Anda di halaman 1dari 10

A.

Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar Amoniak (NH3) dalam sample menggunakan metode
Nessler secara spektrofotometri.

B. Dasar Teori
Ammonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air, ion
ammonium merupakan bentuk transisi dari ammonia. Selain terdapat dalam bentuk gas ,
ammonia membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Ammonia banyak
digunakan dalam proses produksi urea, industry bahan kimia, serta industry bubur kertas
dan kertas. Ammonia yang terukur di perairan berupa ammonia total (NH3 dan NH4-).
Ammonia bebas tidak dapat terionisasi (Effendi, 2003).
Adanya amoniak dalam air akan mempengaruhi pertumbuhan biota budi daya.
Pengaruh langsung dari kadar amonia tinggi yang belum me,matikan ialah rusaknya
jaringan insang, dimana lempeng insang membengkak sehingga fungsinya sebagai alat
pernapasan akan terganggu. Sebagai akibat lanjut, dalam keadaan kronis biota budi daya
tidak lagi hidup normal. Penyebab timbulnya amonia dalam air tambak/kolam adalah
sisa-sisa ganggang yang mati, sisa pakan, dan kotoran biota budi daya sendiri (Sutrisno,
2006).
Konsentrasi ammonia yang tinggi pada pada permukaan air menyebabkan
kematian ikan pada perairan tersebut. Nilai ph sangat mempengaruhi apa jumlah
ammonia yang ada akan bersifat racun atau tidak. Pada kondisi ph rendah akan beracun
bila jumlah ammonia banyak, sedangkan pada ph tinggi hanya dengan jumlah ammonia
yang rendah sudah bersifat racun (Jenie dan Rahayu, 1993).
Keberadaan ammonia
kematian

yang

tinggi

pada

permukaan

air

menyebabkan

ikan pada perairan. Sifat toksik ammonia di perairan tersebut sangat

dipengaruhi oleh

nilai pH. Pada kondisi pH rendah,ammonia akan beracun bila

jumlahnya banyak, sedangkan pada pH tinggi ammonia yang kadarnya rendah sudah
bersifat racun. Ammonia merupakan salah satu zat beracun serta bahan organik yang
berbahaya. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam
air. Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang
1

mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni. Tapi kemurnian air
diragukan jika nilai BODnya mencapai 5 ppm atau lebih. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup nomor KEP-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair
bagi Kegiatan Industri menyatakan bahwa baku mutu limbah cair ammonia bebas
dikatakan normal pada rentang 15 mg/L. Selain itu juga dijelaskan beberapa kadar
maksimal ammonia bebas dalam berbagai industri, seperti industri peyamakan kulit 10,0
mg/L, industri minyak sawit 20 mg/L, industri karet 10 mg/L, industri pupuk urea 50
mg/L, industri karet lateks pekat 15 mg/L, industri karet bentuk kering 5 mg/L, dan
industri kayu lapis 4 mg/L (MENLH, 1995).
Pengukuran kadar ammonia di dalam air dilakukan dengan alat spektrofotometer.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang didasarkan
pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan atom maupun molekul suatu senyawa
kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis
kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa
menimbulkan beberapa peristiwa antara lain adalah: pemantulan, pembiasan/hamburan
(scattering), difraksi, penyerapan, (absorpsi), fluoresensi, fosforesensi dan emisi
(Hendayana, 1994).
Spektrofotometer

sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan
panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun
celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan
diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek
panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrometer, panjang gelombang yang
2

benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk
mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar,
1990).
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas
sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan
cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit
terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan
untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa
didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar
ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada
pada panjang gelombang 400-800 nm. Panjang gelombang () adalah jarak antara satu
lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan
panjang gelombang (). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan per panjang
gelombang. (Dachriyanus, 2004)
Kebanyakan penerapan

spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik

didasarkan n-* ataupun -* karena spektrofotometri UV-Vis memerlukan hadirnya


gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum (sekitar
200 ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan dalam eksperimen. Spektrofotometer UVVis yang komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm.
Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada
dalam daerah inframerah. Ini karena pita serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi,
gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar
menunjukkan puncak yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang
berguna mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut (Day &
Underwood, 1986).

C. Pelakasanaan Percobaan
1. Alat yang Diperlukan :
Spektrofotometer UV-Vis
Kuvet
Labu Takar 50 mL
Beker glass 100 mL, 1000mL
Pipet Volume 1mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL
Mikro pipet 100-1000 L dan pipet tip
Pro Pipet
Pipet Tetes
2. Bahan yang Diperlukan:
Larutan Stock Amoniak 100 mg/L NH3-N
Larutan Standar Amoniak 10 mg/L NH3-N
Reagen Nessler A
Reagen Nessler B
Larutan Rochelle Salt (Stabillizer Reagent)
Larutan Zinc Sulfate
Sampel A dan B
Aquades
II.3 Cara Kerja
a. Siapkan 7 buah labu takar 50 mL yang sudah dibersihkan.
b. Ambil dengan teliti menggunakan pipet volume larutan standar amonia 10 mg/L NH 3-N
dengan volume berturut turut 0 mL, 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan 10 mL kemudian masukkan
ke dalam labu takar 50 mL.
c. Ambil dengan teliti secara duplo (dua kali) menggunakan pipet volume sampel yang akan
diuji sebanyak 5 mL dan masukkan ke dalam masing masing dua buah labu takar 50
mL.
d. Tambahkan sedikit aquades menggunakan botol semprot kira kira 10 mL pada masing
masing labu takar, kemudian homogenkan pelan pelan.
e. Tambahkan larutan ZnSO4 sebanyak 0,5 mL menggunakan mikro pipet , lalu
homogenkan.
f. Tambahkan sedikit aquades menggunakan botol semprot kira kira 10 mL pada masing
masing labu takar, kemudian homogenkan pelan pelan.
4

g. Tambahkan 5 mL reagen nessler B menggunakan pipet volume ke dalam masing


masing larutan standar, blanko, dan sampel.
h. Tambahkan sedikit aquades menggunakan botol semprot kira kira 10 mL pada masing
masing labu takar, kemudian homogenkan pelan pelan.
i. Tambahkan 2 tetes larutan Rochelle salt, kemudian encerkan dengan aquades sampai 50
mL dan gojog hingga homogen.
j. Tambahkan 1 mL reagen nessler A menggunakan mikro pipet ke dalam masing masing
larutan standar, blanko, dan sampel.
k. Gojog larutan hingga homogen, dan diamkan 30 menit. Gojog lagi agar tetap homogen.
l. Ukur nilai absorbansi masing masing larutan dengan alat spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 430 nm. Lakukan kalibrasi zero dengan larutan blanko yang dibuat.
m. Catat hasil pengukuran dalam lembar kerja dan lakukan perhitungan kadar amonia dalam
sampel.
D. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
D.1 Perhitungan
Absorban dari masing masing larutan standar dan sampel yang diukur dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 430 nm adalah:
Volume Standar (mL)
0 (blanko)
1
2
3
10
Sampel A
Sampel B

Volume Akhir mL
50
50
50
50
50
50
50

Absorbansi
0,000
0,081
0,106
0,208
0,366
0,127
0,125

Tabel 1. Nilai Absorbansi dari larutan standar

Dari data tersebut dapat dihitung konsentrasi larutan standar dengan menggunakan rumus
pengenceran.
V1 . M1 = V2 . M2
Dimana :
V1
= volume larutan standar sebelum dilakukan pengenceran, mL
M1
= konsentrasi larutan standar sebelum dilakukan pengenceran, mg/L
V2
= volume larutan standar setelah dilakukan pengenceran, mL
M2
= konsentrasi larutan standar setelah dilakukan pengenceran, mg/L
a. Larutan standar 1 mL
N2 = V1 . M1
V2
M2 = 1 mL . 10 mg/L
50 mL
M2 = 0,2 mg/L
b. Larutan standar 2 mL
M2 = 2 mL . 10 mg/L
50 mL
M2 = 0,4 mg/L
c. Larutan standar 3 mL
M2 = 3 mL . 10 mg/L
50 mL
M2 = 0,6 mg/L
d. Larutan standar 10 mL
M2 = 10 mL . 10 mg/L
50 mL
M2 = 2,0 mg/L
Volume Larutan standar (mL) Konsentrasi Larutan

Absorbansi

standar Setelah
Blanko

Pengenceran (mg/L)
-

0,000

0,2

2
0,4
3
O,6
10
2,0
Tabel 1: Perbandingan antara Konsentrasi dengan Absorbansi

0,081
0,106
0,208
0,366

Dari table diatas maka dapat dibuat kurva standar seperti grafik di bawah
f(x) = 0.17x + 0.04
R = 0.92

Grafik 1. Perbandingan antara konsentrasi dan absorbansi


Dari hasil persamaan regresi grafik di atas dapat dihitung konsentrasi amoniak sebagai
berikut :
a. Sampel simplo
y = 0.1705x + 0.0431
0,127 =0,1705(x) + 0,0431
x = 0,492 mg/L NH3-N
Konsentrasi NH3 dalam sampel = Mr NH3 x Konsentrasi sampel
Mr N
= 17 g/mol x 0,492 mg/L
14 g/mol
7

= 0,597 mg/L NH3


Konsentrasi awal untuk sampel simplo sebelum pengenceran dapat diketahui menggunakan
rumus pengenceran :
V1.M1 = V2.M2
:

V 1.M 1
M 2=
=
V2

0,597 g
x 50 mL
L
=5,97 mg/ L
5 mL

b. Sampel duplo
y = 0.1705x + 0.0431
0,125 =0,1705(x) + 0,0431
x = 0,480 mg/L NH3-N
Konsentrasi NH3 dalam sampel = Mr NH3 x Konsentrasi sampel
Mr N
= 17 g/mol x 0,480 mg/L
14 g/mol
= 0,582 mg/L NH3
konsentrasi awal untuk sampel simplo sebelum pengenceran dapat diketahui menggunakan
rumus pengenceran :
V1.M1 = V2.M2
:

0,582 mg
x 50 mL
V 1.M 1
L
M 2=
=
=5,82 mg/ L
V2
5 mL

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditentukan konsentrasi NH3 dalam sampel rata
rata adalah 5,895 mg/L
D.2 Pembahasan
Metode penelitian keberadaan amoniak dilakukan dengan menggunakan metode Nesler,
metode pengerjaan berdasarkan perkiraan kadar amoniak dalam air. Bila perkiraan kadar
amoniak dalam sampel antara 1 25 mg NH3 N/L maka digunakan titrasi dengan standar asam
sulfat, sedangkan bila kadar amoniak antara 0,25 5,0 mg NH3 N/L dapat ditentukan dengan

metode Nesler. Kadar NH3 N lebih dari 5 mg/L dapat ditentukan dengan metode Nesler dan
pengenceran.
Gangguan pada analisa Nesler adalah kekeruhan dan warna. Pada analisa Nesler tanpa
destilasi harus ditambah basa dan ZnSO4 untuk mencegah gangguan ion Ca2+, Fe, dan Sn yang
dapat menimbulkan kekeruhan. Dengan tambahan larutan basa dan ZnSO4 maka ion ion
tersebut akan mengendap.
Penentuan kadar amonia ini dilakukan dengan menggunakan larutan standar amonia dan
larutan sampel dalam jumlah tertentu kemudian ditambah aquades sebagai pelarut dan ZnSO 4
sebagai pengendap. Setelah itu pada masing masing larutan ditambah reagen nessler B yang
berfungsi sebagai indikator keberadaan amonia dalam larutan. Selanjutnya dilakukan
penambahan reagen nessler A sebagai pemberi warna pada larutan standar maupun sampel.
Alat yang dipakai untuk mengukur absorban larutan standar dan sampel adalah
spektrofotometer UV-Vis, karena panjang gelombang yang digunakan adalah 430 nm. Panjang
gelombang ini termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar UV, yaitu 300 750 nm. Syarat
untuk menggunakan spektrofotometer UV-Vis adalah larutan yang diukur absorbannya harus
berwarna. Oleh karena itu, larutan standar dan sampel harus dijadikan berwarna dengan
menambahkan reagen nessler A. Penambahan reagen ini mengakibatkan perubahan warna
larutan dari bening menjadi kuning. Intensitas warna kuning ini meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah larutan standar dan sampel yang digunakan.
Konsentrasi larutan pada masing-masing deret standar dapat dihitung dengan
menggunakan rumus pengenceran. Berdasarkan hasil perhitungan, maka diketahui nilai
konsentrasi larutan standar 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan 10 mL berturut turut adalah 0,2 mg/L; 0,4
mg/L; 0,6 mg/L; 2 mg/L.

Setelah dilakukan pengukuran nilai absorbansi pada panjang

gelombang 430 nm, maka diperoleh absrobansi untuk larutan standar 0,2 mg/L; 0,4 mg/L; 0,6
mg/L; dan 2 mg/L adalah 0,081, 0,106, 0,208, 0,306. Nilai absorbansi tersebut selanjutnya
diplotkan ke dalam grafik hubungan konsentrasi larutan NH 3-N dengan absorbansi untuk
perhitungan konsentrasi sampel.
Persamaan garis yang diperoleh dari gambar 1 adalah y = 0.1705x + 0.0431, berdasarkan
persamaan tersebut, maka konsentrasi amonia yang terkandung dalam sampel dapat ditentukan
dengan cara mengintrapolasikan nilai absorbansi sampel ke dalam kurva standar dengan
menggunakan persamaan garisnya.
9

E.

Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa konsentrasi NH 3 dalam sampel
yaitu sebesar 5,895 mg/L.

10

Anda mungkin juga menyukai