lingkungan
bersalinitas.
1.2 Manfaat
Manfaat dalam penulisan artikel ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi penulis, mendapatkan informasi terkait dengan aktivitas osmoregulasi
dan keberlangsungan hidup ikan dalam meningkatkan respon pertumbuhan
ikan nila (Oriochromis niloticus) dalam lingkungan bersalinitas secara
jelas serta dapat memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen
bersangkutan sehingga secara langsung penulis dapat menambah
pengalaman dan wawasan dalam melakukan suatu kegiatan di sekolah.
2. Bagi siswa, untuk mempermudah mendapatkan informasi terkait aktivitas
osmoregulasi dan keberlangsungan hidup ikan dalam meningkatkan respon
pertumbuhan ikan nila (Oriochromis niloticus) dalam lingkungan
bersalinitas yang nantinya digunakan sebagai referensi dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang terkait dengan fisiologi hewan.
2.2 Metode
Dalam penulisan artikel ini, metode yang digunakan yaitu kajian pustaka.
Dimana kajian pustaka merupakan langkah awal pengumpulan data. Adapun
langkah awal yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu, mencari
informasi melalui dokumen-dokumen tertulis maupun dokumen elektronik
yang dapat mendukung dalam proses penulisan artikel ini.
3.2 Proses Osmoregulasi Ikan Air Tawar dan Ikan Air Laut
a. Ikan air tawar
Ikan yang hidup di air laut cenderung memiliki tekanan osmotic lebih
kecil dari pada lingkungan sehingga garam-garam cenderung masuk ke
dalam tubuh dan air akan keluar. Agar proses fisiologis di dalam tubuh
berjalan normal, maka diperlukan suatu tekanan osmotic yang konstan.
Pada ikan air laut terjadi kehilangan air dari dalam tubuh melalui kulit
dan kemudian ikan akan mendapatkan garam-garam dari air laut yang
masuk lewat mulutnya. Organ dalam tubuh ikan menyerap ion-ion garam
seperti Na+, K+, dan KCl-, serta air akna masuk ke dalam darah dan
selanjutnya disirkulasi. Selanjutnya, insang ikan akan mengeluarkan
kembali ion-ion tersebut dari darah ke lingkungan luar.
Sifat osmotic air berasal dari seluruh elektrolit yang larut dalam air
tersebut di mana semakin tinggi salinitas maka konsentrasi elektrolit
makin besar sehingga tekanan osmotiknya makin tinggi. Air laut yang
mengandung 6 elemen terbesar yaitu Cl-, Na+, Mg2+, K+, dan So42- (lebih
dari 90% dari garam-garam terlarut) ditambah elemen yang jumlahnya
kecil (unsur mikro) seperti Br-, Sr2+, dan B+. Ion-ion yang dominan dalam
menentukan tekanan osmotic (osmolaritas) air laut adalah Na + (450nM)
dan Cl- (560 nM) dengan porsi 3.061 dan 55,04% dari total konsentrasi
ion-ion terlarut.
Pada saat ikan luka atau stress, proses osmosis akan terganggu
sehingga air akan lebih banyak masuk ke dalam tubuh ikan dan garam-
garam lebih banyak keluar dari tubuh. Akibatnya beban kerja ginjal ikan
untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Apabila hal
tersebut terus berlangsung dapat menyebabkan ginjal menjadi rusak
sehingga ikan mati. Pada keaadaan normal ikan mampu memompa air
kurang lebi 1/3 dari bobot total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam
ke dalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak seimbangan ini
sehingga ikan tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk
memulihkan dirinya dari luka atau penyakit. Tentunya dosis untuk ikan
harus diatur sedemikian rupa sehingga kadar garam tidak lebih tinggi dari
pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih
tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar
dari tubuh ikan dan garam masuk ke dalam darah, akibat ikan terdehidrasi
dan akhirnya akan mati.
3.3 Aktivitas Osmoregulasi Ikan Nila (Oriochromis niloticus) Pada
Lingkungan Bersalinitas
Salinitas sebagai media juga akan mempengaruhi pembelanjaan energi
untuk osmoregulasi. Osmoregulasi merupakan proses metabolic yang
membutuhkan transport aktif untuk menjaga konsentrasi kadar garam dalam
tubuh. Kadar garam yang lebih di dalam tubuh hewan akuatik harus
digunakan atau diekskresikan dan dalam hal ini banyak energy yang
dibutuhkan untuk proses tersebut sehingga energy untuk pertumbuhan tidak
tercukupi sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan akan terhambat apabila
lingkungannya tidak sesuai dengan lingkungan habitat aslinya. Untuk mampu
bertahan hidup maka ikan harus melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan yang baru, oleh krena itu maka dalam proses osmoregulasi
disebut sebagai osmokonformer luas. Karena membutuhkan waktu yang lama
untuk penyesuaian hidup pada lingkungan yang bersalinitas (Sticney, 1979).
Spesies ikan-ikan perairan tawar dan ikan-ikan perairan laut yang
stenohaline beradaptasi secara fisiologis terhadap salinitas yang berbeda
dengan konsentrasi di dalam tubuhnya. Energi metabolisme yang seharusnya
dipakai oleh ikan untuk pertumbuhan ikan tidak efisien jika lebih banyak
digunakan dalam proses osmoregulasi. Dengan demikian upaya penentuan
salinitas optimal agar tercipta media yang isoosmotik sangat penting untuk
memaksimalkan pertumbuhan ikan (Pramono, 2006).
Dari penjelasan tersebut maka semakin tinggi salinitas mengakibatkan
kapasitas osmoregulasinya menjadi menurun. Penurunan kapasitas
osmoregulasi tersebut dikarenakan adanya cekaman lingkungan berupa
peningkatan salinitas sehingga untuk mempertahankan kestabilan air dan ion
di dalam tubuhnya, ikan nila melakukan osmoregulasi dengan cara
membuang air dan menghemat garam pada saat lingkungan disekitar ikan nila
bersalinitas rendah (air tawar) dan secara total dapat berubah menjadi
membuang garam dan menghemat air pada saat lingkungan disekitar ikan nila
bersalinitas tinggi (air laut/air payau). Hal ini dilakukan ikan nila untuk
mempertahankan sistem keseimbangan antara cairan tubuh dan cairan media
dengan konsekuensi energi yang dikeluarkan oleh ikan nila untuk mencapai
keseimbangan tersebut juga sangat besar (Fujaya, 2004).
Morgan & Iwama (1991) menyatakan bahwa (1) tingkat metabolik
minimum terjadi pada kondisi salinitas yang isotonik dan meningkat pada
saat terjadi perbedaan salinitas, (2) terdapat hubungan yang linear antara
tingkat metabolik dan perubahan salinitas, (3) tingkat metabolik meningkat
pada kondisi perairan tawar dan berkurang pada kondisi isotonik, (4) tingkat
metabolik tertinggi terjadi pada kondisi perairan laut.
Perbedaan konsentrasi antara lingkungan dan internal tubuh ikan
berpengaruh terhadap total kerja osmotik dan persentase tingkat metabolik
dalam tubuh. Ikan yang mempunyai konsentrasi dalam darahnya lebih tinggi
dari lingkungan itu menunjukkan total kerja osmotik dan persentase tingkat
metabolik yang lebih rendah konsentrasi dalam lingkungannya. Pada saat
tekanan atau konsentrasi ligkungan lebih tinggi dibandingkan tekanan atau
konsentrasi di dalam tubuh, maka akan terjadi kerja osmotik yang tinggi pada
tubuh ikan sehingga energi yang dibebeskan untuk proses osmoregulasi
tersebut lebih besar.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Osmoregulasi adalah proses pengaturan konsentrasi cairan serta
menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau
organisme hidup, atau pengaturan tekanan osmotic cairan tubuh yang
layak bagi kehidupan sehingga proses-proses fisiologis dalam tubuh
berjalan normal.
2. Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan
cara osmosis, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya.
3. Ikan yang hidup di air laut cenderung memiliki tekanan osmotic lebih kecil
dari pada lingkungan sehingga garam-garam cenderung masuk ke dalam
tubuh dan air akan keluar. Agar proses fisiologis di dalam tubuh berjalan
normal, maka diperlukan suatu tekanan osmotic yang konstan.
4. Perubahan salinitas pada lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkat
metabolisme dan pertumbuhan ikan nila (Oriochromis niloticus).
Lingkungan yang optimal akan meningkatkan sistasan dan pertumbuhan
ikan, oleh karena itu diperlukan lingkungan pemeliharaan yang dapat
mendukung kebutuhan hidup ikan secara optimal dengan memperhatikan
faktor lingkungan.
4.2 Saran
1. Bagi siswa agar lebih memahami tentang aktivitas osmoregulasi dan
keberlangsungan hidup ikan nila dalam lingkungan bersalinitas.
2. Diharapkan bagi pembaca, artikel ini dapat membantu para guru maupun
para calon guru untuk lebih memahami tentang aktivitas osmoregulasi dan
keberlangsungan hidup ikan nila (Oriochromis niloticus) dalam
lingkungan bersalinitas.
Daftar Rujukan