Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila

(Oreochromis sp.)

The Effect of Salinity Acclimatization on Survival Rate of Nile Fry (Oreochromis sp.)

Yuliana Asri 1,*, Padusung 2, Zaenal Abidin 1


1
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
2
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Mataram, NTB Telp. 0370 621435/ Fax. 0370 640189
*email : yulleasri@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode aklimatisasi salinitas yang terbaik
terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis sp.). Metode aklimatisasi salinitas
yang digunakan yaitu metode interval dan metode kontinyu. Aklimatisasi dilakukan selama enam
hari dengan peningkatan salinitas 5 ppt/hari hingga mencapai salinitas 30 ppt dan dipelihara
selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan, pada masing-masing metode interval atau
metode kontinyu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup benih
ikan nila (Oreochromis sp.). Hasil uji t rerata antara metode kontinyu dan metode interval
menunjukkan bahwa, metode kontinyu memberikan nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi
bagi benih ikan nila (Oreochromis sp.).

Kata kunci : Metode aklimatisasi, salinitas, kelangsungan hidup, dan benih ikan nila

40
1
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

PENDAHULUAN untuk menyesuaikannya dengan


lingkungan. Beberapa kondisi yang pada
Ikan nila (Oreochromis sp.) umumnya disesuaikan adalah salinitas,
merupakan salah satu jenis ikan yang suhu lingkungan, derajat keasaman (pH),
banyak dibudidayakan, karena mudah dan kadar oksigen. Proses penyesuaian
dalam pembudidayaannya dan ini berlangsung dalam waktu yang cukup
permintaan konsumen yang terus bervariasi tergantung dari jauhnya
meningkat, sehingga ikan nila sangat perbedaan kondisi antara lingkungan
potensial untuk terus dikembangkan. baru yang akan dihadapi, dapat
Salah satu pengembangan pada kegiatan berlangsung selama beberapa hari hingga
budidaya ikan nila adalah kegiatan beberapa minggu (Wikipedia, 2011).
pembesaran ikan nila di air laut. Menurut Kordi (2009), adaptasi
Pembesaran ikan nila di air laut ikan nila pada air laut dilakukan dengan
dilakukan karena adanya faktor yang penambahan salinitas secara bertahap.
mendukung yaitu, ikan nila dapat Adaptasi ikan nila pada air laut
dibudidayakan di berbagai habitat yaitu dilakukan dengan penambahan air laut
air tawar, air payau dan air laut karena setiap hari maksimal 5 ppt hingga
mampu beradaptasi dengan baik pada mencapai salinitas yang diinginkan.
kisaran salinitas yang luas (euryhaline) Watanabe (1984), menyatakan bahwa
yaitu 0-35 ppt (Kordi, 2010). untuk aklimatisasi ikan nila (berat 6,2 g
Pembesaran nila di air laut dan panjang 7,2 cm) dari air tawar ke air
memiliki beberapa kelebihan laut (32 ppt) dilakukan selama enam hari
dibandingkan dengan yang dipelihara di dengan penambahan salinitas sebanyak 5
air tawar, yaitu memiliki kualitas daging ppt/hari.
yang dihasilkan lebih padat, kompak, dan Menurut Kordi (2008), ikan nila
kenyal; hal ini disebabkan karena faktor yang diaklimatisasikan dari air tawar
garam di perairan cukup tinggi. Selain itu dengan salinitas 0 ppt ke air laut dengan
keunggulan lainnya, daging ikan nila salinitas 30 ppt akan mengalami
tidak mudah lembek, seperti halnya osmoregulasi. Osmoregulasi merupakan
daging ikan nila yang dibudidayakan di pertukaran air dari dan ke dalam tubuh
kolam atau waduk setelah beberapa jam hewan air. Kemampuan osmoregulasi
pasca panen. Selain memiliki kelebihan, pada ikan nila yang diadaptasikan ke air
pembesaran ikan nila di air laut juga laut sangat tergantung pada penambahan
memiliki beberapa kekurangan, antara salinitasnya, semakin tinggi salinitas
lain mudah stress dan mengalami yang ditambahkan semakin banyak
kematian pada saat dilakukan energi yang dibutuhkan untuk melakukan
aklimatisasi dan penambahan salinitas osmoregulasi. Selain itu organ-organ
dari air tawar ke air laut pada ikan nila seperti ginjal, insang, dan kulit sebagai
yang akan dibudidaya (Rahma & Sahidir, tempat berlangsunganya osmoregulasi
2010). akan semakin aktif bekerja. Setyo
Aklimatisasi merupakan suatu (2006), menyatakan bahwa penambahan
upaya penyesuaian fisiologis atau salinitas memberikan pengaruh terhadap
adaptasi dari suatu organisme terhadap pertumbuhan ikan, karena sebagian besar
suatu lingkungan baru yang akan energi akan digunakan untuk
dimasukinya. Hal ini didasarkan pada mempertahankan tekanan osmotik yang
kemampuan organisme untuk dapat berfluktuasi. Jika keadaan ini melebihi
mengatur morfologi, perilaku, dan jalur batas kemampuan tubuh ikan, maka akan
metabolisme biokimia di dalam tubuhnya menyebabkan ikan mati dan berpengaruh

41
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

terhadap tingkat kelangsungan hidup 3 = penambahan salinitas selama 18 jam


ikan. (K18)
Berdasarkan uraian di atas 4 = penambahan salinitas selama 24 jam
dilakukan penelitian tentang pengaruh (K24)
metode penambahan salinitas Total unit percobaan yang diperoleh dari
menggunakan metode interval dan perlakuan masing-masing metode
metode kontinyu terhadap kelangsungan perlakuan tersebut adalah 24 unit
hidup benih ikan nila (Oreochromis sp.). percobaan.

BAHAN DAN METODE Bahan


Ikan nila yang digunakan dalam
Penelitian ini dilaksanakan di penelitian ini adalah benih ikan nila
Laboratorium Budidaya Perairan ukuran 3±0,3 g ekor-1 sebanyak 500
Fakultas Pertanian Universitas Mataram, ekor, setiap unit akuarium berukuran 35
pada bulan Februari-Maret 2012. x 45 x 50 cm diisi dengan 15 ekor ikan,
Penelitian ini dirancang dengan untuk membuat media bersalinitas
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dalam (larutan pemekat) digunakan garam ikan
penelitian ini digunakan dua metode, yang dilarutkan.
yaitu metode perlakuan penambahan
salinitas 5±0,25 ppt/hari dengan interval Perlakuan Aklimatisasi
waktu (I) dan penambahan salinitas Aklimatisasi salinitas dilakukan
5±0,25 ppt/hari dengan cara kontinyu selama enam hari dan pemeliharaan
(K). Kedua metode perlakuan selama 7 hari. Untuk mendapatkan nilai
penambahan salinitas dilakukan sampai salinitas sesuai perlakuan dengan jumlah
mencapai salinitas 30 ppt. Metode total masing-masing media air tawar (0
penambahan salinitas dengan interval ppt) sebanyak 50 liter, maka dilakukan
waktu (I) terdiri dari empat perlakuan perhitungan yaitu (Kordi, 2008):
dan setiap perlakuan diulang sebanyak S3 =
tiga kali, sehingga diperoleh 12 unit
percobaan sebagai berikut: Keterangan:
1 = penambahan salinitas dengan interval S3 = salinitas yang dikehendaki
waktu satu kali dalam 24 jam (I1) S2 = salinitas air laut (ppt)
2 = penambahan salinitas dengan interval S1 = salinitas air tawar (ppt)
waktu dua kali dalam 24 jam (I2) M1 = volume air tawar (liter)
3 = penambahan salinitas dengan interval M2 = volume air laut (liter)
waktu tiga kali dalam 24 jam (I3) Masing-masing unit percobaan
4 = penambahan salinitas dengan interval yang diberikan perlakuan volumenya
waktu empat kali dalam 24 jam akan bertambah menjadi 60 L, untuk
(I4) mempertahankan volume awal dilakukan
Sedangkan metode penambahan salinitas pengurangan air sebanyak 10 L.
dengan cara kontinyu (K) terdiri dari 4 Pengurangan air dilakukan melalui
perlakuan, setiap perlakuan diulang penyifonan, setelah air di dalam
sebanyak tiga kali, sehingga diperoleh 12 akuarium tercampur secara homogen
unit percobaan sebagai berikut: dengan larutan pemekat atau sebelum
1 = penambahan salinitas selama 6 jam diberikan perlakuan pada hari
(K6) berikutnya. Selama proses perlakuan
2 = penambahan salinitas selama 12 jam hingga tujuh hari pemeliharaan,
(K12) pemberian pakan dilakukan dengan

42
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

metode at satiation (pemberian pakan ketujuh (saat aklimatisasi) terlihat


sebanyak yang sanggup dimakan oleh kelangsungan hidup dari keempat
ikan) dengan frekuensi pemberian perlakuan yaitu 93,33%-31,11% setelah
sebanyak tiga kali sehari yaitu pada itu terus menurun sampai hari ketiga
pukul 08.00, pukul 13.00 dan 18.00. belas yaitu 31,11%-15,56%. Persentase
Variabel yang diamati untuk kelangsungan hidup benih ikan nila yang
mengetahui pengaruh dari perlakuan diaklimatisasi menggunakan metode
masing-masing metode adalah tingkat kontinyu pada hari pertama sampai
kelangsungan hidup, jumlah konsumsi ketujuh yaitu 100%-60% dan menurun
pakan dan pertumbuhan berat. Data hasil sampai hari ketiga belas yaitu 60%-
penelitian dianalisis dengan analisis 42,22%. Tingkat kelangsungan hidup
keragaman (ANOVA) pada taraf nyata dan jumlah konsumsi pakan selama
5% (nilai P < 0,05) dan dilanjutkan aklimatisasi (hari ketujuh) dan setelah
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada aklimatisasi (hari ketiga belas), serta
taraf nyata yang sama. Untuk pertumbuhan berat benih ikan nila pada
mengetahui hasil yang lebih baik dari metode interval dan metode kontinyu
dua metode perlakuan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
dilakukan pengujian dengan uji t (t Test)
pada taraf nyata 5%. Data yang dianalisis
untuk uji t Test adalah data yang
diperoleh dari masing-masing metode
perlakuan yang digunakan.

HASIL
Hasil rata-rata kelangsungan
hidup pada metode interval dan metode
kontinyu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 menunjukkan bahwa


kelangsungan hidup benih ikan nila Hasil analisis keragaman
mengalami penurunan selama dilakukan menunjukkan bahwa penaikan salinitas
aklimatisasi dan setelah aklimatisasi. menggunakan metode interval tidak
Aklimatisasi salinitas dengan metode berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
interval dari hari pertama sampai hari kelangsungan hidup benih ikan nila pada

43
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

hari ketujuh dan hari ketiga belas. tidak mempengaruhi pertumbuhan berat
Metode interval juga tidak memberikan mutlaknya.
pengaruh nyata (P>0,05) terhadap Data kualitas air pada saat
jumlah pakan yang dikonsumsi dan aklimatisasi dan setelah aklimatisasi
pertumbuhan berat benih. dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3 menunjukkan bahwa Nilai kualitas air pada Tabel 4
penaikan salinitas menggunakan metode menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
kontinyu tidak berpengaruh nyata pada keempat parameter kualitas air pada
(P>0,05) terhadap kelangsungan hidup saat pengukuran pertama. Parameter pH,
dan jumlah konsumsi pakan benih ikan suhu, dan kekeruhan menunjukkan nilai
nila pada hari ketujuh dan hari ketiga yang berbeda pada saat pengukuran
belas. Metode interval juga tidak kedua dan ketiga.
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
pertumbuhan berat benih. PEMBAHASAN
Rataan hasil uji t antara metode
interval dan metode kontinyu terhadap Kelangsungan hidup
kelangsungan hidup (%), jumlah Respon benih ikan nila terhadap
konsumsi pakan (g/ekor) dan metode penaikan salinitas berbeda-beda,
pertumbuhan berat benih ikan nila (g) Gambar 2 menunjukkan bahwa metode
dapat dilihat pada Tabel 4. interval dan metode kontinyu tidak
berhasil mempertahankan kelangsungan
hidup benih ikan nila. Meskipun
demikian, benih ikan nila yang
diaklimatisasi menggunakan metode
kontinyu memiliki nilai persentase
kelangsungan hidup yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan
metode interval. Kelangsungan hidup
paling tinggi pada hari ke tiga belas
Kelangsungan hidup pada metode dengan salinitas 30 ppt adalah 46,67%
interval dan kontinyu untuk hari ketujuh dan yang terendah adalah 15,56%. Hasil
dan ketiga belas masing-masing tidak penelitian yang dilakukan oleh Lawson
berpengaruh nyata. Setelah kedua & Anetekhai (2011), menunjukkan
metode tersebut dibandingkan melalui uji bahwa kelangsungan hidup yang
t, terlihat metode kontinyu memberikan dipelihara selama 28 hari pada salinitas
nilai kelangsungan hidup yang lebih bervariasi memberikan persentase nilai
tinggi dibandingkan dengan metode kelangsungan hidup yang mencapai
interval (Tabel 3). Pada hari ketujuh 100% pada salinitas 0-7 ppt; 40% pada
jumlah pakan yang dikonsumsi oleh salinitas 8 ppt, dan 0% (mortalitas 100%)
benih pada metode interval dan kontinyu pada salinitas 9-10 ppt.
adalah sama, tetapi pada hari ketiga belas Penyebab kematian pada kedua
benih pada metode interval metode tersebut karena adanya
mengkonsumsi pakan lebih banyak. peningkatan salinitas. Persentase
Hasil uji t untuk pertumbuhan kelangsungan hidup pada kedua metode
menunjukkan bahwa berat benih ikan cenderung mulai menurun drastis pada
nila yang diaklimatisasi menggunakan hari ke lima setelah media air bersalinitas
metode interval dan metode kontinyu di atas 20 ppt. Rendahnya persentase
kelangsungan hidup benih ikan nila pada

44
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

salinitas 25-30 ppt dikarenakan benih menoleransi cara penaikan salinitas 5 ppt
merespon perubahan salinitas, sehingga adalah sama pada setiap perlakuan untuk
membutuhkan energi lebih untuk proses metode interval dan metode kontinyu.
osmoregulasi dan untuk menjaga agar Kordi (2008), menyatakan bahwa
terjadinya keseimbangan kadar garam kemampuan euryhaline ikan nila yang
antara lingkungan dan tubuh sehingga diadaptasi umumnya mampu
ikan yang tidak mampu beradaptasi atau menoleransi perubahan maksimal 5
mentolerir lingkungannya akan stress ppt/hari.
yang akhirnya mati. Menurut Stickney Rataan nilai kelangsungan hidup
(1979) dalam Bestian (1996), diduga benih ikan nila pada metode kontinyu di
tekanan osmotik pada media bersalinitas hari ke tujuh dan ke tiga belas lebih
20 ppt paling mendekati tekanan osmotik tinggi dari pada metode interval, dengan
darah benih ikan nila. Pada kondisi nilai rata-rata yaitu 67,78% dan 43,33%
isoosmotik kandungan ionik media untuk metode kontinyu serta 36,67% dan
mendekati konsentrasi ionik darah ikan, 24,44% untuk metode interval. Hal ini
sehingga energi untuk kebutuhan menunjukkan bahwa benih ikan nila
osmoregulasi lebih kecil. Sedangkan yang diaklimatisasi menggunakan cara
Sahidir (2010) mengungkapkan bahwa penaikan salinitas yang sedikit demi
ikan nila yang dipelihara pada salinitas sedikit dapat mengurangi stress serta
10 ppt kondisinya mendekati isoosmotik, kematian pada ikan. Menurut
ikan nila dengan kemampuan euryhaline Perschbacher (1992), aklimatisasi secara
mampu menyesuaikan diri dan hidup langsung lebih sering digunakan untuk
secara baik. Penelitian ini menunjukkan Oreochromis mossambicus dan
bahwa pada salinitas 10 ppt (hari ke diperlukan hanya satu hari untuk
dua), nilai persentase rata-rata menaikkan salinitas tanpa menimbulkan
kelangsungan hidup benih ikan nila kematian. Tilapia lainnya yang memiliki
mencapai 95,56%-100% pada setiap toleransi rendah terhadap salinitas,
perlakuan di metode kontinyu dan dibutuhkan aklimatisasi secara bertahap
68,89%-84,44% pada setiap perlakuan di dalam menaikkan salinitas. Sedangkan
metode interval (lihat Lampiran 3). Al-Amoudi (1987) dalam Perschbacher
Menurut Hepher & Pruginin (1992), mengatakan bahwa untuk benih
(1981) dalam Bestian (1996), pada Oreochromis niloticus berukuran 4 gram
media bersalinitas, kelangsungan hidup yang diaklimatisasi secara bertahap
ikan nila dipengaruhi oleh kemampuan dengan prosedur penaikan salinitas 18
osmoregulasi. ppt dalam waktu 96 jam hingga
Aklimatisasi menggunakan mencapai 36 ppt, menghasilkan tingkat
metode interval dan metode kontinyu kelangsungan hidup 100%.
tidak berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup benih ikan nila. Hal Jumlah Konsumsi Pakan
tersebut menunjukkan bahwa penaikan Menurut Fujaya (2004), ikan
salinitas secara langsung atau secara akan mengkonsumsi pakan hingga
bertahap (metode interval) dan secara memenuhi kebutuhan energinya,
terus menerus pada berbagai periode sebagian besar pakan digunakan untuk
(metode kontinyu) memberikan nilai proses metabolisme dan sisanya
kelangsungan hidup yang sama di hari ke digunakan untuk beraktifitas lain seperti
tujuh dan ke tiga belas. Hasil yang tidak pertumbuhan. Pada penelitian ini benih
berpengaruh pada kedua metode diduga ikan nila yang diaklimatisasi dan
karena kemampuan benih ikan nila dipelihara pada kedua metode penaikan

45
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

salinitas membutuhkan jumlah pakan 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt dan 20 ppt) selama
yang sama. Berdasarkan jumlah 40 hari memiliki tingkat konsumsi pakan
konsumsi pakan menunjukkan bahwa yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat stress ikan pada kedua metode ikan sudah beradaptasi dengan baik
tersebut adalah sama. Stress pada ikan sehingga jumlah konsumsi pakan ikan
dapat mempengaruhi jumlah pakan yang yang dipelihara pada salinitas normal (0
dikonsumsi, menurut Kadarini (2009), ppt) sama dengan jumlah konsumsi
rendahnya jumlah pakan yang pakan ikan yang dipelihara pada salinitas
dikonsumsi dikarenakan ikan mengalami tinggi.
stress atau daya tahan tubuh pada awal
penaikan salinitas sehingga nafsu pakan Pertumbuhan Berat
berkurang yang akhirnya jumlah pakan Effendie (1997), menyatakan
lebih rendah dan setelah penaikan bahwa secara sederhana pertumbuhan
salinitas dihentikan tingkat nafsu makan merupakan proses perubahan ukuran
tinggi, dalam hal ini disebabkan kondisi (panjang atau berat) dalam kurun waktu
ikan telah seimbang antara tubuh dan tertentu. Akan tetapi, pertumbuhan
lingkungannya. merupakan proses biologis yang
Sedangkan Lawson & Anetekhai komplek dimana banyak faktor yang
(2011), menyatakan bahwa adanya mempengaruhinya. Pada penelitian ini,
respon ikan nila terhadap pakan yang diperoleh bahwa metode interval dan
diberikan, menunjukkan bahwa ikan metode kontinyu tidak memberikan
masih bisa mempertahankan atau pengaruh terhadap pertumbuhan berat
mengatur metabolisme tubuhnya dalam benih ikan nila. Selain itu, hasil uji t juga
media bersalinitas, sementara apabila menunjukkan tidak adanya pengaruh
nafsu makan rendah atau tidak merespon kedua metode terhadap pertumbuhan
pakan menunjukkan bahwa ikan sudah beratnya. Hal ini disebabkan karena
tidak mampu mempertahankan serta waktu yang digunakan untuk tumbuh
mengatur metabolisme tubuhnya atau oleh ikan terlalu pendek (13 hari),
berada di luar toleransi kemampuan sehingga perbedaan pertumbahan
metabolisme ikan. beratnya belum terlihat.
Pada hari ke tiga belas atau tujuh Pertumbuhan berat ikan yang
hari setelah penaikan salinitas, jumlah diperoleh selama tiga belas hari dari awal
pakan yang dikonsumsi tidak sama pada penaikan salinitas sampai pemeliharaan
kedua metode. Benih ikan nila pada (30 ppt) adalah 1,531 g untuk metode
metode interval mengkonsumsi jumlah interval dan 1,609 g untuk metode
pakan lebih banyak dari benih ikan nila kontinyu. Penelitian Setiawati &
pada metode kontinyu. Hal ini diduga Suprayudi (2003), menghasilkan laju
karena selama tujuh hari setelah pertumbuhan berat harian sebesar 2,74 %
penaikan salinitas, kondisi ikan yang untuk nila merah yang dipelihara pada
dipelihara pada salinitas 30 ppt masih salinitas 20 ppt selama 40 hari .
belum normal. Menurut Kordi (2008), Kondisi benih ikan nila pada
ikan nila yang dipindahkan dari air tawar media bersalinitas 30 ppt membutuhkan
ke air payau atau air laut dapat hidup lebih banyak energi untuk
normal pada minggu keempat atau bulan menyeimbangkan cairan dan garam
kedua setelah ikan diaklimatisasi. internal tubuhnya dari pada untuk
Setiawati & Suprayudi (2003), pertumbuhan berat badannya, sehingga
mengatakan bahwa ikan nila yang energi yang seharusnya digunakan untuk
dipelihara pada berbagai salinitas (0 ppt, tumbuh akan lebih banyak digunakan

46
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

untuk proses osmoregulasi. Seperti yang dengan padatnya ikan di dalam kolam.
disampaikan oleh Bestian (1996)), ikan Kotoran (feses) ikan adalah bahan
di air tawar mengalami kondisi organik dengan kandungan protein tinggi
kehilangan garam internal dan masuknya yang diuraikan menjadi polypeptida,
cairan eksternal ke dalam tubuh, asam-asam amino dan amonia (NH3)
sedangkan pada air laut ikan mengalami sebagai produk akhir yang terakumulasi
pemasukan garam eksternal ke dalam di dalam air, sehingga perbedaan dari
tubuh dan pengeluaran cairan internal jumlah amonia dalam air media akan
tubuh. Menurut Fujaya (2004), ikan akan berdampak juga pada parameter kualitas
mengkonsumsi pakan hingga akan air yang lainnya.
memenuhi kebutuhan energinya,
sebagian besar pakan digunakan untuk DAFTAR PUSTAKA
proses metabolisme dan sisanya
digunakan untuk beraktifitas lain seperti Bestian C. 1996. Kelangsungan Hidup
pertumbuhan. dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Kualitas air Merah (Oreochromis sp.) pada
Pengukuran parameter kualitas Kisaran Suhu Media 24±1oC
air (pH, suhu, DO, dan kekeruhan) yang dengan Salinitas yang Berbeda (0,
diperoleh setiap pengukuran 10, dan 20 o/oo). [Skripsi,
menunjukkan kisaran parameter yang unpublished]. Fakultas Perikanan
mendukung kelangsungan hidup benih Institut Pertanian Bogor. Bogor.
ikan nila. Kisaran nilai pH, suhu, dan DO Indonesia. Tahunnya beda
yang optimal bagi ikan nila masing-
Effendi I. 1997. Biologi Perikanan.
masing yaitu 7-9, 25-33oC, dan 5-8.
Yayasan Pustaka Nusantara.
Hasil pengukuran yang diperoleh selama
Yogyakarta.
pengamatan pada keempat parameter
yaitu pH, suhu, DO, dan kekeruhan
Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka
adalah 8,60-8,76; 26,38oC-27,88oC;
Cipta. Jakarta.
5,55-8,23, dan 1,91-4,20 NTU.
Kisaran nilai pada parameter pH, Kadarini T. 2009. Pengaruh Salinitas
suhu, dan kekeruhan masih berada pada dan Kalsium terhadap Sintasan
kisaran lingkungan hidup optimal bagi dan Pertumbuhan Benih Ikan
ikan nila. Adanya perbedaan nila Balashark (Blanthiocheilus
perameter pH, suhu, dan kekeruhan pada melanopterus). [Tesis Magister,
pengukuran kedua dan ketiga diduga unpublished]. Sekolah Pasca
karena jumlah ikan di dalam setiap Sarjana Institut Pertanian Bogor.
akuarium berbeda-beda dari jumlah Bogor. Indonesia.
sebelumnya. Sehingga jumlah kotoran
(feses) yang dihasilkan setiap akuarium Kordi K. 2008. Budidaya Perairan Buku
berbeda-beda sesuai jumlah ikannya, hal Kesatu. PT. Citra Aditya Bakti.
tersebut menyebabkan adanya perbedaan Bandung.
kualitas air. Menurut Kordi dan Tancung
(2007) semakin banyak jumlah ikan yang Kordi K. 2009. Budidaya Perairan Buku
ditebar dalam suatu kolam akan Kedua. PT. Citra Aditya Bakti.
mempercepat penurunan kualitas air, Bandung.
karena selain banyaknya sisa
metabolisme (berupa feses) ikan, jumlah
oksigen juga semakin menurun sejalan

47
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

Kordi K. 2010. Budidaya Ikan Nila di Technical Reports 14, 28p. Council
dalam Kolam Terpal. Lily for Agricultural Planing and
Publisher. Yogyakarta. Development, Taipei, Taiwan and
International Center for Living
Lawson E. O., Anetekhai M. A. 2011. Aquatic Resorce Management,
Salinity Tolerance and Preference Manila, Philipines.
of Hatchery Reared Nile Tilapia,
Oreochromis niloticus (Linneaus Wikipedia. 2011. Aklimatisasi.
1758). Asian Journal of http://id.wikipedia.org/wiki/Aklim
Agricultural Sciences 3 (2): 104- atisasi. [9 November 2011].
110.
Perschbacher P. W. 1992. A Review of
Seawater Acclimation Procedures
for Commercially Important
Euryhaline Tilapias. Asian
Fisheries Science 5 (1992): 241-
248.
Sahidir. 2010. Pengaruh Perbedaan
Salinitas terhadap Pertumbuhan
Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.).
http://artaquaculture.blogspot.com
/2010/09 pengaruh-perbedaan-
salinitas-terhadap. html. [10
September 2011].
Setyo Bambang P. 2006. Efek
Konsentrasi Kromium (Cr+3) dan
Salinitas Berbeda terhadap
Efisiensi Pemanfaatan Pakan
untuk Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus ). [ Tesis
Magister, unpublished]. Sekolah
Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro. Semarang. Indonesia.
Setiawati M., Suprayudi M.A. 2003.
Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)
yang Dipelihara pada Media
Bersalinitas. Jurnal Akuakultur
Indonesia. 2(1): 27-30.
Watanabe W.O., Ming Kuo C., Chan
Huang M. 1984. Experimental
Rearing ot Nile Tilapia Fry
(Oreochromis niloticus) for
Saltwater Culture. ICLARM

48
Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai