(Oreochromis sp.)
The Effect of Salinity Acclimatization on Survival Rate of Nile Fry (Oreochromis sp.)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode aklimatisasi salinitas yang terbaik
terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis sp.). Metode aklimatisasi salinitas
yang digunakan yaitu metode interval dan metode kontinyu. Aklimatisasi dilakukan selama enam
hari dengan peningkatan salinitas 5 ppt/hari hingga mencapai salinitas 30 ppt dan dipelihara
selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan, pada masing-masing metode interval atau
metode kontinyu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup benih
ikan nila (Oreochromis sp.). Hasil uji t rerata antara metode kontinyu dan metode interval
menunjukkan bahwa, metode kontinyu memberikan nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi
bagi benih ikan nila (Oreochromis sp.).
Kata kunci : Metode aklimatisasi, salinitas, kelangsungan hidup, dan benih ikan nila
40
1
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012
41
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012
42
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012
HASIL
Hasil rata-rata kelangsungan
hidup pada metode interval dan metode
kontinyu dapat dilihat pada Gambar 1.
43
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012
hari ketujuh dan hari ketiga belas. tidak mempengaruhi pertumbuhan berat
Metode interval juga tidak memberikan mutlaknya.
pengaruh nyata (P>0,05) terhadap Data kualitas air pada saat
jumlah pakan yang dikonsumsi dan aklimatisasi dan setelah aklimatisasi
pertumbuhan berat benih. dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3 menunjukkan bahwa Nilai kualitas air pada Tabel 4
penaikan salinitas menggunakan metode menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
kontinyu tidak berpengaruh nyata pada keempat parameter kualitas air pada
(P>0,05) terhadap kelangsungan hidup saat pengukuran pertama. Parameter pH,
dan jumlah konsumsi pakan benih ikan suhu, dan kekeruhan menunjukkan nilai
nila pada hari ketujuh dan hari ketiga yang berbeda pada saat pengukuran
belas. Metode interval juga tidak kedua dan ketiga.
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
pertumbuhan berat benih. PEMBAHASAN
Rataan hasil uji t antara metode
interval dan metode kontinyu terhadap Kelangsungan hidup
kelangsungan hidup (%), jumlah Respon benih ikan nila terhadap
konsumsi pakan (g/ekor) dan metode penaikan salinitas berbeda-beda,
pertumbuhan berat benih ikan nila (g) Gambar 2 menunjukkan bahwa metode
dapat dilihat pada Tabel 4. interval dan metode kontinyu tidak
berhasil mempertahankan kelangsungan
hidup benih ikan nila. Meskipun
demikian, benih ikan nila yang
diaklimatisasi menggunakan metode
kontinyu memiliki nilai persentase
kelangsungan hidup yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan
metode interval. Kelangsungan hidup
paling tinggi pada hari ke tiga belas
Kelangsungan hidup pada metode dengan salinitas 30 ppt adalah 46,67%
interval dan kontinyu untuk hari ketujuh dan yang terendah adalah 15,56%. Hasil
dan ketiga belas masing-masing tidak penelitian yang dilakukan oleh Lawson
berpengaruh nyata. Setelah kedua & Anetekhai (2011), menunjukkan
metode tersebut dibandingkan melalui uji bahwa kelangsungan hidup yang
t, terlihat metode kontinyu memberikan dipelihara selama 28 hari pada salinitas
nilai kelangsungan hidup yang lebih bervariasi memberikan persentase nilai
tinggi dibandingkan dengan metode kelangsungan hidup yang mencapai
interval (Tabel 3). Pada hari ketujuh 100% pada salinitas 0-7 ppt; 40% pada
jumlah pakan yang dikonsumsi oleh salinitas 8 ppt, dan 0% (mortalitas 100%)
benih pada metode interval dan kontinyu pada salinitas 9-10 ppt.
adalah sama, tetapi pada hari ketiga belas Penyebab kematian pada kedua
benih pada metode interval metode tersebut karena adanya
mengkonsumsi pakan lebih banyak. peningkatan salinitas. Persentase
Hasil uji t untuk pertumbuhan kelangsungan hidup pada kedua metode
menunjukkan bahwa berat benih ikan cenderung mulai menurun drastis pada
nila yang diaklimatisasi menggunakan hari ke lima setelah media air bersalinitas
metode interval dan metode kontinyu di atas 20 ppt. Rendahnya persentase
kelangsungan hidup benih ikan nila pada
44
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012
salinitas 25-30 ppt dikarenakan benih menoleransi cara penaikan salinitas 5 ppt
merespon perubahan salinitas, sehingga adalah sama pada setiap perlakuan untuk
membutuhkan energi lebih untuk proses metode interval dan metode kontinyu.
osmoregulasi dan untuk menjaga agar Kordi (2008), menyatakan bahwa
terjadinya keseimbangan kadar garam kemampuan euryhaline ikan nila yang
antara lingkungan dan tubuh sehingga diadaptasi umumnya mampu
ikan yang tidak mampu beradaptasi atau menoleransi perubahan maksimal 5
mentolerir lingkungannya akan stress ppt/hari.
yang akhirnya mati. Menurut Stickney Rataan nilai kelangsungan hidup
(1979) dalam Bestian (1996), diduga benih ikan nila pada metode kontinyu di
tekanan osmotik pada media bersalinitas hari ke tujuh dan ke tiga belas lebih
20 ppt paling mendekati tekanan osmotik tinggi dari pada metode interval, dengan
darah benih ikan nila. Pada kondisi nilai rata-rata yaitu 67,78% dan 43,33%
isoosmotik kandungan ionik media untuk metode kontinyu serta 36,67% dan
mendekati konsentrasi ionik darah ikan, 24,44% untuk metode interval. Hal ini
sehingga energi untuk kebutuhan menunjukkan bahwa benih ikan nila
osmoregulasi lebih kecil. Sedangkan yang diaklimatisasi menggunakan cara
Sahidir (2010) mengungkapkan bahwa penaikan salinitas yang sedikit demi
ikan nila yang dipelihara pada salinitas sedikit dapat mengurangi stress serta
10 ppt kondisinya mendekati isoosmotik, kematian pada ikan. Menurut
ikan nila dengan kemampuan euryhaline Perschbacher (1992), aklimatisasi secara
mampu menyesuaikan diri dan hidup langsung lebih sering digunakan untuk
secara baik. Penelitian ini menunjukkan Oreochromis mossambicus dan
bahwa pada salinitas 10 ppt (hari ke diperlukan hanya satu hari untuk
dua), nilai persentase rata-rata menaikkan salinitas tanpa menimbulkan
kelangsungan hidup benih ikan nila kematian. Tilapia lainnya yang memiliki
mencapai 95,56%-100% pada setiap toleransi rendah terhadap salinitas,
perlakuan di metode kontinyu dan dibutuhkan aklimatisasi secara bertahap
68,89%-84,44% pada setiap perlakuan di dalam menaikkan salinitas. Sedangkan
metode interval (lihat Lampiran 3). Al-Amoudi (1987) dalam Perschbacher
Menurut Hepher & Pruginin (1992), mengatakan bahwa untuk benih
(1981) dalam Bestian (1996), pada Oreochromis niloticus berukuran 4 gram
media bersalinitas, kelangsungan hidup yang diaklimatisasi secara bertahap
ikan nila dipengaruhi oleh kemampuan dengan prosedur penaikan salinitas 18
osmoregulasi. ppt dalam waktu 96 jam hingga
Aklimatisasi menggunakan mencapai 36 ppt, menghasilkan tingkat
metode interval dan metode kontinyu kelangsungan hidup 100%.
tidak berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup benih ikan nila. Hal Jumlah Konsumsi Pakan
tersebut menunjukkan bahwa penaikan Menurut Fujaya (2004), ikan
salinitas secara langsung atau secara akan mengkonsumsi pakan hingga
bertahap (metode interval) dan secara memenuhi kebutuhan energinya,
terus menerus pada berbagai periode sebagian besar pakan digunakan untuk
(metode kontinyu) memberikan nilai proses metabolisme dan sisanya
kelangsungan hidup yang sama di hari ke digunakan untuk beraktifitas lain seperti
tujuh dan ke tiga belas. Hasil yang tidak pertumbuhan. Pada penelitian ini benih
berpengaruh pada kedua metode diduga ikan nila yang diaklimatisasi dan
karena kemampuan benih ikan nila dipelihara pada kedua metode penaikan
45
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012
salinitas membutuhkan jumlah pakan 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt dan 20 ppt) selama
yang sama. Berdasarkan jumlah 40 hari memiliki tingkat konsumsi pakan
konsumsi pakan menunjukkan bahwa yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat stress ikan pada kedua metode ikan sudah beradaptasi dengan baik
tersebut adalah sama. Stress pada ikan sehingga jumlah konsumsi pakan ikan
dapat mempengaruhi jumlah pakan yang yang dipelihara pada salinitas normal (0
dikonsumsi, menurut Kadarini (2009), ppt) sama dengan jumlah konsumsi
rendahnya jumlah pakan yang pakan ikan yang dipelihara pada salinitas
dikonsumsi dikarenakan ikan mengalami tinggi.
stress atau daya tahan tubuh pada awal
penaikan salinitas sehingga nafsu pakan Pertumbuhan Berat
berkurang yang akhirnya jumlah pakan Effendie (1997), menyatakan
lebih rendah dan setelah penaikan bahwa secara sederhana pertumbuhan
salinitas dihentikan tingkat nafsu makan merupakan proses perubahan ukuran
tinggi, dalam hal ini disebabkan kondisi (panjang atau berat) dalam kurun waktu
ikan telah seimbang antara tubuh dan tertentu. Akan tetapi, pertumbuhan
lingkungannya. merupakan proses biologis yang
Sedangkan Lawson & Anetekhai komplek dimana banyak faktor yang
(2011), menyatakan bahwa adanya mempengaruhinya. Pada penelitian ini,
respon ikan nila terhadap pakan yang diperoleh bahwa metode interval dan
diberikan, menunjukkan bahwa ikan metode kontinyu tidak memberikan
masih bisa mempertahankan atau pengaruh terhadap pertumbuhan berat
mengatur metabolisme tubuhnya dalam benih ikan nila. Selain itu, hasil uji t juga
media bersalinitas, sementara apabila menunjukkan tidak adanya pengaruh
nafsu makan rendah atau tidak merespon kedua metode terhadap pertumbuhan
pakan menunjukkan bahwa ikan sudah beratnya. Hal ini disebabkan karena
tidak mampu mempertahankan serta waktu yang digunakan untuk tumbuh
mengatur metabolisme tubuhnya atau oleh ikan terlalu pendek (13 hari),
berada di luar toleransi kemampuan sehingga perbedaan pertumbahan
metabolisme ikan. beratnya belum terlihat.
Pada hari ke tiga belas atau tujuh Pertumbuhan berat ikan yang
hari setelah penaikan salinitas, jumlah diperoleh selama tiga belas hari dari awal
pakan yang dikonsumsi tidak sama pada penaikan salinitas sampai pemeliharaan
kedua metode. Benih ikan nila pada (30 ppt) adalah 1,531 g untuk metode
metode interval mengkonsumsi jumlah interval dan 1,609 g untuk metode
pakan lebih banyak dari benih ikan nila kontinyu. Penelitian Setiawati &
pada metode kontinyu. Hal ini diduga Suprayudi (2003), menghasilkan laju
karena selama tujuh hari setelah pertumbuhan berat harian sebesar 2,74 %
penaikan salinitas, kondisi ikan yang untuk nila merah yang dipelihara pada
dipelihara pada salinitas 30 ppt masih salinitas 20 ppt selama 40 hari .
belum normal. Menurut Kordi (2008), Kondisi benih ikan nila pada
ikan nila yang dipindahkan dari air tawar media bersalinitas 30 ppt membutuhkan
ke air payau atau air laut dapat hidup lebih banyak energi untuk
normal pada minggu keempat atau bulan menyeimbangkan cairan dan garam
kedua setelah ikan diaklimatisasi. internal tubuhnya dari pada untuk
Setiawati & Suprayudi (2003), pertumbuhan berat badannya, sehingga
mengatakan bahwa ikan nila yang energi yang seharusnya digunakan untuk
dipelihara pada berbagai salinitas (0 ppt, tumbuh akan lebih banyak digunakan
46
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012
untuk proses osmoregulasi. Seperti yang dengan padatnya ikan di dalam kolam.
disampaikan oleh Bestian (1996)), ikan Kotoran (feses) ikan adalah bahan
di air tawar mengalami kondisi organik dengan kandungan protein tinggi
kehilangan garam internal dan masuknya yang diuraikan menjadi polypeptida,
cairan eksternal ke dalam tubuh, asam-asam amino dan amonia (NH3)
sedangkan pada air laut ikan mengalami sebagai produk akhir yang terakumulasi
pemasukan garam eksternal ke dalam di dalam air, sehingga perbedaan dari
tubuh dan pengeluaran cairan internal jumlah amonia dalam air media akan
tubuh. Menurut Fujaya (2004), ikan akan berdampak juga pada parameter kualitas
mengkonsumsi pakan hingga akan air yang lainnya.
memenuhi kebutuhan energinya,
sebagian besar pakan digunakan untuk DAFTAR PUSTAKA
proses metabolisme dan sisanya
digunakan untuk beraktifitas lain seperti Bestian C. 1996. Kelangsungan Hidup
pertumbuhan. dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Kualitas air Merah (Oreochromis sp.) pada
Pengukuran parameter kualitas Kisaran Suhu Media 24±1oC
air (pH, suhu, DO, dan kekeruhan) yang dengan Salinitas yang Berbeda (0,
diperoleh setiap pengukuran 10, dan 20 o/oo). [Skripsi,
menunjukkan kisaran parameter yang unpublished]. Fakultas Perikanan
mendukung kelangsungan hidup benih Institut Pertanian Bogor. Bogor.
ikan nila. Kisaran nilai pH, suhu, dan DO Indonesia. Tahunnya beda
yang optimal bagi ikan nila masing-
Effendi I. 1997. Biologi Perikanan.
masing yaitu 7-9, 25-33oC, dan 5-8.
Yayasan Pustaka Nusantara.
Hasil pengukuran yang diperoleh selama
Yogyakarta.
pengamatan pada keempat parameter
yaitu pH, suhu, DO, dan kekeruhan
Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka
adalah 8,60-8,76; 26,38oC-27,88oC;
Cipta. Jakarta.
5,55-8,23, dan 1,91-4,20 NTU.
Kisaran nilai pada parameter pH, Kadarini T. 2009. Pengaruh Salinitas
suhu, dan kekeruhan masih berada pada dan Kalsium terhadap Sintasan
kisaran lingkungan hidup optimal bagi dan Pertumbuhan Benih Ikan
ikan nila. Adanya perbedaan nila Balashark (Blanthiocheilus
perameter pH, suhu, dan kekeruhan pada melanopterus). [Tesis Magister,
pengukuran kedua dan ketiga diduga unpublished]. Sekolah Pasca
karena jumlah ikan di dalam setiap Sarjana Institut Pertanian Bogor.
akuarium berbeda-beda dari jumlah Bogor. Indonesia.
sebelumnya. Sehingga jumlah kotoran
(feses) yang dihasilkan setiap akuarium Kordi K. 2008. Budidaya Perairan Buku
berbeda-beda sesuai jumlah ikannya, hal Kesatu. PT. Citra Aditya Bakti.
tersebut menyebabkan adanya perbedaan Bandung.
kualitas air. Menurut Kordi dan Tancung
(2007) semakin banyak jumlah ikan yang Kordi K. 2009. Budidaya Perairan Buku
ditebar dalam suatu kolam akan Kedua. PT. Citra Aditya Bakti.
mempercepat penurunan kualitas air, Bandung.
karena selain banyaknya sisa
metabolisme (berupa feses) ikan, jumlah
oksigen juga semakin menurun sejalan
47
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012
Kordi K. 2010. Budidaya Ikan Nila di Technical Reports 14, 28p. Council
dalam Kolam Terpal. Lily for Agricultural Planing and
Publisher. Yogyakarta. Development, Taipei, Taiwan and
International Center for Living
Lawson E. O., Anetekhai M. A. 2011. Aquatic Resorce Management,
Salinity Tolerance and Preference Manila, Philipines.
of Hatchery Reared Nile Tilapia,
Oreochromis niloticus (Linneaus Wikipedia. 2011. Aklimatisasi.
1758). Asian Journal of http://id.wikipedia.org/wiki/Aklim
Agricultural Sciences 3 (2): 104- atisasi. [9 November 2011].
110.
Perschbacher P. W. 1992. A Review of
Seawater Acclimation Procedures
for Commercially Important
Euryhaline Tilapias. Asian
Fisheries Science 5 (1992): 241-
248.
Sahidir. 2010. Pengaruh Perbedaan
Salinitas terhadap Pertumbuhan
Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.).
http://artaquaculture.blogspot.com
/2010/09 pengaruh-perbedaan-
salinitas-terhadap. html. [10
September 2011].
Setyo Bambang P. 2006. Efek
Konsentrasi Kromium (Cr+3) dan
Salinitas Berbeda terhadap
Efisiensi Pemanfaatan Pakan
untuk Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus ). [ Tesis
Magister, unpublished]. Sekolah
Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro. Semarang. Indonesia.
Setiawati M., Suprayudi M.A. 2003.
Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)
yang Dipelihara pada Media
Bersalinitas. Jurnal Akuakultur
Indonesia. 2(1): 27-30.
Watanabe W.O., Ming Kuo C., Chan
Huang M. 1984. Experimental
Rearing ot Nile Tilapia Fry
(Oreochromis niloticus) for
Saltwater Culture. ICLARM
48
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012