Anda di halaman 1dari 12

JURNAL

PENGARUH PENAMBAHAN PAPAIN DALAM PAKAN TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN UDANG VANNAMEI
(Litopenaeus vannamei) PADA SISTEM RESIRKULASI AKUAPONIK

OLEH

DESSY AMRIYANI

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
PENGARUH PENAMBAHAN PAPAIN DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN UDANG VANNAMEI
(Litopenaeus vannamei) PADA SISTEM RESIRKULASI AKUAPONIK

Oleh

Dessy Amriyani1), Niken Ayu Pamukas2), Iskandar Putra2)

E-mail: dessyamriyani@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis papain yang optimal
pada pakan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) pada sistem resirkulasi akuaponik. Wadah
penelitian yang digunakan berupa bak terpal berukuran 50 x 50 x 50 cm3
sebanyak 12 wadah dengan padat tebar udang 20 ekor / m3. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) satu
faktorial, empat perlakuan dan tiga kali ulangan, perlakuan yang diterapkan adalah
pemberian papain dalam pakan dengan dosis yang berbeda yakni P0 = Tanpa
papain, P1 = 3 %, P2 = 3,3 %, P3 = 3,6 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan papain dalam pakan dengan dosis yang berbeda, menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap bobot mutlak, laju pertumbuhan
spesifik, dan tingkat kelangsungan hidup. Laju pertumbuhan terbaik ditemukan
pada perlakuan P1 dengan nilai bobot mutlak: 0.53±0.04 gram, laju pertumbuhan
spesifik: 0.92±0.01% dan tingkat kelangsungan hidup: 78.33±7.63%.

Kata kunci: Udang Vanname, Papain, Pertumbuhan

1. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
THE EFFECT OF ADDITION PAPAIN ON FEED OF GROWTH AND
SURVIVAL RATE OF VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannamei) IN
AQUAPONIC RESIRCULATION SYSTEMS

By

Dessy Amriyani1), Niken Ayu Pamukas2), Iskandar Putra2)

E-mail: dessyamriyani@gmail.com

ABSTRACT

The aim of the study was to determine the optimal dose of papain in feed
to increase growth and survival rate of vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei)
in aquaponic recirculation systems. Culture vessel in the form of tarp of 50 x 50 x
50 centimeters of 12 tarp with stocking density of 20 shrimp/m3. This research
was using experimental method by completely random design (RAL) one factor
with four treatments and three replications, the treatments were by giving papain
in feed with different dose. The treatments were : P0= without papain, P1 = 3 % ,
P2 = 3,3 %, P3 = 3,6 % . The results showed that the addition of papain in feed with
different dose, showed highly effect (P<0.05) on the total weight, specific growth
rate, and survival rate. The best growth rates was found in treatment P1 with total
weight: 0.53±0.04 gram, specific growth rate: 0.92±0.01 % per day, and survival
rate: 78.33±7.63%.

Keywords: Vanname shrimp, Papain, Growth

1. Student of Marine and Fisheries Faculty, Riau University


2. Lecturer of Marine and Fisheries Faculty, Riau University
1

PENDAHULUAN menjadi ikatan peptida yang lebih


Udang vannamei sederhana karena papain mampu
(Litopenaeus vannamei) merupakan mengkatalis reaksi-reaksi hidrolisis
suatu jenis udang bernilai ekonomis suatu substrat (Muchtadi et al.,
penting di Indonesia. 1992). Penggunaan papain dalam
Berkembangnya spesies ini bidang perikanan sudah banyak
disebabkan oleh keunggulan yang dikembangkan, Hasan (2000)
dimiliki udang vannamei, diantaranya menyatakan, bahwa penambahan
memiliki kemampuan adaptasi yang papain dalam pakan buatan ternyata
relatif tinggi terhadap perubahan mampu meningkatkan retensi
lingkungan seperti perubahan suhu protein, efisiensi pakan, konsumsi
dan salinitas (Adiwidjaya et al., pakan dan laju pertumbuhan harian.
2003). Memiliki tingkat responsif Udang vannamei memiliki sifat
yang tinggi terhadap pakan yang euryhalin sehingga dapat dipelihara
diberikan dan juga memiliki di daerah perairan pantai dengan
pemasaran yang baik di tingkat kisaran salinitas 0,5 - 40 ppt (Bray et
internasional (Adiwidjaya dan al., 1994).
Sumantri, 2008). Penerapan teknologi
Perkembangan budidaya akuaponik pemeliharaan udang
udang yang semakin pesat vannamei dilingkungan salinitas
menyebabkan pakan buatan berperan rendah, akan membuka peluang
penting dalam biaya produksi yaitu untuk meningkatkan produksi
mencapai 50-60 % dari total biaya budidaya udang vannamei. Teknologi
produksi yang dikeluarkan dan inovasi baru diperlukan untuk
(Heptarina et al., 2010). Secara mengantisipasi penurunan produksi
fisiologis, pakan yang dikonsumsi akuakultur akibat penyusutan lahan
udang akan diproses dalam tubuh, budidaya dan penurunan kualitas
kemudian unsur nutrisi dalam pakan perairan.
tersebut akan diserap dan Akuaponik merupakan bio-
dimanfaatkan untuk membangun integrasi yang menghubungkan
jaringan dan daging (Mun et al., akuakultur berprinsip resirkulasi
2007). Komponen utama nutrisi yang dengan produksi tanaman atau
sangat dibutuhkan untuk sayuran hidroponik (Diver, 2006).
pertumbuhan dalam suatu budidaya Teknologi ini pada prinsipnya
adalah protein. menghemat penggunaan lahan dan
Papain merupakan enzim air juga meningkatkan efisiensi usaha
protease yang terdapat pada getah melalui pemanfaatan hara dari sisa
papaya. Enzim tersebut digunakan pakan dan metabolisme. Secara
untuk pemecahan atau penguraian umum, akuaponik menggunakan
yang sempurna ikatan peptida dalam sistem resirkulasi artinya,
protein sehingga protein terurai memanfaatkan kembali air yang telah
digunakan dalam budidaya ikan
2

dengan filter biologi dan fisika (g), laju pertumbuhan spesifik


berupa tanaman dan medianya. (%/hari), dan kelulushidupan benih
Berdasarkan uraian di atas (%). Apabila uji statistik
penulis perlu dilakukan penelitian menunjukkan perbedaan nyata antar
perlakuan dilakukan uji lanjut Studi
mengenai pengaruh penambahan
Newman Keuls. Data kualitas air
papain melalui pakan terhadap
ditampilkan dalam bentuk tabel dan
pertumbuhan dan kelulushidupan dianalisa secara deskriptif.
udang vannamei pada sistem
resirkulasi akuaponik. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Bobot Mutlak, Laju
METODE PENELITIAN Pertumbuhan Spesifik (LPS),
dan Kelulushidupan
Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 17 Maret sampai 15
Mei 2019 yang bertempat di UPT Berdasarkan hasil pengamatan
Pembenihan dan Kolam Percobaan terhadap pertumbuhan bobot dan laju
Fakultas Perikanan dan Kelautan pertumbuhan spesifik udang
Universitas Riau. Benur udang vannamei menunjukkan adanya
vannamei yang digunakan dalam perbedaan antara perlakuan yang
penelitian adalah PL 35 yang berasal diberi pakan mengandung papain
dari Lampung. Udang vannamei dengan dosis yang berbeda. Hasil
dipelihara dalam bak terpal yang pengukuran bobot mutlak, laju
berukuran 50 x 50 x 50 cm3 dan pertumbuhan spesifik (LPS), dan
volume air 30 liter, dengan padat tebar kelulushidupan udang vannamei
20 ekor / wadah.
tersaji pada Tabel 1.
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan yang diterapkan adalah
pemberian papain dalam pakan
dengan dosis yang berbeda yakni P0 =
Tanpa papain, P1 = 3 %, P2 = 3,3 %,
P3 = 3,6 %. Parameter yang diukur
dalam penelitian ini meliputi
pertumbuhan bobot mutlak (Wm),
laju pertumbuhan spesifik (LPS),
tingkat kelulushidupan (SR), bobot
basah tanaman filter, pertambahan
panjang tanaman filter dan kualitas
air.
Data yang telah diperoleh
ditabulasi dan dianalisis
menggunakan aplikasi SPSS yang
meliputi Analisis Ragam (ANAVA),
digunakan untuk menentukan apakah
perlakuan berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan bobot mutlak
3

Tabel 1. Pertumbuhan bobot mutlak (Wm), laju pertumbuhan spesifik


(LPS) dan kelulushidupan (SR) udang vannamei
Perlakuan
Perlakuan
P0 P1 P2 P3
WM (g) 0,20±0,03a 0,53±0,04c 0,37±0,02b 0,32±0,04b
LPS (%) 0,41±0,06a 0,92±0,01c 0,67±0,01b 0,60±0,07b
SR (100%) 78,33±7,63a 78,33±7,63a 58,33±7,63b 68,33±2,88c

Berdasarkan hasil sampling pakan tersebut memiliki


setiap parameter uji, dapat dilihat kelebihan energi untuk pemeliharaan
bahwa penambahan papain dalam dan aktivitas lainnya, sehingga dapat
pakan dengan dosis yang berbeda dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
memberikan perbedaan yang nyata Semakin tinggi jumlah enzim
(P<0,05) terhadap pertumbuhan yang digunakan akan mempengaruhi
bobot mutlak, laju pertumbuhan banyaknya protein yang dapat
spesifik dan tingkat dihidrolisis, namun penambahan
kelulushidupannya. enzim yang berlebihan akan
Secara keseluruhan perlakuan menyebabkan proses tersebut
P1 yakni pemberian pakan dengan menjadi tidak efisien, yang
dosis 3 % memberikan hasil yang menyebabkan nilai protein menjadi
terbaik terhadap pertumbuhan rendah (Irawati, 2015).
dan kelulushidupan udang vannamei Asmawi (1986) menyebutkan
dibandingkan dengan P0, P2, dan P3. bahwa makanan dimanfaatkan oleh
Tingginya pertumbuhan pada ikan pertama-tama digunakan untuk
P1 diduga karena adanya pengaruh memelihara tubuh dan menggantikan
papain dalam pakan dengan dosis alat-alat tubuh yang rusak, setelah itu
3%. Hal tersebut sesuai dengan baru kelebihan makanan yang tersisa
pernyataan Reed (1975), bahwa dipergunakan untuk pertumbuhan.
konsentrasi enzim merupakan salah Penelitian ini menghasilkan
satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik sebesar
proses pemecahan protein. Protein 0,92 % pada udang vannamei. Hal ini
yang dimanfaatkan untuk diduga karena adanya pasokan energi
pertumbuhan terlihat adanya yang terdapat dalam pakan yang
penambahan bobot tubuh ikan. dikonsumsinya. Dapat dikatakan
Pertumbuhan udang vannamei terjadi bahwa energi dalam pakan tersebut
karena ada pasokan energi yang kuantitasnya melebihi kebutuhan
terdapat dalam pakan yang energi untuk pemeliharaan tubuh dan
dikonsumsi udang, yang artinya aktifitas tubuh lainnya, maka
kelebihan energi itu dapat
dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Hal ini sesuai dengan pendapat
4

Lovell (1988), bahwa sebelum terjadi sehingga mendukung pertumbuhan


pertumbuhan, kebutuhan energi dan tingkat kelulushidupan udang.
untuk pemeliharaan tubuh harus Angka kelulushidupan yang
terpenuhi terlebih dahulu. tertinggi pada penelitian ini berkisar
antara 78,33 %. Sedangkan yang
Pakan yang digunakan pada
terendah pada perlakuan P2 sebesar
pemeliharaan udang sebagai sumber
58,33 %.
nutrisi memiliki kandungan protein Menurut Anggoro (1992),
yang berbeda di setiap perlakuan, hal proses moulting yang tidak
ini diduga menjadi penyebab data bersamaan diantara udang yang satu
laju pertumbuhan spesifik berbeda dengan yang lainnya cenderung
satu sama lain. Pemberian papain menyebabkan terjadinya kanibalisme
pada pakan buatan dengan terhadap udang yang sedang moulting
konsentrasi yang berbeda disetiap dan selanjutnya mengakibatkan
kematian. Hasil pengamatan
perlakuan menjadikan kandungan
menunjukan bahwa udang baru
protein pada pakan buatan berbeda moulting kondisi fisiknya sangat
dan meningkat. lemah sehingga mudah diserang oleh
Sesuai dengan pendapat udang lain. Menurut Boer (2000),
Hasan (2000) yang menyatakan kelangsungan hidup merupakan
bahwa kehadiran enzim dalam pakan persentase populasi organisme yang
buatan dapat membantu dan hidup tiap periode waktu
mempercepat proses pencernaan pemeliharaan tertentu. Sedangkan
sehingga nutrien dapat cukup tersedia yang mengakibatkan terjadinya
mortalitas pada udang adalah tidak
untuk pertumbuhan dan
mampu untuk melakukan pergantian
kelangsungan hidup ikan. kulit, hal ini diduga dari faktor alam
Tingkat kelangsungan hidup dan jenis pakan yang diberikan
merupakan salah satu parameter kurang disukai oleh udang.
utama yang menunjukkan
keberhasilan dalam pemeliharaan
suatu organisme akuatik. Menurut PENGUKURAN BOBOT BASAH
Effendi (2003), data kelulushidupan DAN PANJANG TANAMAN
udang vannamei diperoleh dari FILTER
perhitungan jumlah udang vannamei Akuaponik adalah bentuk
yang hidup pada akhir penelitian khusus recirculating aquaculture
dibagi jumlah udang vannamei pada system yakni tanaman media air
awal penelitian dikali seratus persen. (hidroponik), yang pada sirkulasi air
Cahyono (2009) mengatakan, yang sama dengan media budidaya
faktor yang mempengaruhi tinggi ikan. Tujuan utama dari akuaponik
rendahnya kelulushidupan dalam adalah memanfaatkan nutrien yang
budidaya adalah faktor abiotik dan dilepaskan oleh ikan untuk
biotik. Faktor abiotik diantaranya menumbuhkan tanaman, sehingga
adalah faktor fisika, kimia,dan keberadaan nutrien tersebut dalam
kualitas air. Kualitas air yang baik media budidaya tidak mengganggu
akan menyebabkan proses fisiologi pertumbuhan ikan (Graber dan
dalam tubuh udang berjalan baik, Junge, 2009). Dalam penelitian ini,
5

biofilter yang digunakan adalah nitrifikasi yang merupakan bakteri


tanaman kangkung (Ipomea reptans) perombak dari amoniak menjadi
yang telah disemai selama 10 sampai nitrit dan selanjutnya diubah menjadi
13 hari. Bobot basah dan panjang nitrat yang tidak berbahaya bagi ikan,
tanaman filter selama penelitian
dan nitrat digunakan oleh kangkung
dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
untuk pertumbuhannya. Media filter
Tabel 2. Pertambahan Bobot (g) menyediakan ruang tumbuh dan
Tumbuhan Filter Selama berkembang bagi mikroorganisme.
Penelitian
Bobot (gr)
Perlakuan
Awal Akhir Pertambahan
P0 0,58 5,83 5,25
P1 0,96 6,34 5,38
P2 0,61 5,46 4,84
P3 0,71 5,47 4,76

Tabel 3. Pertambahan Panjang


(cm) Tumbuhan Filter Selama
Penelitian
Panjang (cm)
Perlakuan
Awal Akhir Pertambahan
P0 10,3 32,9 22,6
P1 10,2 34,6 24,4
P2 10,1 33,3 23,2
P3 10,3 33,2 22,9

Pertambahan bobot tumbuhan Pertambahan panjang


filter (kangkung) yang tertinggi tumbuhan filter (kangkung) yang
terletak pada P1 yakni sebesar 5,25 tertinggi terletak pada P1 yakni 24,4
gr, Pada penelitian Padli (2017) cm. Pertambahan panjang kangkung
menggunakan sistem akuaponik berbanding lurus dengan bobot
dengan kepadatan kangkung yang mutlak kangkung, dimana pada
berbeda untuk pertumbuhan dan perlakuan P1 bobot basah kangkung
kelulushidupan ikan patin siam yang tertinngi
(Pangasius hypopthalamus)
menghasilkan bobot kangkung yang KUALITAS AIR
tertinggi sebesar 12,14 gr. Hal ini
Salah satu faktor yang dapat
terjadi karena semakin padatnya meningkatkan pertumbuhan dan
tumbuhan filter, maka semakin padat kelulushidupan udang vannamei
perakaran, sehingga memberi ruang (Litopenaeus vannamei) adalah
hidup yang cukup luas bagi bakteri pengelolaan kualitas air. Pengelolaan
6

kualitas air bertujuan untuk parameter kualitas air yang dimaksud


mengurangi resiko kegagalan adalah suhu, pH, DO dan amonia.
produksi, dengan cara memantau Data hasil pengukuran kualitas air
parameter kualitas air selama proses tiap perlakuan selama penelitian
budidaya dilaksanakan. Adapun dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kualitas Air Selama


Penelitian
NO Parameter Kisaran Angka
yang diukur
P0 P1 P2 P3

1 Suhu (0C) 30- 30- 30- 30-


28,6 28,3 28,3 28,3
2 pH 6,6-7,9 6,7-7,9 7,2-7,9 6,6-7,6
3 DO (mg/l) 4,3-5,8 4,5-6,5 4,6-5,6 5,2-6,2
4 Salinitas (ppt) 4-6 5-7 5-7 4-7
5 Amonia 0,004- 0,004- 0,004- 0,004-
(mg/l) 0,045 0,038 0,050 0,058

Berdasarkan hasil sampling Oksigen terlarut (DO)


kualitas air selama penelitian dapat merupakan salah satu komponen
dilihat secara umum cukup baik utama bagi metabolisme organisme
untuk mendukung pertumbuhan perairan. Kebutuhan terhadap
udang vannamei. Suhu selama oksigen oleh udang bervariasi
penelitian berkisar antara 30-28,6 oC. tergantung jenisnya. Oksigen terlarut
Menurut Boyd (1979) kisaran suhu di selama penelitian berkisar 4,3-6,5
daerah tropis antara 25-32 oC masih mg/L, dapat dikatakan cukup baik
layak untuk pertumbuhan organisme untuk pertumbuhan dan
akuatik. Menurut Rusmiyati (2010), kelangsungan hidup udang vannamei.
suhu dapat mempengaruhi kondisi Hal ini sesuai dengan pendapat
udang, terutama pertumbuhan dan Haliman dan Adijaya (2005) yang
kelangsungan hidup udang (Survival menyatakan bahwa kadar oksigen
rate). terlarut yang baik untuk udang
Derajat kesaman (pH) selama vanname berkisar 4-6 mg/L. Dengan
penelitian berkisar antara 6,6-7,9. pH nilai oksigen yang optimum, nafsu
air pada penelitian ini tergolong makan ikan akan meningkat sehingga
kurang baik karena menurut Haliman penyerapan pakan akan semakin
dan Adijaya (2005), pH air ideal banyak dan pertumbuhan udang
untuk udang vannamei adalah kisaran semakin tinggi (Effendi, 2004).
7,5-8,5. Salinitas pada wadah
Konsentrasi pH air akan pemeliharaan udang berkisar 4-7 ppt.
berpengaruh terhadap nafsu makan Menurut Hurtado et al. (2006), udang
udang.. vaname dapat hidup pada kondisi
7

salinitas yang lebar yaitu berkisar 5 – (DO) antara 4,3 – 6,2 mg/L serta
50 ppt. Penurunan dan kenaikan amonia antara 0,004-0,058 mg/L.
kadar garam dikarenakan Nilai parameter kualitas air selama
penambahan air hujan yang masuk penelitian masih mendukung untuk
kehidupan dan pertumbuhan udang
dan evaporasi pada ruangan yang
vannamei.
panas.
Konsentrasi amonia selama SARAN
penelitian berkisar antara 0,004-
Informasi yang diperoleh
0,050 mg/L. Kadar amonia yang
sebagai acuan untuk pembudidaya
didapat selama penelitian dapat
yang ingin menggunakan
dikatakan aman bagi kehidupan penambahan papain dalam pakan
udang vannamei. Kadar amonia yang yakni dengan penggunaan dosis yang
cenderung mengalami kenaikan pada optimum 3% pada pemeliharaan
akhir penelitian disebabkan karena udang vannamei. Pada penelitian
terdapatnya feses udang dan kotoran selanjutnya disarankan penambahan
dari sisa pakan yang tidak dimakan papain dalam pakan dengan frekuensi
oleh udang. Namun kisaran nilai penambahan papain yang berbeda
pada pemeliharaan udang vannamei
amonia selama pemeliharaan udang
sistem resirkulasi akuaponik.
masih dapat ditolerir oleh udang. Hal
ini sesuai dengan Lesmana 2002
yang menyatakan kandungan amonia DAFTAR PUSTAKA
tidak boleh lebih dari 1ppm.
Adiwijaya, D., Sapto dan I. Sumantri.
2008. Penerapan Teknologi
KESIMPULAN Udang Vaname (Litopenaeus
Dari hasil penelitian yang vannamei) Semi-Intensif pada
telah dilakukan dapat diketahui Lokasi Tambak Salinitas
bahwa penambahan papain dalam Tinggi. Media Budidaya Air
pakan dengan dosis yang berbeda Payau Perekayasa, 7 (2): 54-
berpengaruh nyata terhadap 72.
pertumbuhan udang vannamei, dan
berpengaruh nyata terhadap Adiwijaya, D., Sapto P. R., Sutikno
kelulushidupan udang vannamei E., Sugeng dan Subiyanto.
(Litopenaeus vannamei). Perlakuan 2003. Budidaya Udang
yang terbaik adalah pemberian papain Vaname (Litopenaeus
dalam pakan dengan dosis 3% yang vannamei) Sistem Tertutup
menghasilkan pertumbuhan bobot yang Ramah Lingkungan.
mutlak (0,53 gram), laju Departemen Kelautan dan
pertumbuhan spesifik (0,91%), dan Perikanan. Balai Air Payau
kelulushidupan 78,33%. Jepara. 29 hal.
Parameter kualitas air selama
penelitian seperti, suhu air berkisar Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan
antara 30-31 oC, keasaman (pH) air Dalam Keramba, PT
6,6–7,9, kandungan oksigen terlarut Gramedia. Jakarta.
8

Boyd, C.E. 1979. Water Quality in dalam Pakan Buatan


Warmwater Fish Pond. terhadap Pemanfaatan
Auburn University. Protein dan Pertumbuhan
Aqricultural Experiment Benih Ikan Gurame
Station, Auburn. 359 p. (Osphronemus
gouramyLac.).Tesis.Institut
Pertanian Bogor, Bogor. 57
Anggoro, S. 1992. Efek Osmotik
hlm.
Berbagai Tingkat Salinitas
Media Terhadap Daya Tetas
Heptarina, Deisi. et al., 2010.
Telur Dan Vitalitas Larva
Pengaruh Pemberian Pakan
Udang Windu, Penaeus
dengan Kadar Protein
monodon Fabricius Disertasii,
Berbeda Terhadap
Fak. Pascasarjana, IPB,
Pertumbuhan Yuwana
Bogor. 127 hlm.
Udang Putih (Litopenaeus
Bray, W. A, A. L. Lawrence, and 1. vaname). Prosiding Forum
R. LeungTrujillo.1994. The Inovasi Teknologi
Effect of Salinity on Growth Akuakultur. Balai Riset
and Survival of Penaeus Perikanan Budidaya Air
vannamei, with Observations Tawar.
on the Interaction of IHHN
Virus and Irawati. 2015. Performa Pertumbuhan
Salinity.Aquaculture, (122): Benih Ikan Nila Hitam
133-146. (Oreochromis niliticus
Bleeker) melalui
Cahyono, B. 2009. Budidaya Penambahan Enzim Papain
BiotaAir Tawar. Kanisius. dalam Pakan Buatan. Jurnal
Yogyakarta. of Aquaculture Management
and Tecnology. Vol 4(1) : 1-
Diver, S. 2006. Aquaponics – 9.
Integration of Hydroponics
with Aquaculture. National Kordi, M. G. H. K., dan A. B.
Sustainable Agriculture Tancung. 2007. Pengelolaan
Information Service, Kualitas Air dalam
Australia. Experiment Station. Budidaya Perairan. Rineka
Kingshill, U.S Virgin Island. Cipta, Jakarta.210 hlm.
Djarijah, S. A. 2001. Pakan Alami. Lovell, R. T., 1989. Nutrition and
Kanasius. Yogyakarta. Feeding of Fish. Van
Graber, A., and R. Junge. 2009. Nostrand Reinhold. New
Aquaponic system. Nutrient York. 269.
recycling from fish Muchtadi, D., S.R. Palupi, dan M.
wastewater by vegetable Astawan. 1992. Enzim
production. Desalination dalam Industri Pangan.
246 : 147-156. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi, Institut
Hasan, O.D.S. 2000.Pengaruh Pertanian Bogor, Bogor.
Pemberian Enzim Papain 118 hlm.
9

Padli, Khairul. 2017. Pertumbuhan


dan Kelulushidupan Ikan
Patin Siam (Pangasius
hypothalamus) Pada Sistem
Akuaponik dengan
Kepadatan Kangkung yang
Berbeda. Jurnal Perikanan
dan Kelautan Universitas
Riau :1-13 hlm.

Rusmiyati, S. 2012. Menjala Rupiah


Budidaya Udang Vannamei.
Pustaka Baru. Yogyakarta.
20-24 hlm.

Anda mungkin juga menyukai