2 : 251-258
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.262
ADAPTASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KENAIKAN SALINITAS
YANG BERBEDA
Abstrak
Ikan nila merupakan komoditas ikan air tawar yang sangat potensial untuk
dikembangkan bagi usaha perikanan. Ikan nila memiliki banyak kelebihan seperti mudah
berkembangbiak, tumbuh cepat, serta dapat bertahan hidup pada salinitas yang tinggi. Untuk
meningkatkan daya tahan pada salinitas tinggi perlu disiapkan benih nila salin yang
diproduksi dari indukan yang toleran terhadap salinitas tinggi maupun melalui proses salinasi
sejak ukuran benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup,
pertumbuhan mutlak, dan kualitas air pada masa adaptasi kenaikan salinitas benih ikan nila.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga
ulangan. Perlakuan kenaikan salinitas yang digunakan yaitu A (salinitas 1 ppt), B (salinitas 2
ppt), C (salinitas 3 ppt), D (salinitas 4 ppt), dan E (salinitas 5 ppt). Hasil penelitian
menunjukkan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila setiap perlakuan yaitu perlakuan A
(1 ppt) sebesar 100 %, perlakuan B (2 ppt) sebesar 100 %, perlakuan C (3 ppt) sebesar 100
%, perlakuan D (4 ppt) sebesar 99,2 %, dan perlakuan E (5 ppt) sebesar 98,6 %. Hasil
masing-masing pertumbuhan mutlak setiap perlakuan yaitu perlakuan A (1 ppt) sebesar 0,002
gram/hari, perlakuan B (2 ppt) sebesar 0,002 gram/hari, perlakuan C (3 ppt) sebesar 0,001
gram/hari, perlakuan D (4 ppt) sebesar 0,0007 gram/hari, dan perlakuan E (5 ppt) sebesar
0,001 gram/hari. Dapat disimpulkan bahwa pengadaptasian benih ikan pada salinitas yang
berbeda (1 ppt, 2 ppt, 3 ppt, 4, ppt, dan 5 ppt) masih menunjukan tingkat kelangsungan hidup
yang baik, namun pertumbuhan mutlak benih ikan nila pada adaptasi kenaikan salinitas 4 ppt
dan 5 ppt belum optimal.
Abstract
Tilapia fish is a freshwater fish commodity that has the potential to be developed for
fisheries business. Tilapia fish have many advantages such as easy breeding, fast-growing,
and can survive at high salinity. To increase durability at high salinity it is necessary to
prepare saline tilapia seeds produced from parentage that is tolerant to high salinity or
through the salination process since the size of the seed. The purpose of this study was to
determine the survival rate, absolute growth, and water quality during the adaptation period
of increasing salinity of tilapia juvenile. The experimental design used was a completely
randomized design with three replications. The salinity increase treatments used were A (1
ppt salinity), B (2 ppt salinity), C (3 ppt salinity), D (4 ppt salinity), and E (5 ppt salinity).
The results showed the survival rate of tilapia seeds each treatment is treatment A (1 ppt) by
100%, treatment B (2 ppt) by 100%, treatment C (3 ppt) by 100%, treatment D (4 ppt) by
99.2%, and treatment E (5 ppt) by 98.6%. The results of each absolute growth of each
251
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 251-258
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.262
treatment are treatment A (1 ppt) of 0.002 grams / day, treatment B (2 ppt) of 0.002 grams /
day, treatment C (3 ppt) of 0.001 grams / day, treatment D (4 ppt) of 0.0007 grams / day, and
treatment E (5 ppt) of 0.001 grams / day. It can be concluded that the adaptation of fish seeds
at different salinities (1 ppt, 2 ppt, 3 ppt, 4, ppt, and 5 ppt) still shows a good survival rate,
but the absolute growth of tilapia seeds on the adaptation of salinity increases of 4 ppt and 5
ppt has not been optimal.
Prosedur Penelitian
252
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 251-258
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.262
Wadah yang digunakan dalam jumlah ikan pada awal pemeliharaan.
penelitian ini berupa akuarium berukuran Tingkat kelangsungan hidup dihitung
60x50x40 cm. Benih ikan nila yang dengan rumus sebagai berikut (Muchlisin
digunakan berukuran rata-rata 5,3 cm et al., 2016):
dengan berat rata-rata 0,49 gram. Setiap Nt
SR = x100%
akuarium perlakuan ditebar benih nila No
sebanyak 500 ekor. Sebelum perlakuan Keterangan:
dimulai, benih nila diadaptasikan terlebih SR = Kelangsungan Hidup (%)
dahulu dan dipuasakan selama satu hari. Nt = Jumlah Ikan Akhir (ekor)
Proses menaikan salinitas media No = Jumlah Ikan Awal (ekor).
pemeliharaan dilakukan sesuai perlakuan.
Perlakuan A (kenaikan 1 ppt) dilakukan Pertumbuhan Mutlak
dengan menaikan 1 ppt setiap hari, Pertumbuhan mutlak atau Growth
perlakuan B (kenaikan 2 ppt) dilakukan Rate (GR) merupakan selisih antara berat
dengan menaikan 2 ppt setiap dua hari rata-rata akhir pemeliharaan (Wt) dengan
sekali, perlakuan C (kenaikan 3 ppt) berat rata-rata pada awal pemeliharaan
dilakukan dengan menaikan 3 ppt setiap (Wo), kemudian dibandingkan dengan
tiga hari sekali, perlakuan D (kenaikan 4 waktu pemeliharaan (t). Pertumbuhan
ppt) dilakukan dengan menaikan 4 ppt mutlak dihitung dengan rumus (Effendie,
setiap empat hari sekali, dan perlakuan E 1979):
(kenaikan 5 ppt) dilakukan dengan Wt − Wo
menaikan 5 ppt setiap lima hari sekali. GR =
t
Pemeliharaan benih nila dilakukan Keterangan:
selama 30 hari. Selama pemeliharaan, GR=Pertumbuhan mutlak (gram/hari)
benih nila diberi pakan dengan kandungan Wt =Bobot ikan rata-rata pada hari ke-t (g)
protein 35% pakan dengan frekuensi Wo=Bobot ikan rata-rata saat tebar (g)
pemberian pakan 3 kali sehari. Sedangkan
pengukuran analisis kualitas air dilakukan Kualitas Air
sebanyak 3 kali selama masa pemeliharaan Sifat fisika dan kimia air diamati
benih nila. sebanyak 3 kali selama pemeliharan
dengan pengambilan air sampel yang
Parameter Pengamatan
kemudian diamati di laboratorium.
Parameter yang diamati dalam
Parameter kualitas air yang diamati
penelitian ini adalah tingkat kelasungan
meliputi suhu, salinitas, pH, DO, dan
hidup (survival rate), pertumbuhan
amoniak.
mutlak, dan kualitas air (suhu, salinitas,
pH, DO, dan amoniak). Data hasil
HASIL
pengamatan akan dianalisis secara statistik
Tingkat Kelangsungan Hidup
menggunakan ANOVA (Analysis of
Tingkat kelangsungan hidup atau
Variance) dengan selang kepercayaan
Survival Rate (SR) benih ikan nila selama
95%. Apabila hasil analisis ANOVA
peningkatan salinitas pada setiap
menunjukkan hasil yang berpengaruh
perlakuan selama 30 hari dapat dilihat
nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut
pada Gambar 1. Berdasarkan analisa
Duncan.
statistik ragam masing-masing nilai tengah
Tingkat Kelangsungan Hidup populasi setiap perlakuan (ANOVA uji F
Tingkat Kelangsungan Hidup atau satu arah) pada selang kepercayaan 95%
Survival Rate (SR) merupakan persentase (p<0,05), diperoleh hasil bahwa perlakuan
perbandingan antara jumlah ikan yang berupa perbedaan adaptasi kenaikan
hidup pada akhir pemeliharaan dengan salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap
nilai kelangsungan benih ikan nila.
253
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 251-258
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.262
100
Tingkat Kelangsungan
80
Hidup (%) 60
40
20
0
A (1 ppt) B (2 ppt) C (3 ppt) D (4 ppt) E (5 ppt)
Perlakuan
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
A (1 ppt) B (2 ppt) C (3 ppt) D (4 ppt) E (5 ppt)
Perlakuan
254
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 251-258
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.262
ppt), D (4 ppt), dan E (5 ppt). Hasil perlakuan E (5 ppt) sebesar 0,001
masing-masing pertumbuhan mutlak setiap gram/hari.
perlakuan yaitu perlakuan A (1 ppt)
sebesar 0,002 gram/hari, perlakuan B (2 Kualitas Air
ppt) sebesar 0,002 gram/hari, perlakuan C Hasil pengukuran kualitas air selama
(3 ppt) sebesar 0,001 gram/hari, perlakuan pemeliharaan benih ikan nila dapat dilihat
D (4 ppt) sebesar 0,0007 gram/hari, dan pada tabel dibawah ini.
255
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 251-258
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.262
berperan dalam menekan terjadinya kandungan DO pada pemeliharaan benih
peningkatan perkembangan bakteri ikan nila berkisar antara 5,6 - 6,7 mg/l.
patogen dan parasit di dalam media Nilai kisaran DO pada penelitian ini masih
pemeliharaan. Sebagai tempat hidup ikan, baik untuk pemeliharaan ikan benih nila.
kualitas air sangat dipengaruhi oleh faktor- Kelarutan oksigen dalam air menurun
faktor fisika dan kimia air seperti suhu, dengan meningkatnya kadar salinitas air.
oksigen terlarut, pH, dan amonia (Irliyandi Menurut Poernomo (1989) menyatakan
2008). bahwa kandungan oksigen terlarut dalam
Hasil kualitas air parameter suhu pada air yang dapat mendukung kehidupan
penelitian ini menunjukkan tidak ada udang ninimum 3 mg/l, sedangkan untuk
perbedaan yang nyata pada setiap pertumbuhan yang normal bagi udang
perlakuan. Nilai suhu pada setiap yaitu 4-7 mg/l.
perlakuan berkisar antara 26-31oC. Suhu Amoniak di perairan dapat
pada penelitian ini masih dalam kondisi mempengaruhi pertumbuhan, merusak
optimal untuk pemeliharaan benih ikan insang, menambah energi untuk keperluan
nila. Kisaran suhu yang baik agar ikan detoksifikasi, menggangu osmoregulasi
dapat tumbuh dan nafsu makan tetap baik, dan mengakibatkan kerusakan fisik pada
yaitu 25-32oC (Effendi et al. 2015). jaringan (Boyd, 1990). Nilai pH dan suhu
Pengadaptasian perubahan salinitas media pemeliharaan memberikan pengaruh
pada tingkat yang tinggi dalam terhadap konsentrasi amoniak. Amoniak
pemeliharan benih ikan nila menyebabkan dalam bentuk tidak terionisasi (NH3)
pertumbuhan benih ikan nila terganggu bersifat racun bagi kehidupan ikan (Boyd,
secara fisik ataupun secara biologis. 1982). Dari hasil pengukuran konsentrasi
Salinitas berhubungan erat dengan tekanan amoniak selama masa pemeliharaan,
osmotik dan ionik air, baik air sebagai konsentrasi amoniak setiap perlakuan
media internal maupun eksternal. berkisar 0,0007 – 0,0013 mg/l.
Perubahan salinitas akan menyebabkan Konsentrasi amoniak pada penelitian ini
perubahan tekanan osmotik, dimana masih dalam torenransi dalam
semakin rendah salinitas maka akan pemeliharaan benih ikan nila. Amoniak
semakin rendah tekanan osmotiknya beracun bagi ikan yang dibudidayakan
(Vernberg and Vernberg, 1972). Tekanan secara komersial pada konsentrasi di atas
osmotik air bergantung pada ion yang 1,5 mg N/l, bahkan dalam beberapa kasus
terlarut dalam air tersebut, semakin besar konsentrasi yang dapat diterima hanya
jumlah ion yang terlarut dalam air maka 0,025 mg N/l (Chen et al., 2006). Amoniak
tekanan osmotik larutan akan semakin di dalam air berasal dari sisa-sisa
tinggi. Osmoregulasi merupakan metabolisme, sisa pakan yang tidak
pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh dimakan dan pembusukan senyawa-
yang layak bagi kehidupan ikan sehingga senyawa organik (Boyd, 1982).
proses fisiologis tubuh berjalan normal
(Rahardjo, 1980). KESIMPULAN
Kisaran pH selama masa Hasil yang diperoleh, dapat
pemeliharaan masih termasuk dalam disimpulkan bahwa pengadaptasian benih
kisaran yang baik bagi kelangsungan hidup ikan pada salinitas yang berbeda (1 ppt, 2
ikan nila. Kisaran pH pada penelitian ini ppt, 3 ppt, 4, ppt, dan 5 ppt) masih
yaitu 6,9 – 7,5. Pada umumnya pH yang menunjukan tingkat kelangsungan hidup
sangat cocok untuk semua jenis ikan yang baik, namun pertumbuhan mutlak
berkisar antara 6,7 - 8,6 (Boyd, 1990). benih ikan nila pada adaptasi kenaikan
Oksigen terlarut (Disolved Oxigen) salinitas 4 ppt dan 5 ppt belum optimal.
merupakan faktor terpenting dalam Sedangkan nilai kualitas air selama
menentukan kehidupan ikan. Kisaran
256
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 251-258
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.262
pemeliharaan masih optimal dalam Irliyandi, F. (2008). Pengaruh Padat
kegiatan pemeliharaan benih ikan nila. Penebaran 60, 75 Dan 90 Ekor/Liter
Terhadap Produksi Ikan Patin
Pangasius hypophthlmus Ukuran 1
DAFTAR PUSTAKA Inci Up (3 Cm) dalam Sistem
Resirkulasi. [Skripsi]. Program Studi
Adewolu M.A, C.A Adenji, A.B Adejobi. Teknologi dan Manajemen
(2008). Feed utilization, growth and Akuakultur Fakultas Perikanan dan
survival of Clarias gariepinus Ilmu Kelautan Institut Pertanian
(Burchell 1882) fingerlings cultured Bogor. Bogor, 64 hlm.
under different photoperiods. Iskandar, R., dan Elrifadah. (2015).
Aquaculture. 283, 64–67. Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan
Anonim. (2013). Benih Hibrida Ikan Nila nila (Oreochromis niloticus) yang
Salina (Oreochromis sp.). Pusat diberi pakan buatan berbasis
Teknologi Produksi Pertanian, Deputi kiambang. Ziraa’ah, 40 (1), 18-24.
Bidang Agroindustri dan Jaspe, C.J. and C.M.A. Caipang. (2011).
Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Small scale hatchery and larval
Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta. rearing techniques for local strains of
69 halaman. saline-tolerant 36 tilapia, Oreochromis
Boyd, CE., (1982). Water Quality spp. ABAH Bioflux. Animal Biology
Management for Fish Culture. and Animal Husbandry. International
Elsevier Scientific Publishing Journal of the Bioflux Society, 3(1),
Company, Amsterdam. 71-77.
Boyd CE., (1990). Water Quality in Pond Muchlisin, Z.A., Arisa A.A.,
Aquaculture. Birmingham Publishing Muhammadar A.A., N. Fadli, I.I.
Company, Alabama. Arisa, M.N. Siti-Azizah. (2016).
Chen, S., Ling, J., and Blancheton, J.P. Growth performance and feed
(2006). Nitrification kinetics of utilization of keureling (Tor tambra)
biofilm as affected by water quality fingerlings fed a formulated diet with
factors. Aquaculture Engineering, 34, different doses of vitamin E (alpha-
179-197. tocopherol). Archives of Polish
Effendi, H., B.A Utomo, G.M Fisheries, 23, 47-52.
Darmawangsa, R.E Karo-karo. (2015). Nasution, A.S.I., Fajar, B., Sri, H. (2014).
Fitoremediasi limbah budidaya ikan Analisis Kelulushidupan Dan
lele (Clarias sp.) dengan kangkung Pertumbuhan Benih Ikan Nila Saline
(Ipomea aquatica) dan pakcoy Strain Pandu (Oreochromis niloticus)
(Brassica rapa chinensis) dalam yang dielihara di Tambak Tugu,
sistem resirkulasi. Ecolab, 9 (2), 47– Semarang dengan Kepadatan
104. Berbeda. Journal of Aquaculture
Effendie, M.I. (1979). Metode Biologi Management and Technology, 3 (2),
Perikanan. Dewi Sri, Bogor, 112 hal. 25-32.
Fadri, S., Z.A. Muchlisin, Sugito. (2016). Poernomo, A., (1989). Faktor lingkungan
Pertumbuhan, kelangsungan hidup dominan pada budidaya udang
dan daya cerna pakan ikan nila intensif. Yayasan Obor Indonesia,
(Oreochromis niloticus) yang Jakarta.
mengandung tepung daun jaloh Rahardjo, M.F., (1980). Icthyologi. Institut
(Salixtetrasperma roxb) dengan Pertanian Bogor. Fakultas perikanan.
penambahan probiotik EM-4. Jurnal Departemen Biologi Perairan, Bogor.
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Setiawati, M dan Suprayudi, M.A. (2003).
Perikanan Unsyiah, 1(2), 210-221. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan
257
Jurnal Perikanan (2021) Volume 11. No. 2 : 251-258
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.262
Nila Merah (Oreochromis sp.) yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas.
Jurnal Akuaultur Indonesia, 2(1), 27-
30.
Soleh, M., Siswanto, Dian P., Agustien N.,
Sugeng R. (2020). Petunjuk teknis
pendederan ikan nila Oreochromis sp.
dalam media salin. Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara.
Vernberg, W.B., Vernberg, F.J., (1972).
Environmental Physiology of Marine
Animal. Springer-Verlag, New York.
Watanabe, T., (1988). Fish Nutrition and
Mariculture. Departement of Aquatic
Bioscience. Tokyo University of
Fisheries. JICA, p: 233.
Wootton, R.J., (1995). Ecology of Teleost
Fishes. Chapman and Hall, New
York.
258