Anda di halaman 1dari 10

1

EFFECT OF DIFFERENT SALINITY


ON GROWTH AND SURVIVAL RATE OF NILE TILAPIA (Oreochromis
niloticus)

By
Ridho Dian Prayudi ), Rusliadi2), Syafriadiman2)
1

Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Sciences University of Riau


Pekanbaru, Riau Province
ridho_dian28@yahoo.co.id

The research was conducted from 23 March to 22 April 2015 that held at
the Great Hall Brackishwater Aquaculture Development Jepara, Central Java
Province. The aim of this research to determine the different salinity for growth
and survival rate of nile tilapia (Oreochromis niloticus). The method used is the
experimental method with completely randomized design (CRD) of the factor
with 4 levels a treatment. The treatment was applied, namely P1 of salinity 10 ppt,
P2 of salinity 12 ppt, P3 of salinity 14 ppt and P4 of salinity 16 ppt with 3 times
repetition.
The results showed different salinity 10, 12, 14 and 16 ppt did not give a
significant effect (P>0,05) on the total absolute body weight, absolute body
length, daily growth rate and survival rate of nile tilapia. The best treatment
contained in P3 (14 ppt) with absolute body weight 2,46 g, absolute body length
3,35 cm and the specific growth rate of 6,30 %. The best treatment of survival rate
on 12 (78,67 %) and 16 (78,67 %).

Keywords: Western white prawns, Salinity , Growth, Survival Rate.

1) Student Faculty of Fisheries and Marine Sciences. Riau University.


2) LecturesFaculty of Fisheries and Marine Sciences. Riau University.

PENDAHULUAN Ikan nila merupakan satu


komoditi budidaya unggulan yang
Di Indonesia terdapat lebih diharapkan turut mendongkrak
dari 4.000 jenis ikan yang meliputi tercapainya tujuan menjadikan
ikan laut, ikan payau, dan ikan tawar. Indonesia sebagai penghasil produk
Sebagian besar di antaranya dapat kelautan dan perikanan terbesar di
dikonsumsi secara aman (Suseno, dunia. Diantara ikan bersirip (fin
2000). Kebutuhan manusia akan fish), ikan nila memiliki
ikan, selain diperoleh dari tangkapan pertumbuhan produksi tertinggi,
alami, juga diperoleh dari hasil yakni sekitar 23,96%, dalam kurun
budidaya. Meningkatnya kebutuhan waktu 2004-2008. Pada tahun 2004
konsumsi ikan seiring dengan produksi ikan nila masih sejumlah
pertambahan jumlah penduduk, 97.116 ton, tahun 2008 telah
sehingga perlu usaha peningkatan mencapai volume produksi 220.900
produksi ikan. ton. Ikan nila memiliki prospek yang
positif di pasar internasional,
2

disamping pasar domestik. Konsumsi Sehingga dapat meningkatkan


ikan nila di Eropa maupun Amerika pertumbuhan dan kelulushidupan
senantiasa menunjukkan kenaikan produksi ikan nila (Oreochromis
(Basyar et al., 2012). niloticus).
Habitat ikan nila adalah air Tujuan penelitian untuk
tawar, seperti sungai, danau, waduk mengetahui laju pertumbuhan dan
dan rawa-rawa, tetapi karena kelulushiduapan ikan nila
toleransinya yang luas terhadap (Oreochromis niloticus) pada
salinitas (euryhaline) sehingga dapat salinitas yang berbeda. Sehingga
pula hidup dengan baik di air payau dapat memberikan informasi tentang
dan laut. Salinitas yang cocok untuk nilai salinitas terbaik untuk
nila adalah 0–35 ppt (part per pertumbuhan dan kelulushidupan
thousand), namun salinitas yang ikan nila (Oreochromis niloticus)
memungkinkan nila tumbuh optimal yang nantinya dapat dimanfaatkan
adalah 0–30 ppt. Ikan nila masih untuk meningkatkan produksi ikan
dapat hidup pada salinitas 31–35 ppt, nila (Oreochromis niloticus).
tetapi pertumbuhannya
lambat.(Ghufran, 2010). METODE PENELITIAN
Budidaya ikan nila di
perairan air payau belum banyak Ikan uji yang digunakan
dilakukan, sementara potensi dalam penelitian ini benih ikan nila
budidaya yang cukup besar 2-4 cm yang berasal dari BBPBAP
mengingat masih banyak lahan atau Jepara, Jawa Tengah. Pakan
tambak yang tidak produkitf untuk digunakan pelet G-931 (PT. Gold
udang serta adanya lahan Point Indonesia) dan wadah
persawahan yang tergenang air digunakan baskom ukuran 55 L,
pasang, maka tambak tersebut dapat timbangan analitik, jaring, selang,
dimanfaatkan dengan pembesaran batu aerasi, Thermometer, DO meter,
ikan nila. Oleh karena itu, kebutuhan pH meter, dan refractometer.
benih nila siap tebar sangat Rancangan yang digunakan
diharapkan untuk kelancaran adalah Rancangan Acak Lengakap
kegiatan budidaya di tambak air (RAL) dengan satu faktor 4
payau. perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu:
Salinitas merupakan salah P1 = Salinitas 10 ppt.
satu parameter lingkungan yang P2 = Salinitas 12 ppt.
mempengaruhi proses biologi dan P3 = Salinitas 14 ppt.
secara langsung akan mempengaruhi P4 = Salinitas 16 ppt.
kehidupan organisme antara lain Parameter yang diukur yaitu
yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan bobot mutlak, laju
pertumbuhan, jumlah makanan yang pertumbuhan harian, pertumbuhan
dikonsumsi, nilai konversi makanan, panjang mutlak, dan kelulushidupan.
dan daya kelangsungan hidup.
Pertumbuhan Bobot Mutlak
(Andrianto, 2005).
Laju pertumbuhan bobot mutlak ikan
Berdasarkan uraian diatas
dapat dihitung dengan menggunakan
maka dilakukan penelitian tentang
rumus Effendie (1979), yaitu:
pengaruh salinitas berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelulushidupan Wm = Wt − Wo
ikan nila (Oreochromis niloticus).
3

Dimana: Tingkat Kelulushidupan


Wm = pertumbuhan bobot Jumlah ikan yang hidup pada
mutlak (g) awal dan akhir penelitian
Wt = bobot akhir (g) memberikan informasi tingkat
Wo = bobot awal (g) kelulushidupan ikan. Menurut
Effendie (2002), tingkat
Laju Pertumbuhan Harian kelulushidupan dapat dihitung
Adapun rumus dari laju dengan rumus sebagai berikut :
pertumbuhan harian (Metaxa et al.,
2006), laju pertumbuhan harian Nt
diukur dengan menggunakan rumus : SR  100 %
( ) No
α= x 100 %
Dimana:
Dimana: SR = Kelulushidupan (%)
 = Laju pertumbuhan bobot Nt = Jumlah ikan yang hidup pada
harian (%) akhir penelitian (ekor)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada No = Jumlah ikan yang hidup pada
akhir penelitian (g) awal penelitian (ekor)
Wo = Bobot rata-rata ikan pada
awal penelitian (g) HASIL DAN PEMBAHASAN
t = Lama penelitian (hari)
Pertumbuhan bobot mutlak benih
Pertumbuhan Panjang Mutlak ikan nila
Pertumbuhan panjang mutlak Dari hasil penimbangan yang
dapat dihitung dengan menggunakan dilakukan 6 kali selama 30 hari,
rumus Effendie (2004): maka diperoleh data pertumbuhan
Lm = L1 - Ln bobot mutlak rata-rata ikan nila
Dimana: (Oreochromis niloticus). Data
Lm = Pertumbuhan panjang mutlak pertumbuhan bobot mutlak rata-rata
(cm) tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
L1 = Panjang akhir ikan (cm)
Ln = Panjang awal ikan (cm)

Tabel 1. Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan nila (Oreochromis


niloticus)
Pertumbuhan bobot mutlak (gram)
Ulangan
P1 P2 P3 P4
1 1,18 2,37 2,62 1,34
2 1,70 3,20 3,02 2,51
3 2,38 1,14 1,74 1,95
a a a
Rata-rata 1,75±0,60 2,24±1,03 2,46±0,65 1,93±0,58a
Keterangan: P1=10 ppt, P2=12 ppt, P3=14 ppt dan P4=16 ppt.

Pada Tabel 1 dapat dilihat terendah yaitu pada perlakuan P1


pertumbuhan bobot mutlak tertinggi dengan nilai rata-rata pertumbuhan
terjadi pada perlakuan P3 dengan bobot mutlak 1,75 gram, untuk lebih
nilai rata-rata pertumbuhan bobot jelasnya dapat dilihat pada Gambar
mutlak 2,46 gram, sedangkan 1.
4

3.00
2.50
2.46
2.00 2.24
1.93
1.50 1.75
1.00
0.50
0.00
P1 P2 P3 P4

Gambar 1. Grafik histogram pertumbuhan bobot mutlak setiap perlakuan

Dari Gambar 1 dapat dilihat atau tanggapan terhadap perubahan


ikan nila (Oreochromis niloticus) osmotik lingkungan eksternalnya.
yang telah dipelihara selama 30 hari Pada organisme akuatik seperti
dengan salinitas berbeda ikan, terdapat beberapa organ yang
menunjukkan pertumbuhan bobot berperan dalam pengaturan tekanan
mutlak rata-rata tertinggi terjadi pada osmotik atau osmoregulasinya agar
perlakuan P3 (salinitas 14 ppt) proses fisiologis di dalam tubuhnya
sebesar 2,46 gram. dapat berjalan dengan normal.
Pertumbuhan bobot ikan nila Osmoregulasi ikan dilakukan oleh
tidak berbanding lurus ataupun organ-organ ginjal, insang, kulit, dan
saluran pencernaan (Ongko et al.,
terbalik dengan nilai salinitas,
2009). Sehingga ketika ikan nila
dengan nilai salinitas yang semakin
berada pada kondisi isotonik, akan
tinggi belum tentu pertumbuhan sedikit penggunaan energi terhadap
bobot ikan nila mengalami osmoregulasi dan energi yang ada
peningkatan seterusnya dengan akan disalurkan ke pertumbuhan
salinitas yang semakin rendah sesuai dengan pendapat Stickney
pertumbuhan bobot nila juga belum (1979), kondisi isoosmotik dapat
tentu mengalami peningkatan. Hal meningkatkan pertumbuhan, karena
ini disebabkan ikan nila berupaya energi untuk kebutuhan osmoregulasi
berada dalam kondisi isotonik yakni lebih kecil atau tidak ada, akibatnya
kondisi dimana konsentrasi cairan energi untuk pertumbuhan tersedia
tubuh sama dengan konsentrasi media dalam jumlah yang lebih besar.
hidupnya sesuai dengan pendapat Untuk lebih jelas mengetahui
Fitria (2012), Setiap organisme
hubungan antara salinitas dengan
mempunyai kemampuan yang
pertumbuhan bobot ikan nila selama
berbeda-beda untuk menghadapi
masalah osmoregulasi sebagai respons
penelitian dapat dilihat pada Gambar
2.
5

y = -0.063x2 + 1.690x - 8.819


3.500 R² = 0.961

Pertumbuhan bobot mutlak (g)


r = 0.980
3.000

2.500

2.000

1.500

1.000

0.500

0.000
9 10 11 12 13 14 15 16 17
Salinitas

Gambar 2. Grafik polynomial hubungan salinitas dengan bobot mutlak.

Menurut Sugiyono (2007) menunjukkan bahwa terjadi


nilai korelasi (r) berkisar antara 1 hubungan yang sangat kuat antara
sampai -1, nilai semakin mendekati 1 nilai salinitas dengan pertumbuhan
atau -1 berarti hubungan antara dua bobot mutlak. Sedangkan arah
variabel semakin kuat, sebaliknya hubungan adalah positif karena nilai
nilai mendekati 0 berarti hubungan r positif. Sedangkan hasil uji variansi
antara dua variabel semakin lemah. (ANAVA) p> 0,05 menunjukkan
Pedoman untuk memberikan tidak ada pengaruh nyata terhadap
interpretasi koefisien korelasi pertumbuhan bobot mutlak.
sebagai berikut: 0,00-0,199 (sangat
rendah), 0,2-0,399 (rendah), 0,40- Laju Pertumbuhan Harian
0,599 (sedang), 0,60-0,799 (kuat), Dari hasil penelitian selama
0,80-1,000 (sangat kuat). 30 hari dilakukan perhitungan
Berdasarkan Gambar 2 dapat terhadap laju pertumbuha harian ikan
diketahui bahwa dari hasil analisis nila (Oreochromis niloticus) yang
korelasi sederhana (r) didapat dipelihara pada salinitas berbeda
korelasi antara nilai salinitas berbeda setiap perlakuan dapat dilihat pada
dengan pertumbuhan bobot mutlak Tabel 2.
(r) adalah 0,980. Hal ini

Tabel 2. Laju pertumbuhan harian


Laju pertumbuhan harian (%)
Ulangan
P1 P2 P3 P4
1 4,40 6,26 6,54 4,72
2 5,34 7,12 6,95 6,42
3 6,27 4,33 5,40 5,71
a a
Rata-rata 5,33±0,93 5,90±1,42 6,30±0,80a 5,62±0,85a
6

Pada Tabel 2 dapat dilihat yang mempengaruhi metabolisme


laju pertumbuhan harian tertinggi terhadap perubahan fungsi pada sel
terjadi pada perlakuan P3 dengan klorid epitel insang dan aktivitas
nilai rata-rata laju pertumbuhan Na+K+-ATPase. Pengaruh tersebut
harian 6,30 %, sedangkan terendah menyerap energi yang seharusnya
yaitu pada perlakuan P1 dengan nilai untuk pertumbuhan dan digunakan
rata-rata laju pertumbuhan harian sebagai sumber energi pada
5,33 %. perubahan proses metabolisme
Laju pertumbuhan harian tersebut. Hal tersebut menyebabkan
pada ikan nila tertinggi terjadi pada pertumbuhan ikan menjadi tidak
nilai salinitas 14 ppt, yang artinya optimal.
batasan laju pertumbuhan tertinggi
yang bisa dicapai pada tingkatan Pertumbuhan panjang mutlak
salinitas sebesar 14 ppt karena benih ikan nila
apabila nilai salinitas terlalu tinggi
maka akan berpengaruh terhadap Dari hasil pengukuran yang
metabolisme tubuh ikan nila. telah dilakukan selama 30 hari
Menurut Guner et al. dalam Fitria penelitian diperolehlah data
(2012), salinitas yang terlalu tinggi pertambahan panjang mutlak pada
dapat mempengaruhi pertumbuhan setiap perlakuan dapat dilihat pada
antar perlakuan akibat efek salinitas Tabel 3.

Tabel 3. Pertumbuhan panjang mutlak


Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Ulangan
P1 P2 P3 P4
1 2,57 3,44 3,18 2,94
2 3,31 3,61 3,45 3,30
3 2,47 2,99 3,16 2,72
a a
Rata-rata 2,78±0,46 3,35±0,32 3,27±0,16a 2,99±0,29a

Pada Tabel 3 dapat dilihat dengan nilai rata-rata pertumbuhan


pertumbuhan panjang mutlak panjang mutlak 2,78 cm.
tertinggi terjadi pada perlakuan P2 Untuk lebih jelas pengamatan
dengan nilai rata-rata pertumbuhan hubungan antara salinitas dengan
panjang mutlak 3,35 cm, sedangkan pertumbuhan panjang mutlak selama
terendah yaitu pada perlakuan P1 penelitian dapat dilihat pada Gambar
3.
7

3.800
Pertumbuhan panjang (cm) 3.600
3.400
3.200
3.000
2.800
y = -0.060x2 + 1.609x - 7.63
2.600
R² = 0.987
2.400 r = 0.993

2.200
2.000
9 10 11 12 13 14 15 16 17

Salinitas

Gambar 3. Grafik polynomial hubungan salinitas dengan panjang mutlak.

Menurut Sugiyono (2007) panjang (r) adalah 0,993. Hal ini


nilai korelasi (r) berkisar antara 1 menunjukkan bahwa terjadi
sampai -1, nilai semakin mendekati 1 hubungan yang sangat kuat antara
atau -1 berarti hubungan antara dua nilai salinitas berbeda dengan
variabel semakin kuat, sebaliknya pertumbuhan panjang. Sedangkan
nilai mendekati 0 berarti hubungan arah hubungan adalah positif karena
antara dua variabel semakin lemah. nilai r positif. Sedangkan hasil uji
Pedoman untuk memberikan variansi (ANAVA) p> 0,05
interpretasi koefisien korelasi menunjukkan tidak ada pengaruh
sebagai berikut: 0,00-0,199 (sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang.
rendah), 0,2-0,399 (rendah), 0,40-
0,599 (sedang), 0,60-0,799 (kuat), Pola pertumbuhan benih ikan nila
0,80-1,000 (sangat kuat).
Berdasarkan Gambar 3 dapat Hubungan panjang berat
diketahui bahwa dari hasil analisis pertumbuhan benih ikan nila yang
korelasi sederhana (r) didapat dipelihara selama 30 hari penelitian
korelasi antara nilai salinitas berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.
dengan pertumbuhan pertumbuhan
8

3.00 y = 0.039x2.395
R² = 0.993
2.50 r=0.996
2.00
Bobot (gram)

1.50 Benih nila


1.00

0.50 Power (Benih


nila)
0.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00

Panjang (cm)

Gambar 4. Grafik hubungan panjang berat benih ikan nila

Berdasarkan hubungan dan lingkungan yaitu, suhu, pH,


panjang berat yang diperoleh salinitas, perilaku, letak geografis,
didapatkan nilai b pada benih nila teknik sampling (Mulfizar et al.
yakni sebesar 2,395. Pada benih ikan 2012).
nila memiliki nilai b<3, artinya
pertumbuhan bersifat allometrik Tingkat Kelulushidupan Benih
negatif, artinya pertumbuhan panjang Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
lebih dominan. Sifat tersebut Pengamatan yang dilakukan
menunjukkan bahwa pertumbuhan selama 30 hari penelitian diperoleh
panjang tidak diikuti dengan data tingkat kelulushidupan pada
pertumbuhan bobot (Effendie 2004). setiap perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 4.
Pada umumnya, nilai b
dipengaruhi oleh kondisi fisiologis

Tabel 4. Tingkat kelulushidupan


Kelulushidupan (%)
Ulangan
P1 P2 P3 P4
1 86 76 72 86
2 64 64 64 74
3 80 96 96 76
Rata-rata 76,67±14,00a 78,67±16,16a
77,33±16,65a 78,67±6,42a

Pada Tabel 4 dapat dilihat Holliday (1969) menyatakan


tingkat kelulushidupan tertinggi bahwa kemampuan ikan untuk
terjadi pada perlakuan P2 dan P4 bertahan pada media bersalinitas
dengan nilai rata-rata tingkat tergantung pada kemampuan untuk
kelulushidupan 78,67 %, sedangkan mengatur cairan tubuh sehingga
terendah yaitu pada perlakuan P1 mampu mempertahankan tingkat
dengan nilai rata-rata tingkat tekanan osmotik yang mendekati
kelulushidupan 76,67 %. normal. Sehingga ketika benih ikan tak
9

mampu mempertahankan tekanan keberlangsungan hidup ikan. Adapun


osmotik dalam tubuhnya dapat data kualitas air yang diukur dalam
menyebabkan kematian. penelitian yakni Suhu, derajat
keasaman (pH) dan oksigen terlarut
Kualitas Air (DO). Data hasil pengukuran selama
Kualitas air merupakan salah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
satu faktor penting yang berpengaruh
pada pertumbuhan dan

Tabel 5. Data hasil pengukuran kualitas air selama penelitian


Parameter Awal Akhir
o
Suhu( C) 31,3 30,8
pH 7,67 8,26
DO(mg/l) 4,85 5,10

Dari Tabel 5 dapat dilihat organisme air yang dipelihara yaitu 5


Suhu perairan selama penelitian mg/l. Sedangkan jika oksigen
diperoleh 31,3oC pada awal tersebut kurang dari 1 mg/l, maka
o
penelitian dan 30,8 C pada akhir dapat menyebabkan kematian pada
penelitian. Hasil pengukuran nilai ikan ataupun pertumbuhan ikan akan
derajat keasaman diperoleh 7,67 terhambat.
pada awal penelitian dan 8,26 pada Nilai salinitas dapat berubah
akhir penelitian. Sedangkan nilai ubah setiap waktu, hal ini terjadi
oksigen terlarut yang diperoleh yakni karena adanya penguapan ataupun
4,85 ppm diawal penelitian dan 5,10 pertambahan volume air tawar yang
ppm diakhir penelitian. diakibatkan oleh cuaca panas dan
Ikan nila dapat tumbuh secara hujan sehingga nilai salinitas dapat
normal pada kisaran suhu 14-38ºC naik ataupun menurun, untuk itu
dan dapat memijah secara alami pada pengontrolan dilakukan setiap 2 atau
suhu 22-37ºC. Untuk pertumbuhan 3 hari sekali. Pengukuran salinitas
dan perkembangbiakan, suhu optimal dilakukan setiap sampling yakni 6
bagiikan nila adalah 25-30ºC. hari sekali.
Pertumbuhan ikan nila biasanya akan
terganggu jika suhu habitatnya lebih KESIMPULAN
rendah dari 14ºC atau pada suhu
tinggi 38ºC. Ikan nila akan Dari penelitian yang telah
mengalami kematian pada suhu 6ºC dilakukan dapat disimpulkan bahwa
atau 42ºC (Sucipto dan Prihartono, nilai salinitas berbeda tidak
2007). berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan kelulushidupan
Haliman dan Adijaya (2005), ikan nila (Oreochromis niloticus).
menyatakan pH merupakan Namun, secara deskriptif perlakuan
parameter air untuk mengetahui terbaik terjadi pada P3 (nilai salinitas
derajat keasaman. Air media udang 14) dengan pertumbuhan bobot
memiliki pH ideal antara 7.5-8.5. mutlak 2,46 g, pertambahan panjang
Menurut Sedana (1996) bahwa mutlak 3,35 cm, dan pertumbuhan
oksigen terlarut yang ideal untuk harian 6,30 %. Sedangkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan kelulushidupan terbaik terjadi pada
10

nilai salinitas 12 dan 16 ppt dengan Aceh. Depik Jurnal 1(1):


SR 78%. Pola pertumbuhan benih 1-9.
ikan nila bersifat allometrik negatif,
yang artinya pertambahan panjang Ongko, P., Hary, K., Sidi, A.,
tidak disertai dengan pertambahan Achmad, S. 2009. Uji
bobot. Ketahanan Salinitas
Beberapa Strain Ikan Mas
DAFTAR PUSTAKA Yang Dipelihara Di
Akuarium. Pusat Riset
Andrianto, T. 2005. Pedoman Perikanan Budidaya.
Praktis Budidaya Ikan
Kerapu Macan. Sedana, I.P. 1996. Prinsip Dasar
Absolut.Yogyakarta. Kualitas Air dan
Pengelolaannya.
Basyar, A., Supramono A., dan Fakultas Perikanan dan
Imanto, T. 2012. Laporan Ilmu Kelautan
perekayasaan tahun 2012 Universitas Riau (tidak
BBPBAP Jepara. diterbitkan).
Kementrian Kelautan dan
Perikanan Direktorat Stickney, R.R. 1979. Principle of
Jendral Perikanan Warmwater Aquaculture.
Budidaya BBPBAP John Willey and Sons
Jepara. 243 hal. Inc., New York.

Effendie, M. I. 2004. Metode Biologi Sucipto, A. dan Prihartono, E. 2007.


Perikanan. Penerbit Dwi Pembesaran Nila Merah
Sri. Bogor. Bangkok.
Penebar Swadaya,
Fitria, A. S. 2012. Journal Of Jakarta.
Aquaculture
Management and Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Technology Volume 1, Pendidikan Pendekatan
Nomor 1, Halaman 18- Kuantitatif, Kualitatif
34. dan R&D. Bandung.
ALFABETA.
Holliday, F.G.T. 1969. The Effects
of Salinity on the Eggs Suseno, D. 2000. Pengelolaan Usaha
And Larvae of Teleosts. Pembenihan Ikan Mas.
In. Hoar, W.S. & Jakarta. Penebar
Randall, D.J. (Eds), Fish Swadaya.
Physiology.

Mulfizar, Muchlisin ZA, Dewiyanti


I. 2012. Hubungan
Panjang Berat dan Faktor
Kondisi Tiga Jenis Ikan
yang Tertangkap di
Perairan Kuala Gigieng,
Aceh Besar, Provinsi

Anda mungkin juga menyukai