Anda di halaman 1dari 9

MAKALA PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN/MANUSIA

PENGARUH SUHU TERHADAP

HOMEOSTATIS

IKAN NILA

Di susun oleh :

Nama : Yesika Sitinjak

NIM : 2018-59-017

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITA PAPUA

2020

[Type text] Page 1


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang
hidup atau habitatnya berada di air, baik air tawar, air payau, maupun air laut dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka
ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Kelompok ikan
terdiri dari tiga kelas yaitu Agnata, Chondrichthyes, dan Osteichtyes. Tiap-tiap kelas
tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara satu kelas
dengan kelas lainnya  (De Becker dan Hariyanti, 2007). Selain morfologi, ikan juga
memiliki anatomi internal. Anatomi internal adalah penampang tubuh bagian dalam
yang meliputi organ-organ dan sistem organ (FKUI, 2010). Dengan kata lain, anatomi
internal sering disebut dengan anatomi saja atau disebut juga fisiologi.
Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,
mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi
menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang bertanggung jawab akan asal,
perkembangan, dan gerak maju kehidupan (Fajlan, 2016). Fisiologi ikan mencakup
beberapa macam sistem satu diantaranya adalah osmoregulasi.
Osmoregulasi merupakan proses yang terjadi pada organisme hewan aquatik termasuk
ikan. Lantu (2010), menyatakan bahwa osmoregulasi terjadi pada hewan perairan,
karena adanya perbedaan tekanan osmosis (bahasa Yunani = mendorong) antara
larutan di dalam tubuh dan di luar tubuh. Larutan yang dimaksud biasanya kandungan
garam – garam atau salinitas.
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas
juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada
sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat
ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara
definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau
atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine
(Abdullah, 2016). Menurut Anonim (1991) salinitas menjadi faktor pembatas bagi
kehidupan hewan aquatik (termasuk ikan nila).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies dari kelas
Osteichtyes (Dwijayanti, 2011). Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum
hidup di perairan tawar, terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang
agak asin (payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat

[Type text] Page 2


hidup pada kisaran salinitas yang lebar) (Harrysu, 2012). Nila bisa tumbuh dan
berkembangan biak di perairan dengan salinitas 0-29‰ (promil). Ikan ini masih bisa
tumbuh tetapi tidak bisa bereproduksi di perairan dengan salinitas 29-35‰
(Khairuman dan Khairul, 2003).
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diadakannya praktikum Fisiologi Hewan Air untuk
mengetahui osmoregulasi  pada ikan nila dengan pengaruh pemberian salinitas yang
berbeda.
B. Tujuan
Mendeteksi pengaruh suhu terhadap Homeostatis ikan kakap (Lutjanus
Campechanus) melalui pengamatan membuka dan menutup overkulun

[Type text] Page 3


BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. MORFOLOGI IKAN NILA
Di dalam tubuh makhluk hidup dapat mengatur suatu keseimbangan apabila
terjadi sesuatu yang berubah. Pengaturan pada tubuh makhluk hidup berfungsi untuk
mempertahankan kehidupan makhluk hidup itu sendiri. Dalam Istilah Fisiologi
disebut dengan nama “HOMEOSTATIS”.
Homeostatis secara harfiah diartikan sebagai pengaturan kondisi konstan
dalam tubuh makhluk hidup. Semua organ dari jaringan tubuh berfungsi membantu
mempertahankan kondisi, berupa tersedianya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
kehidupan sel atau dikeluarkannya bahan sisa metabolisme yang tidak dibutukan lagi
(Iriyanto, 2o12)
Ikan adalah makhluk hidup yang sangat sensitif terhadap perubahan yang
terjadi baik Eksternal maupun Internal. Pada dasarnya ikan juga sangat cepat
merespon segala macam bentuk faktor untuk mempertahankan Homeostatis tubuh
sehingga bisa tetap bertahan hidup (Ismail, 2010), (Arbi, 2007).
Ikan akan melakukan mekanisme homeostatis dengan berusaha untuk
membuat keadaan stabil, sehingga sebagai akibat adanya bahan varian lingkungan.
Mekanisme Homeostatis ini terjadi pada tingkat sel yaitu dengan Pengaturan
Metabolisme Sel, Pengontrolan Permeanbilitas Membran Sel, dan Pembuangan sisa
Metabolisme.
Proses metabolime ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga dibawah
batas yang mematikan. Berdasarkan Hukum Pon hold “ Kenaikan suhu sebesar
10C akan menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme meningkat sehingga 2-3 kali
lipat dibandingkan pada kondisi normal (Tang, 2008)
B. KLASIFIKASI IKAN NILA
Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan
nila albino (Sugiarto, 1988).  Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis
niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Subfilum         : Vertebrata
Kelas               : Osteichtyes
Subkelas          : Acanthopterygii
Ordo                : Percomorphi

[Type text] Page 4


Subordo          : Percoidea
Famili              : Cichlidae
Genus              :  Oreochromis
Spesies            : Oreochromis niloticus
C. HABITAT DAN PENYEBARAN
Ikan nila (O. niloticus) memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang  baik
dengan lingkungan sekitarnya. Ikan nila (O. niloticus) juga memiliki toleransi yang
tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang
berair payau dan dataran tinggi dengan suhu rendah (Ramdhan, 2010).
Penyebaran ikan nila dimulai dari daerah asalnya yaitu Afrika bagian timur,
seperti di sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Ikan ini
kemudian dibawa orang ke Eropa, Amerika, negara – negara Timur tengah, dan Asia.
Konon ikan jenis ini dibudidayakan di 110 negara. Di Indonesia ikan nila
dibudidayakan di seluruh Provinsi (Suryanto, 2010).
D. FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI IKAN NILA
Ikan Nila (O. niloticus) mampu hidup pada suhu 14-38°C dengan suhu terbaik adalah
25-30°C, kadar salinitas atau kadar garam berkisar 0-29 ppt untuk dapat tumbuh
dengan baik (Ramdhan, 2010). Sebagai organisme air, ikan nila memerlukan kadar
oksigen berkisar antara 3-5 ppm. Sedangkan derajat keasaman (pH) berkisar 7-8.
Kandungan CO2 yang dapat ditoleransi oleh ikan nila yaitu 25-30 ppm, sedangkan
NH3 dan H2S tidak boleh lebih dari 0,3 ppm (Santoso, 1996)
E. OSMOREGULASI
Fujaya (1999) mengemukakan bahwa osmoregulasi adalah upaya mengontrol
keseimbangan air dan ion – ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses
pengaturan tekanan osmose. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme
perairan karena;
1. Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan;
2. Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa
substansi yang bergerak cepat;
3. Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.

Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol
konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur proses osmose dalam
tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek
kesehatan ikan (Fujaya,1999).

[Type text] Page 5


BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi


 Waktu : 10:00-12:45 WIT
 Lokasi : Di Rumah
B. Alat
 Aquarium
 Termometer
 3 tempat wadah air
 Stopwatch
 Alat untuk pengambilan ikan
C. Bahan
 Ikan Nila
 Air dingin
 Air normal
 Air panas
D. Cara Karja
a) Percobaan dengan air biasa (Normal)
1. Masukkan air biasa (normal) ke dalam aquarium, kemudian ukur suhu air
dengan alat termometer tunggu beberapa menit, termometer menunjukkan
suhu air 31C.
2. Masukkan ikan ke dalam aquarium, kemudian menghitung membuka menutup
operkulum pada ikan dengan menggunakan stopwatch setiaop 2 menit
b) Percobaan dengan air dingin
1. Masukkan air es (dingin) ke dalam aquarium kemudian mengukur suhu air
menggunkan termometer tunggu beberapa menit, kemudian termometer
menunjukkan suhu air 16C
2. Masukkan ikan ke dalam aquarium, kemudian menghitung membukan dan
menutup operkulum selama 6 kali dengan interval waktu 2 menit dengan
banruan stopwatch
3. Setelah pengamatan selesai, ikan dilakukan aklimitasi dengan memindahkan
ikan dari aquarium yang terisi air dingin ke tempat yang berisi air biasa
(normal). Aklimitasi dilakukan selama 10 menit terhadap ikan
c) Percobaan dengan air hangat
1. Masukkan air panas (hangat) ke dalam aquarium, kemudian masukkan
termometer ke dalam aquarium untuk mengukur suhu air tunggu beberap
menit, termometer mununjukkan suhu air 38C
2. Masukkan ikan ke dalam aquarium, kemudiaan menghitung pergerakan
membukan ingsangnya sebanyak 2 menit dengan bantuan stopwatch dengan
mengulangi sebanyak 3 kali
3. Setelah melakukan pengamatan terhadap ikan nila, ikan tersebut dikembalikan
ke dalam air biasa (normal)b untuk melakukan aklimitasi.

[Type text] Page 6


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Percobaan Dengan Air Biasa 31C

MENIT Jumlah Overkulum Laju Respirasi


2 Menit 310 kali
4 Menit 283 kali
151,5/ Menit
6 Menit 316 kali
2. Percobaan Dengan Air Dingin 16C

MENIT Jumlah Overkulum Laju Respirasi


2 Menit 218 Kali
4 Menit 108 Kali
67,6/ Menit
6 Menit 80 Kali
3. Percobaan Dengan Air Hangat 38C

MENIT Jumlah Ovekulum Laju Respirasi


2 Menit 310 Kali
4 Menit 330 Kali
155,8/ menit
6 Menit 295 Kali

B. PEMBAHASAN
1. Percobaan dengan air biasa (normal)
Pada Menit ke 2 overkulum buka tutup pada ikan nila mencapai 310 kali, pada
menit ke 4 overkulum buka tutup pada ikan nila mencapai 283 kali, pada menit
yang ke 6 overkulum buka tutup pada ikan nila mencapai 316 kali, dan Laju
Respirasi pada ikan nila 151,5/ Menit
2. Percobaan dengan air dingin
Pada menit ke 2 overkulum buka tutup pada ikan nila mencapai 218 kali, pada
menit ke 4 overkulum buka tutup pada ikan nila mencapai 108 kali, pada menit ke
6 overkulum buka tutup pada ikan nila sebanyak 80 kali, dan Laju Respirasi pada
ikan nilamencapai 67,6/ Menit
3. Percobaan dengan air hangat
Pada menit ke 2 jumlah overkulum buka tutup pada ikan nila mencapai 310 kali,
pada menit ke 4 jumlah overkulum buka tutup pada ikan nila mencapai 330 kali,
pada menit ke 6 jumlah overkulum pada ikan nilamencapai 295 kali, dan Laju
Respirasi pada ikan nila mencapai 155,8/ Menit

BAB V

PENUTUP

[Type text] Page 7


A. KESIMPULAN
Pada perlakuan praktikum dengan 3 percobaan pada air biasa,dingin dan hangat
memcapai waktu 3 jam lebih 6 menit dari waktu aklimitalisasi ikan nila tersebut mati.
(Alisa Sipahitar ;2013) Semakin tinggi suhu air pergerakkan overkulum pada ikan
semakin meningkat. Penyebabnya yaitu adalah adanya adaptasi ikan terhadap
lingkungannya yaitu adaptasi pada sistem respirasi.
Adaptasi ini di pengaruhi oleh temperatur dan keadaan lingkungan. Kenaikan suhu
pada suatu perairan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menurun, sehingga
untuk mempertahankan jumlah oksigen dalam tubuhnya ikan akan menambah
pergerakan overkulum menjadi semakin cepat, sebaliknya penurunan suhu pada suatu
perairan dapat menyebabkan kelarutan oklsigen pada air tersebut meningkat sehingga
kebutuhan organisme ke dalam air terhadap oksigen semakin berkurang, maka ini
menyebabkan jarangnya frekuensi membuka dan menutupnya overkulum pada ikan
nila tersebut.
B. SARAN
Sebaiknya melakukan praktikum Homeostatis pada ikan nila dilakukan di kampus.
Agar mahasiswa mengerti cara melakukan praktikum tersebut.

[Type text] Page 8


DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, T. 2016. Laporan Praktikum Oceanografi (Gelombang, Pasut, Arus, &


Kualitas Air) on
2. http://taufiqabd.blogspot.co.id/2016/09/laporan-praktikum-oceanografi-
gelombang.html di akses pada 12 juni 2017
3. Anonym. 1999. Canadian Council of Ministers of the Environment. 1999. Canadian
water quality guidelines for the protection of aquqtic life: Salinity (marine).In:
Canadian environmental quality guiselines, 1999. Canadian Council of Ministers of
the Environment, Winnipeg
4. De Becker, G., dan Hariyanti, R. 2007. Atlas Binatang: Pisces, Reptilia, Amfibi. Tiga
Serangkai. Jakarta

[Type text] Page 9

Anda mungkin juga menyukai