Anda di halaman 1dari 13

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL

LINGKUNGAN (Deterjen dan Kekeruhan)


Aquatic Organism Response to Enviroments Variable
(Detergent and Turbidity)

Ujang Supiandi (C14170004)*

Manajemen Sumberdaya Perairan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2019
Abstrak
Hampir semua perairan sungai di Indonesia yang melewati daerah pemukiman tercemar
deterjen, hal ini karena masyarakat menggunakan deterjen untuk keperluan sehari-hari.
Limbah deterjen yang masuk ke perairan dari waktu ke waktu semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Adanya limbah deterjen yang masuk ke perairan
tentu saja akan mengganggu organisme akuatik. Tujuan praktikum ini untuk mengetahui dan
membuktikan pengaruh detergen dan kekeruhan terhadap biota akuatik serta mengetahui
dosis yang mematikan bagi organisme akuatik. Metode yang digunakan yaitu pengamatan
langsung dengan metode analisa Rancangan acak lengkap (RAL). Adanya deterjen dan air
yang keruh mengakibatkan ikan nila (Oreochromis niloticus) mengalami perubahan tingkah
laku, perubahan kondisi tubuh, perubahan bobot dan mengurangi tingkat kelangsungan
hidupnya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa deterjen dan kekeruhan
mempengaruhi bobot ikan. Ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki kadar toleransi yang
cukup tinggi dibuktikan dengan hasil pengamatan. Selain itu dosis yang mematikan bagi
organisme akuatik yaitu deterjen yang memiliki pH lebih dari 9.
Kata kunci : Kekeruhan, limbah deterjen, pencemaran
Abstract
Almost all river waters in Indonesia that pass through residential areas are contaminated with
detergent, this is because people use detergent for their daily needs. Detergent waste that
enters the waters from time to time increases along with the increase in population. The
presence of detergent waste that enters the waters will certainly disrupt aquatic organisms.
The purpose of this practicum is to know and prove the effect of detergent and turbidity on
aquatic biota and to know the dosage that is lethal to aquatic organisms. The method used is
direct observation with a completely randomized design analysis (CRD) method. The
presence of detergent and turbid water results in tilapia (Oreochromis niloticus) experiencing
changes in behavior, changes in body condition, changes in weight and reduced survival
rates. Based on the results of observations it can be concluded that detergent and turbidity
affect the weight of fish. Tilapia (Oreochromis niloticus) has a fairly high tolerance level as
evidenced by the results of observations. In addition, the dosage is deadly for aquatic
organisms namely detergents which have a pH of more than 9.

KELOMPOK 2 (SATRIA)
Keywords: Turbidity, detergent waste, pollution

Pendahuluan
Ikan merupakan hewan yang berdarah dingin (poikilotermik) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Organisme akuatik dalam hal ini ikan, hidup pada lingkungan yang
selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Kondisi lingkungan yang berubah-ubah akan
mempengaruhi kehidupan organisme. Organisme akuatik harus merespon perubahan
lingkungan tersebut agar dapat bertahan hidup.
Air limbah rumah tangga merupakan sumber yang banyak ditemukan dilingkungan.
Salah satu komponennya yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan berasal dari deterjen
karena manusia pasti menggunakan deterjen setiap harinya sebagai bahan pembersih di
rumah tangga (Halang 2004).
Saat ini deterjen telah menjadi bahan pembersih yang tidak asing bagi seluruh lapisan
masyarakat, baik yang tinggal di kampung, desa maupun kota. Hal ini disebabkan karena
deterjen dengan “surfaktan” nya mampu menghasilkan buih diberbagai jenis air dengan
jumlah yang lebih banyak dan mempunyai daya pembersih yang jauh lebih baik daripada
sabun (Garno 2000). Deterjen merupakan salah satu zat pembersih seperti halnya sabun dan
air yang memiliki sifat dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga digunakan sebagai
bahan pembersih kotoran. Bahan utama detergen yaitu surfaktan. Seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk, penggunaan deterjen sebagai pembersih peralatan industri dan
rumah tangga pun semakin meningkat. Ketika limbah hasil cucian yang mengandung deterjen
langsung dibuang ke badan air, maka muncul buih yang dapat mengganggu mutu air,
mengganggu ekosistem yang ada dalam badan air, serta menimbulkan kerusakan air tanah
(Darmawanti 2002). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini
dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan
manusia yang mengkonsumsi biota tersebut Konsentrasi deterjen maksimum yang
diperbolehkan pada air minum tidak boleh melebihi 0,05 mg/lt sebagai senyawa aktif biru
metilen ( MBAS ).
Kekeruhan Turbiditas (Kekeruhan) merupakan suatu kandungan bahan Organik
maupun bahan anorganik yang terdapat di perairan sehingga mempengaruhi proses
kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut. Kekeruhan menunjukan banyaknya
sedimen sedimen yang terkandung dalam suatu perairan, kandungan sedimen tersebuat baik
dalam bentuk koloid, partikel partikel kecil maupun pertikel pertikel besar. Apabila di
dalam air media terjadi kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal
ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat terbatas
sehingga tumbuhan / phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk
mengasilkan oksigen.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh detergen dan
kekeruhan terhadap biota akuatik serta mengetahui dosis yang mematikan bagi organisme
akuatik.

KELOMPOK 2 (SATRIA)
Metode Percobaan
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada Senin, 4 Febuari 2019 pada pukul 15.00-18.30 WIB di
Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum meliputi akuarium, aerator, timbangan digital,
gayung, ember, lap/tissue, stopwacth, botol cup, dan terminal listrik. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu ikan nila (Orechromis niloticus), tanah, detergen, air.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, yakni perbedaan Konsentrasi detergen (5 gram, 10
gram, dan 15 gram). Dan perbedaan kekeruhan (ditambhakan lumpur dengan 5 g/l, 7,5 g/l
dan 10 g/l) dengan masing-masing perlakuan memiliki tiga ulangan.

Prosedur Percobaan
1. Perlakuan deterjen
Empat buah akuarium disiapkan sebagai uji coba. Akuarium satu untuk gradual,
akuarium 2, 3 dan 4 untuk perlakuan detergen berbeda. Perlakuan dengan detergen digunakan
dosis detergen 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm dan gradual. Akuarium ke-1 digunakan untuk
perlakuan peningkatan dosis detergen secara gadual. Masing-masing akuarium diisi air 12 cm
dan dilabeli dengan berbagai tingkat dosis yang berbeda. Detergen dilarutkan terlebih dahulu
di botol cup kemudian dimasukkan ke akuarium. Tiga ekor ikan dimasukkan pada masing-
masing akuarium namun ikan tersebut ditimbang terlebih dahulu. Setiap 10 menit selama 1
jam ikan yang mati dicatat. Pada akhir pengamatan masing-masing ikan dalam akuarium
ditimbang bobot akhirnya.
2. Perlakuan kekeruhan
Empat buah akuarium disiapkan dan dibilas dengan menggunakan air terlebih dahulu.
Kemudian masing-masing akuarium diisi air setinggi 12 cm dengan perlakuan akuarium satu
sebagai gradual , akuarium kedua diberikan tanah 5g/l, akuarium ketiga diberikan tanah
10g/l, dan akuarium keempat diberikan tanah 15 g/l. Lalu ikan ditimbang terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam akuarium pada masing-masing perlakuan. Setiap 10 menit
sekali selama 1 jam ikan diamati sesuai dengan parameter yang ingin diamati. Setelah itu
bobot akhir ikan ditimbang dan dicatat.

Pengambilan Data
Percobaan yang dilakuakan untuk mengetahui parameter biologi ikan dari setiap
perlakuan yang diberikan pada kondisi lingkungan tertentu.

KELOMPOK 2 (SATRIA)
Tabel 1 parameter biologi ikan yang diambil
Parameter Satuan Alat/Metode Lokasi Pengamatan
Kelangsungan Hidup (SR) % Perhitungan Laboratorium
Penurunan Bobot gram Pengukuran Laboratorium

Parameter yang Diukur


1. Kelangsungan hidup (Effendie 2002)

SR (%) = (Nt /No) × 100

Keterangan :
S = persentase udang uji yang hidup (%)
Nt = jumlah individu udang uji pada akhir penelitian (individu)
N0 = jumlah individu udang uji pada awal penelitian (individu)
2. Laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) (Huisman 1976)

̅t
𝑡 𝑊
SGR = [√ ̅ − 1] 𝑥100
𝑊0

Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari)
𝑊̅t = Bobot rata-rata pada akhir penelitian (gram)
𝑊̅0 = Bobot rata-rata pada awal penelitian (gram)
t = Waktu pengamatan (hari)

Analisis Data
Data parameter biologi ikan nila dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam
(ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL) yang diolah dengan program Excel 2017 for
Windows. Kemudian data dianalisis lanjut dengan uji Tukey dengan tujuan mengetahui
perbedaan diantara nilai tengah variabel (Steel & Torrie 1991).

KELOMPOK 2 (SATRIA)
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Berikut adalah grafik penurunan bobot ikan nila

0.8
Penurunan bobot

0.6
(Gram)

0.4

0.2

0
0.5 0.75 1 Gradual
Deterjen (Gram)

Grafik 1 penurunan bobot ikan nila terhadap perlakuan deterjen


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa penurunan bobot tertinggi pada perlakuan
deterjen yang diberi dosis deterjen sebesar 0.75 gram sedangkan penurunan bobot ikan
terendah pada perlakuan deterjen yang diberi perlakuan secara gradual. Berdasarkan selang
kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata
terhadap perubahan nyata terhadap penurunan bobot ikan.

1.5
Penurunan bobot

1
(gram)

0.5

0
50 75 100 Gradual
Kekeruhan (gram)

Grafik 2 penurunan bobot ikan nila terhadap perlakuan kekeruhan


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa penurunan bobot ikan tertinggi pada
perlakuan kekeruhan dengan ditambahkan lumpur sebesar 75 gram/liter sedangkan
penurunan bobot ikan terendah pada perlakuan kekeruhan yang ditambahkan lumpur sebesar
50 gram/lilter. Berdasarkan selang kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa perlakuan yang
diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nyata terhadap penurunan bobot ikan.

KELOMPOK 2 (SATRIA)
Berikut adalah grafik Survival Rate (SR) ikan nila
120

survival rate (%)


100
80
60
40
20
0
0.5 0.75 1 Gradual
Deterjen (gram)

Grafik 3 Survival Rate (SR) ikan terhadap perlakuan deterjen


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa derajat kelangsungan hidup
tertinggi pada perlakuan deterjen dengan dosisi 0.5 gram sedangkan derajat kelangsungan
hidup yang rendah pada perlakuan deterjen dengan dosis 1 gram. Berdasarkan selang
kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata
terhadap perubahan nyata terhadap SR
120
survival rate (%)

100
80
60
40
20
0
50 75 100 Gradual
Kekeruhan (Gram)

Grafik 4 Survival Rate (SR) ikan terhadap perlakuan kekeruhan


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa derajat kelangsungan hidup ikan
pada perlakuan kekeruahn tidak berpengaruh karena dengan nilai survival rate sebesar 100%
hal ini disebabkan bahwa kekeruhan tidak berpengaruh terhadap derajat kelangsungan hidup
ikan. Berdasarkan selang kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan
berpengaruh nyata terhadap perubahan nyata terhadap SR.

Pembahasan
Tingkah laku ikan yang paling terlihat yaitu operculum yang berubah warna.
Pemberian deterjen dapat membuat ikan-ikan tersebut kepanasan sehingga mengeluarkan
lendir yang lebih banyak lagi. Inilah yang membuat air detergen mengental dipenuhi oleh
lendir-lendir ikan tersebut. Selain itu, perbedaan konsentrasi juga membuat ikan tersebut
mengeluarkan lendir. Karena konsentrasi air detergen lebih tinggi daripada konsentrasi cairan
dalam tubuh ikan, maka terjadi proses osmosis (perpindahan cairan dari konsentrasi yang
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi) untuk menyeimbangkan konsentrasi antara air
dan ikan. Hal ini mengakibatkan air detergen mengandung lendir dan tubuh ikan akan
meyusut karena terlalu banyak mengeluarkan cairan tubuhnya.

KELOMPOK 2 (SATRIA)
Menurut Lechuga (2016), pemberian perlakuan deterjen menimbulkan efek terhadap
ikan. Efek dalam jangka waktu singkat dapat dilihat dari uji toksisitas akut dan efek dalam
jangka waktu yang panjang dapat dilihat dari uji subletal. Secara visual hewan uji yang
terkontaminasi oleh deterjen memperlihatkan gejala stress, ditandai dengan nafsu makan
menurun, gerak renang kurang stabil, dan cenderung berada di dasar akuarium (Hardini
2012). Organ-organ yang terkontaminasi , seperti organ insang dan hati, tidak berfungsi
sebagaimana mestinya karena terjadi kerusakan jaringan.
Berdasarkan hasil yang didapat menunjukan bahwa deterjen dapat mempengaruhi
bobot ikan dan derajat kelangsungan hidup ikan, pada perlakuan deterjen dengan
penambahan dosis detergen 0,75 gram ikan mengalami penuruanan bobot yang sangat besar
dan derajat kelangsungan hidup yang sangat rendah pada pambahan dosis deretrjen 1 gram.
hal tersebut disebabkan oleh rusak nya jaringan insang yang berakibat pada sulitnya ikan
dalam mengikat oksigen sehingga terganggu pertukaran gas dan terganggunya organ perasa
yang dapat menggangu nafsu makan ikan.menurut xx (2016) menyatakan bahwa dosis yang
letal bagi ikan adalah . Hasil analisis tabel ANOVA perlakuan deterjen terhadap penurunan
bobot dan survival rate diperoleh F<Fcrit= TerimaH0 hal tersebut menyatakan bahwa
perlakuan yang diberikan tdiak berpengaruh nyata terhadap perubahan nyata penurunan
bobot dan survival rate.
Penyebab ikan mati pada air detergen karena deterjen merupakan larutan yang
bersifat basa. Pada saat dimasukkan ke dalam air, pH air akan meningkat dan dapat
menyebabkan larutan buffer. Sehingga pada saat ikan berada pada air detergen, ikan tidak
akan dapat beradaptasi di dalamnya. Detergen mengandung senyawa posfat yang bersifat
racun, senyawa posfat tersebut tidak dapat terurai di air sehingga senyawa tersebut akan
menggumpal (Jonge 2008). Hal ini menyebabkan daya tahan tubuh ikan akan berkurang,
padahal sebelumnya daya tahan tubuhnya masih normal. Detergen memiliki berat jenis yang
lebih kecil daripada air, sehingga detergen menutupi permukaan air. Karena detergen
menutupi permukaan air, air tidak dapat mengikat O2 dari udara. Kadar O2 di air menjadi
berkurang akibatnya ikan yang ada di air menjadi kekurangan O2 dan akhirnya mati (Sobrino
2013). Untuk mencegah terjadi kematian organisme akuatik akibat limbah detergen maka
perlu dilakukan penanggulangan. Salah satu penanggulangan terhadap bahaya penyebaran
limbah adalah dengan mengurangi, menghilangkan atau merubah senyawa aktif berbahaya
menjadi senyawa yang tidak berbahaya, diantaranya adalah melalui proses biodegradasi
(Budiawan 2009).
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan
oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan yang terlarut. Kekeruhan
yang tinggi dapat menyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan
daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air (Jones
2015). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan bahwa kekeruhan dengan perlakuan
yang ditambhakan lumpur 75 gram dapat meyebabkan penurunan bobot yang tinggi
sedangkan perlakuan yang ditambhkan lumpur dengan dosis 50 gram, 75 gram , 100 gram
dan gradual tidak meyebabkan derajat kelangsungan hidup ikan. Hal ini karena Perlakuan

KELOMPOK 2 (SATRIA)
kekeruhan dapat mempengaruhi tingkah laku ikan yaitu dalam pergerakannya. Hasil analisis
tabel ANOVA perlakuan kekeruhan terhadap pengaruh penurunan bobot diperoleh F<Fcrit
yang menyatakan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap
perubahan nyata terhadap penurunan bobot ikan sedangkan perlakuhan kekeruhan terhadap
pengaruh derajat kelangsungan hidup ikan (SR) diperoleh F>Fcrit= TolakH0 yang menyatkan
perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap perubahan nyata terhadap
SR.perlakuan kekeruhan terhadap ikan yang diberi perlakuan gerakannya menjadi agak
lambat. Di duga, suspensi yang ada dalam air mengganggu penglihatan ikan sehingga
gerakannya tidak aktif

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa deterjen dan kekeruhan
mempengaruhi bobot ikan. Ikan nila memiliki kadar toleransi yang rendah dibuktikan dengan
hasil pengamatan. Selain itu dosis yang mematikan bagi organisme akuatik yaitu deterjen
yang memiliki pH lebih dari 9.

Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikum dapat berjalan lancar dan tepat
waktu sehingga praktikum dapat bermanfaat.

Daftar Pustaka
Buszeck SB, Cope WG, Mclaughlin RA, Kwak TJ. 2018. Effect of turbidity, sediment
andpolyacrylamide on native freshwater mussels. Journal Of American Water
Resources Association. 54(3): 631-643.
Browne PB. Negri AP, Fisher R. Clode PL, Duckworth A. Jones R. 2017. Impacts of
turbidity on corals: The relative importance of light limitation and suspended
sediments. Journal Marine Pollution Bulletin. 30 : 1-10
Ehilen OE, Obadoni BO. Imade FN. Esigbe D. Mensah JK. 2017 The Effect of Detergents on
the Germination and Growth of Amaranthus hybridus L. and Solanum lycopersicon L.
Nigerian Annals Of Natural Sciences. 16(1) :100-108.
Kundu S, Debnath S, Mondal T,Mukherjee M. 2016. A brief study on the effect of a common
household detergent on Oreochromis sp. International Research Journal Of
Environmental Sciences. 5(5): 41-47
Mandal R, Mandal D, Mishra N,Bahadul A. 2010. Effect of surfactant on phospatase lavel of
fresh water fish Labeho rohita. Journal OF Environmental Biology.31:395-398.
Naa UB, Erondu ES. 2016. Influence of Linear alkylbenzene sulphonate on some plasma
biochemical parameters of freshwater fish (Clarias gariepinus) juvenile. Advance In
Agriculture and Biology. 5(2): 31-35.
Nkpondian NN,Ugwumbu OA,Esenowa IK. 2016. The toxity effect of detergent on
enzymatic and protein activities of African mud catfish (Clarias gariepinus). Journal
Of Environmental And Analytical Toxicology. 6(3): 1-5.

KELOMPOK 2 (SATRIA)
Snow RA, Shoup DE, Porja MJ.2018. Effects of turbidity on prey selection and foraging rate
of hatchery-reared juvenile tiger muskellunge. North American Journal of Fisheries
Management 38:487–492.
Ward DL,Starner RM,Vaage B. 2016.Effect of turbidity on predation vulnerability of
juvenile humpback chub to rainbow trout and brown trout. Journal Of Fish And
Wildlife Management.7(1): 205-212.
Suparjo NT.2010. Kerusakan jaringan insang ikan nila ( Oreochromis niloticus) aikobat
deterjen. Jurnal saintek Perikanan. 5(2):1-7.

KELOMPOK 2 (SATRIA)
Lampiran

TABEL ANOVA DETERJEN


Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
0.5 6 3.425 0.57083333 0.485244
0.75 6 4.301 0.71683333 0.397512
1 6 2.84 0.47333333 0.498107
Gradual 6 1.68 0.28 0.02917
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0.60435 3 0.20144983 0.571476 0.640297 3.098391
Within Groups 7.050165 20 0.35250825

Total 7.654515 23
TABEL ANOVA KEKERUHAN
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
50 5 0.22 0.044 0.20268
75 5 7.83 1.566 8.12528
10.9267
100 5 -6.06 -1.212 2
34.5861
Gradual 5 14.76 2.952 2
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
1.21740 0.33557 3.23887
Between Groups 49.15958 3 16.386525 6 2 2
Within Groups 215.3632 16 13.4602

Groups Count Sum Average Variance


100 5 500 100 0
100 5 450 90 500
0 5 250 50 1250

KELOMPOK 2 (SATRIA)
100 5 300 60 3000

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 8500 3 2833.333 2.3859649 0.10729 3.238872
Within Groups 19000 16 1187.5

Total 27500 19
TABEL ANOVA KEKERUHAN
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
100 5 500 100 0
100 5 500 100 0
100 5 500 100 0
100 5 500 100 0
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value
Between Groups 0 3 0 65535 #DIV/0!
Within Groups 0 16 0

Total 0 19

KELOMPOK 2 (SATRIA)
KELOMPOK 2 (SATRIA)
KELOMPOK 2 (SATRIA)

Anda mungkin juga menyukai