Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No.

2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN UDANG VANAME
(Litopanaeus vannamei) PADA SALINITAS 0 PPT DENGAN METODE AKLIMATISASI
BERTINGKAT MENGGUNAKAN KALSIUM CaCo3

SURVIVAL RATE AND GROWTH OF SHIRMP VANAME (Litopanaeus vannamei) AT


SALINITY 0 PPT WITH MULTILEVEL ACCLIMATIZATION METHOD USING
CALSIUM CaCo3

Nurhasanah1*), Muhammad Junaidi1), Fariq Azhar1)


1)
Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83115 Nusa Tenggara Barat
*)
alamat korespondensi: nurhasanah370430@gmail.com

Abstrak

Pada budidaya udang, kegiatan produksi yang tinggi dapat menimbulkan masalah
kualitas air yang cukup serius. Salah satu cara yang dapat dilakaukan adalah dengan
pengalihan wadah budidaya dengan metode penurunan salinitas ke 0 ppt dengan penambahan
kalsium (CaCO3) sebagai user penyeimbang kehidupan udang yang dibudidayakan agar tetap
dapat bertahan hidup. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa tingkat kelangsungan
hidup dan pertumbuhan udang vaname (Litopanaeus vannamei) yang dipelihara pada
salinitas 0 ppt dengan metode aklimatisasi bertingkat menggunakan kapur (CaCo 3). Penelitian
ini dilakukan terdiri dari lima perlakuan, dan setiap perlakuan mempunyai 3 kali ulangan.
Dengan demikian pada penelitian ini terdapat 15 unit percobaan. Sebagai perlakuan adalah
perbedaan masa aklimatisasi penurunan salinitas sebagai berikut: Perlakuan 1: Tanpa
penurunan salinitas (30 ppt). Perlakuan 2: Aklimatisasi selama 2 hari (30 ppt, 0 ppt)
menggunakan calcium. Perlakuan 3: Aklimatisasi selama 3 hari (30 ppt, 15 ppt, 0 ppt)
menggunakan calcium. Perlakuan 4: Aklimatisasi selama 4 hari (30 ppt, 20 ppt, 10 ppt, 0 ppt)
menggunakan calcium. Perlakuan 5: Aklimatisasi selama 5 hari (30 ppt, 23 ppt, 15 ppt, 8 ppt,
0 ppt) menggunakan calcium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang yang di
aklimatisasi bertingkat dengan menggunakan kapur (CaCO3) menghasilkan pertumbuhan
berat mutlak yaitu kisaran 0,45-0,72 gram, pertumbuhan panjang mutlak yaitu kisaran 3,03-
3,81 cm, nilai FCR yaitu kisaran 0,89-1,85 dan tingkat kelangsungan hidup yaitu kisaran
74,67-100%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penurunan salinitas dengan metode
aklimatisasi bertingkat dengan menggunakan kapur (CaCO3) tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan berat mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, rasio konversi pakan,
tingkat kelangsungan hidup.
Kata kunci: udang vaname, salinitas rendah, aklimatisasi bertingkat, kalsium (CaCO3)
Abstract

In shrimp cultivation, high production activities can cause serious water quality
problems. One way that can be done is by transferring cultivation containers with a method of
decreasing salinity to 0 ppt with the addition of calcium (CaCO3) as a user balancing the life
of cultivated shrimp in order to survive. The purpose of the study was to analyze the survival
rate and growth of vaname shrimp (Litopanaeus vannamei) maintained at salinity 0 ppt with
multilevel acclimatization method using lime (CaCo3). This study consisted of five
treatments, and each treatment had 3 repeats. Thus in this study there were 15 experimental
units. As treatment is the difference in acclimatization period decreases salinity as follows:

166
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
Treatment 1: No decrease in salinity (30 ppt). Treatment 2: Acclimatization for 2 days (30
ppt, 0 ppt) using calcium. Treatment 3: Acclimatization for 3 days (30 ppt, 15 ppt, 0 ppt)
using calcium. Treatment 4: Acclimatization for 4 days (30 ppt, 20 ppt, 10 ppt, 0 ppt) using
calcium. Treatment 5: Acclimatization for 5 days (30 ppt, 23 ppt, 15 ppt, 8 ppt, 0 ppt) using
calcium. The results showed that shrimp acclimatized with tiered use of lime (CaCO3)
resulted in absolute weight growth which is a range of 0.45-0.72 grams, absolute long growth
which is a range of 3.03-3.81 cm, FCR values that are 0.89-1.85 and survival rates that are
74.67-100%. The conclusion of this study is that the decrease in salinity with the stratified
acclimatization method using lime (CaCO3) had no real effect on absolute weight growth,
absolute length growth, feed conversion rate, survival rate.
Keywords: shrimp vaname, low salinity, graded acclimatization, calcium (CaCO3).

PENDAHULUAN membuat kualitas perairan memburuk


Udang merupakan salah satu (Nadif, 2016).
komoditas ekspor dari sub sektor Salah satu cara yang dapat
perikanan yang memiliki nilai ekonomis dilakaukan adalah dengan pengalihan
tinggi. Salah satu jenis udang yang wadah budidaya dengan metode
permintaannya cukup tinggi baik di penurunan salinitas ke 0 ppt dengan
dalam maupun luar negeri yaitu udang penambahan kalsium (CaCO3) sebagai
vaname (Litopenaeus vannamei). Udang user penyeimbang kehidupan udang
vaname merupakan salah satu komoditas yang dibudidayakan agar tetap dapat
perikanan yang memiliki nilai ekonomis bertahan hidup. Pertumbuhan pada
tinggi. Produktivitas dari komoditas ini golongan udang-udangan selalu
dapat mencapai lebih dari 13.600 kg/ha berkaitan dengan proses molting atau
dengan permintaan yang selalu pergantian eksoskeleton. Proses ganti
meningkat di kalangan masyarakat kulit merupakan adaptasi ukuran tubuh
(Ghufron et al., 2014). udang terhadap pertambahan ukuran
Pada budidaya udang, kegiatan tubuhnya (Wickins dan Lee 2002 dalam
produksi yang tinggi dapat Rachmini et al., 2016). Eksoskeleton
menimbulkan masalah kualitas air yang yang menjadi cangkang udang ini
cukup serius, baik karena tersusun dari bahan-bahan yang
ketidaksesuaian lahan maupun karena sebagian besar merupakan kalsium,
usaha petambak yang terus mengenjot karena proses pembentukan
produksi tanpa memikirkan daya dukung eksoskeleton berlangsung udang akan
lingkungan. Adanya timbunan bahan membutuhkan kalsium dalam jumlah
organik dari sisa pakan, dan ekskresi yang lebih banyak.
yang mengendap di dasar dambak Tujuan dari penelitian adalah untuk
memicu penurunan daya dukung menganalisa tingkat kelangsungan hidup
tambak, khususnya alga blooming yang dan pertumbuhan udang vaname
menyebabkan deplesi oksigen dan (Litopanaeus vannamei) yang dipelihara
keracunan pada udang. Akibatnya pada salinitas 0 ppt dengan metode
timbul masalah pada budidaya udang aklimatisasi bertingkat menggunakan
vaname yaitu adanya serangan penyakit kalsium (CaCo3).
disebabkan karena meningkatnya BOD
(Biologycal Oxygen Demand) dan METODE PENELITIAN
protein dari sisa pakan yang akan Penelitian dilaksanakan pada bulan
meningkatkan kadar amoniak yang 24 Maret sampai 14 April 2021
bertempat di Laboratorium Budidaya

167
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
Perairan, Fakultas Pertanian Universitas V1 x N1 = V2 x N2 (1)
Mataram.Rancangan Penelitian yang Keterangan:V1 : Volume yang
digunakan adalah Rancangan Acak ditambahkan (liter)
Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima N1 : Salinitas awal (ppt)
perlakuan, dan setiap perlakuan V2 : Volume awal (liter)
mempunyai 3 kali ulangan. Dengan N2 :Salinitas yang
demikian pada penelitian ini terdapat 15 diinginkan (ppt)
unit percobaan. Setiap kontener diisi
dengan 25 L, dan dilengkapi dengan satu Kelangsungan hidup ikan dihitung
batu aerasi. Hewan uji yang digunakan menggunakan rumus Goddard (1996)
adalah larva udang vaname PL 11 yang dalamEffendieet al (1978), sebagai
ditebar dengan kepadatan 25 berikut:
ekor/kontener. Selama pemeliharaan 21 𝑁𝑡
hari, hewan uji diberi pakan dengan 𝑆𝑅 = 𝑁𝑜×100% (2)
pakan komersial 6% dari biomassa
hewan uji. Sebagai perlakuan adalah Keterangan:
perbedaan masa aklimatisasi penurunan SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
salinitas sebagai berikut: Nt = Jumlah udang yang hidup pada
Perlakuan 1: Tanpa penurunan salinitas akhir pemeliharaan (ekor)
(30 ppt) No = Jumlah udang pada awal
Perlakuan 2: Aklimatisasi selama 2 hari penebaran (ekor)
(30 ppt, 0 ppt)
menggunakan calcium Untuk mengetahui bobot mutlak udang
Perlakuan 3: Aklimatisasi selama 3 hari vaname pada awal pemeliharaan dan
(30 ppt, 15 ppt, 0 ppt) akhir pemeliharaan dapat dihitung
menggunakan calcium menggunakan rumus Weatherley (1972)
Perlakuan 4: Aklimatisasi selama 4 hari dalam Dewantoro (2001) dalam Restari
(30 ppt, 20 ppt, 10 ppt, 0 (2019), dan panjang mutlak udang
ppt) menggunakan vaname pada awal pemeliharaan dan
calcium akhir pemeliharaan dapat dihitung
Perlakuan 5: 8 hari penurunan salinitas menggunakan rumus Effendie (1979)
(30 ppt, 26 ppt, 23 ppt, 19 dalam Restari (2019):
ppt, 15 ppt, 11 ppt, 8 ppt,
4 ppt, 0 ppt) Wm = Wt –Wo (3)
Analisis data dilakukan dalam Keterangan :
penelitian ini meliputi tingkat
kelangsungan hidup (SR), pertumbuhan Wm = Pertumbuhan berat mutlak
berat dan panjang, kualitas air, tingkat (gram)
konsumsi oksigen (TKO) dan rasio Wt = Berat rata-rata di akhir
konversi pakan (FCR). Data yang penelitian (gram)
diperoleh dianalisis menggunakan Wo = Berat rata-rata di awal penelitian
Analysis of Variance (ANOVA) pada (gram)
taraf kepercayaan 95% melalui program
Pm = lt – Lo (4)
SPSS untuk mengetahui adanya
pengaruh yang signifikan dari perlakuan Pm = Pertumbuhan panjang mutlak
yang diberikan. Penurunan salinitas (cm)
dengan menggunakan kalsium dilakukan Lt = Panjang rata-rata akhir
dengan cara menghitung dengan penelitian (cm)
menggunakan rumus pengenceran.

168
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
Lo = Panjang rata-rata awal penelitian Pertumbuhan berat mutlak
(cm) Berdasarkan hasil uji analisys of
Menururt Effendie (2002) dalam Sari et variance (ANNOVA) menunjukkan
al. (2017), rasio konversi pakan atau bahwa penambahan kalsium pada wadah
food convertion ratio (FCR) dihitung budidaya udang vaname menunjukkan
berdasarkan rumus sebagai berikut hasil yang signifikan atau berbeda nyata
F (P>0,05) terhadap pertumbuhan berat
:FCR = (𝑊𝑡+𝐷)−𝑊𝑜 (5)
mutlak. Perlakuan P1 tidak berbeda
Keterangan : nyata dengan P2, P3 dan P5 tetapi
FCR = Rasio konversi pakan berbeda nyata dengan P4.P2 tidak
F = Berat pakan yang dimakan berbeda nyata dengan P3 dan P5.
(gram) Didapatkan hasil pertumbuhan berat
Wt = Biomassa hewan uji pada akhir mutlak pada perlakuan P1 sebesar 0,45
pemeliharaan(gram) gram, perlakuan P2 sebesar 0,54 gram,
D = Bobot ikan mati (gram) perlakuan P3 sebesar 0.64 gram,
Wo = Biomassa hewan uji pada awal perlakuan P4 sebesar 0,72 gram
pemeliharaan (gram) sedangkan pada perlakuan P5
pertumbuhan berat mutlak sebesar 0,59
Tingkat konsumsi oksigen dihitung gram. Hasil pengamatan berat mutlak
berdasarkan rumus Pavlovskii (1964) udang vaname yang diberi perlakuan
dalam Budiardi et al (2005); penurunan salinitas menggunakan
kalsium selama pemeliharaan dapat
t1 = (([O2]0-[O2]1×V0)/(W1))/(t1-t0) dilihat pada gambar 1.
(6)
tn= (([O2]tn-1-[O2]n×Vn-1)/(Wn))/(tn-
tn-1)

Keterangan :
[O2]0 = konsentrasi O2 pada saat t0
[O2]n = konsentrasi O2 pada saat tn
V0 = volume air pada saat t0
Vn-1 = volume air pada saat tn-1
Wn = bobot udang pada saat tn Gambar 1. Pertumbuhan berat mutlak
t0 = waktu pada jam ke-0 (awal)
t1 = waktu pada jam ke-1 (akhir) Pertumbuhan panjang mutlak
tn = waktu pada jam ke-n (n=1, 2, Berdasarkan hasil uji analisya of
3,...,6) variance (ANNOVA) menunjukkan
tn-1 = waktu pada jam ke-n-1 (n=1, 2, bahwa penambahan kalsium pada wadah
3,...6) budidaya udang vaname menunjukkan
hasil yang signifikan atau berbeda nyata
Kadar kalsium dalam media dapat (P>0,05) terhadap pertumbuhan panjang
dihitung dengan menggunakan rumus: mutlak udang vaname. P1 tidak berbeda
nyata dengan P2 dan P5 tetapi berbeda
Kesadahan Ca + + = nyata dengan P3 dan P4.P3 tidak
ml titran x m titran x 100,1 x 1000
(7) berebeda nyata dengan P2, P4 dan P5.P4
ml sampel
tidak berbeda nyata dengan P3 dan P5
tetapi berbeda nyata dengan P1 dan P2.
Didapatkan hasil pertumbuhan panjang
mutlak pada perlakuan P1 sebesar 3,03
HASIL

169
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
cm, perlakuan P2 sebesar 3,16 cm,
perlakuan P3 sebesar 3,75 gram,
perlakuan P4 sebesar 3,81 cm,
sedangkan pada perlakuan P5
pertumbuhan panjang mutlak sebesar
3,48 cm. Hasil pengamatan panjang
mutlak udang vaname yang diberi
perlakuan penurunan salinitas
menggunakan kalsium selama
pemeliharaan dapat dilihat pada gambar Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup
2.
Rasio Konversi Pakan
Berdasarkan hasil uji analisya of
variance (ANNOVA) menunjukkan
bahwa penambahan kalsium pada wadah
budidaya udang vaname menunjukkan
hasil yang signifikan atau berbeda nyata
(P>0,05) terhadap FCR udang vaname.
Perlakuan P1 berbeda nyata dengan P2,
P3, P4, dan P5 sedangkan perlakuan P2,
Gambar 2. Pertumbuhan panjang mutlak P3, P4, dan P5 tidak berbeda nyata.
Didapatkan hasil pada perlakuan P1
Tingkat Kelangsungan Hidup didapatkan hasil FCR 1,85, perlakuan P2
Berdasarkan hasil uji analisya of adalah 1,21, perlakuan P3 adalah 1,21,
variance (ANNOVA) menunjukkan perlakuan P4 adalah 0,98 dan nilai FCR
bahwa penambahan kalsium pada wadah pada perlakuan P5 adalah 0,89. Rasio
budidaya udang vaname menunjukkan konversi pakan pada penelitian ini dapat
hasil yang signifikan atau berbeda nyata dilihat pada gambar 4.
(P>0,05) terhadap tingkat kelangsungan
hidup udang vaname. Perlakuan P1
tidakberbeda nyata dengan perlakuan P3
dan P4 tetapi berbeda nyata dengan
perlakuan P2 dan P5. Perlakuan P2 tidak
berbeda nyatadengan perlakuan P3 dan
P4 tetapi berbeda nyata dengan
perlakuanP1 dan P5. Perlakuan P5
berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Hasil pengamatan tingkat kelangsungan
hidup udang vaname yang diberi
perlakuan penurunan salinitas Gambar 4. Rasio konversi pakan
menggunakan kalsium selama
pemeliharaan dapat dilihat pada gambar Tingkat Konsumsi Oksigen
3. Nilai tingkat konsumsi oksigen
tertinggi pada penelitian ini ditunjukkan
pada perlakuan P4 dengan nilai 0,78 dan
nilai tingkat konsumsi oksigen terendah
ditunjukkan pada perlakuan P2 dengan
nilai 2,02. Hasil pengamatan tingkat
konsumsi oksigen udang vaname pada

170
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
No Parameter Hasil (kisaran) Literatur
masing-masing perlakuan selama 1 DO (oksigen terlarut) 6,3-7,3 mg/l (Pornomo, 1998) 3-7 mg/l
pemeliharaan dapat dilihat pada gambar Haliman dan Adijaya

5. (2005) dalam Abdul et al


(2016) 4-6 mg/l
2 pH (derajat keasaman) 7,6-8,3 Haliman dan Adijaya
(2005) dalam Abdul et al
(2016) 7-8,5
3 Suhu (temperatur) 28,7-29,9 oC Haliman dan Adijaya
(2005) dalam Aslamyah
(2011) 25–32oC
4 Salinitas 0-30 ppt Haliman dan Adijaya
(2005) dalam Abdul et al
(2016) 15-30 ppt

Pada penelitian ini berdasarkan hasil


pengukuran kisaran DO 6,3-7,3 mg/l.
Gambar 5. Tingkat Konsumsi oksigen Menurut Poernomo (1989), kandungan
oksigen terlarut dalam air yang
Nilai Total Kalsium mendukung kehidupan udang minimum
Nilai total kalsium yang tinggi pada 3 mg/l, sedangkan untuk pertumbuhan
penelitian ini ditunjukkan pada yang normal bagi udang yaitu 3–7 mg/l.
perlakuan P4 dengan kadar kalsium Pada penelitian ini pH diukur pada awal
dalam wadah pemeliharaan udang dan akhir penelitian dan hasil
sebesar 17,13, dan yang pengukuran pH berkisar pada nilai 7,6-
terendahdidapatkan pada perlakuan P1 8,3. Kisaran suhu pada penelitian ini
dengan kadar kalsium dalam wadah adalah 28,7-29,9 oC. Pada penelitian ini
pemeliharaan sebesar 8,8. Hasil salinitas di ukur 2 kali yaitu awal
pengamatan nilai kadar kalsium dapat penelitian dan akhir penelitian dan hasil
dilihat pada gambar 6. pengukuran menunjukkan kadar salinitas
air yang digunakan adalah 30 ppt
meskipun sesuai dengan perlakuan yaitu
diturunkan menjadi 0 ppt.
PEMBAHASAN
Pertumbuhan Berat Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak
merupakan pertumbuhan berat total
udang selama pemeliharaan dan
Gambar 6. Nilai total kalsium
dinyatakan dalam gram. Pertumbuhan
berat merupakan pertumbuhan bobot
Kualitas Air
udang yang menunjukkan penambahan
Adapun parameter kualitas air yang
ukuran udang semakin besar.
diamati adalah parameter DO, pH, suhu,
Pertumbuhan berat baik pada udang
dan salinitas. Pengukuran kualitas air
maupun pada makhluk hidup lainnya
dilakukan pada awal hingga akhir
dipengaruhi oleh sumber nutrisi (pakan)
pemeliharaan termasuk nilai optimum.
yang diserap, semakin baik sumber
Parameter kualitas air dapat dilihat pada
nutrisi yang diserap oleh udang maka
table 1.
pertumbuhan berat udang akan semakin
Table 1. Data pengukuran kualitas air
cepat. Wardiningsih (1999) dalam
Christine (2012) mengatakan bahwa ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan

171
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
dalam pemberian pakan salah satunya tidak baik untuk pertumbuhan udang
yaitu jenis pakan. karena dapat menghambat transfer
Ketidakberpengaruhnya penambahan kalsium dari lingkungan ke dalam tubuh
kalsium pada pertumbuhan berat mutlak udang. Pernyataan tersebut sesuai
udang pada penelitian ini karena fungsi dengan pernyataan Adegboye (1981)
dari kalsium merupakan fungsi dalam Taqwa et al. (2014), bahwa kadar
pengerasankulit atau eksoskeleton udang kalsium media yang rendah akan
pada saat berlangsungnya proses menyulitkan udang untuk pembentukan
molting sehingga pembentukan kulit cangkang, akan tetapi kadar kalsium
udang pada saat prosesmolting cepat yang terlalu tinggi juga menyulitkan
mengeras sehingga penambahan kalsium proses homeostatis ion kalsium. Di sisi
pada media air budidaya udang lebih lain, bila kadar kalsium terlalu tinggi
cenderung ke pada proses pengerasan maka dapat menghambat transfer
kulit, walaupun penambahan kalsium kalsium dari lingkungan ke dalam tubuh
memberikan pertambahan bobot pada udang (Cameron, 1985 dalam Taqwa et
udang tetapi pertambahan yang sangat al., 2014).
sedikit. Teknik adaptasi diperlukan
untuk menekan mortalitas dengan Tingkat Kelangsungan Hidup
perbaikan karakteristik lingkungan Tingkat kelangsungan hidup udang
media adaptasi, salah satunya melalui berkaiatan erat dengan tingkat molting
penambahan mineral kalsium. Mineral udang dan tingkat kanibalisme udang.
kalsium digunakan karena kalsium Persentase tingkat molting yang tinggi
berperan dalam pembentukan memberikan tingkat kelangsungan hidup
eksoskeleton pada udang dan yang tinggi pula sedangkan pada tingkat
mempercepat proses pergantian kulit kanibalisme udang, semakin rendah
udang. Pada masa pemeliharaan larva tingkat kanibalisme udang maka
udang galah, kalsium juga berperan semakin tinggi tingkat kelangsungan
dalam proses osmoregulasi (Abidin, hidup. Tingkat kanibalisme udang
2011) dalam (Taqwa et al., 2014). dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
tersedia di dalam wadah budidaya
Pertumbuhan Panjang Mutlak udang, namun yang perlu diwaspadai
Tingginya perlakuan P4 penambahan adalah saat keadaan udang cukup lapar
kalsium dibandingkan dengan perlakuan mereka bisa menjadi kanibal pada
P1 (kontrol) dikarenakan kalsium sesama, bahkan udang dewasa yang
berperan penting dalam pembentukan sedang proses ganti cangkang dimakan
karapaks pada udang sebagai organ juga. Maka untuk menghindari
pembungkus tubuh udang. Stuktur awal kanibalisme, pada tempat budidaya
kulit udang untuk bertambah panjang udang diberi makanan supaya sifat
dipengaruhi oleh keberadaan kalsium kanibalismenya dapat dikendalikan. Hal
pada media hidup udang yang tercukupi ini sesuai pendapat (Abdul et al., 2016)
serta jumlahnya yang tepat (tidak kurang tingginya tingkat kelangsungan hidup
dan tidak terlalu banyak). Jika jumlah diduga karena pakan yang diberikan
kalsium pada media pemeliharaan udang dapat dimanfaatkan dengan baik,
rendah maka proses pembentukan dan kebutuhanudang akan terpenuhi
pengerasan karapaks atau kulit pada sehingga udang tidak lapar dan tidak
udang akan lama dan dapat terganggu, kanibal. Sedangkan tingkat moulting
sehingga mempengaruhi panjang tubuh dipengaruhi oleh jumlah total kalsium
udang. Jika jumlah kalsium terlalu yang tersedia pada wadah sebagai
banyak dalam media budidaya maka pengerasan kulit atau karapaks pada
udang. Kematian udang juga disebabkan

172
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
aktivitas moulting untuk pertumbuhan, Rasio konversi pakan adalah nilai
pada saat ketahanan tubuh udang akan yang menunjukkan banyaknya jumlah
melemah dan nafsu makan akan pakan yang terkonversi menjadi daging.
menurun sehingga udang akan lebih Nilai konversi pakan yang baik
sering berdiam didasar bak, dan pada menunjukkan nilai yang sangat rendah
saat ini dapat menyebabkan kanibalisme dari setiap perlakuan. Semakin rendah
pada udang yang sehat sehingga dapat nilai konversi pakan maka semakin
menimbulkan kematian. Saat terjadi bagus kualitas dan kuantitas pakan yang
pergantian kulit (moulting) tubuh larva digunakan. Nilai konversi pakan yang
udang menjadi lunak karena tidak rendah akan meningkatkan efisiensi
memiliki pelindung sehingga mudah penyerapan pakan oleh udang
diserang oleh udang yang lain. Hal ini (Primavera, 1989 dalam Ariadi et al.
sesuai pendapat (Yoga et al., 2016) 2020). Sehingga, kandungan nutrisi pada
penggunaan pelindung (shelter) yang pakan dapat termanfaatkan secara
tepat pada wadah budidaya dapat efisien serta laju pertumbuhan udang
melindungi udang yang lemah saat dapat berjalan stabil (Samadan et al.,
terjadi moulting. 2018 dalam Ariadi et al. 2020). Salah
Tingginya tingkat kelangsungan satu cara untuk menjaga supaya nilai
hidup pada perlakuan P1 (kontrol 100% konversi pakan udang efektif atau tidak
air laut) dipengaruhi oleh media tinggi adalah dengan menjaga stabilitas
budidaya yaitu air laut. Seperti yang parameter kualitas air sebagai indikator
diketahui air laut merupakan media asal lingkungan tempat tinggal udang.
udang sebagai tempat hidup sebenarnya Pemberian pakan tepat terkendali
di alam. Media hidup yang baik akan menyebabkan pakan tidak banyak tersisa
menunjang kehidupan udang yang baik sehingga kualitas air tetap layak bagi
pula karena seluruh fungsi fisiologis kehidupan udang. Kualitas air yang baik
udang tidak ada yang terganggu akibat menyebabkan laju mortalitas rendah
dari lingkungan yang baik, sehingga sehingga sintasan menjadi tinggi.
udang hidup seperti layaknya hidup pada Dengan laju pertumbuhan udang yang
tempat alaminya. Rendahnya nilai tinggi dan sintasan yang tinggi
tingkat kelangsungan hidup pada dihasilkan produksi yang tinggi pula
perlakuan P5 dipengaruhi oleh pola (Budiardi, 2008).
penurunan salinitas pada awal Nilai FCR yang rendah memberikan
pemeliharaan yang bertahap setiap dampak yang baik terhadap kualitas air
harinya sehingga menyebabkan udang dilingkungan budidaya, karena
menjadi stres dan mati akibat dari setiap rendahnya nilai FCR akan semakin
hari harus meyesuaikan diri dengan sedikit limbah sisa pakan yang terbuang.
penurunun salinitas baru dalam jangka Pemberian pakan selama pemeliharaan
waktu yang lama dibandingkan dengan yaitu 3 kali sehari. Hal ini sesuai
jangak waktu perlakuan lain. Hal ini pendapat Loyd (1987) dalam Irawati et
sesuai dengan pendapat (Liu et al., 2006 al., (2020) frekuensi pemberian pakan
dalam Faisal et al., 2018) penyesuaian sebanyak 2 kali dan 4 kali lebih efektif
terhadap salinitas rendah yang terus digunakan dibandingkan pemberian
menerus juga dapat menyebabkan pakan 6 kali karena disebabkan kadar
hilangnya kemamuan self-adaptive protein yang diberikan dapat
setelah lama mengalami stress salinitas. dimanfaatkan dan dicerna dengan baik
oleh udang vename. Menurut (Bascinar
Rasio Konversi Pakan et al., 2007 dalam Irawati et al., 2020)
menunjukan pemberian pakan dengan

173
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
frekuensi yang optimal dapat dalam Hidayat (2013), bahwa faktor-
meningkatkan pertumbuhan. Dijelaskan faktor yang memengaruhi laju konsumsi
pula bahwa pakan yang dikonsumsi oksigen udang yakni faktor eksternal
udang secara normal akan diperoleh dan faktor internal. Faktor eksternal
selama 3-4 jam setelah pakan tersebut yang mempengaruhi laju konsumsi
dikonsumsi. Tidak semua pakanyang oksigen adalah konsentrasi oksigen
dikonsumsi udang dapat diserap oleh terlarut, suhu, cahaya, status makan
tubuh melainkan sebagian akan dibuang (sebelum atau sesudah makan), dan
dalam bentuk feses. karbondioksida, sedangkan
faktorinternal adalah spesies, ukuran
Tingkat Konsumsi Oksigen stadia, aktivitas, jenis kelamin, saat
Tingkat konsumsi oksigen reproduksi, dan moulting.
mengambarkan pemanfaatan oksigen
oleh udang pada wadah pemeliharaan Nilai Total Kalsium
untuk kegiatan fisologis udang selama Nilai kalsium yang terlalu tinggi
udang hidup. Tingkat konsumsi oksigen tidak baik untuk kehidupan udang dan
yang dipelihara berbeda-beda tergantung sebaliknya, nilai kalsium yang terlalu
dari ukuran dan kondisi udang yang rendah juga tidak baik karena
dipelihara. Oksigen terlarut merupakan memperlambat proses molting pada
parameter kualitas air yang secara udang. Nilai total kalsium yang tinggi
langsung berperan dalam proses memeberikan respon pertumbuhan yang
metabolisme biota air. Ketersediaan baik untuk udang, dikarenakan fungsi
oksigen terlarut dalam air media kalsium sendiri sebagai user untuk
seringkali menjadi faktor pembatas memepercepat proses molting pada
(Critical factor) bagi kehidupan biota udang sehingga proses molting cepat
air.Yamasaki et al. (1988) dalam dan udang dapat hidup dengan baik.
Hidayat (2013) menyatakan bahwa Nilai kadar kalsium yang rendah tidak
tingkat kepadatan penebaran udang baik untuk udang dikarenakan kalsium
ditentukan oleh tingkat ketersediaan berperan pada pengerasan cangkang,
oksigen terlarut dan tingkat kebutuhan jika nilai total kalsium rendah maka
oksigen bagi udang.Dengan mengetahui proses pengerasan akan lama. Jika nilai
ketersediaan oksigen terlarut dalam air kadar kalsium didalam media budidaya
dan kebutuhan oksigen bagi kepentingan terlalu tinggi juga akan menggangu
respirasi udang vaname dari habitat proses transfer kalsium dari air ke tubuh
lingkungannya, maka dapat udang. Mineral kalsium digunakan
diperhitungkan daya dukung perairan karena kalsium berperan dalam
budidaya.Laju konsumsi oksigen dalam pembentukan eksoskeleton pada udang
tubuh biotadi pengaruhi oleh banyak dan mempercepat proses pergantian
faktor, yaitu factor-faktor lingkungan kulit udang. Pada masa pemeliharaan
luar dan faktor-faktor dalam biota. Tidak larva udang galah, kalsium juga
semua biota sejenis dipengaruhi dengan berperan dalam proses osmoregulasi
cara yang sama. (Abidin, 2011 dalam Taqwa, 2014).
Kebutuhan udang akan oksigen Kaligis et al. (2009) dalam Taqwa
berbeda-beda, bergantung kepada (2014) menyatakan jika penambahan
spesies, ukuran stadia, aktivitas, jenis kalsium melebihi batas optimum, nilai
kelamin, saat reproduksi, tingkat osmolaritas media akan naik sesuai
konsumsi pakan, suhu, dan konsentrasi dengan kelarutan kalsium yang tinggi di
oksigen terlarut. Hal ini sejalan dengan media sehingga terjadi selisih yang besar
pendapat Venberg & Venberg (1972)

174
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
antara osmolaritas tubuh dan osmolaritas mg/l) dapat menyebabkan pertumbuhan
media. lambat, nafsu makan turun, kondisi
udang lemah bahkan dapat
Kualitas Air menyebabkan kematian dan merangsang
Oksigen terlarut dalam suatu pertumbuhan bakteri anaerob didasar
perairan mutlak dibutuhkan oleh kolam (Boyd, 1990 dalam Supono,
organisme air, namun untuk setiap 2018). Tingginya kepadatan tebar dan
spesies mempunyai kisaran optimal pemberian pakan dapat menyebabkan
untuk menunjang kehidupan. Oksigen turunnya konsentrasi oksigen terlarut
diperlukan untuk membakar zat-zat dalam air. Sisa pakan dan sisa hasil
makanan yang dikonsumsi udang dan metabolisme mengakibatkan tingginya
diserap tubuh atau diuraikan menjadi kebutuhan oksigen untuk
energi. Kadar oksigen terlarut yang baik menguraikannya (Zonneveld et al, 1991
berkisar 4-6 ppm, nilai tersebut dalam Supono, 2018).
menunjukan bahwa kandungan oksigen pH atau sering disebut derajat
yang terdapat pada media pemeliharaan keasaman adalah kondisi suatu perairan
masih optimal dan cukup baik dalam yang bersifat asam, basa dan netral.
mendukung pertumbuhan udang Pada penelitian ini pH diukur pada awal
vanamei (Haliman dan Adijaya, 2005 dan akhir penelitian dan hasil
dalam Abdul et al., 2016). pengukuran pH berkisar pada nilai 7,6-
DO atau oksigen terlarut adalah 8,3. Nilai pH tersebut berada pada
kondisi suatu lingkungan perairan yang kisaran yang sangat baik untuk
mengambarkan keadaan suatu perairan pertumbuhan udang vanama. Menurut
yang kaya atau miskin akan oksigen. Haliman dan Adijaya (2005) dalam
Oksigen terlarut merupakan salah satu Abdul et al (2016), kisaran pH optimal
faktor pembatas dan faktor utama yang untuk pertumbuhan udang adalah 7-8,5.
harus selalu tersuplai kedalam media Konsentrasi pH air akan berpengaruh
pemeliharaan udang vaname, karena terhadap nafsu makan udang. Selain itu
peran oksigen terlarut yang sangat pH yang berada di bawah kisaran
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup toleransi akan menyebabkan
udang yang dibudidayakan. Nilai DO terganggunya proses moulting sehingga
cenderung lebih rendah pada pagi hari kulit menjadi lembek serta kelangsungan
dibandingkan siang dan sore hari. Hal hidup menjadi rendah. Hal ini sesuai
ini dikarenakan pada siang hari adanya dengan pendapat Chakravarty (2016)
aktivitas fotosintesis dari fitoplankton dalam Supriatna (2020) pada pH
yang menghasilkan oksigen. Keadaan perairan yang terlalu rendah atau terlalu
sebaliknya pada malam hari fitoplankton tinggi dapat menyebabkan stress pada
tidak berfotosintesis dan berkompetisi udang dan lembeknya kulit udang dan
dengan udang dalam mengkonsumsi rendahnya kelangsungan hidup udang.
oksigen. Oksigen terlarut yang rendah Nilai pH air dipengaruhi oleh
mengakibatkan dampak langsung bagi konsentrasi CO2 pada siang hari karena
udang maupun menyebabkan terjadi fotosintesa maka konsentrasi CO2
meningkatnya senyawa beracun menurun sehingga pH airnya meningkat,
ditambak, tindakan yang bisa dilakukan sebaliknya pada malam hari seluruh
yaitu mengaplikasikan kapur untuk organism dalam air melepaskan CO2
mengikat karbondioksida untuk hasil respirasi sehingga pH air menurun
mengurangi efek oksigen rendah (Supriatna, 2020).
terhadap udang maupun ikan (Supono, Suhu atau temperatur suatu perairan
2018). Oksigen terlarut yang rendah (<4 adalah gambar kondisi panas dinginnya

175
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
suatu perairan sebagai media hidup kisaran salinitas 0-50 ppt (Pillay, 1993
udang. Suhu air merupakan salah satu dalam Muhammad, 2012). Salinitas
faktor dalam kehidupan udang di berperan dalam proses osmoregulasi
tambak. Suhu air sangat berkaitan udang dan juga proses moulting. Pada
dengan konsentrasi oksigen di dalam air salinitas terlalu tinggi, pertumbuhan
dan laju konsumsi oksigen hewan air udang terganggu karena proses
(Tarsim, 2000). Suhu yang rendah dapat osmoregulasinya terganggu. Pengaturan
menyebabkan rendahnya laju konsumsi osmoregulasi mempengaruhi
pakan pada udang, sedangkan suhu yang metabolisme tubuh udang dalam
tinggi menyebabkan tingkat konsumsi menghasilkan energi. Pada lingkungan
pakan menjadi berhenti. Kisaran suhu hiperosmotik, udang akan cenderung
pada penelitian ini adalah 28,7-29,9 oC. meminum air lebih banyak kemudian
Kisaran suhu pada penelitian ini sesuai insang dan permukaan tubuh membuang
dengan hasil pengukuran yang dilakukan natrium klorida. Sedangkan salinitas
adalah kisaran suhu yang terbilang suhu yang rendah (hipoosmotik) udang akan
normal atau kisaran suhu yang menyeimbangkan perolehan air dengan
diperuntuhkan untuk kehidupan udang mengeksresikan banyak urin. Mortalitas
vaname. Kisaran suhu tersebut udang yang tinggi juga dapat disebabkan
merupakan kisaran yang optimal bagi karena adanya perubahan salinitas
pertumbuhan udang vannamei. Haliman secara cepat (Chakravarty, 2016 dalam
dan Adijaya (2005) dalam Aslamyah Supriatna, 2020).
(2011) mengemukakan bahwa suhu
yang optimal untuk pertumbuhan udang KESIMPULAN
vannamei berkisar dari 25–32oC. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Salinitas atau biasa disebut kadar disimpulkan bahwa penurunan salinitas
garam dalam air adalah salah satu dengan metode aklimatisasi bertingkat
kualitas air yang penting diukur untuk dengan menggunakan kapur (CaCO3)
mengetahui kadarnya dalam air tidak berpengaruh nyata terhadap
pemeliharaan udang vaname. Salinitas pertumbuhan berat mutlak, pertumbuhan
mempengaruhi sistem osmotik udang panjang mutlak, rasio konversi pakan,
sehingga kadarnya diperairan harus tingkat kelangsungan hidup.
sesuai yang diperuntukkan atau sesuai Pertumbuhan berat mutlak yaitu kisaran
dengan daya dukung kehidupan udang. 0,45-0,72 gram, pertumbuhan panjang
Pada penelitian ini salinitas di ukur 2 mutlak yaitu kisaran 3,03-3,81 cm, nilai
kali yaitu awal penelitian dan akhir FCR yaitu kisaran 0,89-1,85 dan tingkat
penelitian dan hasil pengukuran kelangsungan hidup yaitu kisaran 74,67-
menunjukkan kadar salinitas air yang 100%.
digunakan adalah 30 ppt meskipun DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan perlakuan yaitu
diturunkan menjadi 0 ppt. Udang Abdul, H.S., Abdul, M. Andi, S. (2016).
vaname memiliki toleransi salinitas yang Optimasi Pemberian Skeletonema
lebar. Meskipun udang menyukai Costatum Yang Dipupuk Cairan
salinitas yang tidak terlalu tinggi. Romen Dengan Kepadatan Yang
Menurut Haliman dan Adijaya (2005) Berbeda Terhadap Sintasan Larva
dalam Abdul et al (2016) kisaran Udang Vennamei (Litopanaeus
salinitas optimal untuk udang berkisar Vannamei) Stadia Zoea Sampai
antara 15-30 ppt. udang vaname Mysis. Jurnal Ilmu Perikanan,
memiliki sifat euryhaline yang tinggi 5(1).
dimana mampu bertahan hidup pada

176
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 166-177
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.241
Aslamyah, S. (2011). Kualitas Teknologi. Universitas Airlangga.
Lingkungan dan Aktivitas Enzim Surabaya.
Pencernaan Udang Vannamei Rachmini., Eka I. R., Didin A. P. (2016).
(Litopanaeus vannamei) pada Pengaruh penambahan kapur tohor
Berbagai Konsentrasi Probiotik (cao) pada media Budidaya
Bioremediasi-Bacillus sp.. Jurnal bersalinitas terhadap pertumbuhan
Fish Scientiae.1(2), 161-178. dan Kelangsungan hidup lobster
Budiardi, T., Chairul, M., Bambang, W., air tawar (cherax
Kardiyo, P., dan Dedy, S. (2008). quadricarinatus). Jurrnal Ruaya,
Tingkat Pemanfaatan Pakan Dan 4(1), 24-28.
Kelayakan Kualitas Air Serta Restari, A. R., Lia H., Nurhayati.
Estimasi Pertumbuhan Dan Penambahan kalsium tulang ikan
Produksi Udang Vaname kambing-kambing (Abalistes
(Litopenaeus Vannamei, Boone stellaris) pada pakan untuk
1931) Pada Sistem Intensif. Jurnal keberhasilan gastrolisasi udang
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan galah (Macrobrachium
Indonesia. 15(2), 109-116. rosenbergii).Jurnal Acta Aquatika:
Faisal, R.H., Indah, R., Ujang, S., Yudi, Aquatika Science Jurnal, 6 (2), 69-
N.I. (2018). Efek Cekaman 75.
Salinitas Rendah Perairan Supono.(2018). Manajemen Kualitas Air
Terhadap Kemampuan Adaptasi Untuk Budidaya Udang. Bandar
Udang Vename (Litopanaeus Lampung: CV. Anugrah Utama
vanname). Jurnal Perikanan dan Raharja.
Kelautan, 9 (2), 72-79. Supriatna, Mahmudi, M., Musa, M.,
Ghufron, M., Mirni, L., Putri, D. W. S., Kusriani.Hubungan pH Dengan
Hari, S. (2014). Teknik Parameter Kualitas Air Pada
Pembesaran Udang Vaname Tambak Intensif Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) Pada (Litopanaeus vannamei). Jurnal
Tambak pendampingan PT Central Of Fisheries And Marine, 4 (3),
Proteina Prima Tbk Di Desa 368-374.
Randutatah, Kecamatan Paiton, Taqwa, F. H., Ade, D.S., Khadiful, H.,
Probolinggo, Jawa Timur.Journal Eni K., Abdul, K.G. (2014).
of Aquaculture and Fish Health. 7 Penambahan kalsium pada air
(2), 70-77. rawa sebagai pengencer Salinitas
Irawati. Deslilna, A., Damaris, P. media pemeliharaan pascalarva
(2020). Kinerja Pertumbuhan Dan udang galah Terhadap sintasan,
Kelangsungan Hidup Udang tingkat kerja osmotik, dan
Vename (Litopaneus Vanname) Konsumsi oksigen. Jurnal Ris
Dengan Jenis dan Frekuensi Pakan Akuakultur, 9(2), 229-236.
Berbeda Dikeramba Jaring Yoga, I.P., Wardiyanto., Tarsim. (2016).
Apung.Jurnal Akuakultur, 4 (2), 1- Kelangsungan Hidup Dan
9. Perkembangan Larva Udang
Nadif, M. (2016).Pengaruh Pemberian Galah (Macrobrachium
Probiotik pada Pakan dalam rosenbergii) Asahan Pada
Berbagai Konsentrasi Terhadap Salinitas Berbeda.Jurnal Rekayasa
Pertumbuhan dan Mortalitas Dan Teknologi Budidaya
Udang Vaname (Litopanaeus Perairan, 5(1).
vannamei).Skripsi.Program Studi
S1 Biologi.Fakultas Sains dan

177

Anda mungkin juga menyukai