Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Perikanan
Tahun Akademik 2019/2020
Disusun oleh:
Kelompok 7 / Perikanan A
Amelia Tahtadi Annaja 230110190001
Vika Nurhabibah 230110190003
Mellyan Wahda Hestiana 230110190028
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Awal
Daur Hidup Ikan” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi dan diharapkan dengan disusunnya
makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses pembelajaran mata
kuliah Biologi Perikanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai siklus hidup ikan bagi para pembaca dan juga para penulis.
Dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membantu penyusunan makalah kami yaitu kepada para dosen
pengampu mata kuliah Biologi Perikanan. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan dalam perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini memberi manfaat kepada para pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Telur Ikan dan Bagian-Bagiannya.................................................................3
2.1.1 Bagian-Bagian Telur Ikan...............................................................................4
2.2 Pembuahan pada Telur Ikan.........................................................................4
2.3 Macam-Macam Telur Ikan.................................................................................8
2.4 Faktor Genetis...........................................................................................9
2.4.1 Bagian-Bagian Kromosom...........................................................................10
2.4.2 Bentuk-Bentuk Kromosom...........................................................................12
2.4.3 Macam-Macam Kromosom pada Ikan........................................................14
2.4.4 Kemungkinan Perubahan Letak Gen...........................................................17
2.5 Masa Pengeraman..........................................................................................21
2.6 Masa Larva.....................................................................................................23
2.7 Bedah Jurnal...................................................................................................28
BAB III PENUTUP...............................................................................................31
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................31
3.2 Saran................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
2
3
4
relatif banyak dan berkumpul pada kutub vegetatif sedangkan pada kutub
anima hanya terdapat inti sitoplasma.
b. Blastulasi
Proses pembentukan blastula disebut blastulasi yang berkelompok
dengan sel-sel anak hasil pembelahan berbentuk benda yang relatif bulat
ditengahnya terdapat rongga yang kosong disebut suloblastula
(coeloblastula) sedangkan yang berongga massif disebut steroblastula.
Bentuk dan fungsi berbagai bagian blastula terjadi melalui diferensiasi
yakni sebuah atau sekelompok sel mengalami perubahan bentuk atau
fungsi. Ada 3 macam diferensiasi yakni kimiawi, bentuk dan fungsi.
Diferensiasi kimiawi merupakan langkah awal untuk diferensiasi
berikutnya dan sifatnya menentukan juga membatasi kegiatan sel ke arah
fungsi tertentu.
c. Gastrulasi
Gastrulasi merupakan proses pembentukan 3 daun kecambah yakni
ectoderm, mesoderm dan entoderm. Gastrulasi berhubungan dengan
pembentukan sistem syaraf (neurolasi) sehingga merupakan periode kritis.
Pada proses ini terjadi perpindahan daerah ectoderm, mesoderm, entoderm
dan notokorda menuju tempat definitif. Pada proses ini beberapa jaringan
mesoderm yang berada sepanjang kedua sisi notokorda disusun menjadi
segmen-segmen yang disebut somit.
d. Organogenesis
Organogenesis merupakan proses pembentukan alat-alat tubuh
makhluk yang sedang berkembang. Sistem organ-organ tubuh berasal dari
ectoderm, entoderm dan mesoderm. Ectoderm akan terbentuk organ-organ
susunan sistem syaraf dan epidermis kulit.
7
- Gen berada dalam satu tempat di dalam kromosom yang disebut lokus
- Alel dari setiap gen berada dalam satu kromosom homolog
- Setiap gen yang berbeda, berada dalam lokus yang berbeda atau
kromosom lain.
Kromosom dibedakan menjadi:
a. Autosom atau kromosom tubuh, tidak menentukan jenis kelamin
organisme.
b. Gonosom atau kromosom kelamin/seks, menentukan jenis kelamin
makhluk hidup terbagi menjadi gonosom X dan gonosom Y.
terjadi pada fase pembelahan yang sama. Bagian yang menentukan bentuk
dari kromosom adalah sentromer yang merupakan bagian yang menyempit
dan menjadi gelendong pembelahan pada kromosom.
a. Sentromer
Merupakan bagian kepala kromosom yang berbentuk bulat. Bagian
kepala ini merupakan pusat kromosom dan membagi kromosom menjadi
dua lengan. Bagian ini merupakan daerah penyempitan pertama pada
kromosom yang khusus dan tetap. Sentromer tidak mengandung gen dan
tempat melekatnya kromosom. Jika dilihat menggunakan mikroskop,
sentromer terlihat terang karena kemampuan zat warna yang rendah
(Suryo 2013).
Daerah ini juga disebut sebagai kinetokor atau tempat melekatnya
benang-benang gelendong (spindle fober). Elemen-elemen ini berfungsi
untuk menggerakkan kromosom selama mitosis atau Sebagian dari
mitosis. Pembelahan sentromer ini akan memulai Gerakan kromatid pada
masa anafase. Umumnya tiap kromosom mempunyai satu sentromer
sehingga disebut monosentrik. Sedangkan yang memiliki dua dan lebih
masing-masing disebut kromosom disentrik dan polisentrik. Sentromer
dikenal juga sebagai penyempitan primer (primary contriction) atau
kinetokor yang mengandung serangkaian DNA spesifik dengan posisi
tertentu dan membentuk struktur tertentu (Effendi, M. I 1997).
b. Telomer
Bagian dari ujung-ujung kromosom yang menghalangi
bersambungnya kromosom satu dengan yang lain (Suryo 2013). Bagian ini
mengandung molekul-molekul akhir dari DNA linear yang panjang dan
terdapat pada tiap kromatid (Mader, Silvia 1995).
c. Satelit
Bagian yang merupakan tambahan dari ujung kromosom. Tidak
setiap kromosom memiliki satelit. Kromosom yang memiliki satelit
disebut kromosom satelit (Purdom, C. E1993).
12
d. Kromatid/lengan
Kromatid adalah salah satu dari dua lengan hasil replikasi
kromosom. Kromatid masih melekat satu sama lain pada bagian
sentromer. Istilah lain untuk kromatid adalah kromonema. Kromonema
merupakan filamen yang sangat tipis yang terlihat selama tahap profase
(dan kadang-kadang pada tahap interfase). Kromonema sebenarnya
merupakan istilah untuk tahap awal pemintalan kromatid. Jadi,
kromonema dan kromatid merupakan dua istilah untuk struktur yang sama
(Suryo 1994).
Lengan kromosom mengandung gen, setiap kromosom memiliki
satu atau dua lengan. Setiap lengan terdapat benang halus yang terpilin.
Benang halus tersebut dikenal dengan kromatin. Benang-benang kromatin
merupakan untaian DNA yang berpilin dengan protein histon. Bentuk
ikatan DNA dan protein histon disebut nukleosom.
e. Kromomer
Kromomer adalah penebalan-penebalan pada kromonema.
Kromomer ini merupakan struktur berbentuk manik-manik yang
merupakan akumulasi dari materi kromatin yang terkadang terlihat saat
interfase. Kromomer sangat jelas terlihat pada kromosom politen
(kromosom dengan DNA yang telah direplikasi berulang kali tanpa adanya
pemisahan dan terletak berdampingan sehingga bentuk kromosom seperti
kawat)
f. Lekukan kedua
Pada beberapa kromosom terdapat lekukan kedua yang berada di
sepanjang lengan dan berhubungan nucleolus. Oleh karena itu disebut
dengan NOR (Nucleolar Organizing Regions).
2.4.2 Bentuk-bentuk kromosom
13
satu genus yang sama, tetapi ukuran, bentuk, dan susunannya (karyotipe)
masing-masing spesies akan terlihat berbeda. Karyotipe ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi genetik hasil hibrid dan
membandingkan spesies yang berbeda, sitogenetik yang meliputi
sistematika, multagenesis (Kligerman dan Bloom 1977), evolusi,
pengelolaan stok ikan dan pencemaran lingkungan (Chourrout dan Happe
1986), penyebab terjadinya penyakit, identifikasi spesies, mutase
kromosom, identifikasi hybrid dari persilangan, penentuan jenis kelamin
dan identifikasi ploidy suatu organisme (Carman 1990)
dikontrolkan oleh gen yang tidak terletak pada kromosom seks yang
dikenal dengan poligen.
Morfologi dan jumlah yang lengkap dari kromosom mudah diamati
sewaktu metafase. Saat itu kromosom berada dalam keadaan kondensasi
maksimum dan mudah diwarnai. Kromosom yang diamati dapat berasal
dari beberapa sumber sel. Masing - masing sumber memiliki kelebihan
dan kekurangan. Insang, sirip, epitel sisik dan epitel insang kurang baik
untuk digunakan karena jaringan ini biasanya sedikit sekali sel yang
membelah. Ginjal merupakan jaringan yang baik untuk digunakan dalam
pembuatan preparat kromosom karena sel-selnya aktif membelah. Hal ini
berkaitan dengan fungsinya sebagai pusat pembentukan sel darah merah
atau selnya sering mengalami kerusakan. Sel darah putih yang dikultur (in
vitro) merupakan salah satu sumber untuk mendapatkan kromosom dengan
sebaran metafase yang tinggi. Disamping itu cara ini dilakukan tanpa
membunuh organisme yang diambil darahnya (Purdom, C. E1993).
Menurut Douglas dan Dell’Orco (1994) beberapa hal yang
berkaitan dengan keberhasilan kultur darah adalah kebersihan dan
kesterilan alat, media preparasi dan fasilitas penyimpangan, ruangan untuk
kultur sel, serta perlengkapan lain yang berhubungan dengan kultur.
Beberapa hal tersebut sangat mempengaruhi ada atau tidaknya
kontaminan. Kontaminan dapat juga berasal dari jaringan/sel yang
digunakan. Kontaminan dalam serum sapi umumnya lebih sulit dideteksi
karena frekuensi kontaminannya rendah (1% atau kurang) dan karena
rendahnya konsentrasi kontaminan,yakni 1-10 organisme tiap ml atau
kurang. Kontaminan yang sering ditemukan dalam kultur adalah bakteri,
mikroplasma, jamur, virus atau sel lain.
Teknik pembuatan preparat kromosom yang telah dikenal yaitu
dengan dua cara:
a. Pembuatan preparat kromosom langsung dari sel-sel organ yang diambil
dari tubuh ikan
b. Melakukan kultur jaringan atau kultur sel
17
Kromosom yang diamati sebaiknya berasal dari jaringan atau sel yang
aktif membelah, contohnya ginjal.
2.4.4 Kemungkinan Perubahan letak gen
a. Kromosom Homolog
c. Deletion
f. Translocation
20
Gambar 18. Kromosom ikan gabus dari rawa dataran rendah (A)2n=42, (B)
2n=40 dan (C) 2n=40 (perbesaran 1000x)
Gambar 19. Kromosom ikan gabus dari rawa dataran tinggi (A) 2n=40, (B)
2n=40, dan (C) 2n=40 (perbesaran 1000x)
21
Gambar 20. Kromosom ikan gabus dari rawa pasang surut (A) 2n=40, (B) 2n=40,
dan (C) 2n=40 (perbesaran 1000x)
dan larva yang baru menetas bersifat pasif (Aliah, R.S., Kusmiyati, &
Yaniharto, D 2010).
Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya memasuki hari ke
tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning
telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 – 30 % dari volume awal.
Telur ikan yang baru menetas dinamakan larva, tubuhnya belum sempurna
baik organ luar maupun organ dalamnya. Larva akan terus berkembang
untuk menyempurnakan bentuk dan fungsi dari masing-masing organ.
Perkembangan larva secara garis besar dapat dibagi menjadi dua:
a. Prolarva, larva yang masih memiliki kuning telur, tubuhnya
transparent dengan beberpa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui.
Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi bentuknya belum sempurna.
Kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkangnya tidak memiliki
sirip perut yang nyata melainkan berupa tonjolan saja. Mulut dan rahang
belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus.
Sistem pernafasan dan peredaran darah belum sempurna. Makanan
diperoleh dari cadangan kuning telur yang belum habis diserap.
Pergerakan larva ikan yang baru menetas relative sedikit, sehingga masih
mudah terbawa arus. Perkembangan prolarva sangat cepat sehingga
morfologi dan proporsi bagian tubuhnya cepat berubah.
Gambar 24. Macam macam ukuran kuning telur ikan fase prolarva , 1 larva ikan
mas, 2 larva ikan gurame, 3 larva ikan arwana
b. Post larva, masa larva dari hilangnya cadangan kuning telur hingga
terbentuknya organ-organ baru atau selesainya tahap penyempurnaan
bentuk dan fungsi organ. Sehingga post larva telah dapat bergerak lebih
25
minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari
ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya benih mulai berusaha.
Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari
makan, pada saat tersebuut cadangan kuning telurnya pun telah menipis
yaitu tinggal 25-30% dari volume awal. Sirip dada mulai terbentuk sejak
benih baru menetas meskipun belum memiliki jari-jari.
Pada hari kedua bakal sirip punggung, sirip lemak dan sirip ekor
masih menyatu dengan sirip dubur. Jari-jari sirip dubur muncul pada hari
ke lima dan lengkap pada hari ke 10 pigmen mata baru menetas sudah
berbentuk dan hari ke dua mata telah berfungsi. Insang pada hari ke sudah
terbentuk dan berkembang sesuai umur larva. Pada umur 10 hari insang
sudah mulai berfungsi.
Kuning telur ikan patin, mas, lele, baung dan sebagainya habis
terserap pada hari ke 3. Sedangkan ikan nila, gurami, bawal kuning
telurnya terserap setelah umur 4 hari. Perbedaan kecepatan penyerapan
kuning telur ini terjad karena ukuran kuning telur yang berbeda dan
pengaruh factor lingkungan terutama suhu dan kandungan oksigen terlarut.
Penyerapan kuning telur berlansung secara eksponensial. Penyerapan
lambat menjelang kuning telur habis diduga disebabkan oleh berkurangnya
luas permukaan sejalan dengan penyusutan kantung kuning telur dan
perubahan komposisi kuning telur (Ardimas YAY 2012).
28
Gambar 28. Larva ikan kerapu hibrida antara ikan kerapu macan dengan ikan
kerapu kertang.
29
◂ Pembahasan
30
Perkembangan embryonic body pada fase gastrula akhir dan lensa mata
Larva ikan yang telah menetas setelah 11 hari pada kondisi air tawar.
3.1 Kesimpulan
Perkembangan awal daur hidup ikan merupakan bagian paling penting
bagi keberadaan dari suatu populasi ikan yang sangat peka terhadap perubahan
lingkungan yang ada. Dalam perkembangannya, telur – larva – juvenil – ikan
(rehtyoplankton) sangat dibatasi oleh beberapa faktor lingkungan. Telur
merupakan awal bagi mahkluk hidup. Bagian telur ikan umumnya disusun oleh
chorion, pervitelline space, plasma membrane, yolk, cortical cytoplasma,
micropyle.
Awal perkembangan embrio dimulai saat terjadinya pembuahan atau
fertilisasi dimana sel ovum dimasuki sel spermatozoa. Faktor yang mempenagruhi
perkembangan diantara suhu, pH, Gas-gas yang terlarut dalam air, dan Saliinitas.
Macam macam telur ikan dintaranya berdasarkan jumlah kuning telurnya
(Oligolecithal, Telolecithal , Macrolecithal), berdasarkan berat jenisnya (Non
Bouyant, Semi Bouyant, Terapung), berdasarkan lingkungan induknya (Telur
terapung, Telur tenggelam di dasar, Telur adhesive), berdasarkan kualitas kulit
luarnya (Non Adhesive, Adhesive, Bertangkai, Berenang).
Lama masa pengeraman ikan tidak sama, bergantung kepada spesies
ikannya dan beberappa faktor luar. Fase larva memiliki perkembangan anatomi
dan morfologi yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang lebih
dewasa. Sebagian besar perkembangan larva ikan yang baru menetas adalah
mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna
dan larva yang baru menetas bersifat pasif.
3.2 Saran
Penulis berharap agar pembaca dapat memahami serta membaca materi ini
dengan baik, juga dapat mencari data-data lainnya mengenai Awal Daur Hidup
31
32
Ikan lebih lengkap lagi melalui berbagai media lain seperti jurnal serta karya tulis
ilmiah lainnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aliah, R.S., Kusmiyati, & Yaniharto, D. 2010. Pemanfaatan copepoda Oithona sp.
sebagai pakan hidup larva ikan kerapu. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, 12(1), 45-52.
Anggoro LY. 2009. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Gurame
Osphronemus gouramy LAC. yang Dipelihara dalam Akuarium dengan
Lama Pencahayaan Berbeda. Skripsi S1 (tidak dipublikasikan). Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Mader, Silvia. 1995. Biologi. Penerbit Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala
Lumpur.
Rohadi, D.S. 1996. Pengaruh Berbagai Waktu Awal Kejutan Panas Terhadap
Persentase Larva Diploid Mitoandrogenetik Ikan Mas (Cyprinus carpio L).
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Purdom, C. E. 1993. Genetics and Fish Breeding. Chapman dan hall, London Fish
and Fisheries Series 8.
Sembiring APV. 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betok
(Anabas testudineus) Pada pH 4, 5, 6 dan 7. Skripsi S1 (Tidak
dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor, Bogor.nasional V, Jakarta. 23
hal.
Stansfield, W., dkk. 2006. Biologi Molekuler dan Sel. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Suryo. 2013. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.