Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN SISTEMATIKA HEWAN

Eksplorasi Jenis Kepiting Laut di Pantai Delegan Gresik

Disusun Oleh:
Novi dwi octavia : 19030244068
Mahadewi Puteri Zainuddin : 19030244071

Dosen Pembimbing
Nama : Reni ambarwati, S.Si., M.Sc. NIP : 194905291977102001

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PRODI S1 BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI
2020

1
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………4
II. RENCANA KEGIATAN SURVEI LAPANGAN
A. Lokasi……………………………………………………………….…….4
B. Objek pengamatan…………………………………………………..…….4
C. Perlengkapan praktikum lapangan………………………………….…….4
D. Rencana survey lapangan………………………………………….……...4
III. METODE HASIL PENELITIAN…………..…………………………………..4
A. Jenis Penelitian…………………………………………………………………....4
B. Sampel Penelitian………………………………………………………………....4
C. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………………….5
D. Prosedur Penelitian……………………………………………………………......5
E. Alat dan Bahan…………………………………………………………………....5
IV. HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Jenis-jenis kepiting laut di pantai Delegan Gresik yang telah kami
amati……………………………….…………………………………..…5
B. Morfologi dan Anatomi Kepiting…….…………………………………..8
C. Daur Hidup Kepiting……………..……………………...……………....10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..11

2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai macam tipologi habitat
serta keanekaragaman biota yang tinggi. Kanekaragaman hayati tersebut
merupakan sumber kehidupan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
pangan atau perdagangan, sehingga keberadaannya sangat rawan terhadap
kepunahan akibat aktifitas kehidupan dan pembangunan. Beberapa bentuk
ancaman kelestarian kacang keragaman hayati antara lain karena pencemaran,
eksploitasi sumber daya alam untuk perdagangan, penebangan hutan dan
sebagainya. Salah satu bentuk ekosistem pesisir Indonesia adalah ekosistem
laut. Konsep ekosistem merupakan suatu yang luas, karena di dalamnya terjadi
hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen
penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat
dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara
komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis
yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang
tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari ini
dengan cara mengkonsumsi makhluk fotosintesis tersebut diatas. Dan begitu
selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan.
Ekologi laut tropis mencakup berbagai macam ekosistem yang berada
pada daerah tropis. Aspek yang ditelaah mengenai lamun, terumbu karang,
dan mangrove. Interaksi yang terpenting dari ketiga ekosistem tersebut yakni
fisik, bahan organic terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna, dan
dampak manusia. Struktur dan sifat fisik ketiga ekosistem tersebut saling
mendukung. Apabila, ekosistem tersebut terganggu, maka akan menyebabkan
ekosistem lainnya terganggu juga. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu
dilakukan praktek lapangan mengenai Ekologi Laut Tropis, tentang
pangamatan terhadap ekosistem laut, lamun dan terumbu karang di kawasan
perairan pasir putih pantai Delegan, Rejodadi, Kecamatan Panceng ,
Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Ekosistem pesisir memiliki
bermacam-macam fungsi, antara lain fungsi fisik, biologis dan sosial
ekonomis.
Fungsi biologis yang dimiliki kawasan pesisir antara lain sebagai daerah
asuhan nursery grund), daerah mencari makan (Feeding ground) dan daerah
pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya
burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah
(Rahmawaty, 2006). Diantara sekian banyak fungsi tersebut, fungsi ekosistem
pesisir yang terpenting adalah sebagai daerah asuhan, mencari makan dan
daerah pemijahan bagi ikan, udang, kepiting, moluska serta vertebrata lainnya.
Daerah ini terbentuk secara alamiah yang membuat suasana yang aman dan
nyaman bagi hewan-hewan tersebut bertelur, mencari makan dan
membesarkan anak sebelum kembali ke laut menjelang fase dewasa
(MacKinnon, et al., 2000).

3
Dengan adanya berbagai macam jenis kepiting di pesisir pantai maka
adanya sebuah Eksplorasi Jenis Kepiting di Laut Tujuan Eksplorasi ini yaitu
untuk mengenal kepiting dari berbagai aspek, baik morfologi, daur hidup,
habitatnya maupun metode sampling yang digunakan dalam pelitian
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membedakan dan mengetahui jenis-jenis kepiting laut?
2. Apa tujuan dan manfaat suatu eksplorasi ?
C. Tujuan
1. Agar dapat membedakan dan mengetahui jenis-jenis kepiting laut.
2. Mengetahui tujuan dan manfaat suatu eksplorasi

II. RENCANA KEGIATAN SURVEY LAPANGAN


A. Lokasi : Pasir putih pantai Delegan, Rejodadi, Kecamatan Panceng,
Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur.
B. Objek Pengamatan : Kepiting Laut
C. Perlengkapan praktikum lapangan :
 Pribadi : Sandal/ sepatu, Jas hujan, tas/ransel, tumbler dan obat
 Kelompok : (ATK) Peralatan tulis dan kamera/HP.
 Tambahan : Buku panduan dan toples
D. Rencana Survey Lapangan :
1) Mengmbil data di pasir putih pantai Delegan, Rejodadi, Kecamatan
Panceng , Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur
2) Mencari tempat strategis mengenai aktivitas kepiting laut di pantai
Delegan Gresik.
3) Melakukan pengamatan dengan mencari/ menangkap sendiri
kepiting laut seperti di dasar pantai, daerah terumbu karang atau
pinggir (pasir) pantai
4) Mendokumentasikan kepiting yang diamati.
5) Setelah melakukan pengamatan, selanjutnya kami menghitung
jumlah kaki pada setiap kepiting yang di temukan, menghitung
panjang dan lebar tubuh kepiting dan mencari pembeda yang
terletak pada ,asing-masing kepiting.
6) Mencocokan ciri kepiting yang telah ditemukan dengan panduan
buku/ google.
7) Mencari studi literatur mengenai keanekaragam kepiting laut.
8) Menyusun laporan dan melampirkan bukti pengamatan.
III. METODE HASIL PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif. Tahapan
penelitian terbagi menjadi lima tahap yaitu tahap perencanaan, observasi,
pengumpulan data, koleksi, penyusunan data, dan analisis data.
B. Sampel Penelitian

4
Sampel penelitian berupa Kepiting Ungu Pemanjat / Purple Climber Crab
(Metopograpsus sp), Kepiting marmer batu/ marmer kepiting (
Pachygrapsus marmoratus ), Kepiting Mitten Jepang (eriocheir japonica)
yang terdapat di pantai Delegan Gresik.
C. Waktu dan Tempat penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada 11 Oktober 2020, sampai 7 Desember
2020. Eksplorasi dan koleksi dilakukan di Pasir putih pantai Delegan,
Rejodadi, Kecamatan Panceng , Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terbagi menjadi lima tahap yaitu tahap perencanaan,
observasi, pengumpulan data, koleksi, penyusunan data dan analisis data.
Tahap perencanaan berupa kegiatan memilih daftar bukti taksonomi yang
digunakan. Tahap observasi adalah kegiatan mengamati dan membedakan
karakter dari setiap anatomi/ fisiologi, morfologi, daur hidup dan habitat dari
kepiting laut . menghitung jumlah bagian tubuh dari kepiting, seperti kaki
jalan, pemcapit dan lainnya. Dan juga mengukur panjang dan lebar dari
setiap anggota tubuh kepiting laut yang ditemukan.
E. Alat dan bahan penelitian
Toples untuk mletakkan / wadah kepiting laut, sarung tangan untuk
mengambil kepiting laut, dan penggaris untuk mengukur setiap bagian tubuh
kepiting laut.
IV. HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Jenis-jenis kepiting laut di pantai Delegan Gresik yang telah kami
amati
1. Kepiting Ungu Pemanjat/Purple Climber Crab (Metopograpsus sp)

Metopograpsus sp

Nama ilmiahnya adalah Metopograpsus sp. Dia sering memanjat


akar bakau. Kepiting ini memanjat untuk menghindari air pasang dan
predator. Di balik rapatnya perakaran mangrove jenis Rhizhopora,
Metopograpsus sering melakukan perkawinan. Proses kawin terjadi,
sesaat setelah sang betina berganti kulit.
Proses perkawinan, distimulasi oleh sebuah feromon. Kepiting
kawin secara internal. Sang Jantan memindahkan spermatozoa ke

5
oviduk si Betina. Mereka kawin di darat. Tapi setelah itu, saat suhu
hangat, si Betina segera menuju ke laut secara periodik untuk
melepaskan telurnya.
Pada kepiting ungu Pemanjat/Purple Climber Crab
(Metopograpsus sp) yang diamati di pantai delegan gresik, panjang
tubuh kepiting 1,8 cm, lebar 2,5 cm ( tubuh bagian depan ), lebar 1,5
( tubuh bagian belakang ). Terdapat 2 pencapit dengan panjang 2,2 cm,
memiliki 3 pasang kaki jalan dan 1 pasang kaki renang. Panjang kaki
jalan pertama yaitu 2,4 cm, panjang kaki jalan kedua yaitu 2,5cm, dan
panjang kaki jalan ketiga yaitu 2,3 cm. Kemudian panjang kaki renang
yaitu 2,4 cm.
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Divisi : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Memesan : Decapoda
Infraorder : Brachyura
Keluarga : Grapsidae
Marga : Metapograpsus sp

2. Kepiting marmer batu/ marmer kepiting ( Pachygrapsus marmoratus )

Pachygrapsus marmoratus
Pachygrapsus marmoratus adalah spesies kepiting, terkadang
disebut kepiting batu marmer atau kepiting marmer, yang hidup di
Laut Hitam, Laut Mediterania, dan sebagian Samudra Atlantik.
Warnanya coklat ungu tua, dengan marmer kuning, dan dengan
panjang tubuh hingga 36 milimeter (1,4 inci). Omnivora semiterestrial,
ia memakan alga dan berbagai hewan termasuk kerang dan keong. P.
marmoratus memiliki karapas persegi sepanjang 22–36 milimeter
(0,87–1,42 inci), yang berwarna coklat ungu tua dengan pola marmer
berwarna kuning. Hal ini dapat dibedakan dari spesies terkait
Pachygrapsus di Laut Mediterania (Pachygrapsus maurus dan
Pachygrapsus transversus) dengan adanya tiga gigi di setiap sisi

6
karapas. Ia mampu melakukan gerakan yang sangat cepat, dan ia
menggunakan kemampuan ini untuk melesat ke celah-celah, sehingga
sulit ditangkap.
P. marmoratus adalah omnivora, tetapi bukan oportunis; proporsi
yang sama dari alga dan hewan dikonsumsi betapapun melimpahnya
mereka di habitat. Hewan yang disukai dalam makanan P. marmoratus
adalah kerang, keong, dan spesiesnya sendiri. Saat menyerang limpet
Patella depressa, Pachygrapsus marmoratus menggunakan metode
yang konsisten, yang biasanya tidak berhasil. Di pantai yang lebih
terlindung, P. grapsus makan lebih sedikit kerang, tetapi
mengimbanginya dengan konsumsi teritip yang lebih besar.
Predator Pachygrapsus marmoratus termasuk gurita musky,
Eledone moschata. Larva P. marmoratus bersifat planktonik dan dapat
bertahan hidup hingga 31 hari. Ini menghasilkan aliran gen tingkat
tinggi di antara populasi, dan memungkinkan spesies untuk dengan
cepat menjajah area baru.
Pada kepiting marmer batu/ marmer kepiting ( Pachygrapsus
marmoratus ) yang diamati di pantai delegan gresik, panjang tubuh
kepiting 1,5 cm, lebar 2 cm ( tubuh bagian depan ), lebar 1 cm ( tubuh
bagian belakang ). Terdapat 2 pencapit dengan panjang 1,8 cm,
memiliki 3 pasang kaki jalan dan 1 pasang kaki renang. Panjang kaki
jalan pertama yaitu 2,3 cm panjang kaki jalan kedua yaitu 2,6 cm dan
panjang kaki jalan ketiga yaitu 2,8 cm. Kemudian panjang kaki renang
yaitu 2 cm.
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Memesan : Decapoda
Infraorder : Brachyura
Keluarga : Grapsidae
Gen/jenis : Pachygrapsus
Spesies : P. marmoratus
Nama binomial : Pachygrapsus marmoratus

3. Kepiting Mitten Jepang (eriocheir japonica)

7
Eriocheir japonica
Eriocheir japonica, Kepiting Sarung Tangan Jepang, berasal dari
muara, sungai, dan danau di selatan Rusia, Jepang, Tiongkok selatan,
Hong Kong, pantai barat Taiwan, dan tenggara Korea. Seperti E.
sinensis (Kepiting Sarung Tangan Cina) yang lebih dikenal, E.
japonica merupakan katak katakadrom, tumbuh hingga dewasa di
sungai dan danau air tawar, dan bermigrasi ke hilir ke muara untuk
pemijahan. Hanya satu spesimen E. japonica telah dilaporkan dari luar
jangkauan aslinya. Itu ditemukan di muara Sungai Columbia di Oregon
dan tidak ada individu berikutnya yang dilaporkan.
Pada kepiting Mitten Jepang (eriocheir japonica) yang diamati di
pantai delegan gresik, panjang tubuh kepiting 2 cm, lebar 1,7 cm
( tubuh bagian depan ), lebar 1,2 cm ( tubuh bagian belakang ).
Terdapat 2 pencapit dengan panjang 2,4 cm, memiliki 3 pasang kaki
jalan dan 1 pasang kaki renang. Panjang kaki jalan pertama yaitu 2,3
cm panjang kaki jalan kedua yaitu 2,5 cm dan panjang kaki jalan
ketiga yaitu 2,3 cm. Kemudian panjang kaki renang yaitu 2,3 cm.
Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Orde : Decapoda
Infraorder: Brachyura
Superfamily: Grapsoidea
Family: Varunidae
Genus: Eriocheir
Spesies : E. sinensis
Nama Ilmiah : Eriocheir japonica

B. Morfologi dan Anatomi Kepiting


Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh yang biasanya
mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy - pendek, ura -
ekor), atau yang perutnya sama sekali tersembunyi di bawah thorax. Hewan
ini dikelompokkan ke dalam Phylum Athropoda. Sub Phylum Crustacea.

8
Kelas Malacostraca. Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata dan Infraorder
Brachyura. Tubuh kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka
luar) yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting
hidup di air laut. air tawar dan darat dengan ukumn yang beraneka ragam, dari
pea crab, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba
Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m (Anonim, 2008),
Menurut Prianto (2007), walaupun kepiting mempunyai bentuk dan
ukuran yang beragam tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan pada bentuk
tubuh. Seluruh kepiting mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan
(Gambar 1 dan 2). Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan
sepasang penjepit, chelipeds terletak di depan kaki pertama dan setiap jenis
kepiting memiliki struktur chelipeds yang berbeda-beda. Chelipeds dapat
digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka
kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping
itu, tubuh kepiting juga ditutupi dengan Carapace. Carapace merupakan kulit
yang keras atau dengan istilah lain exoskeleton (kulit luar) berfungsi untuk
melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki: sepasang kaki yang
pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk
bergerak. Di hampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya.
Raninoida), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting
ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak
membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari
pelat-pelat yang pipih (phyllobranchiate). mirip dengan insang udang, namun
dengan struktur yang berbeda. Insang yang terdapat di dalam tubuh berfungsi
untuk mengambil oksige. biasanya sulit dilihat dari luar. Insang terdiri dari
struktur yang lunak terletak di bagian bawah carapace. Sedangkan mata
menonjol keluar berada di bagain depan carapace.
Berdasarkan anatomi tubuh bagian dalam mulut kepiting terbuka dan
terletak pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang terdapat di sekitar
mulut berfungsi dalam memegang makanan dan juga memompakan air dari
mulut ke insang Kepiting memiliki rangka luar yang keras sehingga mulutnya
tidak dapat dibuka lebar. Hal ini menyebabkan kepiting lebih banyak
menggunakan sapit dalam memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh
dihancurkan dengan menggunakan sapit, kemudian baru dimakan (Shimek,
2008). Anatomi tubuh kepiting bagian dalam dapat dilihat pada Gambar.
Bagian tubuh kepiting juga dilengkapi bulu dan rambut sebagai indera
penerima. Bulu-bulu terdapat hampir di seluruh tubuh tetapi sebagian besar
bergerombol pada kaki jalan. Untuk menemukan makanannya kepiting
menggunakan rangsangan bahan kimia yang dihasilkan oleh organ tubuh.
Antena memiliki indera penciuman yang mampu merangsang kepiting untuk
mencari makan Ketika alat pendeteksi pada kaki melakukan kontak langsung
dengan makanan, chelipeds dengan cepat menjepit makanan tersebut dan
langsung dimasukkan ke dalam mulut. Mulut kepiting juga memiliki alat

9
penerima sinyal yang sangat sensitif untuk mendeteksi bahan-bahan kimia,
Kepiting mengandalkan kombinasi organ perasa untuk menemukan makanan.
pasangan dan menyelamatkan diri dari predator(Prianto,2007)
Kepiting memiliki sepasang mata yang terdiri dari beberapa ribu unit
optik Matanya terletak pada tangkai, dimana mata ini dapat dimasukkan ke
dalam rongga pada carapace ketika dirinya terancam. Kadang-kadang kepiting
dapat mendengar dan menghasilkan berbagai suara. Hai yang menarik pada
berbagai spesies ketika masa kawin, sang jantan mengeluarkan suara yang
keras dengan menggunakan chelipeds-nya atau menggetarkan kaki jalannya
untuk menarik perhatian sang betina. Setiap spesies memiliki suara yang khas,
hal ini digunakan untuk menarik sang betina atau untuk menakut-nakuti
pejantan lainnya.

C. Daur Hidup Kepiting


Seperti hewan air lainnya reproduksi kepiting terjadi di luar tubuh, hanya
saja sebagian kepiting meletakkan telur-telurnya pada tubuh sang betina.
Kepiting betina biasanya segera melepaskan telur sesaat setelah kawin, tetapi
sang betina memiliki kemampuan untuk menyimpan sperma sang jantan
hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi selanjutnya
dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma. Setelah telur
dibuahi telur-telur ini akan ditempatkan pada bagian bawah perut (abdomen).
Jumlah telur yang dibawa tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies
dapat membawa puluhan hingga ribuan telur ketika terjadi pemijahan. Telur
ini akan menetas setelah beberapa hari kemudian menjadi larva (individu baru)
yang dikenal dengan "zoca". Ketika melepaskan zoea ke perairan, sang induk
menggerak-gerakkan perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan
mudah lepas dari abdomen. Larva kepiting selanjutnya hidup sebagai plankton
dan melakukan moulting beberapa kali hingga mencapai ukuran tertentu agar
dapat tinggal di dasar perairan sebagai hewan dasar (Prianto, 2007).
Daur hidup kepiting meliputi telur, larva (zoea dan megalopa), post
larva atau juvenil, anakan dan dewasa. Perkembangan embrio dalam telur
mengalami 9 fase (Juwana, 2004). Larva yang baru ditetaskan (tahap zoea)
bentuknya lebih mirip udang dari pada kepiting. Di kepala terdapat semacam
tanduk yang memanjang, matanya besar dan di ujung kaki-kakinya terdapat
rambut-rambut. Tahap zone ini juga terdiri dari 4 tingkat untuk kemudian
berubah ke tahap megalopa dengan bentuk yang lain lagi.
Larva kepiting berenang dan terbawa arus serta hidup sebagai plankton
(Nontji, 2002). Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa farva kepiting
hanya mengkonsumsi fitoplankton beberapa saat setelah menetas dan segera
setelah itu lebih cenderung memilih zooplankton sebagai makanannya (Umar.
2002). Keberadaan larva kepiting di perairan dapat menentukan kualitas
perairan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Davey, K. 2000. Decapod Crabs Reproduction and Development, (Online),
(http://www.mesa.edu.au, diakses 1 Mei 2008).
DPI & F. 2003. Fish Guide. Saltwater, Freshwater and Noxious Species. (Online).The Great
Outdoors Publications. Brisbane, (www2.dpi.qld.gov.au, diakses 13
Mei2008).
DPI & F. 2005. Fisheries Long Term Monitoring Program Sampling Protocol Mud Crab:
(2000-2005). (Online), Department of Primary Industries and Fisheries.
(http://www2.dpi.qld.gov.au, diakses 14 Mei 2008).
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Hsieh, H.L. 2004. Towards Wetland Restoration for the "Wetland Three Musketeers". A
Horseshoe Crab, A Fiddler Crab, and A Coconut Crab, (Online). Research
Center for Biodiversity. Academia Sinica, Taipei, (biodivsinica.edu.tw.
diakses 14 Mei 2008).
Irmawati. 2005. Keanekaragaman Jenis Kepiting Bakau Scylla sp Di Kawasan Mangrove
Sungai Keera Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan, Lembaga Penelitian
UNHAS, (Online). (http://www.unhas.ac.id, diakses 30 April 2008).
Juwana. S. 2004. Penelitian Budi Daya Rajungan dan Kepiting: Pengalaman Laboratorium
dan
lapangan. Prosiding Simposium Interaksi Daratan dan Lautan. Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
MacKinnon, K., Hatta, G., Halim, H. & Mangalik, A. 2000. Ekologi Kalimantan
Prenhallindo, Jakarta,
Prianto. E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem
Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset
Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.
Quinitio, E.T. & Parado, E.F.D. 2003. Biology and Hatchery of the Mud Crabs Scylla spp.
Aquaculture Extension Manual, (Online), No. 34, SEAFDEC Aquaculture
Department. Iloilo, Philippines (rfdp.seafdec.org.ph, diakses 15 Mei 2008).
11
Rahmawaly. 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat
(Online). Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan,
(http://library usu.ac.id, diakses 2 April 2008).

12

Anda mungkin juga menyukai