Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Hlm.

401-408, Desember 2013

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN KUE,


GOLDEN TREVALLY, Gnathannodon speciosus Forsskal DENGAN UKURAN
PANJANG YANG BERBEDA

GROWTH AND SURVIVAL RATE OF GOLDEN TREVALLY, Gnathannodon


Speciosus Forsskal WITH DIFFERENT LENGTH SIZE

Anak Agung Alit


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Balitbangkp-KKP, Gondol
Email: A_Alit@yahoo. com

ABSTRACT
Golden travelly is a type of fish that can live on the surface, belongs to Carangidae family, for a
length of 5-8 cm can function as marine ornamental fish with the name of yellow crime or
yellow samba, and can be used for consumption. The study was conducted to determine the
effect of length on the initial stocking of fish seed to the growth and survival rate of golden
travelly. Fish samples were cultured fish golden travelly of 45 days old hatchery and stocked
with density of 300 pc/tank in 9 tanks with volume of 1 m³ feber/tanks. Golden travelly were fed
with commercial fish by feeding frequency of 3 times/day untill satiation. The tested treatments
were based on initial different lengths i.e., treatment A (1.5 to 2.0 cm/pc), B (2.5 to 3.0 cm/pc),
and C (3.5 to 4,0 cm/pc). Feeding was based on 10-15 % of body weight. Measured variables
were body length growth, survival rate, and quality of water. Growth and survival rate were
analysed using analyses of variance (ANOVA). The results showed that the growth rate of fish
golden travelly Gnathannodon speciosus Forsskal was best at treatment B (2.5 to 3.0 cm/pc)
with 7% per day and 92% survival rate.

Keywords: fish seed golden trevally, tanks , growth, and survival.

ABSTRAK
Ikan kue merupakan jenis ikan laut yang bisa hidup dipermukaan, termasuk famili dari ikan
Carangidae, untuk ukuran panjang 5–8 cm sebagai ikan hias laut dengan nama ikan pidana
kuning atau samba kuning, dan bisa dikonsumsi. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh ukuran panjang benih ikan pada awal tebar terhadap pertumbuhan dan
sintasan benih ikan kue. Hewan uji digunakan adalah benih ikan kue hasil budidaya dari
hatcheri umur 45 hari dan ditebar dengan kepadatan 300 ekor/bak menggunakan bak-bak feber
dengan volume 1m³ sebanyak 9 buah. Benih ikan kue diberi pakan komersial dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali/hari sampai kenyang. Perlakuan yang diuji cobakan adalah ukuran
panjang awal tebar berbeda yaitu: Perlakuan A (ukuran 1,5 – 2,0 cm/ekor/), B (2,5- 3,0
cm/ekor), dan C (3,5- 4,0 cm/ekor). Pemberian pakan 10 – 15% dari bobot badan. Peubah yang
diamati adalah pertumbuhan panjang tubuh, sintasan, dan kualitas air. Data pertumbuhan dan
sintasan menggunakan analisis sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan benih ikan kue, Gnathannodon speciosus Forsskal yang terbaik adalah perlakuan
B (panjang 2,5 – 3,0 cm/ekor) adalah 7% per hari dengan sintasan 92%.

Kata kunci: benih ikan kue, bak feber, pertumbuhan, dan sintasan.

I. PENDAHULUAN dipermukaan, ikan ini termasuk famili dari


ikan Carangidae. Untuk ukuran panjang
Ikan kue dari jenis Golden tre- 10 – 15 cm disebut ikan glondongan
vally, Gnathanodon speciosus Forsskal (Gushiken, 1983; Shokita et al., 1991).
merupakan jenis ikan yang bisa hidup Ikan ini biasanya hidup pada perairan

©Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 401
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup...

pantai yang dangkal, karang dan batu kue, Gnathannodon Speciosus Forsskal
karang, dan secara alami dapat memijah, dengan kepadatan yang berbeda di
serta tidak musiman. Seiring dengan hatcheri telah dilakukan, namun
perkembangan permintaan pasar yang sintasannya masih rendah mencapai
meningkat, mendorong pada usaha 25,5% (Alit, 2012). Selanjutnya dilakukan
penangkapan secara alami dan tidak penelitian pendederan atau pembesaran
terkendali sehingga populasi ikan kue benih ikan kue dengan ukuran panjang
secara alami akan berkurang, dan juga yang berbeda. Tujuan penelitian adalah
akibatnya terjadinya kerusakan ling- untuk mengetahui pengaruh ukuran
kungan karang, karena cara penang- panjang pada awal tebar terhadap
kapannya yang kurang baik sehingga batu pertumbuhan dan sintasan benih ikan kue
karang dan perairan akan menjadi rusak, yang dihasilkan dengan kualitas yang
apalagi dengan menggunakan bahan yang baik.
beracun seperti sianida (potas).
Ikan kue ini pertumbuhannya II. METODE PENELITIAN
relatif cepat, umur juvenil bisa mencapai
30-35 hari, dan juga mencapai ukuran Penelitian telah dilakukan di Balai
panjang 23.9-26.6 cm pada bobot 282.2- Besar Penelitian dan Pengembangan
383.9 g, dapat dipelihara selama 7- 9.5 Budidaya Laut Gondol, Bali dengan
bulan untuk ukuran konsumsi. Ikan ini menggunakan bak-bak fiber sebanyak 9
relatif mudah dibudidayakan (Kordi, buah dengan masing-masing volume 1
2005) sehingga merupakan species yang ton, hewan uji digunakan adalah benih
ditargetkan untuk pengembangan ikan kue berasal dari hasil budidaya yang
budidaya laut (Gushiken S, 1983). Upaya berumur sekitar 45 hari ditebar dengan
pembenihan skala masal sudah dilakukan kepadatan 300 ekor/bak. Benih ikan kue
melalui berbagai penelitian yang meng- diberi pakan komersial dengan frekuensi
arah pada peningkatan kelangsungan pemberian pakan 3 kali/hari sampai
hidup benih (Setiadharma et al., 2007). kenyang. Perlakuan yang diuji cobakan
Kegiatan penelitian perbenihan ikan kue adalah ukuran panjang awal tebar berbeda
telah dimulai di Balai Besar Penelitian dan yaitu; Perlakuan A (ukuran 1,5 – 2,0
Pengembangan Budidaya Laut Gondol cm/ekor), B (2,5 – 3,0), dan C (3,5 – 4,0)
sejak tahun 2006 dan induk ikan sudah dipelihara di bak-bak fiber dengan sistem
berhasil dipelihara dalam bak terkontrol pergantian air secara terus menerus
dan dapat memijah secara alami (sirkulasi). Penelitian dilakukan selama
(Setiadharma et al., 2006a dan 2006b). 42 hari. Masing-masing bak dilengkapi
Untuk memenuhi permintaan pasar aerasi menggunakan blower untuk
ekspor dan lokal khususnya ikan hias, menyuplai oksigen. Pergantian air
benih ikan kue dapat dibudidayakan dilakukan setiap hari dan dilakukan
sampai pada ukuran panjang 3 – 8 cm. penyifonan untuk membuang atau sisa-
Pada umumnya permintaan pasar ikan sisa pakan yang berlebih dan mengganti
hias menggunakan standar harga dengan kembali air yang tersifon.
panjang tubuh ( per cm), makin panjang Sampling benih ikan kue
tubuh ikan harganya akan lebih mahal, dilakukan dengan cara mengambil se-
setelah mencapai bobot 200 – 250 g banyak 30 ekor setiap bak menggunakan
termasuk ikan konsumsi dan dijual kiloan serok. Peubah pertumbuhan yang dihitung
(mati), harga jual ikan kue ukuran adalah pertambahan bobot akhir tubuh
konsumsi tergantung harga pasar. Pene- ikan (%) setelah pemeliharaan laju per-
litian peningkatan produktivitas larva ikan tumbuhan harian (SGR) ikan yang

402 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Alit

Tabel 1. Komposisi pakan buatan (pelet) Pada penelitian ini, parameter yang
yang diberikan selama penelitian. diamati adalah data pertambahan bobot,
laju pertumbuhan harian, konversi pakan,
Komposisi Pakan buatan (%) dan tingkat kelangsungan hidup ikan pada
akhir penelitian. Data dianalisis Anova
Protein 48.0 berdasarkan rancangan acak lengkap.
Lemak 12.0 Perbedaan antara perlakuan diuji dengan
Serat kasar 2.0 uji Tukey (Steel and Torrie, 1995). Untuk
Abu 12.0 mengetahui dampak penggunaan pakan
terhadap pertumbuhan ikan uji, maka
dihitung berdasarkan formulasi berikut: dilakukan pengelolaan data. Data
1. Laju pertumbuhan harian (Changboo et dianalisis dengan metode sidik ragam
al., 2004) dengan tingkat kepercayaan 95%,
selanjutnya dilakukan uji Least
ln Wt ─ ln Wo Singnificant Different (LSD) untuk
SGR = ────────── Х 100 % mengetahui perbedaan antara perlakuan
t (Steel and Torrie, 1995). Pengukuran
Dimana : kualitas air seperti suhu, salinitas, pH,
SGR = laju pertumbuhan bobot harian oksigen, amoniak, fospat, dan nitrit.
(%/hari) Analisa komposisi pakan dapat dilihat
Wo = bobot rata-rata ikan pada awal pada Tabel 1.
penelitian (g)
Wt = bobot rata-rata ikan pada akhir III. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian (g), dan
t = lama pemeliharaan (hari). Pemeliharaan benih ikan kue
dilakukan di hatcheri Balai Besar
2. Rasio konversi pakan ikan (Takeuchi, Penelitian dan Pengembangan Budidaya
1988) Laut Gondol, dengan menggunakan bak-
bak feber dengan volume 1 ton, dengan
(FCR ) = jumlah konsumsi pakan diisi air laut sebanyak 0,80 ton dan
─────────────── pemberian pakan untuk pertumbuhan dan
pertambahan bobot kelangsungan hidup dengan ukuran
panjang yang berbeda menggunakan
3. Sintasan ikan (Effendie, 1978) pakan komersial atau pakan buatan
(pellet) dapat disajikan pada Tabel 1,
Nt pengamatan dan perhitungan ketiga
S = ─── x 100% perlakuan dengan pertumbuhan selama
No pemeliharaan 42 hari dapat dilihat pada
Tabel 2. Hasil panjang tubuh benih ikan
dimana: S = sintasan ikan (%), kue pada awal penimbangan setiap
Nt = jumlah ikan pada akhir penelitian sampling dan akhir penelitian seperti :
(ekor), sintasan, laju pertumbuhan dapat dilihat
No = jumlah ikan pada awal penelitian pada Grafik pertumbuhan panjang, dan
(ekor) sintasan dari ketiga perlakuan sampai
akhir penelitian (Gambar 1).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 403
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup...

Tabel 2. Pertumbuhan, konversi pakan, dan sintasan benih ikan kue selama 42 hari.

Perlakuan (ukuran panjang yang berbeda)


Variabel
A B C
(1,5-2,0 cm/ekor) ( 2,5-3,0 cm/ekor) (3,5-4,0 cm/ekor)
Waktu pemeliharaan (hari) 42 42 42
Bobot awal (g) 0,45±0,28 0,55±0,25 0,60±0,20
Pertambahan bobot akhir (g) 2,25±0,62ª 2,95±0,75ª 2,70±0,63ª
Panjang total awal (cm) 2,75 ± 0,85 3,55 ±0,78 4,50 ±0,82
Panjang total akhir (cm) 4,85 ± 1,05ª 5,80 ± 1,10ª 6,35 ± 1,15ª
Pertambahan panjang (cm) 2,10 ± 0,78ª 2,25± 0,98ª 1,85 ± 0,77
Laju pertumbuhan harian (%) 5,36ª 7,00b 6,42ab
Konversi pakan 1,75ª 1,95ª 1,82ª
Sintasan (%) 65 ±0,80ª 92±0,76b 74±0,70ªb

Hasil pengamatan pertumbuhan pakan semakin baik, karena jumlah pakan


selama 42 hari pada perlakauan A men- yang dihabiskan untuk berat tertentu
capai laju pertumbuhan harian sebesar adalah semakin sedikit. Untuk mendukung
5,36%, B = 7,00%, dan C 6,42 (Tabel 2.). keberhasilan pembesaran atau pendederan
Hal ini menunjukkan bahwa dari hasil uji benih ikan perlu dilakukan penelitian
sidik ragam perlakuan A berbeda nyata yang mendasar antara lain pertumbuhan
(P<0,05) dengan perlakuan B, dan C. dan kelangsungan hidup ikan dapat
Selama pemeliharaan benih ikan dipengaruhi oleh padat penebaran, pakan,
kue sampai akhir penelitian perlakuan B umur, kualitas air (suhu, salinitas, ok-
laju pertumbuhan harian lebih baik men- sigen, amoniak, dan pH (Mayunar et al.,
capai 7,00% per hari, dan juga kelulusan 1991). Untuk pembesaran atau pen-
hidup lebih tinggi dibanding perlakuan A, dederan benih ikan kue dengan ukuran
serta C dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini panjang yang berbeda, kebutuhan pakan
diduga bahwa perlakuan B, lebih cepat buatan seperti, pellet sangat mutlak
untuk mendapatkan pakan buatan dan dibutuhkan untuk menambah, mengganti
selalu lincah dibanding dengan perlakuan atau melengkapi nutrisi pakan pada saat
A, dan C. Menurut Wedemeyer (1996), dibutuhkan oleh benih ikan kue setiap
padat penebaran dan pergantian air saat. Sutarmat et al. ( 2003) melaporkan
mempunyai pengaruh yang mendasar bahwa jenis pakan buatan (pellet) juga
terhadap pertumbuhan serta konversi memberikan pertumbuhan lebih baik dari
pakan. Rasio konversi pakan benih ikan pada ikan segar pada ikan kerapu bebek
kue selama penelitian 42 hari adalah (Cromileptis altivelis). Kualitas pakan
sekitar 1,85 – 1,95 (Tabel 2), dan ber- yang baik diperlukan untuk pertumbuhan,
dasarkan analisis ragam tidak me- pencegahan infeksi mainnutrisi dan pe-
nunjukkan perbedaaan yang berarti ningkatan kualitas produksi. Untuk
(P>0,05). Nilai lebih rendah dibanding keperluan tersebut diperlukan bahan
dengan hasil penelitian Sugama et al. berupa protein, lemak, vitamin, dan
(1986b) yang menyatakan ikan kerapu mineral (Suwirya, 1994). Dalam pe-
lumpur, Epinephelus etauvina tumbuh meliharaan ikan, dosis pakan merupakan
paling cepat dengan konversi pakannya salah satu elemen yang penting karena
paling rendah (pakan timbang) 5,1 – 8,5. 60% dari biaya produksi digunakan untuk
Makin rendah nilai konversi pakan suatu penyedian pakan (Lamidi et al., 1994).

404 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Alit

Gambar 1. Pertumbuhan panjang total benih ikan kue selama pemeliharaan 42 hari.

Setelah pemeliharaan 14 hari lakuan C (panjang 3,5 - 4,0 cm/ekor)


sampai 42 hari pertumbuhan perlakuan B mengalami kematian lebih sedikit
lebih cepat, hal ini mungkin disebabkan dibanding dengan perlakuan A (Tabel 2).
ukuran panjang lebih sedang dibanding Nilai sintasan benih ikan kue
perlakuan A, dan B, dan juga dengan menggunakan bak feber di
mendapatkan pakan buatan yang dapat hatcheri dengan perlakuan ukuran panjang
dimanfaatkan secara efektif, serta secara yang berbeda perlakuan B (panjang 2,5-
keseluruhan mendapatkan pakan sehingga 3,0 cm/ekor) memperlihatkan lebih baik,
pertumbuhannya hampir merata, dan juga pembesaran di hatcheri memiliki
sedangkan perlakuan A untuk beberapa keunggulan diantaranya adalah
mendapatkan pakan pellet benih ikan kue waktu pemeliharaan cukup pendek,
kurang lincah sehingga pertumbuhan pergantian air dan panen mudah
bobot agak lambat (Gambar 1). dilakukan, tanpa pengelolaan tanah dan
Selama pemeliharaan di hatcheri pengawasan lebih mudah. Perlakuan A
dari panjang awal yang berbeda sekitar jumlah kematian lebih banyak dibanding
1,50 – 4,0 cm sampai akhir penelitian dengan perlakuan B dan C kematian
mencapai ukuran 4,85 – 5,98 cm, perlakuan C dan A hampir setiap minggu
perlakuan A (panjang 1,5 - 2,0 cm/ekor) ada namun tidak sebanyak perlakuan A.
benih agak banyak mengalami kematian Hal ini diduga bahwa perlakuan A (1,5-
pada minggu pertama penelitian, diduga 2,0 cm/ekor) tubuhnya masih lemah
pada ukuran panjang benih kurang dari 2 sedikit ada gonjangan, waktu sampling
cm, jadi ikan gerakan masih lemah setelah dan juga sensitif dengan perubahan
10 hari baru secara bertahap ikan sehat lingkungan, ikan mudah stress sehingga
untuk mencari makan. Sedangkan per- ikan cepat mati.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 405
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup...

Tabel 3. Nilai kualitas air benih ikan kue, Gnathannodon speciosus Forsskal selama
memeliharaan 42 hari dengan ukuran panjang yang berbeda.

Perlakuan (ukuran panjang yang berbeda)


Parameter
A B C
(1,5 – 2,0 cm/ekor/) (2,5- 3,0 cm/ekor) (3,5- 4,0 cm/ekor)
Suhu /temperature ºC 29.20 – 29.82 29.22 - 29.92 29.20 – 30,10
pH 7.25 – 7.95 7.00 –7.90 7.15 – 7.98
Salinitas (ppt) 33.00- 35.30 33.20 - 35.20 33.10 – 35.25
DO (mg/l) 6.15 – 7.18 6.20 – 7.23 6.10 – 7.25
Amoniak/ ppm NH3 0.247 - 0. 625 0.265 - 0.665 0.267- 0.865
Fosfat/phosphate (ppm) 0.024-0.615 0.027 – 0.626 0.038 – 0.768
N02/nitrite (ppm) 0.020-0.685 0.022 – 0.726 0.030 – 0.827

Faktor lain penyebab kematian selama nilai-nilai tersebut masih dalam batas
pemeliharaan diduga akibat kekurangan toleransi untuk mendukung pertumbuhan
ruang gerak sempit dan perubahan suhu dan sintasan untuk pembesaran benih
yang ekstrim (Weatherly, 1972). Hasil ikan kue. Menurut Schmitttou (1991)
penelitian ini tidak sama dengan hasil oksigen terlarut masih menunjukkan
penelitian yang dilakukan Basyari dan kriteria yang aman untuk kehidupan
Purba (1991) pada ikan kerapu lumpur akuatik. Kondisi kualitas air dapat dilihat
bahwa semakin tinggi penebaran pada Tabel 3.
sintasannya cendrung menurun dan padat
penebarannya tinggi akan meningkatkan IV. KESIMPULAN
resiko kematian.
Sintasan ketiga perlakuan: A, B, Pertumbuhan terbaik benih ikan
dan C, berbeda nyata (P>0.05), hal ini kue, Gnathannodon speciosus Forsskal
disebabkan bahwa benih ikan kue yang diperoleh pada perlakuan B (panjang 2,5 –
berukuran pajang 1,5 – 2,0 cm/ekor 3,0 cm/ekor) dengan laju pertumbuhan 7%
tubuhnya masih lemah dan gerakan juga per hari dan sintasan sebesar 92%.
kurang cepat dibanding dengan perlakuan Dengan demikian, ukuran panjang 2,5 –
B, dan C dan juga tubuh lebih kuat dan 3,0 cm benih ikan kue merupakan ukuran
gerakan gesit dan cepat . panjang paling ideal untuk digunakan
Pertambahan bobot akhir rata-rata pada sebagai usaha pendederan di hatcheri.
akhir penelitian untuk ketiga perlakuan
adalah tidak berbeda nyata ketiga UCAPAN TERIMAKASIH
perlakuan mengalami pertambahan bobot
meningkat, namun pertumbuhan Penulis mengucapkan banyak
perlakuan B (panjang 2,5-3,0 cm/ekor) terima kasih kepada Katimin, Ahkwat,
lebih baik. Kadek Sri Adnyana, dan juga kepada Ayu
Pengamatan kualitas air dimonitor Kenak, Ari Arsini, Kadek Ani Ariani dan
selama pemeliharaan 42 hari adalah Deny Puji Utami yang telah membantu
salinitas, oksigen terlarut, suhu, dan pH. dalam menganalisa kualitas air.
Nilai salinitas selama pemeliharaan
berkisar 33.00 – 35.30 ppt, oksigen
terlarut 6,10- 7,25 Mg/L, fosfat 0,024 –
0,768, Nitrit 0.020 – 0,827 ppm, dimana

406 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Alit

DAFTAR PUSTAKA Steel, R.G.D. dan J.H. Torry. 1995. Prinsif


dan Prosedur Statistika. Alih
Alit, A.A. 2012. Increased productivity of bahasa: Sumantri, B. Gramedia
fish seed Golden Trevally, Pustaka Utama. Jakarta. 772hlm.
Gnathannodon speciosus Forsskal Suwirya, K. 1994. Kecernaan beberapa
with different densities in sumber lemak pakan pada udang
hatchery. Prosiding Seminar windu, Penaeus monodon. Balai
Nasional Biodiversitas IV. Suraba- Penelitian Perikanan Pantai.
ya, 15 Sepember 2012. Hlm.: 433- Maros. J. Penelitian Budidaya
439. Pantai, 10(1):43-48.
Basyari. A. dan D.N. Purba. 1991. S. Shkita, K. Kakazu, A. Tomori and T.
Pengaruh perbedaan sumber Tonna, 1991. Aquaculture in
protein utama dalam makanan tropical areas, Mydori shobo, Co
buatan terhadap pertumbuhan Ltd. 359p.
benih ikan kerapu lumpur, Setiadharma, T. dan Asmanik. 2006a.
Epinepheluse etauvina (Forskal). Laju penyerapan nutrisi endogen
J. Penelitian Budidaya Pantai, dan perkembagan larva ikan kue
7(2):102–109. (Gnathannodon speciosus Forss-
Changboo, Z., D. Shuanglin, W. Fang, kal). Prosiding Konferensi
dan H. Guoqiang. 2004. Effects of Akuakultur Indonesia 2006.
Na/K ratio in seawater on growth Universitas Diponogoro, Sema-
and energy budget of juvenile rang. Hlm.:264-268.
Litopenaeus vannamei. Aquacul- Setiadharma,T., A. Prijono, N.A. Giri,
ture, 234:485-496. dan Tridjoko. 2006b. Domestikasi
Effendi M.I. 1978. Biologi perikanan, dan pematangan gonad calon induk
bagian 1, study natural history, ikan kue (Gnathannodon specious
Fakultas Perikanan. IPB, Bogor. Forsskal) pemeliharaan secara
105hlm. terkontrol. Laporan Hasil Riset
Gushiken, S. 1983. Revision of the 2006. Bali Besar Riset Perikanan
Carangid fish of Japan. Galaxea. 2. Budidaya Laut. 8hlm.
135-264. Schmittou, H.R. 1991. Budidaya keramba:
Kordi, K.M.G.H. 2005. Early life history suatu metode produksi ikan di
of fishes: an energetics approach. Indonesia. Pusat Penelitian dan
Chapmen and Half. London. 276p. Pengembangan Perikanan. Jakarta.
Mayunar, S. Redjeki, dan S. Mutiningsih. 126p.
1991. Pemeliharaan larva kerapu Sugama, K, E. Danakusumah, P. Sunyoto,
macan Epinephelus fuscoguttatus dan H. Eda. 1986b. Effect of
dengan berbagai frekuensi feeding frequency on the growth of
pemberian ransum rotifer. J. young estuary grouper, Ephine-
Penelitian Budidaya Pantai, phelus etauvina (Forskal) cultured
7(2):35–41. in floating net cage. Scientfic
Lamidi., Asmanelli, dan Z. Syafara. 1994. report of mariculture research and
Pertumbuhan dan kelangsungan development project ATA-192 in
hidup ikan lemak, Cheilinus Indonesia. Sub Balai Penelitian
undulatus dengan frekuensi Budidaya Pantai Bojonegara-
pemberian pakan yang berbeda. J. Serang. Hlm.:242-250.
Penelitian Budidaya Pantai, Sutarmat, T., A. Hanafi, K. Suwirya, S.
10(5):81-87. Ismi, Wardoyo, dan S. Kawahara.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 407
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup...

2003. Pengaruh beberapa jenis Wedemeyer. A. 1996. Pishiologi of fish in


pakan terhadap performasi ikan intensive culture system. Interna-
kerapu bebek (Cromileptes tional Thompson Publishing. New
altivelis) di keramba jaring apung. York. 227p.
J. Penelitian Perikanan Indonesia, Weatherley. A.H. 1972. Growth and
9(4):31–36. ecology of fish population.
Takeuci, T. 1988. Laboratory work- Academic Press. New York. 45p.
chemical evaluation of dietary
nutrient. In: Wanabe, T. (ed.). Fish Diterima : 11 Desember 2013
nutrition and mariculture. Tokyo. Direvisi : 22 Desember 2013
JICA Kanagawa International Disetujui : 30 Desember 2013
Fisheries Training Center. 179-
233pp.

408 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52

Anda mungkin juga menyukai