Anda di halaman 1dari 24

MODUL PRAKTIKUM

EKOFISIOLOGI HEWAN

Disusun Oleh

Asisten

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Universitas Sriwijaya
Pengaruh Salinitas Pada Ikan
NilaDan Keong Mas

A. Pendahuluan
Salinitasadalahkonsentrasirata-rataseluruhgaram(Hcl)yangterdapat atau
terkandung di dalam suatu kawasan atau perairan. Tingkat kandungan garam pada
suatu perairan digolongkan menjadi 3 yaitu : air tawar, air payau dan air laut.
Salinitas pada suatu perairan akan mempengaruhi kelangsungan hidup dari biota
perairan tersebut, proses metabolisme dan juga perubahan struktur anatomi maupun
fisiologi merupakan bagian kecil yang akan mengalami perubahan seiring dengan
perubahan salinitas pada habitat biota perairan (Hutabarat dan Evan,1985).
Ikan nila (Oreochromis niloticu) merupakan kelompok ikan yang biasanya
ditemukan hidup di air tawar (sungai, danau) dengan kondisi arus yang tidak terlalu
kencang.Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang panjang dan ramping dengan sisik
berukuran besar.Ikan nila juga memilki mata yangbesar
danmenonjol,danbagiantepinyamemilikiberwarnaputihsertaguratsisiyang terputus
pada bagian bawah badan (Cholik, 2005).Ikan nila memiliki kamampuan yang khas
yaitu termasuk dalam kelompok ikan yang mempunyai tingkat adaptasi fisiologis
yang baik terhadap rentang salinitas yang luas (Eurihaline).
 Proses osmoregulasi pada ikan airtawar
Konsentrasi garam pada ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan dengan
lingkungannya, sehingga menyebabkan kandungan garam
lebihseringdikeluarkankelingkungan.Sehinggauntukmengatasihal
tersebut,ikanairtawarakanmeminumbanyakairdarilingkungandan memproduksi
urine dalam jumlah besar. Ginjal pada ikan air tawar akan menyerap sejumlah
garam dan melepaskannya ke alirandarah.
 Proses osmoregulasi pada ikan airlaut
Karena konsentrasi garam dilingkungan yang lebih tinggi dari pada tubuh
ikan air laut, menyebabkan garam cenderung masuk kedalam tubuh ikan sehingga
ikan harus menggunakan ginjal dan pompa ionnya untuk mengeluarkan kelebihan
garam dalam bentuk urine yang pekat.

Universitas Sriwijaya
B. TujuanPraktikum
Untuk mengamati perubahan perilaku ikan nila dan
keong mas terhadap perubahan salinitas.

C. Alat danBahan
Alat : Alat Tulis, Tempat uji (Baskom, Ember, Aquarium),
Termometer Bahan : Ikan Nila, Keong Mas, Garam, Air.

D. CaraKerja
1. Siapkan air sebanyak 10 liter dan tempatuji
2. Masukkan air ke tempat uji
3. Ukur suhuair
4. Timbang garam sesuai yangditentukan
5. Masukkan garam kedalamair
6. Masukkan ikan nila dan keong mas ke masing-masing
tempatuji
7. Amati Perilaku ikan nila dan keong mas. Lalu, ukur kembali
suhu dan tekananosmotik.

Universitas Sriwijaya
Pengaruh PH Terhadap Ikan Nila dan Keong Mas

Tujuan Praktikum :
Tujuan kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa besarpengaruh
PH terhadap kelangsungan hidup ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan juga
keong mas.

Latar Belakang :
Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui toleransi
dan kemampuan ikan untuk hidup.Dalam usaha budidaya, faktor kematian yang
mempengaruhi kelangsungan hidup larva atau benih.Mortalitas ikan disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar.Faktor dalam tubuh ikan
yang mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan umur dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor luar meliputi kondisi abiotik,
kompetisi antar spesies, meningkatnya predator, parasit, kurang makanan,
penanganan, penangkapan dan penambahan jumlah populasi ikan dalam ruang
gerak yang sama (Sihombing, 2018
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena memengaruhi
kehidupan jasad renik. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi), kandungan
oksigen terlarut akan berkurang. Akibatnya, konsumsi oksigen menurun,
aktivitas pernafasan naik, dan selera makan berkurang.Hal yang sebaliknya
terjadi pada suasana basa. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7- 8,5 (Kordi, 2010)..

Alat dan Bahan


Alat :
1. Akuarium
2. Lakmus

Bahan:
1. Ikan Nila (Oreochromisniloticus)dan Keong Mas
2. Air
3. Cuka

Universitas Sriwijaya
Cara Kerja :
1. Masukan air kedalam tiap Akuarium dengan konsentrasi pH yang
berbeda
2. Lalu masukan Ikan nila dan keong mas tersebut kedalam akuarium
yang sudah diberikan konsentrasipH
3. Amati perilaku nya setiap 10 menit sekali dilakukan selama 30Menit
4. Lalu Catathasilnya

Tabel Hasil
Waktu Perilaku
10Menit

20Menit

30Menit

Universitas Sriwijaya
Osmoregulasi : Suhu Ikan Nila

Tujuan Praktikum :
Tujuan kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui batas dari kisaran
suhu pada organisme air tawar seperti pada ikan nila (Oreochromis niloticus).
Latar Belakang :
. Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan
air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Jika kandungan elektrolit didalam tubuhnya berbeda
dengan lingkungan, maka dilakukan beberapa mekanisme regulasi untuk
mempertahankan keseimbangan air dan garam tersebut (Oktarina, 2016).
suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi produksi
ikan dan dapat mempengaruhi aktivitas penting pada ikan seperti pernafasan,
pertumbuhan, reproduksi, dan selera makan.kisaran kualitas air yang mencakup
suhu pada media pemeliharaan ikan yang optimal untuk kehidupan dan
pertumbuhanyaitu berkisar antara 25 - 30oC.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah akuarium atau toples.Sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah ikan nila, NaCl dan air dengan suhu yang berbeda.

Cara Kerja
Buat masing-masing larutan suhu dengan konsentrasi yang berbeda.
Dimasukkan larutan NaCl 5,85 g dan dalam toples suhu berbeda. Dimasukkan
hewan uji masing-masing toples.Hitung dan catat lama waktu hewan uji pada
setiap konsentrasi yang berbeda.

Tabel Hasil

Universitas Sriwijaya
Suhu 28oC 30oC 32oC 34oC 36oC 38oC
Po
Waktu Perilaku
10 menit
20 menit
30 menit

Perhitungan :

(1)
Keterangan:
P : tekanan osmotik
n : mol NaCl (0,1M)
R : 0,082
T : suhu (K)
V : volume

Osmoregulasi : Suhu Keong Mas

Tujuan Praktikum :

Universitas Sriwijaya
Tujuan kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui batas dari kisaran
suhu pada organisme air tawar seperti pada keong mas.
Latar Belakang :
. Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan
air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Jika kandungan elektrolit didalam tubuhnya berbeda
dengan lingkungan, maka dilakukan beberapa mekanisme regulasi untuk
mempertahankan keseimbangan air dan garam tersebut (Oktarina, 2016).
Organisme mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk menghadapi
masalah osmoregulasi sebagai respon atau tanggapan terhadap perubahan osmotik
lingkungan eksternalnya.Perubahan konsentrasi ini cenderung mengganggu
kondisi internal. Untuk menghadapi masalah ini cenderung hewan melakukan
pengaturan tekanan osmotik dengan cara mengurangi gradient osmotik antara lain
cairan tubuh denganlingkungannya(Rahman et al., 2017).
Lingkungan akuatik yang mempunyai nilai fisiologis
pentinguntukmendukung kehidupan para hewan, selain itu suhu dalam air ini
tidak mengalami banyak perubahan yaitu hewan poikiloterm
(hewanberdarahdingin), atau dikenal sebagai hewan yang mempunyai suhu tubuh
berubah ubah sebab perubahan pada suhu lingkungannya,
sedangkanpadahewanhomoitermsebaliknya.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah akuarium atau toples. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah keong mas, NaCl dan air dengan suhu yang
berbeda.

Cara Kerja
Buat masing-masing larutan suhu dengan konsentrasi yang berbeda.
Dimasukkan larutan NaCl 5,85 g dan dalam toples suhu berbeda. Dimasukkan
hewan uji masing-masing toples.Hitung dan catat lama waktu hewan uji pada
setiap konsentrasi yang berbeda.

Universitas Sriwijaya
Tabel Hasil
Suhu 28oC 30oC 32oC 34oC 36oC 38oC
Po
Waktu Perilaku
10 menit
20 menit
30 menit

Perhitungan :

(1)
Keterangan:
P : tekanan osmotik
n : mol NaCl (0,1M)
R : 0,082
T : suhu (K)
V : volume

Pengaruh Kadar OksigenTerhadapIkanNila

TujuanPraktikum :
Untukmengetahuikadaroksigendanpengaruhkualitas air terhadapikannila

Universitas Sriwijaya
LatarBelakang :
Oksigenterlarutmerupakansalahsatufaktor yang mempengaruhikualitas air
dalamkegiatanakuakultur.
Kelarutanoksigenmerupakanfaktorkritisbudidayaikansecaraintensif.K e h i d u p a n
organisme di perairan sangattergantungpadakualitas air
t e m p a t dimanaorganismetersebuthidup. Kualitas air yang
baiksangatmenunjangpertumbuhanorganismeperairan,
baikhewanmaupuntumbuhan. Kualitas air
salahsatunyadilihatdarisegikimia, dimanaunsurkimiadalam air
berfungsisebagaipembawaunsur-unsur hara, mineral, vitamin dan gas-
gas terlarutdalam air sepertiOksigenterlarut.
Oksigent e r l a r u t ( Dissolved
Oxygen).S a n g a t d i b u t u h k a n o l e h s e m u a m a k h l u k h i d u p u n t u k    be
rnapas.

AlatdanBahan :
Alat : Aquarium atauWadah
Air Bersih
Air Selokan
Bahan :IkanNila 2 ekor

Cara Kerja :
1. Disiapkan air bersihdan air selokan, masukkankedalamwadah yang
sudahdisiapkan
2. Masukkanmasing-masingikannilakedalamwadah yang sudah disiapkan
3. Amati Perubahantingkahlakudanmorfologi yang terjadipadaikannilapada 10
menitpertama, 10 menitkedua, dan 10 menitketiga,
4. Catathasil yang didapatdalambentuktabel

TabelHasil
Waktu Air Bersih Air Selokan
10 menitpertama

Universitas Sriwijaya
10 menitkedua
10 menitketiga

TERMOREGULASI PADA MENCIT DAN KATAK

I. Tujuan Percobaan
1. Membandingkan metabolisme pada hewan endoterm dan hewan ektoterm.

Universitas Sriwijaya
2. Menentukan Q10 dan hubungannya dengan suhu pada mencit (Mus musculus
L.) dan katak (Rana cancrivora L.).

II. DASAR TEORI


Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh yang bergantung kepada
produksi panas melalui metabolisme dan pelepasan panas tersebut ke lingkungan,
atau suatu proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya supaya
tetap konstan. Panas adalah sebuah bentuk energi yang ditransmisikan dari suatu
tubuh ke yang lainnya karena adanya perbedaan suhu.
Pengaruh suhu pada lingkungan hewan dibagi menjadi dua yaitu ektoterm
adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas dari
lingkungan).Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,
amphibia, dan reptilia.Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya
berasal dari hasil metabolisme.Suhu tubuh hewan ini lebih konstan.Endoterm
umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia.
Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses,
yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
1. Konduksi adalah transfer panas secara langsung antara dua materi padat
yang berhubungan langsung tanpa ada transfer panas molekul. Panas
menjalar dari yang suhunya tinggi ke bagian yang memiliki suhu yang lebih
rendah.
2. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas.
Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
3. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer
panas antar obyek yang tidak kontak langsung.
4. Evaporasi adalah proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu
lingkungan misalnya pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan
laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya,
sehingga meningkatkan produksi panas.
Pada ektoterm misanyal pada lebah madu, adaptasi terhadap suhu dingin

Universitas Sriwijaya
dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara
kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.Pada katak,
lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara
menguapkan panas dari dalam tubuhnya dan secara tingkah laku yang dilakukan
katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah
suhunya. Namun jika suhu lingkunganekstrim panas katak menggunakannya
untuk memaksimalkan reproduksinya dengan tujuan melestarikan spesiesnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya
adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit.Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan
countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi
kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya
dengan termoregulasi.Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa
hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Respirometer
2. Thermometer
3. Kaleng atau toples
4. Kantong plastik
5. Timbangan gram
6. KOH 20%
7. Methilen Blue
8. Vaseline
9. Es batu
10. Air hangat
11. Kain Kasa
12. Baskom
13. Mus musculus L.
14. Rana cancrivora

Universitas Sriwijaya
IV. PROSEDUR KERJA
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Kapas dibasahi dengan KOH 20%, dan diletakkan didasar botol kemudian
dipasang kawat penyangga.
3. Mus musculus ditimbang dan dicatat beratnya. Lalu dimasukkan ke dalam
botol yang telah disediakan
4. Sebelum botol ditutup, masukkan alat respirometer yang sebelumnya telah
diolesi dengan vaselin kemudian ditutup dengan kain kasa dan diikat
dengan erat, lalu di oleskan lagi bagian luarnya dengan Vaseline.
5. Masukkan Methilen blue ke ujung alat respirometer dan ditandai
ketinggian cairan dengan marker.
6. Mus musculus yang telah di masukkan dalam botol diletakkan di atas air
hangat yang telah disiapkan tadi.
7. Catat perilaku/ keadaan dan perilaku hewan uji sepanjang perlakuan.
8. Diamkan Mus musculus beberapa saat, kemudian ditunggu hingga larutan
methilen blue berada pada posisi marker (to).
9. Saat mencit dalam botol mengkonsumsi oksigen, air berwarna yang ada
pada tubing gelas akan bergerak menuju mencit.Pergeseran menunjukkan
volume oksigen yang telah dikonsumsi.
10. Catat hasil pembacaan setiap 2 menit selama 10 menit kedalam tabel.
11. Buatlah grafik jumlah oksigen yang dikonsumsi per organisme persatuan
waktu. Dan buat grafik kedua, yaitu jumlah oksigen per gram organisme,
terhadap satuan waktu.
12. Diulangi percobaan diatas dengan Mus musculus (dengan air es).
13. Botol respirometer dimasukkan ke dalam kaleng dan diletakkan kantong
plastik berisi es di sekitar botol. Diturunkan suhu hingga 10˚C
14. Buatlah kembali dua grafik seperti percobaan sebelumnya terakhir data di
tulis dalam tabel.
(Ulangi Percobaan diatas untuk katak)

Universitas Sriwijaya
V. TABEL HASIL
1. Konsumsi O2 oleh organisme pada suhu panas (T0H0)
Oksigen yang dikonsumsi
Waktu (Menit)
Mencit air hangat Mencit air dingin
0
1
2
3    

2. Konsumsi O2 oleh organisme pada suhu dingin (T0H0)


Oksigen yang dikonsumsi
Waktu (Menit)
Katak air hangat Katak air dingin
0
1
2
3    

3. Laju Metabolisme
Laju
Berat
Konsumsi Konsumsi
Hewan Uji Badan Q10 Suhu Perilaku
O2 (ml) O2
(g)
(ml/g.BB)
Mencit air
hangat
Mencit air
dingin
Katak air
hangat
Katak air
dingin

Contoh Grafik :

Grafik Laju Konsumsi


Konsumsi Oksigen

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu

THERMOREGULASI PADA MANUSIA

 TUJUAN      :

Universitas Sriwijaya
1. Mengetahui suhu tubuh manusia pada beberapa keadaan lingkungan
dengan pengukuran suhu di bagian axilla dan cavitas oris.
2. Mempelajari poduksi panas pada hewan homoioterm dan poikiloterm

DASAR TEORI
Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh.
Panas tubuh adalah merupakan hasil akhir dari proses
oksidasi didalam tubuh. Pada waktu istirahat, semua energy
yang didapat dari oksidasi diubah menjadi panas. Seperti
diketahui bahwa semua proses biologis akan berlangsung
dengan baik bila suhu tubuh dipertahankan sesuai dengan
kebutuhan pada proses biologis tersebut. Pada suhu 0oC,
proses biologis itu akan terhambat bahkan bias berhenti sama
sekali. Bila suhu tubuh naik, maka proses oksidasi akan naik
sampai mencapai keadaan maksimupada suhu optimal
(Sumanto.1996:126).
Manusia tergolong organisme homeoterm karena suhu
tubuhnya relative tetap yakni berkisar antara 36,6o –
36,9oC.Ini adalah keadaan seimbang dalam pengeluaran dan
pembuatan panas tubuh. Metabolisme merupakan proses
untuk menghasilka panas. Metabolisme alat – alat tubuh
meliputi : kerja otot jantung, pernapasan, pencernaan dan
kelenjar.

ALAT DAN BAHAN


Alat Jumlah Bahan Jumlah
Termometer badan 1 buah Air es Secukupnya
Alkohol 70% Secukupnya
Kapas Secukupnya

CARA KERJA :

Pengukuran suhu tubuh pada fossa axillaris :


1. Fossa axilaris dikeringkan dari keringat yang akan mengganggu pembacaan
termometer.  Siapkan termometer klinis, air raksanya diturunkan 35oC,

Universitas Sriwijaya
kemudian ujungnya dimasukkan ke fossa axillaris kemudian fossa axillaris
ditutup dengan mengaduksi lengan pada thorax.  Biarkan termometer klinis
berada dalam fossa axilaris selama 10menit kemudian catat suhu pada
termometer.
2. Praktikan beraktivitas seperti lari-lari ditempat terlebih dahulu atau hal
lainnya. Kemudian, Fossa axilaris dikeringkan dari keringat yang akan
mengganggu pembacaan termometer.  Siapkan termometer klinis, air raksanya
diturunkan 35oC, kemudian ujungnya dimasukkan ke fossa axillaris kemudian
fossa axillaris ditutup dengan mengaduksi lengan pada thorax.  Biarkan
termometer klinis berada dalam fossa axilaris selama 10menit kemudian catat
suhu pada termometer.

Pengukuran suhu tubuh pada cavita oris :


1. Termometer diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan
alkohol.  Ujung termometer dimasukkan dalam mulut di bawah lidah dan mulut
ditutup rapat. Setelah 5 menit, catat suhu dalam termometer.
2. Termometer diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan alkohol.
Kemudian, Praktikan bernapas dengan tenang melalui mulut terbuka.  Ujung
termometer dimasukkan dalam mulut di bawah lidah dan mulut ditutup rapat.
Setelah 5 menit, catat suhu dalam termometer, lalu tanpa menurunkan air raksa
pada termometer, catat suhu pada menit ke 10.
3. Termometer diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan alkohol.
Praktikan berkumur air es selama 1 menit terlebih dahulu.Kemudian, ujung
termometer dimasukkan dalam mulut di bawah lidah dan mulut ditutup rapat.
Setelah 5 menit, catat suhu dalam termometer, lalu tanpa menurunkan air raksa
pada termometer, catat suhu pada menit ke-10.
DATA PENGAMATAN
No Tempat Waktu (menit) Suhu (oC)
1 Fossa axilaris 10 ....
2 Mulut 10 ....
3 Mulut (bernapas) 5 ....
10 ....
4 Mulut (berkumur air es) 5 ....

Universitas Sriwijaya
10 ...

ADAPTASIPADA AVES

I. TujuanPraktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
jenis hewanyang tergolong Aves dan mengetahui susunan morfologi serta
anatominya.

II. DasarTeori
KelasAvesadalahkelashewanvertebratayangberdarahpanasdengan
memilikibulu dan sayap.Tulang dada tumbuh membesar dan memipih,
anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan
bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong
hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai
gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh
ringan dari zat tanduk dan berkembang biak denganbertelur.
Avesmemilikiciri-
cirisebagaiberikut:adanyabuluyangmenutupitubhnya,anggota
gerakdepansudahtermodifikasimenjadisayap,anggotagerakbelakangterada
ptasiuntuk berjalan, berenan dan bertengger, pada tungkai terdapat sisik,
rahang bawah tidak mempunyai gigi, mulut termodifikasi menjadi paruh,
jantung terdiri dari empat ruang, mempunyai kantong udara atau kantong
yang berperan dalam membantu sistem pernapasan terutama pada saat
terbang, berkembang biak dengan bertelur. Ada beberapa
carayangdilakukanuntukmengenalikelasavesinidiantaranyayaitumenentuk
anukuran dapat dilakukn dengan membandingkan ukuran burung yang
telah dikenal umumya, bentuk burung tersebut gemuk, langsing, sayap
pendek dan membulat atau panjang dan meruncing, dan cara yang tidak
kalah pentingnya dalam mengidentifikasi burung adalah dengan
mengenalisuaranya.

Universitas Sriwijaya
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh
vertebrata lain. Hampir
seluruhtubuhavesditutupiolehbulu,yangsecarafilogenetikberasaldariepider
maltubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik.Secara embriologis bulu
aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi
epidermis.Dasar bulu itu melekuk ke dalam
padatepinyasehinggaterbentukfolikulusyangmerupakanlubangbulupadaku
lit.Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan
membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan
penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis
yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat
makanan dan proses pengeringan pada perkembanganselanjutnya.
Anggota kelas aves memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya, sehingga hewan ini mampu bertahan dan berkembang biak
pada suatu tempat. Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam
berbagai cara untuk
penerbanganyangefisien.Yangpalingutamadiantarasemuanyaadalahsayap.
Meskipun sekarang sayap itu memungkinkan burung untuk terbang jauh
mencari makanan yang cocok dan berlimpah, mungkin saja sayap itu
dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu hewan ini lolos dari
pemangsanya. Kelas aves memiliki kemajuan bila dibandingkan dengan
kelas-kelas yang mendahuluinya dalam hal: Tubuh mempunyai penutup
yang bersifat isolasi, darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam
sirkulasi pada jantung, pengaturan suhu tubuh, rata-rata metabolisme aves
tinggi, mempunyai kemampuan untuk terbang, suaranya berkembang
dengan baik, menjaga anaknya dengan baik dan carakhusus.

Universitas Sriwijaya
ADAPTASI PADA HEWAN AKUATIK

I. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji mengenai :
1. Faktor lingkungan atau ekosistem yang berpengaruh terhadap proses adaptasi
pada hewan akuatik
2. Contoh adaptasi fisiologi dari kelompok hewan akuatik yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan
3. Keterkaitan antara adaptasi fisiologi terhadap morfologi, anatomi dan perilaku
hewan akuatik

II. Dasar Teori


Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungnya akan membentuk suatu
suatu sistem yang kompleks atau disebut ekosistem. Faktor lingkungan
mempengaruhi proses-proses kehidupan dan adaptasi makhluk hidup baik secara
fisiologi, morfologi dan anatomi. Setiap makhluk hidup harus mampu beradaptasi
terhadap faktor lingkungan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Hewan
merupakan kelompok makhluk hidup yang memiliki kemampuan dalam
beradaptasi. Adanya keterkaitan antara faktor lingkungan dan fisiologi hewan
dikaji dalam cabang ilmu yang disebut ekofisiologi hewan. Setiap kelompok
hewan memiliki cara adaptasinya masing-masing dalam menyesuaikan diri
terhadap faktor lingkungan (Hadiprayitno, 2016).
Hewan akuatik merupakan kelompok hewan yang hidup pada ekosistem
perairan sehingga faktor perairan tersebut mempengaruhi proses fisiologi hewan
akuatik.

III. Metode Praktikum


Praktikum ini dilakukan dengan metode studi literatur. Setiap kelompok
mencari literatur berupa jurnal, buku atau sumber referensi valid lainnya yang
berkaitan dengan adaptasi pada hewan akuatik. Literatur yang didapat masing-
masing kelompok kemudian didiskusikan saat pelaksanaan praktikum. Hasil
diskusi dicatat dan dicantumkan pada lapaoran praktikum.

Universitas Sriwijaya
ADAPTASI PADA MAMALIA

IV. Tujuan Praktikum

Universitas Sriwijaya
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis
hewanyang tergolong Mamalia dan mengetahui susunan morfologi serta
anatominya.

V. Dasar Teori
Mamalia berasal dari kata Mamae yang artinya kelenjar susu. Mamalia adalah
hewan kelas vertebrata(hewan bertulang belakang) yang mempunyai kelenjar susu
sehingga binatang betina mamalia dapat menyusui anaknya. Mamalia berkembang
biak dengan cara melahirkan. Ciri-ciri mamalia memiliki kelenjar susu,
mempunyai rambut atau bulu, sistem pernafasannya paru-paru, memiliki otot
diafragma, memiliki 4 serambi kiri dan kanan pada jantung, suhu tubuh tetap,
fertilisasi internal(proses pembuahan di dalam tubuh induk), dan memilki rangka
pembentuk tubuh.Mamalia memiliki ciri utama dengan memiliki tubuh yang
ditutupi rambut, vertebrata (memiliki tulang belakang) dan berdarah panas.
Kelenjar susu pada mamalia adalah kelenjar keringat yang dimodifikasi menjadi
lebih besar, sehingga bisa mengeluarkan susu melalui puting susu. Susu yang
dihasilkan dari tubuh mamalia betina mengandung protein, gula, lemak, vitamin,
dan garam yang dibutuhkan oleh bayi-bayinya. Namun tidak semua mamalia
mengeluarkan susu melalui puting, karena platipus mengeluarkan susu melalui
saluran yang ada di perutnya.
Adaptasi merupakan Kemampuan suatu makhluk hidup untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta
menjaga kelestarian nya. Adapun cara makhluk hidup dalam beradaptasi dengan
lingkungan, dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a. Adaptasi Morfologi Mamalia
Adaptasi morfologi yaitu suatu penyesuaian yang dilakukan oleh suatu makhluk
hidup baik itu hewan, tumbuhan, ataupun manusia yang melalui perubahan
bentuk organ tubuh yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama
untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi morfologi ini dapat dengan mudah kita
amati jika dibandingkan dengan adaptasi fisiologi, karena adaptasi ini terjadi
akibat adanya perbedaan jenis makanan serta habitatnya.
Adaptasi morfologi terhadap jenis makanan terjadi akibat adanya perbedaan pada
makhluk hidup mengenai cara mengambil dan cara memperoleh serta jenis

Universitas Sriwijaya
makanannya yang berbeda. Berikut ini beberapa contoh adaptasi morfologi
terhadap jenis makanan pada mamlia yang dapat dilihat dari tipe gigi mamalia.
 Mamalia yang memakan rumput atau dikenal dengan herbivora dan pemamah
Biak atau ruminansia. Jenis mamalia yang satu ini mengunyah kembali
makanan yang sudah ditelannya contoh dari ruminansia yaitu sapi, kuda,
kerbau, dan kambing. Hewan jenis ini memiliki gigi seri yang bentuknya
seperti kapak yang fungsinya untuk menjepit serta memotong makanan,
sedangkan gigi gerahamnya berbentuk lebar dan datar dengan rahang
bergerak ke samping agar makanan tergiling secara mekanis dan merata.
 Mamalia pemakan daging atau yang disebut dengan karnivora. Mamalia jenis
ini memiliki gigi seri yang bentuknya tajam serta gigi taring yang kuat dan
besar serta runcing, Selain itu gigi gerahamnya juga bergerigi tajam sehingga
mamalia ini mampu mengunyah daging yang keras dan alot. Contoh dari
hewan pemakan daging atau karnivora yaitu singa, harimau, anjing ,dan
kucing.
 Mamalia pengerat atau rodentia. Mamalia jenis ini tidak mempunyai gigi
taring namun hanya mempunyai gigi seri dan gigi geraham. Gigi serinya
berukuran besar serta fungsinya untuk mengerat makanan. Contoh dari
mamalia rodentia yaitu kelinci, tikus, dan tupai.

b. Adaptasi Fisologi Mamalia


Adaptasi fisiologi merupakan upaya penyesuaian fungsi alat-alat tubuh makhluk
hidup terhadap lingkungannya. Umumnya adaptasi fisiologi juga melibatkan zat-
zat kimia tertentu untuk membantu dalam proses metabolisme tubuh.Adaptasi
fisiologi ini dapat terjadi pada semua makhluk hidup baik itu hewan, tumbuhan,
ataupun manusia.Sebagai contoh hewan mamalia, sapi merupakan pemakan
rumput, yang mana ia dapat mencerna rumput dan daun yang memiliki banyak
kandungan serat atau selulosa dengan bantuan enzim selulase. Enzim selulase
tersebut diproduksi oleh mikroorganisme yang terdapat di rumen.

c. Adaptasi Tingkah Laku Mamalia


Adaptasi tingkah laku yaitu suatu penyesuaian diri yang dilakukan oleh suatu
makhluk hidup terhadap lingkungannya dengan cara mengubah tingkah laku
supaya ia mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi tingkah

Universitas Sriwijaya
laku dapat kita amati dan bisa dilihat dengan mudah, Apabila dibandingkan
dengan adaptasi yang sebelumnya yaitu adaptasi fisiologi. Umumnya adaptasi
tingkah laku berkaitan erat dengan makanan, udara dingin dan sistem pertahanan
pada hewan.Apabila kita amati, kerbau merupakan hewan yang suka mandi di
lumpur atau di Sungai, tingkah lakunya ini dilakukan oleh kerbau dengan tujuan
untuk mengurangi panas yang ada pada tubuhnya.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai