ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui padat tebar optimal serta Survival
rate (SR) dan pertumbuhan benih kakap putih (Lates calcarifer) di waring apung
dengan padat tebar berbeda. Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan menggunakan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu perlakuan
A (kepadatan 250 ekor/m3), perlakuan B (kepadatan 500 ekor/m3), perlakuan C
(kepadatan 750 ekor/m3), dan perlakuan D (kepadatan 1000 ekor/m3). Data yang
dikumpulkan selama penelitian meliputi kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang
mutlak, pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan
dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh padat penebaran yang
berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan kakap putih, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rasio konversi
pakan. Kelangsungan hidup terbaik yaitu pada perlakuan A (77,47% ± 6,4 ), B
(61,73% ± 6,13), C (54,44% ± 3,54), D (53,27% ± 9,95). Rata – rata pertumbuhan
panjang mutlak yang terbaik pada perlakuan A (6,86 ± 0,6), B (6,8 ± 0,39), C (5,5 ±
0,18), D(5,15 ± 0,41). Rata- rata pertumbuhan bobot mutlak yang terbaik pada
perlakuan A (10,59 ± 0,54), B(9,92 ± 0,45), C (9 ± 0,36), D (8,95 ± 0,21). Rata- rata
laju pertumbuhan harian yang terbaik pada perlakuan A(0,35 ± 0,02), B(0,33 ± 0,02),
C(0,31 ± 0,006), D(0,3 ± 0,01). Rasio konversi pakan yang terbaik pada perlakuan
A(0,57 ± 0,07), B(0,59 ± 0,07), C(0,6 ± 0,07), D(0,62 ± 0,09). Padat penebaran 250
ekor/m3 menghasilkan kelangsungan hidup, pertumbuhan panajang dan bobot mutlak,
laju pertumbuhan harian tertinggi dan konversi pakan terendah. Masing- masing
mencapai 77,47%, 6,86 cm, 10,59 gr, 0,35 g/hari, 0,57.
N = Jumlah populasi L= Lt – Lo
90.00
Kelangsungan Hidup (%)
77,47 ± 6,4
80.00
61,73 ± 6,13
70.00 53,27 ± 9,95
54,44 ± 3,54
60.00
50.00
40.00
Series1
30.00
20.00
10.00
0.00
Padat Tebar
Gambar 5. Kelangsungan hidup (%) benih ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang dipelihara
dengan padat penebaran 250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3 selama 30 hari
Perlakuan A dan B memiliki nilai
Dari hasil analisis statistik dapat kelangsungan hidup yang tinggi, Pada
ditarik kesimpulan bahwa padat tebar perlakuan tersebut memungkinkan
berpengaruh nyata terhadap benih ikan tumbuh dengan baik.
kelangsungan hidup. Nilai tertinggi Diduga pakan dapat dimanfaatkan
pada perlakuan A, sedangkan nilai dengan baik untuk kelangsungan hidup
terendah pada perlakuan D. dan pertumbuhan ikan, serta kualitas
air media pemeliharaan masih
menunjang untuk untuk pertumbuhan
ikan. Pada tambak pemeliharaan oksigen terlarut tetapi masih bisa
terdapat blower dan aerasi pada setiap ditolerir oleh ikan karena terdapat
waring untuk mensuplai oksigen blower pada media pemeliharaan
sehingga kelangsungan hidup dan untuk mensuplai oksigen terlarut.
pertumbuhan ikan baik.
Semakin meningkatnya padat tebar
Untuk meningkatkan pertumbuhan dan terjadi persaingan pakan dan ruang
kelangsungan hidupnya diperlukan gerak yang semakin sempit sehingga
makanan yang memenuhi kebutuhan ikan mengalami stres. Hal ini sesuai
nutrisi ikan, pakan yang dimakan oleh dengan pendapat Soeriatmadja (1981)
ikan digunakan untuk kelangsungan dalam Rusmaedi (2001), dimana padat
hidup dan selebihnya dimanfaatkan penebaran yang tinggi menyebabkan
untuk pertumbuhan. Pada penelitian ini nilai sintasan rendah, karena adanya
pakan yang diberikan mengandung kompetisi kebutuhan pakan, oksigen
protein 46%. Hal ini sesuai dengan dan ruang gerak. Dampak dari stres
pendapat Wong dan Chou (1989) yaitu daya tahan tubuh ikan menurun
dalam Akbar (1991) beberapa pustaka yang pada akhirnya dapat
menyebutkan kebutuhan protein ikan menyebabkan kematian. Terjadi nya
kakap putih pada masa benih dan kanibalisme pada ikan juga
penggelondongan sebesar 45-60 %. mempengaruhi nilai kelangsungan
hidup. Diduga akibat persaingan pakan
Pada perlakuan C dan D diduga pakan pada ikan, menimbulkan kanibalisme
kurang dimanfaatkan dengan baik oleh pada ikan. Hal ini sesuai pernyataan
ikan padat tebar berbeda dalam wadah (Sunyoto dan Mustahal (2002) dalam
yang luasnya sama pada masing- Batara (2008) yaitu ikan kakap putih
masing perlakuan tingkat persaingan lebih suka memangsa jenis- jenis ikan
pakan tinggi sehingga menyebabkan yang berukuran kecil daripada ukuran
kematian pada setiap perlakuan seiring tubuh ikan tersebut.
dengan meningkatnya padat tebar,
bahan organik tinggi, rendah nya nilai
Pertumbuhan Panjang Mutlak rata- rata dan standar deviasi (6,86 ±
Hasil penelitian menunjukan bahwa 0,6), kemudian diikuti perlakuan B
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi dengan rata- rata (6,80 ± 0,39),
adalah pada perlakuan A (250 perlakuan C dengan rata- rata (5,50 ±
ekor/m3). Nilai pertumbuhan panjang 0,18) dan terendah pada perlakuan D
mutlak pada perlakuan A dengan nilai (5,15 ± 0,41).
Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm)
Padat Tebar
Gambar 6. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara dengan padat penebaran 250, 500, 750 dan 1000 ekor/m 3 selama 30
hari
11.00
Pertumbuhan Bobot Mutlak (gram)
10,59 ± 0,54
10.50
9,92 ± 0,45
10.00
9.50
9,00 ± 0,36 8,95 ± 0,21 Series1
9.00
8.50
8.00
Padat Tebar
Gambar 7. Pertumbuhan bobot mutlak (g) benih ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara dengan padat penebaran 250, 500, 750 dan 1000 ekor/m 3 selama 30
hari
0,33 ± 0,02
0.33
0.32
0.31 0,31 ± 0,006
0,30 ± 0,01 Series1
0.30
0.29
0.28
0.27
0.26
Padat Tebar
Gambar 8. Laju pertumbuhan harian (g/hari) benih ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara dengan padat penebaran 250, 500, 750 dan 1000 ekor/m 3 selama 30
hari.
Dari hasil analisis statistik dapat Pada perlakuan C dan D pertumbuhan
ditarik kesimpulan bahwa padat tebar tidak maksimal, sehingga
berpengaruh nyata terhadap laju menghasilkan laju pertumbuhan yang
pertumbuhan harian. Nilai tertinggi rendah. Semakin tingginya padat tebar,
pada perlakuan A, sedangkan nilai mempengaruhi rendahnya kualitas air,
terendah pada perlakuan D. persaingan pakan sehingga
menyebabkan pertumbuhan rendah,
konsumsi oksigen tinggi, persaingan
Pada perlakuan A dan B didapatkan
ruang gerak, tingginya buangan
nilai tertinggi dikarenakan pakan yang
metabolik, amoniak. Hal ini sesuai
diberikan memiliki kualitas yang baik
dengan pernyataan Fujaya (2004)
serta dapat dimanfaatkan dengan baik
yang menyatakan bahwa pada padat
oleh ikan serta daya dukung
tebar tinggi, mengakibatkan kualitas
lingkungan mendukung bagi
lingkungan buruk dan mengakibatkan
pertumbuhan ikan. Diduga buangan
pertumbuhan terhambat.
metabolik pada perlakuan ini rendah
karena rendah nya padat tebar rendah.
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Hasil penelitian menunjukan bahwa
Islami et al., (2013) dan Effendie
pertumbuhan panjang mutlak terbaik
(1997) pada padat tebar rendah akan
adalah pada perlakuan A (250
memberikan pertumbuhan yang lebih
ekor/m3). Nilai rasio konversi pakan
baik karena kompetisi pakan yang
pada perlakuan A dengan nilai rata-
lebih rendah memberikan pertumbuhan
rata dan standar deviasi (0,57 ± 0,07),
yang lebih baik karena kompetisi
kemudian diikuti perlakuan B dengan
pakan lebih rendah, sehingga memberi
rata- rata (0,59 ± 0,07), perlakuan C
kesempatan dalam memperoleh energi
dengan rata- rata (0,6 ± 0,07) dan
yang lebih banyak untuk pertumbuhan.
terendah pada perlakuan D (0,62 ±
0,09).
0,62 ± 0,09
0.63
0.62
Konversi Pakan
0,60 ± 0,07
0.61
0.60 0,59 ± 0,07
0.59
0,57 ± 0,07
0.58
Series1
0.57
0.56
0.55
0.54
Padat Tebar
Gambar 9. Rasio konversi pakan ( FCR) benih ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara dengan padat penebaran 250, 500, 750 dan 1000 ekor/m 3 selama 30
hari
Dari hasil analisis statistik dapat konversi pakan semakin tinggi seiring
ditarik kesimpulan bahwa padat tebar dengan peningkatan jumlah padat
tidak berpengaruh nyata terhadaprasio tebar. Padat tebar yang semakin tinggi
konversi pakan. Nilai terendah pada mengakibatkan tingkat pemanfaatan
perlakuan A, sedangkan nilai tertinggi pakan menjadi rendah dan tidak
pada perlakuan D. Semakin kecil nilai optimal, sehingga pertumbuhan
konversi pakan, semakin tinggi tingkat rendah. Pada perlakuan C dan D pakan
efisiensi pakan pada ikan. Sebaliknya, kurang dimanfaatkan dengan baik,
semakin besar atau tinggi nilai karena tingginya tingkat persaingan
konversi pakan, berarti efesiensi pakan, sehingga pertumbuhan rendah.
pemanfaatan pakan kurang baik. Pada Pada padat tebar rendah, pakan dapat
perlakuan A dan B nilai konversi dimanfaatkan dengan optimal sehingga
pakan rendah, dikarenakan pada padat pertumbuhan meningkat. Hal tersebut
tebar tersebut tingkat pemanfaatan didukung oleh Mudjiman (2001),
pakan bisa optimal. Sedangkan pada menyatakan bahwa rasio konversi
perlakuanpadat tebar tinggi, nilai
pakan terkait dengan kualitas pakan itu
sendiri.
Tabel 1. Kisaran kualitas air benih ikan kakap putih (Lates calcarifer .) di tambak pemeliharaan benih ikan
kakap putih dengan padat penebaran 250, 500, 750,1000 ekor/m3 selama 30 hari
Sumber : * Berdasarkan Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut KepMen Lingkungan Hidup No. 51 Th 2004
** Pengendalian Pencemaran Lingkungan Laut PP No. 24 Th 1991
***Terakreditasi