Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016

PERTUMBUHAN DAN KELULUSAN HIDUP KEPITING


BAKAU (Scylla serrata, Forskal) DENGAN
PERLAKU AN SALINITAS BERBEDA

(Growth and Survival rate of Mud Crab (Scylla serrata, Forskal) on


Different Medium Salinity)
Erly kaligis

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado
e-mail : erly_kaligis@yahoo.co.id

The purpose of this experiment was to find out the optimum salinity decrease for growth
and survival rate of mud crab, Scylla serrata. The seed weighing from 47.65 to 51.32 gram and
carapace length 64,35 - 71.30 mm. They were placed into 12 tanks (1 m x 1 m x 0.4 am) with
density of four crabs. The mud crab was fed with freshly chicken intestines, about 10 % of
weight per day. Water was exchanged more than 150 % per week. In the first time of
experiment. each tank have same salinity (33 ppt). Every week, each tank was applied with
decreasing of salinity according to treatment: constan salinity (A), decreasing salinity of 2 ppt
(B). decreasing salinity of 4 ppt (C) and decreasing salinity of 6 ppt (D). The result of the
experiment showed that decreasing salinity of 4 ppt was the best for the growth of mud crab, but
no effect to crab¶s survival.

Key words : Salinity, Growth, Survival rate, Mud Crab

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan penurunan salinitas optimal bagi
pertumbuhan dan kelulusan hidup kepiting bakau, Scylla serrata. Bobot benih yang digunakan
sekitar 47,65-51,32 gram dan panjang karapas 64,35-71,30 mm dan dimasukkan dalam 12
tangki (1 m x 1 m x 0,4 m) dengan kepadatan 4 ekor. Kepiting diberi makan usus ayam segar
sekitar 10% bobot perhari. Penggantian air lebih dari 150% per minggu. Pada awal percobaan
setiap tangki berisi salinitas yang sama (33 ppt). Setiap minggu tiap tangki dilakukan penurunan
salinitas sesuai perlakuan, yaitu (A) salinitas tetap, (B) penurunan salinitas 2 ppt, (C)
penurunan salinitas 4 ppt, dan (D) penurunan salinitas 6 ppt. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penurunan salinitas 4 ppt adalah perlakuan terbaik untuk kepiting bakau, tetapi tidak
berpengaruh pada nilai kelulusan hidup.

Kata kunci : Salinitas, Pertumbuhan, Kelulusan hidup, Kepiting bakau

PENDAHULUAN Perkembangan budidaya


kepiting bakau hingga saat ini belum
Kepiting bakau (Scylla serrata)
sepesat budidaya udang windu
merupakan salah satu jenis krustasea
(Penaeus monodon) atau udang
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
vaname (Litopenaeus vannamei). Salah
dan hidup di perairan pantai khususnya
satu kendala yang belum terpecahkan
hutan bakau (mangrove) (Kanna,
dalam pemeliharaan kepiting bakau
2002). Kepiting bakau lebih suka hidup
diantaranya adalah perubahan salinitas
di perairan yang relatif dangkal, dengan
air tambak. Perubahan salinitas akan
dasar berlumpur. Menurut FAO (2011),
berpengaruh pada fisiologi dan
kriteria lahan yang cocok sebagai lokasi
morfologi organisme melalui proses
budidaya yaitu tambak berlumpur
osmoregulasi atau perimbangan cairan
GHQJDQ VXKX í ƒ& S+ í
dan koefisien penyerapan cairan pada
DO >5 ppm; dan kadar garam berkisar
tubuh organisme, sedangkan pada
í SSW

20
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016

lingkungan menyebabkan perubahan ayam segar sebanyak 10% dari berat


kejenuhan gas-gas terlarut, densitas badan per hari dengan frekuensi
dan viskositas (Kinne, 1963). pemberian dua kali sehari. Pada awal
Perubahan salinitas yang penelitian salinitas tiap bak sama (33
berkepanjangan apalagi jika berada di ppt). Tiap minggu masing-masing unit
luar batas toleransi akan menghambat bak dilakukan penurunan salinitas yang
pertumbuhan bahkan menyebabkan berbeda sesuai perlakuan (kecuali
kematian karena energi yang berasal kontrol). Pengenceran dilakukan
dari pakan habis dalam mengatur dengan penambahan air tawar.
konsentrasi cairan tubuh. Penelitian ini menggunakan
Rodriguez et al. (2007) rancangan acak lengkap dengan empat
menyatakan bahwa batas toleransi perlakuan dan tiga ulangan, yaitu:
salinitas untuk kepiting bakau cukup perlakuan A (salinitas tetap 33 ppt
EHVDU \DLWX í SSW 0HQXUXW /kontrol), perlakuan B (salinitas
Davenport and Wong (1987); diturunkan 2 ppt per minggu).
Tangkrock-Olan and Ketpadung (2009), perlakuan C (salinitas diturunkan 4 ppt
S. serrata tergolong hiperosmoregulator per minggu), dan perlakuan D (salinitas
pada salinitas di bawah salinitas air laut diturunkan 6 ppt per minggu).
bahkan memiliki kemampuan hidup Peubah yang diukur setiap
yang tinggi hingga salinitas kurang dari minggu adalah pertumbuhan berat dan
5 ppt. Informasi tentang penurunan lebar karapas sedang kelulusan hidup
salinitas diperlukan karena akan pada akhir penelitian. Rumusan dari
memberikan dampak pertumbuhan peubah yang digunakan dalam
yang maksimum pada kepiting bakau penelitian sebagai berikut.
berkaitan dengan proses 1. Pertumbuhan berat mutlak (Ricker,
osmoregulasinya, dan penerapan 1975 dalam Effendie, 1979).
selanjutnya di lingkungan tambak.
h = Wt - Wo
Penelitian ini bertujuan mendapatkan
penurunan salinitas optimal bagi dimana :
pertumbuhan dan kelulusan hidup h = Pertumbuhan berat mutlak
kepiting bakau, S. serrata. Diharapkan individu rata-rata (gr)
dari hasil penelitian ini dapat menjadi Wt = Berat tubuh individu rata-rata
bahan informasi untuk pengembangan pada waktu t (gr)
budidaya kepiting bakau. Wo = Berat awal individu rata-rata
(gr)
METODE PENELITIAN 2. Lebar karapas mutlak individu rata-
rata (Ricker, 1975 dalam Effendie,
Hewan uji kepiting bakau yang
1979).
digunakan memiliki kisaran berat awal
47,65 ± 51,32 gram dan lebar karapas l = Lt ± Lo
64,35 ± 71,30 mm. Pemeliharaan dimana :
menggunakan wadah berupa bak I = Pertumbuhan lebar karapas
berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m. Bagian mutlak individu rata-rata
sisi dalam bak dilapisi plastik dan diisi (mm)
pasir setebal 5 cm sebagai substrat Lt = Lebar karapaks individu rata-
serta ketinggian air 10 cm. Setiap bak rata pada waktu t (mm)
dilengkapi dengan aerasi dan Lo = Lebar karapaks awal
rumpunan tali rafia sebagai pelindung. ndividu rata-rata (mm)
Hewan uji kemudian dimasukkan dalam
bak dengan kepadatan 4 ekor per bak. 3. Penentuan pertumbuhan berat
Pemberian pakan dan badan harian maupun lebar karapas
pengaturan salinitas rutin dilaksanakan. harian individu rata-rata dihitung
Pakan yang digunakan adalah usus

21
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016

berdasarkan metode dari Jauncey pengukuran berat mutlak dan berat


and Ross (1982). harian individu menunjukkan adanya
pertambahan berat setiap minggu.
ln Wt - ln Wo
Analisis sidik ragam terhadap
1 pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan
SGR = --------------------- x 100% harian menunjukkan adanya pengaruh
t perlakuan. Hasil uji BNT
dimana : memperlihatkan bahwa perlakuan A
SGR = Laju pertumbuhan (kontrol), B (penurunan 2 ppt) dan C
individu harian (%) (penurunan 4 ppt) memberi pengaruh
Wt = Berat/lebar karapaks rata- yang sama terhadap laju pertumbuhan
rata pada waktu (gr)/(mm) berat mutlak, namun pada perlakuan D
Wo = Berat/lebar karapaks rata- (penurunan 4 ppt) didapatkan laju
rata awal (gr)/(mm) pertumbuhan yang berbeda. Uji BNT
terhadap pertumbuhan berat harian
4. Tingkat kelulusan hidup (Ricker,1975 menunjukkan perlakuan A dan B tidak
dalam Effendie,1979) berbeda dengan perlakuan C, tetapi
Nt perlakuan B dan C berbeda dengan
S = ------------------------- x 100% perlakuan D.
No Pengaruh masing-masing
dimana : perlakuan menunjukkan bahwa
S = Tingkat kelulusan hidup (%) perlakuan dengan penurunan salinitas
Nt = Populasi Akhir (ekor) 6 ppt didapatkan laju pertumbuhan
No = Populasi awal (ekor) mutlak dan pertumbuhan harian
terendah. Hal ini disebabkan oleh laju
Untuk mengetahui pengaruh penurunan salinitas yang besar yaitu
perlakuan terhadap pertumbuhan berat dari 33 ppt pada awal penelitian hingga
mutlak, berat harian, lebar karapas salinitas 3 ppt selama 6 minggu.
mutlak, lebar karapas harian dan Perubahan kondisi salinitas ini
kelulusan hidup, digunakan analisis menyebabkan sifat fungsional
sidik ragam. Bila ada perbedaan maka terganggu (Kinne, 1964), sehingga
dilakukan analisis lanjutan dengan uji proses osmoregulasi untuk
Beda Nyata Terkecil (BNT) menurut menyeimbangkan cairan tubuh dengan
petunjuk Sujana (1985). lingkungan akan berlangsung terus.
Warner (1977) menyatakan
HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa untuk dapat menyesuaikan diri
dengan salinitas lingkungan yang
Data pertumbuhan berat mutlak berubah-rubah, kepiting akan merubah
dan berat harian individu rata-rata konsentrasi cairan tubuhnya sesuai
kepiting bakau selama 6 minggu dengan lingkungannya melalui
dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil proses osmosis dan difusi. Menurut
penelitian yang diperoleh lewat

Tabel 1. Pertumbuhan berat mutlak dan berat harian kepiting bakau selama 6 minggu.
Pertumbuhan mutlak Pertumbuhan harian
Perlakuan (gram) (%)

A 9,6950 0,5107
B 10,2067 0,5247
C 11,6800 0,6041
D 7,6100 0,4110

22
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016

Tabel 2. Pertumbuhan lebar karapas mutlak dan lebar karapas harian kepiting bakau
selama 6 minggu.

Pertumbuhan lebar Pertumbuhan lebar


Perlakuan
mutlak (mm) harian (%)
A 5,9300 0,2210
B 6,2900 0,2316
C 7,2400 0,2644
D 4,4933 0,1684

Davenport and Wong (1987), tipe mutlak menunjukkan perlakuan kontrol


hiperosmoregulator termasuk kepiting (A) dan penurunan salinitas 2 ppt (B)
bakau memiliki kemampuan untuk tidak berbeda dengan perlakuan
bertahan hidup karena mampu penurunan salinitas 4 ppt (C), namun
mengatur konsentrasi osmotik tubuh perlakuan A, B dan C berbeda dengan
seimbang dengan lingkungan. perlakuan penurunan salinitas 6 ppt (D)
Lockwood (1967) menyatakan bahwa sedangkan uji BNT pertumbuhan harian
ketika terjadi perubahan salinitas maka individu menujukkan perlakuan A tidak
konsentrasi ion pada sel akan berbeda dengan perlakuan B, C dan D
terganggu sehingga akan menyerap air tetapi perlakuan B dan C berbeda
secara osmosis dari darah. Dalam dengan D.
pengaturan ini, ion akan dibuang Pertumbuhan lebar mutlak
melalui urine serta melalui difusi pada karapas maupun pertumbuhan lebar
permukaan tubuh. Apabila hal ini terus harian terendah yang ditunjukkan pada
berlanjut maka energi bagi perlakuan D (penurunan salinitas 6 ppt)
pertumbuhan akan habis hanya untuk karena kondisi yang tidak sesuai
proses tersebut. sehingga proses pertumbuhan karapas
Perlakuan A, B, dan C menjadi melambat. Menurut Warner
menunjukkan bahwa salinitas pada (1977), faktor lingkungan internal
seluruh perlakuan ini cukup mendukung maupun eksternal mempengaruhi
pertumbuhan kepiting. Kepiting proses ganti kulit (molting), dan
membutuhkan salinitas optimal seiring rendahnya frekuensi molting
dengan bertambahnya umur kepiting, mengakibatkan penambahan lebar
dan hal sesuai pendapat Kinne (1964), karapas kecil, padahal setiap kali
bahwa kisaran total salinitas akan molting juvenil kepiting bisa mengalami
berbeda menurut umur dan tingkatan penambahan lebar karapas sekitar 21-
hidup. Penurunan salinitas hingga 4 ppt 44,8 % (Dittel and Epifanio, 1984).
ternyata mampu mendukung Perlakuan A, B, dan C
pertumbuhan kepiting. Pada kondisi memberikan pengaruh yang sama
salinitas yang baik ini terjadi terhadap laju pertumbuhan karapas
penyimpanan energi untuk dan lebar karapas Hal ini mendukung
pertumbuhan. hasil pertumbuhan bobot yang
Laju pertumbuhan lebar karapas didapatkan tinggi pada perlakuan-
dan lebar karapas harian individu perlakuan salinitas demikian. Kisaran
kepiting bakau selama 6 minggu dapat perubahan salinitas hingga 4 ppt
dilihat di Tabel 2. Pertumbuhan lebar diduga lebih mirip dengan habitat
karapas mutlak dan lebar karapas kepiting bakau di alam ketika terjadi
harian, menunjukkan kecenderungan fluktuasi salinitas.
bertambah. Analisis sidik ragam Tingkat kelulusan hidup kepiting
menunjukkan adanya pengaruh bakau selama penelitian berkisar
perlakuan. Uji BNT pertumbuhan antara 76,24 ± 88,62 %. Hasil analisis

23
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016

sidik ragam menunjukkan bahwa laju


penurunan salinitas tidak berpengaruh (FAO] Food and Agriculture
pada kelulusan hidup kepiting bakau, Organization. 2011. The State
artinya penurunan salinitas hingga of Word Fisheries and
6 ppt per minggu selama 6 minggu Aquaculture. Rome: FAO.
pemeliharaan tidak menurunkan
kelulusan hidup kepiting bakau. Hasil Jauncey, K., Ross, B.1992. A Guide to
ini menggambarkan bahwa kepiting Tilapia Feeds and Feeding.
bakau termasuk organisme euryhalin Institul of Aquaculture University
dengan toleransi salinitas sangat lebar of Stirling Scotland.
dan penurunan hingga 6 ppt per
minggu masih ditolerir dengan Kanna, I, 2002. Budidaya Kepiting
kelulusan hidup yang tinggi. Davenport Bakau. Penerbit Kanisius. ISBN
and Wong (1987); Tangkrock-Olan and 979-67698-148.Jakarta. Hal 5-
Ketpadung (2009) melaporkan bahwa 12.
salinitas di atas salinitas air laut,
S. serrata tidak mampu beradaptasi Kinne, O. 1964. The Effects of Marine
dengan baik, namun mampu Temperature and Salinity' on
beradaptasi (hiperosmoregulator) pada Marine and Brackishvvater
salinitas 5-35 ppt. Animals. In. Salinity and
Temperature Combinations.
KESIMPULAN Oceanography and Marine
Biology Annual Review, 2:281-
Dari hasil penelitian dapat ditarik
339.
kesimpulan sebagai berikut.
1. Laju penurunan salinitas hingga
Krishnamoorthy, R.V., Venkatramiah,
4 ppt per minggu dapat memberi
A. 1969. Myosin ATPase
pertumbuhan optimal pada kepiting
Activity in an Estuarine Decapod
bakau baik terhadap berat badan
Crustacean. Scylla serrataas
maupun lebar karapas.
Function of Salionity Ad
2. Laju penurunan salinitas tidak
aptation. Mar.Bio..4 : 345 - 348.
memberi pengaruh pada tingkat
kelulusan hidup kepiting bakau.
Lockwood. A.P.M., 1967. Aspects of
the Physiology' of Caisatace.
DAFTAR PUSTAKA Freeman and Co. San
Davenport, J., Wong, T.M. 1987. Francisco.
Reponses of adult mud crabs
(Scylla serrata) (Forskal) to Rodriguez E.M, Parado-Estepa F.D,
salinity and low oxygen tension. Quinitio E.T. 2007. Extension of
Comparative Biochemistry and nursery culture of Scylla serrata
Physiology 86A: 43-47. (Forsskål) juveniles in net cages
and ponds. Aquaculture
Dittel. A.I.,. Epifanio, C.E. 1984. Growth Research í
and Development Portunited Sujana. 1985. Disain dan Analisis
Crab Callinectes arcuatus Eksperimen. Tarsito, Banidung.
Ordwav: Zoea, Megalope and
Juvenile. Journal of Crustacea Tangkrock-Olan, N., Ketpadung, R.
Biology, 4(3):491 - 494. 2009. A Comparative Study on
the Blood Osmolality of the Mud
Elfendie.M. 1979. Biologi Perikanan. Crab (Scylla serrata) and the
Bagian I. Natural Hisitori. Blue Swimming Crab (Portunus
Fakultas Perikanan IPB. Bogor. pelagicus) Exposed to Different

24
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016

Salinities: A Case Study for the


7RSLF ³2VPRWLF 5HJXODWLRQ´ LQ
High School Biology. Asian
Journal of Biology Education
4:8-14.

Warner, G.F. 1977. The Biology of


Crab. Elek Science. London

25

Anda mungkin juga menyukai